Anda di halaman 1dari 41

Pernik-pernik Akhlak Quran

Akhlaq al-Qur'ani.

(1).Sayangi umat binaan


Keberhasilan dakwah banyak ditentukan oleh indahnya hubungan sesama di dalam
pergaulan sehari-hari. Du'aat (juru dakwah) di lapangan medan dakwah tidak boleh
menyendiri, apalagi tidak mau menyayangi masyarakat yang didakwahinya. Satu
keberhasilan du'aat ditentukan oleh kesediaannya menerima dan menghormati jamaah
dikelilingnya dalam rangkaian dakwah ila-Allah. Du'at (juru dakwah) adalah pengayom,
dan panutan.Tempat bertanya, dan tempat mengadukan masaalah pelik yang tak mungkin
dapat diselesaikan oleh jamaahnya secara sendiri-sendiri. Sikapnya dalam memuliakan
jamaahnya, selalu akan dijadikan ukuran akhlak para du'aat.
Seorang juru dakwah semestinya merasa senang menerima seseorang yang memasuki
arena dakwahnya. Dia tidak boleh menolak sesiapa yang mengharapkan bantuannya. Dia
harus selalu tanggap dengan kesulitan orang lain. Seorang du'aat semestinya memiliki
dorongan kuat untuk berbuat lebih banyak untuk orang lain (jamaah binaannya), dalam
batas-batas hubungan yang harmonis dan saling menghormati. Sesuai dengan batas
kemampuan yang dimilikinya, sekecil apapun, akan bermakna dalam menumbuhkan
semangat dan percaya diri bagi umat yang dibinanya. Jika tidak mampu memberikan
materi, maka senyum dengan penuh perhatian merupakan satu pemberian yang bernilai
besar, begitulah gambaran jelas akhlaq al-Qurani.

(2).Dermawan.
Al Quranul Karim menceritakan suatu perangai mulia perlu dipunyai juru dakwah untuk
menempati posisi pelanjut tugas-tugas risalah dinul haq, sebagai dicontohkan oleh
Ibrahim AS yang didatangi tujuh pemuda untuk menguji kedermawanannya. Tujuh
pemuda ini sama sekali belum di kenal oleh Ibrahim AS. Sungguhpun begitu, ia
menerimanya dengan senanghati tanpa kecurigaan, yang diperlihatkan pada sikap yang
tulus dalam memuliakan tamunya. Ibrahim AS. memiliki kebiasaan setiap tamunya yang
datang tidak akan dilepas sebelum mereka disuguhi hidangan menurut kemampuannya,
sebagai penghormatan dari "tuan rumah". Pemuda-pemuda yang senyatanya bukan tamu
sembarangan ini menolak jamuan tuan rumahnya dengan halus, karena sesungguhnya
mereka bukanlah manusia biasa yang memerlukan makan dan minum. Mereka adalah
tujuh malaikat terhormat yang sengaja diutus Allah menguji kedermawanan Ibrahim

Nuansa Kehidupan Islami 1


Pernik-pernik Akhlak Quran

sebagai juru dakwah dijalan Allah. Rangkaian kisah indah ini diulangkan berbentuk
wahyu kepada Nabi Muhamad SAW dalam Al-Quranul Majid, sehingga menjadi salah
satu bentuk dari "Akhlaq al-Qur'ani".

(3).Dahulukan kepentingan umat


Berbuat baik sesama kerabat, merupakan perangai yang teramat mulia. Kehormatan
seorang du'aat akan diuji dalam sikap ini.
Perhatian terhadap kaum kerabat (umat banyak), amat tinggi nilainya. Mementingkan
urusan pribadi bukan sikap terpuji seorang du'at. Bila manusia banyak telah terpuruk
mengurus diri sendiri dan tidak peduli dengan keperluan orang lain (lingkungannya),
tunggulah bencana akan datang timpa bertimpa. Medan dakwah akan jadi sempit.
Melupakan kepentingan orang banyak sangat dicela dan dinilai aniaya (dhalim) dalam
ajaran Islam. "Dzurriyat" atau generasi yang akan menyandang darjah pimpinan dan
panutan tidak pernah seseorang yang bersikap dhalim (aniaya). Ibadah sesungguhnya
berperan menghapuskan kezaliman dalam diri seseorang. Ibadah akan menumbuhkan
sikap senang melaksanakan perintah Allah dan membuahkan perangai "menyayangi
orang lain sebagai mengasihi diri sendiri". Nabi Muhammad SAW mengingatkan tugas
risalahnaya supaya berperilaku panutan dengan akhlaq Al Qur'ani. "innama bu'ist-tu li
utammi makarimul akhlaaq" artinya, "aku diutus menyempurnakan akhlak yang mulia".

Allah mencontohkan dalam Firman-Nya; "Sungguh Ibrahim adalah seorang Imam yang
dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (maksudnya: seorang yang
selalu berpegang kepada kebenaran dan tak pernah meninggalkannya). Dan sekali-kali
bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan).(Dia termasuk)
yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilih dan menunjukinya kepada
jalan yang lurus"(QS.16,An Nahl,ayat 120-121). Diantara perangai mulia (millah) Nabi
Ibrahim AS, yaitu patuh, jujur, pandai berterima kasih, berkasih sayang sesama
--keluarga dan masyarakat--, pandai memilih tindakan yang tidak merugikan orang
lain, dan senantiasa memimipin ummat ke jalan yang benar. Memupuk sikap mulia ini
hanya dengan selalu "berpegang teguh kepada Hidayah Agama Allah", dalam
menerapkan akhlaq al Qur'ani.

Mudah-mudahan kita semua senantiasa berada dalam lindungan Rahmat dan


Inayah-Nya. Amin.

Nuansa Kehidupan Islami 2


Pernik-pernik Akhlak Quran

Padang, Desember 1997.

SIKAP TERCELA

Rasulullah SAW selalu menganjurkan kepada setiap penganut Islam untuk


menjauhi delapan sikap tercela yang manakala ada bisa menyebabkan tampilnya bencana,
baik dalam hubungan seorang ataupun masyarakat dan negara.
Delapan sikap yang mesti di jauhi itu adalah ; 1.Selalu merasa sedih dan kecewa, yang
senantiasa menyisakan sikap putus asa dan akibatnya menyerahkan segala sesuatu tanpa
berusaha. 2. Perasaan gelisah, seakan selalu dikejar bayang-bayang. 3. Lemah, baik fisik
(jasad), perasaan (kalbu) ataupun akal fikiran, yang berujung dengan menjadikan diri siap
untuk di tindas orang lain, 4. Malas, sehingga tertutupnya pintu keberhasilan. 5. Sikap
pengecut, yang menghambat diri untuk berusaha secara sungguh-sungguh. 6. Bakhil,
yang akibatnya bisa tidak menghiraukan keadaan keliling, hapusnya solidaritas,
hilangnya kepedulian. Sikap bakhil bisa pula berdampak kepada pengejaran kesenangan
(harta) duniawiyah tanpa menghiraukan kepentingan orang lain (individualistis), 7. Selalu
dalam cengkeraman hutang, yang berakibat kurangnya ukuran kepantasan dan kepatutan,
atau tak seukuran bayang-bayang dengan badan. 8. Berada dalam penindasan orang lain,
sebagai konsekwensi logis dari ketujuh sikap tercela sebelumnya.
Bila kita meneliti dan memahami langkah yang telah kita tempuh selama ini, setidaknya
dalam waktu tigapuluh dua tahun masa yang telah berlalu, maka sesungguhnya kedelapan
sikap tercela ini telah menghimpit bangsa ini melalui penerapan cara-cara amat sistimatik
seakan dipaksanakan harus berlaku sejak dari kekuasaan atas hingga lapis terbawah.
Bangsa yang besar ini menjadi sangat kecil tatkala penipuan dalam slogan demi
pembangunan dibenarkan penipuan sebagai suatu keharusan, dan penindasan hak-hak
masyarakat dianggap sebagai suatu kewajaran. Nilai-nilai kepatuhan ditampilkan dalam
bentuk memutar-balikan perintah menjadi pembenaran tindakan dalam disiplin birokrasi.
Kepatuhan kepada atasan bahkan menduduki posisi tertinggi melebihi ketaatan kepada
Allah SWT. Semuanya merupakan sebahagian bukti dari sikap lemah dan putus asa.

Nuansa Kehidupan Islami 3


Pernik-pernik Akhlak Quran

Masyarakat bertumbuh menjadi pengecut, harus n’rimo apa adanya, tanpa keinginan
untuk membantah, dikerangkeng pada perangai Asal Bapak Senang. Sebetulnya, ABS
perlu, bila artinya adalah “Asal Bangsa ini Sejahtera”.
Menjauhi kedelapan perangai ini menjadi suatu kewajiban asasi dalam hidup manusia
sebagai “hamba Allah”. Dapat dilakukan dengan aktifitas amaliah yang terpadu terarah
(sustained) secara pasti dengan penerapan disiplin beragama dalam kerangka “iman dan
taqwa”. Upaya lainnya juga dengan cara melazimkan do’a (munajat) kepada Allah SWT
pada setiap pagi dan petang.
Diantara do’a munajat yang di ajarkan Rasulullah SAW tersebut untuk kita
amalkan adalah, ”Allahumma, wahai ALLAH, sungguh aku berlindung kepada MU dari
pada rasa sedih atau kecewa (al-hammiy) dan gelisah (al-hazniy). Dan akupun berlindung
kepada MU, wahai Allah, dari watak yang penuh dengan kelemahan (al-‘ajziy) serta sifat
kemalasan (al-kasali). Dan, aku pun juga memohon kepada Engkau, wahai Allah,
perlindungan dari sikap pengecut (al-jubniy) dan bakhil (al-bukhliy). Aku pun
berselindung kepada MU, wahai Allah dari cengkeraman hutang (ghalabatid-dayni) dan
penindasan orang lain (qahriy ar-rijaal)”. (Do’a ma’tsur dari HR.Bukhari Muslim).
Ditengah bangsa kita mengalami masa ujian sekarang ini (chaos politik, ekonomi,
sosial dan budaya), dan dirasakan adanya upaya pemaksaan dari pihak lain, diantaranya
upaya menguasai/membeli Indonesia dengan label penyelematan ekonomi nasional,
termasuk di dalamnya rencana privatisasi BUMN (diantaranya PT.Semen Padang)
dengan keinginan menguasai lebih dari 51% saham nasional, maka sebaiknya do’a ini
kembali dilazimkan membacanya setiap pagi dan sore.
Do’a munajat ini harus pula di iringi usaha sekuat tenaga dan secara bersama-sama
menghilangkan sifat-sifat tercela ini dengan memulai dari diri sendiri, untuk mengerjakan
apa yang bisa dan bermanfaat untuk orang banyak dengan modal (self-help) di keliling
kita.
Modal besar itu, adalah kesepakatan, kerjasama, kesetia kawanan, seia-sekata
(ukhuwwah), sumber daya (alam dan manusia) dalam suatu ikatan kebangsaan sebagai
Rahmat Allah, serta selalu memohon pertolongan dari Allah SWT. Sebab, yang ada itu
sebenarnya sudah teramat cukup untuk memulai. Semoga Allah selalu meredhai.***

Padang, 4 Agustus 1998.

Nuansa Kehidupan Islami 4


Pernik-pernik Akhlak Quran

JANGAN MENJADI
ORANG ANIAYA

Dikal Nabi Ibrahim AS di uji oleh Allah (Subhanahu wata'ala), tentang


ketabahan-nya, kerelaan berkorban, keteguhan pendirian, sikapnya dalam memuliakan
tetamu, berbuat baik sesama kerabat, dan kesiapannya dalam melaksanakan perintah
Allah dan melepaskan ketergantungan kepada perintah materi (kebendaan), ternyata ia
lulus dari ujian yang berat itu.
Ujian jiwa ini, secara beruntu dia alami, dan sungguh pun berat, dia berhasil
melaluinya.
Ketabahannya terbukti, dikala ia dihadapkan kepada pilihan dibakar di dalam
sebuah unggun-api, Oleh Namrudz (Maharaja Nebucadnear) yang menguasai
Mesopotamia. Atau kedudukan yang layak di sisi sang penguasa, manakala ia berkenan
menggantikan perannya melaksanakan Dakwah Ilallah kepada Dakwah Ilalmaal
(perjuangan mendapatkan harta).
Terbukti, Ibrahim A.S. lebih memilih menegakkan kebenaran dengan serba
tipuan. Dia menang, dan imbalannya api unggun yang bergejolak membakar setiap kayu
kering yang bersilang, tak mempan menyentuh sehelai rambut Ibrahim A.S sesuai
dengan firman Allah, "wahai api, dinginlah dan selamatkan tubuh Ibrahim dari gejolakmu
yang membakar".
Kerelaannya berkorban, tak tertandingi hingga kini. Anak kesayangannya
satu-satunya (Ismail, Alahisalaam), rela di korbankan, untuk disembelih untuk memenuhi
tuntututan atau melaksanakan perintah Allah Yang Maha Rahman. Akhirnya
pengorbanan diterima, anaknya tidak jadi menemui korban penyembelihan. Tetapi diganti
dengan ternak sembilahan yang besar, sebagai jawaban kerelaan yang tulus mengikuti
perintah Allah.
Peristiwa ini dinukilkan oleh Allah di dalam firman-Nya, "akhir, kerelaan
Ibrahim menyahuti panggilan kami, berkorban karena mengharapkan kerelaan Kami,
diganti dengan seekor ternak sembelihan yang sempuna besarnya". Keteguhan
pendiriannya, tidak pula diragukan. Ayahnya (Azar), yang selalu berpegang pada tradisi
lama (menyembah berhala), diajaknya supaya meninggalkan tradisi itu. Kebiasaan
memohon kepada "yang bukan Tuhan" itu, merupakan watak yang tidak pantas dimiliki

Nuansa Kehidupan Islami 5


Pernik-pernik Akhlak Quran

oleh manusia yang berakal. Padahal, manusia itu sendiri ada, dan ditengah alam ini, justru
karena "rahmat" dan "rahim" dari Allah (sang Khalik).
Penghambaan kepada materi, menyebabkan lahirnya sesuatu bencana. Materi
adalah sesuatu rahmat dari Allah. Karena itu, seharusnya materi itu dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran bagi manusia sekelilingnya. Benda hanya alat. Bukan tujuan,
apalagi sesuatu sembahan yang berakibat rela diperbudak oleh materi. Mempertahankan
materi (benda) tidak sesuai dengan harkat kemanusiaan. Kesadaran seperti ini (yang amat
sesuai dengan fithrah manusia), selalu disampaikan oleh Ibrahim kepada ayahnya (Azar).
Namun selalu ditolak. Akhirnya, Ibrahim memilih berpisah dari keyakinan "tradisional
bapaknya yang salah pilih itu.
Namun itu tetap berkata, sebagaimana diulangkan cerita oleh Allah (Subhanahu
Wa Ta'ala) dalam Firman-Nya, "Ibrahim berkata kepada ayahnya, Selamt tinggal (wahai
ayah, dalam keyakinan tradisional ayah yang tak bisa dirobah lagi, nanti akan selalu
memohonkan keampunan (untuk ayah) kepada Tuhan-ku karena sesungguhnya Tuhan-ku
masih sayang kepada-ku". (Al-Qur'an, S. 18, ayat 47).
Sikapnya dalam memuliakan tetamu, juga menjadikan pujian. Dia tidak pernah
menolak tamu yang diharapkan bantuannya. Dia selalu tanggap dengan kesulitan orang
lain. Bahkan dia lebih senang berbuat untuk kesenangan orang lain, dalam batas-batas
hubungan yang harmonis dan saling menghormati. Hingga seketika dia didatangi tujuh
pemudah untuk menguji kedermawanannya, maka Ibrahim belum berkenan melepas
tetamu itu, sebelum lebih dahulu kepada mereka disuguhkan hidangan, sebagai tanda
kemuliaan dari tuan rumah. Namun pemuda ini menolak jamuan ini dengan halus, karena
mereka sebetulnya bukanlah manusia biasa (yang perlu makan dan minum). Kelak
ternyata ketujuh tetamu terhormat ini adalah para Malaikat utusan Allah (Subhanahu wa
ta'ala). Demikian, rangkaian kisah ini diulangkan kembali kepada ummat Muhammad
(shallallahu'alaihi wa sallam) dalam Al-Quranul Majid).
Berbuat baik sesama kerabat, merupakan perangai yang teramat mulia. Walaupun
dia sudah dipuji dengan segala kehormatan, dan diberi gelar-darjah "Khalilul-lah, serta
mendapatkan kehormatan, dan bagai "pimpinan" bagi ummat manusia, dia masih
memohonkan kepada Allah, kiranya penghargaan sedemikian tidak hanya diperuntukkan
bagi dirinya sendiri.
Ibrahim ('alaihi salam), masih mempersoalkan "bagaimana halnya dengan (kaum
kerabat) anak keturunanku. Memperhatikan kaum kerabat, lebih tinggi nilainya, daripada
hanya sekedar memperjuangkan kemenangan sendiri, atau hanya bertolak kepada

Nuansa Kehidupan Islami 6


Pernik-pernik Akhlak Quran

kepentingan pribadi. Jika manusia secara umum telah terperosok kepada hanya untuk
kepentingan sendiri-sendiri, tanpa mengindahkan kepentingan orang banyak, maka
tentulah bencana akan datang tindih bertindih.
Orang yang hanya suka mempertahankan kepentingan individu, tanpa
mempertimbangkan orang banyak, tepat diberikan cap sebagai orang aniaya (dhalim)
menurut istilah dari Allah (Yang Maha Rahman). Karena itulah secara tegas, Allah
(Subhanahu wa ta'ala) menjawab petisi Ibrahim, tentang "dzurriyat" (anak cucunya) ini,
dengan sebuah ketegasan yang pasti "janji-ku" (janji dari Allah) untuk memberikan
kepada manusia darjah pimpinan dan panutan itu, tidak akan kena mengena kepada
orang-orang yang dhalim (aniaya), walaupun dia dari keturunan Ibrahim sekalipun".
Kesiapannya dalam melaksanakan perintah Allah, inilah yang kelak menjadikan
peringatan kepada Nabi Muhammad (Shallallahu'alaihi was Sallam), untuk mengikuti
jejak langkah perilaku Nabi Ibrahim (selaku panutan dari akhlaq Al Qur'an). Allah
tegaskan dala Firman-Nya (Q.S. XVI, An-Nahl, ayat 160-162), "Sungguh Ibrahim itu,
adalah contoh dari sosok ummat yang "patuh", siap melaksanakan perintah Allah, lurus
dan jujur, dalam setiap tindak perbuatan, dan dia tidak tergolong kepada orang-orang
"musyrik" yang suka menyekutukan Allah.
Dia juga sosok ummat yang pandai berterima kasih, serta memelihara ni'mat
Allah. Merupakan seseorang yang terpilih tindakannya dan terpuji perangainya dan selalu
mendapatkan bimbingan dan selalu pula berusaha memimpin kejalan yang benar dan
lurus. Karena itu, dia mendapatkan kehidupan dunianya aman tentram.
Akhirnya, di-akhirat, (pada kehidupan yang menjadi tujuan setiap makhluk yang
hidup di dunia sekarang ini), dia akan kami tempatkan bersama orang-orang shalih yang
terpilih.
Kepada Nabi Muhammad SAW diwahyukan supaya mengikuti jejak langkah
perangai mulai yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim, yaitu patuh, jujur, pandai berterima
kasih, berkasih sayang sesama anggota, keluarga dan masyarakat, pandai-pandai memilih
tindakan yang tidak sampai merugikan orang lain, selalu berusaha memimipin ummat ke
jalan yang benar, dan diatas segalanya "berpegang teguh kepada Hidayah Agama Allah".

Nuansa Kehidupan Islami 7


Pernik-pernik Akhlak Quran

Umat Seimbang

Dan sesungguhnya Kami telah muliakan anak cucu Adam (umat manusia). Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan (yakni dimudahkan kehidupan manusia baik di darat
ataupun di laut), Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”
(Al Q.S.17, Al Isra’, ayat 70)

Betapa indahnya pernyataan Khalik Yang Maha Menjadikan. Pernyataan tentang


kesiapan umat manusia untuk hidup di atas dunia. Manusia dipersiapkan sebagai makhluk
utama. Memiliki segala kelebihan. Secara fisik, tubuhnya lengkap, kuat, cantik, penuh
gaya.

Nuansa Kehidupan Islami 8


Pernik-pernik Akhlak Quran

Spiritnya (jiwanya) disempurnakan dengan akal dan pikiran. Punya keinginan dan
kecerdasan (inteligensia), rasa (emosional), dan memiliki dorongan-dorongan (nafsu)
untuk mewujudkan segala yang diingini. Manusia dianugerahi kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional. Dengannya manusia bisa menjadi umat yang memiliki
keseimbangan (ummatan wasathan).

Alampun dijadikan bersahabat dengan manusia. Segala sesuatu yang ada disediakan
untuk sebesar-besar manfaat bagi hidup manusia. Laut dan darat adalah arena
kehidupan, turun temurun. Di sana manusia berkiprah (exploitasi alam) selama hayat
dikandung badan. Patah tumbuh hilang berganti, dari generasi ke generasi. Melaksanakan
pembangunan, perombakan ke arah yang lebih baik dan menjalankan reformasi.
Reformasi dalam bimbingan Tuhan selalu berasas horizontal. Artinya, tidak satu
kewajibanpun boleh ditinggalkan dalam memenuhi suatu kewajiban lain.

Manusia diminta untuk senantiasa akrab dan menjaga fungsi alam (laa tabghil fasaada
fil ardhi -jangan buat bencana di permukaan bumi-). Alam itu berperan pula menjaga
keberadaan manusia, memberikan keselamatan terhadap kehidupan itu sendiri.
Demikianlah satu siklus hidup yang aman dan menjanjikan kesejahteraan sepanjang
masa. Bumi akan diwariskan kepada hamba-hamba Allah yang baik-baik (shaleh). Innal
ardha yaritsuhaa ‘ibadiyas-shalihin.

Bila suatu ketika keseimbangan ini terganggu, penyebabnya tiada lain adalah hasil
kurenah (perbuatan) tangan manusia sendiri.
“Zhaharal fasaadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aydin-naas, li yudziiqahum ba’dal-
ladzii ‘amiluu, la’allahum yar-ji’un ” Artinya ” Telah nampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar”.
(QS. 30, Ar-Rum, ayat 41).
Demikianlah suatu sunnatullah (undang-undang baja alam) yang akan berlaku sepanjang
perjalanan alam fana ini, hingga kiamat datang menjelang. Suatu peringatan supaya
manusia tetap bersiteguh hati dalam memelihara perannya, sebagai khalifah fil ardhi.

Untuk menata kehidupan ini tetap berjalan seimbang, maka Khalik ( Allah Rabbun Jalil)

Nuansa Kehidupan Islami 9


Pernik-pernik Akhlak Quran

memberikan pedoman (hidayah) yang jelas dan terang. Berakar kepada kebenaran (haq)
dari Allah dan berakhir dengan kebenaran dari Allah juga. Itulah ‘Aqidah Tauhid’.
Aqidah tauhid memiliki perbedaan kontras dengan ilmu (knowledge). Ilmu berawal dari
ragu dan berujung kepada keraguan yang lebih besar. Aqidah tauhid tidak sama dengan
falsafah yang berisi tanya dari awal dan akan berakhir dengan tanya yang lebih besar di
ujungnya.

Aqidah tauhid (keyakinan kepada kekuasaan Allah yang mutlak, Allah Subhanahu Wa
Ta’ala Yang Maha Esa dan Maha Kuasa) akan melahirkan sikap tunduk dan taat.
Sehingga akhirnya tumbuh kesediaan manusia menyerahkan segala kemampuan akal
dan gagasan pikiran, maupun hasil observasi dan eksperimentasi kepada kekuasaan Allah
dengan pernyataan yang bersih, “Wahai Allah, Rabbanaa, tidak ada satupun yang
Engkau jadikan ini sia-sia” (QS 3: 190). Tatkala itulah ilmu memperoleh kebenaran.

Dalam buhul aqidah tauhid inilah Mukmin mendapatkan keseimbangan hidup yang
prima. Sehingga bila melihat satu bencana mereka yakin itu hanya sebatas ujian dari
Allah, yang menuntutnya bertindak lebih baik dan hati-hati di masa mendatang.

Pada kutub yang berbeda, berbarislah manusia yang mengingkari keberadaan dirinya
sebagai makhluk Tuhan. Tetapi mereka tutup mata hatinya dari keberadaan-Nya. Untuk
mereka berlakulah ketentuan Allah: Dan barang siapa yang membutakan mata hatinya
di dunia ini (dari petunjuk Allah), niscaya di akhirat nanti dia akan lebih buta dan lebih
tersesat dari jalan yang benar.(QS 17: 72)

Manusia seperti itu akan merasakan azab menyiksa kehidupan. Mereka akan sesak dada
dan mengumpat kiri-kanan. Mereka limbung kehilangan keseimbangan di tengah-tengah
percaturan kehidupan.
Karena itu kembalilah kepada Allah, supaya Allah senantiasa memberikan perlindungan-
Nya selalu.

Padang, 12 Nopember 1997.

Redha Allah

Nuansa Kehidupan Islami 10


Pernik-pernik Akhlak Quran

Keberhasilan dakwah banyak di tentukan oleh indahnya hubungan sesama didalam


pergaulan sehari-hari.

Du'aat (juru dakwah) di lapangan medan dakwah tidak boleh menyendiri, apalagi tidak
mau menyayangi masyarakat yang di dakwahinya. Satu keberhasilan du'aat banyak
ditentukan oleh kesediaannya menerima dan mengormati jamaah yang datang
mengunjunginya karena satu keperluan dakwah.

Du'at (juru dakwah) adalah pengayom, dan panutan.Tempat bertanya, dan tempat
mengadukan masaalah pelik yang tak mungkin dapat di selesaikan oleh jamaah secara
sendiri. Sikapnya dalam memuliakan tetamu (jamaahnya), senantiasa akan menjadikan
pujian dan ukuran akhlaknya.

Seorang juru dakwah semestinya merasa senang dalam menerima tamu yang datang
kearena dakwahnya. Dia tidak boleh menolak tamu yang mengharapkan bantuannya. Dia
harus selalu tanggap dengan kesulitan orang lain. Bahkan dia memiliki doromngan kuat
berbuat untuk kesenangan orang lain, dalam batas-batas hubungan yang harmonis dan
saling menghormati. Sebatas kemampuan yang ada padanya. Sekecil-kecil bantuan yang
bisa di berikan du'at (juru dakwah) adalah semangat, dorongan, atau hanyak senyum dan
pernuh perhatian.

Memuliakan tamu.
Al Quranul Karim menceritakan contoh dari Nabi Ibrahim Khalilullah, dalam menerima
tamunya.Contoh perlu disimak oleh juru dakwah yang akan menempati posisi sebagai
pelanjut tugas-tugas risalah dinul haq.

Suatu ketika, Ibrahim AS didatangi tujuh pemuda untuk menguji kedermawanannya.


Tujuh pemuda yang datang ini sama sekali belum di kenal oleh Ibrahim AS. Sungguhpun
begitu, Ibrahim senantiasa memuliakan setiap orang yang datang padanya. Ibrahim juga
memiliki kebiasaan yakni tidak akan berkenan melepas setiap tamu yang datang, sebelum
lebih dahulu kepada mereka diberikan suguhan hidangan, sesuai kemampuannya tanda
kemuliaan dari tuan rumah.
Ketujuh pemuda ini menolak jamuan tersebut dengan halus.

Nuansa Kehidupan Islami 11


Pernik-pernik Akhlak Quran

Sebetulnya mereka bukanlah manusia biasa (yang perlu makan dan minum). Kelak,
ternyata ketujuh tetamu terhormat itu sesungguhnya adalah para Malaikat yang diutus
Allah. Untuk menguji kedermawanan Ibrahim sebagai juru dakwah kepada jalan Allah.
Rangkaian kisah indah ini diulangkan berbentuk wahyu kepada Nabi Muhamad SAW
dalam Al-Quranul Majid.

Pelihara keakraban

Berbuat baik sesama kerabat, merupakan perangai yang teramat mulia. Walaupun dia
sudah dipuji dengan segala kehormatan, dan diberi gelar-darjah "Khalilul-lah, serta
mendapatkan kehormatan, dan bagai "pimpinan" bagi ummat manusia, dia masih
memohonkan kepada Allah, kiranya penghargaan sedemikian tidak hanya diperuntukkan
bagi dirinya sendiri.

Ibrahim AS masih mempersoalkan "bagaimana halnya dengan anak keturunannya".


Yang dimaksud kerabatnya adalah umat yang mengikut millahnya, yakni ummat yang
dibina dengan dakwahnya. Memperhatikan kaum kerabat (umat banyak), tinggi nilainya
dari hanya sekedar memperjuangkan kepentingan sendiri. Hanya bertolak kepada
kepentingan pribadi bukanlah sikap terpuji seorang du'at. Jika manusia secara umum telah
terperosok kepada urusan kepentingan sendiri-sendiri, tanpa mengindahkan kepentingan
orang banyak, maka tentulah bencana akan datang tindih bertindih.

Semata-mata mempertahankan kepentingan individu, tanpa mempertimbangkan


kepentingan orang banyak, akan dicap sebagai orang aniaya (dhalim) menurut istilah
dari Allah (Yang Maha Rahman).

Karena itulah secara tegas, Allah SWT memberikan jawab tentang "dzurriyat" dengan
ketegasan pasti, tidak akan diberikan kepada manusia darjah pimpinan atau panutan jika
mereka tergolong orang-orang yang dhalim (aniaya).

Kesiapan manusia dalam melaksanakan perintah Allah inilah yang menjadi ukuran.
Kepada Nabi Muhammad SAW diingatkan oleh Allah untuk mengikuti jejak langkah
perilaku Nabi Ibrahim (selaku panutan dari akhlaq Al Qur'an).

Nuansa Kehidupan Islami 12


Pernik-pernik Akhlak Quran

Allah tegaskan dalam Firman-Nya; "Sungguh Ibrahim adalah seorang Imam yang dapat
dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (maksudnya: seorang yang selalu
berpegang kepada kebenaran dan tak pernah meninggalkannya). Dan sekali-kali
bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan).(Lagi pula ia
termasuk) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah.Allah telah memilih dan menunjukinya
kepada jalan yang lurus"(QS.16,An Nahl,ayat 120-121).

Kepada Nabi Muhammad SAW diwahyukan supaya mengikuti jejak langkah perangai
mulia (millah) yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim, yaitu patuh, jujur, pandai berterima
kasih, berkasih sayang sesama --keluarga dan masyarakat--, pandai memilih tindakan
yang tidak merugikan orang lain, dan senantiasa memimipin ummat ke jalan yang benar.
Satu-satunya cara adalah dengan senantiasa "berpegang teguh kepada Hidayah Agama
Allah".Mudah-mudahan kita semua senantiasa berada di dalam lindungan Rahmat dan
InayahNya. Amin.

Padang, Nopember 1997.

Nuansa Kehidupan Islami 13


Pernik-pernik Akhlak Quran

DIBAWAH NAUNGAN
SYARI'AT ISLAM

"ORANG-orang yang beriman dan tidak mencampurkan keimanannya dengan


keaniayaan (kedzaliman), untuk mereka keamanan, dan mereka (golongan) yang
memproleh petunjuk (hidayah)". (Q.S VI-Al An'aam, ayat 82).
Tahun demi tahun telah kita lepas. Setiap tahun baru dimulai, kita bukan dengan
harapan-harapan. Sesuatu yang baik dari tahun silam, menjadi dambaan. Namun
kecemasan selalu menghantui kita. Karena hilangnya keamanan dan ketertiban.
Hampir pada setiap sudut duni pada tahun yang baru kita lepas-terjadi kemelut.
Kadang-kadang juga terjadi di samping kita. Kemelut yang selalu berakhir dengan terin-
jaknya martabat kemanusiaan. Hilangnya keamanan dan rusaknya nilai-nilai kehidupan,

Nuansa Kehidupan Islami 14


Pernik-pernik Akhlak Quran

yang manusiawi. Dalam setiap keadaan terjadi kedzaliman atau keaniayaan. Dalam
berbagai bentuk. Dia tampil ke permukaan bertepatan dengan saat-saat manusia
meninggalkan aturan-aturan. Atau dikala orang mencecerkan hukum-hikum Allah dan
syari'at Agama-NYA (Syari'at Islam). Peringatan Allah Subhanahu wa ta'ala,
menyebutkan :
Senantiasa orang-orang kafir (orang-orang yang meninggalkan hukum-hukum Allah) itu,
ditimpa bahaya, sebab perbuatan mreka sendiri, bahkan tiba bahaya itu dekan rumah
mereka (dalam negeri sendiri), sehingga datang janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak
pernah memungkiri janji" (Q.S. XIII-Ar-Ra'ad, ayat 31).
Janji Allah, berupa munculnya rasa takut karena ulah manusia jua. Hilangnya
tauhid bertukar syirik, merupakan salah satu penyebabnya. Hilangnya aman lantaran
tumbuhnya kufur. Terbangnya iman dari lubuk hati, sirna-lah aman dari kehidupan.
Merajalelanya kedzaliman disebabkan lupa kepada hukum-hukum Allah (hududallah).
Kebahagiaan manusia dan lingkungan yang aman terancam punah. Tanaman
kehidupan yang baik tak kunjung menjadi kenyataan. Semuanya terjadi karena kesalahan
manusia semata. Ukuran "benar-nya suatu kebenaran sering diukur dari kualitas
pelakunya. Kualitas kebenaran terabaikan. Kualitas kebenaran, ukurannya adalah syari'at
(aturan-aturan) Agama Allah (Islam). Asasnya adalah iman dan taqwa kepada Allah
semata.
Realisasi taqwa adalah kerelaan melaksanakan hukum Allah Yang Maha Kuasa.
Suka atau tidak. Di dalam syari'at itu, tercakup semua aturan, yang menyangkut harkat
kemanusiaan. Semua kaedahnya tertera dengan jelas, didalam syariat Islam.
Iman, tidak berarti hanya sekedar percaya kepada adanya Allah, tanpa diikuti
serta perilaku. Perilaku itu berupa amal-shaleh. Unsurnya adalah ikhlas, bersih dan lurus.
Ukurannya, sesuai dengan kehendak Allah - yang dimani- semata. Amal, merupakan
konsekwensi logis dari iman.
Aktivitas; sedemikian, melahirkan ibadah-ibadah yang benar. Teguh dan kokoh
pada setiap perintah Allah. Terjauh dari semua unsur keaniayaan. Baik itu menyangkut
hubungan individu, atau hubungan yang luas, hubungan masyarakat. Sampai kepada
suatu tatanan kehidupan yang menyeluruh. Suatu aturan (syari'at), ruang lingkungannya
universal. Tidak membedakan pangkat dan derajat. Tidak mengenal perbedaan bangsa
dan bahasa. Pelaksanaan aturan-aturannya tidak hanya terbatas pada kedudukan elit, juga
tidak pada perbedaan kulit.
Dengan penerapan iman secara benar dan utuh ini, muncullah suatu sistem

Nuansa Kehidupan Islami 15


Pernik-pernik Akhlak Quran

keadilan yang indah. Terpatri dalam sejarah, tentang kisah Al Makhzumiyan, sosok
seorang pembesar (Quraisy) yang terpandang. Dikala ia melakukan tindak pencurian,
korupsi dan manipulasi pada jabatannya semasa itu. Dia ditangkap, diadili dan dijatuhi
hukuman. Hukuman potong tangan. Beberapa pemuka Quraisy berpendapat, sebaiknya
diajukan saja permohonan ampunan (grasi) kepada Muhammad Rasulullah (Shallallahu
'alaihi wasallam). Mengingat Al-Makhzumiyan termasuk seorang anggota keluarga
Quraisy yang disegani. Lagi pula Muhammad Rasulullah SAW, juga seorang putra
Quraisy yang "terbaik" dan mulia. "Kita coba memanfaatkan situasi ini...," demikian
usulan pemimpin-pemimpin Quraisy yang lainnya. Hubungan keluarga dan tali darah,
mungkin bisa merubah putusan syari'at yang ditimpakan. Begitulah jalan fikiran
pembesar Quraisy umumnya waktu itu. Diutuslah seorang shahabat yang dikenal dekat
dengan Muhammad SAW, sebagai perantara. Usamah bin Zaid, pilihan yang tepat. Dia
akan dipilih menjadi utusn menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, menga-
jukan permohonan "maaf" dari sang koruptor al Makhzumiyah ini.
Hubungan "kekerabatan" ditampilkan Shahabat dan kenalan, dipilihkan sebagai
formula pembuka jalan. Demi nama baik keluarga Quraisy, kiranya Al-Makhzumiyah
tidak jadi dijatuhi hukuman. Setidak-tidaknya agar hukuman kepadanya menjadi ringan.
Jangan ditimpakan hukum "potong tangan", yang bisa dianggap "mempermalukan
seumur hidup.
Tatkala permohonan seperti itu disampaikan oleh Usamah bin Zaid kepada
Rasulullah SAW, mukanya berubah merah padam. Beliau menjadi marah, lantas balik
bertanya. Satu pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Adakah kalian meminta keringanan dari suatu ketetapan dari satu
keputusan yang telah ditetapkan oleh Allah....???"
Usamah bin Zaid, dan juga para sahabat lainnya menjadi terdiam dan kecut.
Rasulullah SAW menyampaikan pidato dihadapan orang banyak, yang pada waktu itu.
Amanat yang berisikan garis-garis yang jelas. Amanat itu menjelaskan tentang cara-cara
menumbuhkan aman. Tentang penyebab hilangnya stabilitas. Tentang penerapan
nilai-nilai keadilan dalam mencapai kemakmuran. Tentang kemakmuran yang adil, yang
didambakan setiap insan, dalam setiap kurun.
Sabda Rasullullah SAW ini pendek dan padat, jelas lagi bernas. Isinya menembus
jauh relung-relung dihampir atau hati nurani insani. Jika diterapkan tidak akan ada lagi
para pencoleng. Tidak akan ada pula ditemui lagi para koruptor dan pencuri, yang bisa
berlindung dengan aman, karena tak terjangkau tangan-tangan hukum.

Nuansa Kehidupan Islami 16


Pernik-pernik Akhlak Quran

Rasulullah SAW bersabda,


Kehancuran yang telah menimpa ummat sebelum kamu, hanya (karena)
ketimpangan penerapan hukum. Andaikata yang melakukan kesalahan (pencurian) atau
korupsi, adalah orang-orang terpandang di kalangan mereka, kalian telah
membebaskannya (mereka kalian beri kekebalan hukum). Tetapi kalau yang melakukan
pencurian (korupsi) adalah orang-orang yang lemah (rakyat kebanyakan saja) diantara
kamu, disaat itu (serta merta) kamu terapkan (kamu tegakkan) hukum dengan pasti.
(Terjadilah apa yang terjadi, pudarnya kepastian hukum, dan hilanglah sumber keadilan).
Demi kemuliaan Allah, andaikata Fathimah Binti Muhammad (putri Rasulullah sendiri)
melakukan pencurian, pasti akan aku potong juga tangannya". (Al Hadist).
Terlihat di sini bagaimana halus dan tegasnya Syari'at agama Islam. Suatu
kepastian hukum, tanpa membedakan pelakunya. Keadilan yang tidak mengena
perbedaan peradilan. Pernilaian tidak dititik beratkan kepada siapa pelakunya, tetapi
kepada apa yang dilakukannya. Dari sini lahirlah keadilan. Dari sini pula tercipta
keamanan yang kemudian menelorkan kebahagiaan. Setiap orang tidak cemas akan
perkosaan haknya. Setiap pemerkosa hak, tidak akan merasa aman dari tangan-tangan
hukum, karena merasa memiliki hak-hak istimewa.
"Kepastian hukum" yang diterapkan oleh Syari'at akan melahirkan
"kesejahteraan" secara individu atau pun bermasyarakat. Tumbuh pulalah satu
perlombaan yang sehat. Saling memelihara tegaknya aturan. Sama-sama terpelihara
karena tegaknya aturan-aturan itu. Sama-sama bahagia dalam membangun, sama-sama
pula dalam membangun kebahagiaan.
(Syari'at Islam memulai langkahnya dengan nasehat.
Nasihat itu ditujukan untuk seluruh manusia. Mencakup seluruh segi kehidupan.
Sumbernya pun jelas. Nasihat yang berpangkal dari Allah (Al Qur'an). Merujuk kepada
contoh dan petunjuk pelaksanaan dari Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam), yang dikenal sebagai Sunnah Rasul. Mematuhi Allah berarti mematuhi sunnah
Rasulullah. Satu sama lainnya tidak bisa dipisahkan. Tidak bisa diingkari atu ditolak.
Ad-dien (Syari'at agama Islam) itu adalah nasehat. (Mau'izhah Hasanah). Kami
bertanya, ata dasar apa wahai Rasulullah?" . Dengan tegas Rasulullah SAW menjawab .."
dari Allah dan dengan Kitabullah (Al-Qur'an), dan Sunnah Rasul. Kemudian dengan
kesepakatn pimpinan-pimpinan ummat (dalam setiap urusan mereka-dunia dan
akhirat-berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah Nabi). (Al Hadist).
Dengan patokan ini, para Shahabat ber-baiat kepada Rasulullah agar tegaknya

Nuansa Kehidupan Islami 17


Pernik-pernik Akhlak Quran

Syari'at Islam itu dengan sempurna.


Diantara isinya, para Shahabat syirik, atau tidak mempersekutukan Allah. Tidak
melakukan pencurian, menjauhkan diri dari perbuatan korupsi, manipulasi dalam bentuk
dan kesempatan apapun. Tidak berzina, yang melingkupi kepada pergaulan bebas,
sehingga kaburnya batas-batas antara yang boleh dan yang tidak. Terutama dalam
hubungan manusia berlainan jenis. Tidak membunuh anak, baik itu secara penanaman
nilai-nilai fikrah yang tidak agamis. Semuanya dijalankan melalui jalur Nasihat Agama,
mencakup syari'at Islam.

AL-QUR'AN
MAMPU MENGANGKAT
DERAJAT MANUSIA YANG HINA

"Dan tiadalah kami mengutus kamu (wahai Muhammad), melaintkan untuk


(menjadi) Rahmat bagi Semesta Alam". (QS. 21 - Al Anbiya - ayat 107).
Sungguh benar, kedatangan Nabi Muhammad SAW menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Jika Nabi Muhammad tidak diutus sebagai Rasul, maka Al-Qur'an pun tidak akan
pernah ada.
Dengan sendirinya, kita tidak akan tahu, bagaimana keadaan manusia
selanjutnya.
Sebab, kebuasan binatang adalah biasa, tetapi kebuasan manusia menyiakan sebuah
persoalan. Apalagi jika sampai kepada persoalan perkosaan manusia terhadap lainnya.
Begitu pula dengan alam sekeliling, pasti akan rusak di obrak-abrik oleh kebejatan moral
manusia. Karena itu, kita harus bersyukur kepada Allah, yang mengutus Muhammad
dengan disertai Al-Qur'an. Al-Qur'an mampu mengangkat derajat yang hina, kepada
derajat yang paling mulia di antara makhluk yang ada.

Nuansa Kehidupan Islami 18


Pernik-pernik Akhlak Quran

Rahmat
Setiap Rasul membawa rahmat bagi ummat manusia. Dengan sejarah yang
disampaikannya dari Allah yang mengutusnya. Tetapi, rahmat yang dibawa Rasul-Rasul
pendahulu, sebelum Muhammad SAW, hanya terbatas kepada kaumnya semasa saja.
Nabi Muhammad membawa rahmat bagi seluruh ummat manusia, tidak hanya di
zaman dia diutus (semasa hidupnya semata). Tetapi telah 15 abad berlalu, akan berlaku
selalu sepanjang masa, berabad-abad mendatang, hingga datangnya batas kiamat.
Ajarannya pun, tidak hanya terbatas bagi lingkungan tanah kelahirannya, tetapi
melingkupi seluruh sudut bumi, dan lagi universal.
Kalau kita mau meneliti sejarah kemanusiaan, mulai manusia pertama, dan kita
bandingkan dengan keadaan manusia kita sekarang, banyak hal yang kita temui untuk
dikaji dan diteliti. Kita sependapat, jumlah manusia masa lalu, lebih sedikit dari manusia
masa kini. Secara macro, jumlah manusia selalu bertambah. Penduduk bumi, semakin
padat, dan bahkan dijadikan salah satu pasal dari problema yang mendunia.
Bahkan setiap detik, jumlah manusia di dunia makin bertambah. Ilmu kedokteran
yang berkembang, mengantisipasi angka kematian. Ilmu kedokteran pun, berusaha
memperpanjang usia manusia, melalui program peningkatan kesehatan, dan
pemeliharaannya. Jumlah penduduk dunia pada tahun 1980 (satu dasawarsa) lalu, terang
berbeda dengan jumlah penduduk dunia hari ini (1992). Tendensinya meningkat. Satu
ukuran bagi kesejahteraan hidup manusia.
Bila kita sadar, mencoba mengambil garis balik penduduk dunia dari masa ke
masa, kita pasti akan melihat jumlah penduduk manusia di dunia, angkanya terus
menurun. Semakin jauh kita mundur, semakin sedikit jumlah yang kita hitung. Akhirnya,
kita sampai kepada hitungan awal, hanya dua orang saja (Adam dan Hawa).
Dari sinilah pertambahan penduduk itu, sebagai cikal bakalnya. Pertambahan
penduduk, merupakan sesuatu yang sangat alami, sesuai dengan hukum alam, terdiri dari
dua jenis manusia lelaki dan wanita. Bahkan, Al-Qur'an menjelaskan lebih rinci, diawali
dari manusia seorang diri (Adam), kemudian daripadanya dijadikan seorang pasangan
(Hawa). Dari keduanya berkembangbiaklah manusia, hingga kini, esok dan seterusnya.
(lihat QS.4 An-nisa' - ayat 1).

Bahasa
Manusia ditakdirkan untuk menjadi penduduk bumi. Dia ditugaskan untuk
membina segala sesuatu yag ada di sekelilingnya, untuk menunjang suatu peradaban

Nuansa Kehidupan Islami 19


Pernik-pernik Akhlak Quran

sesuai dengan harkat kemanusiaan. Manusia memerlukan alat untuk menyampaikan


maksudnya. Harus ada penyampaian dan alat untuk saling berhubungan, satu sama lain.
Tanpa adanya hubungan ini, pembinaan peradaban dan kemanusiaan, tidak akan pernah
terjadi. Jika hubungan (komunikasi) tidak ada, barangkali hakekat manusia dalam
hidupnya, akan sangat lain bentuk dan perwujudannya.
Bahasa merupakan alat penghubung paling pokok. Bahasa adalah alat untuk
menyampaikan perasaan dan pengertian, juga anjuran. Para ilmuwan menyebutkan,
bahwasanya bahasa adalah "anak kisah".
Mana ibu kandung bahasa itu?
Ibu kandung bahasa adalah percakapan, atau kata-kata yang diucapkan. Alam
menceritakan kepada kita, suatu kisah tentang anak yang dilahirkan "tuli". Karena tidak
tidak mendengar induk bahasa sejak mulai lahir, maka dia akan bisu. Dia tidak akan
menggunakan bahasa ucapan, tetapi hanya bahasa isyarat. Dia tidak akan mampu
mengutarakan maksud dan keinginannya dengan ucapan kata-kata.
Menurut saya, bahasa pembicaraan tidak ada kaitannya dengan persoalan darah,
keturunan, daerah asal, bahkan juga tidak oleh ras maupun bangsa. Sebuah misal saja,
jika kebetulan saya mengambil seorang anak berdarah bangsawan, keturunan Arab
dengan ibu Cina, yang tadinya melangsungkan perkawinan di Amerika, dan keturunannya
yang dilahirkan di Swiss, sejak mulai lahir saya bahwa ke Minangkabau, dilingkungan
keluarga saya yang Minang, dan saya besarkan dia di daerah yang sellau memakai bahasa
Minang, ketika ia mulai pandai berucap, dia akan memakai bahasa Minang. Bahasa yang
sering didengar, itulah yang dipakai sebagai bahasanya.
Dengan demikian, tidak ada gunanya memakai bahasa yang tinggi, kepada orang
yang belum pernah mendengar bahasa itu. Kandungan makna yang tinggi itupun, tidak
akan bisa diresapinya. Maka mustahillah kiranya, jika ada menuntut, kiranya Al Qur'an
diturunkan dalam bahasa Yunani kepada seorang utusan bernama Muhammad SAW,
yang nyatanya berbahasa dengan bahasa Arab. Inilah satu ke'arifan Allah, yang
diajarkannya sesuai dengan harkat kemanusiaan. Lebih jauh, mustahillah pula, jika
Al-Qur'an disampaikan dalam bahasa Malaikat, yang mansiapun tidak tahu, bagaimana
bentuk kaedah-kaedah induk bahasa Malaikat itu.

Luar Biasa
Kejadian manusis sungguh luar biasa. Kita yakin, manusia pertama itu,
benar-benar ada. Dan dia pasti tidak kera, juga tidak monyet, ataupun onta. Manusia

Nuansa Kehidupan Islami 20


Pernik-pernik Akhlak Quran

pertama itu adalah manusia juga, seperti kita. Itu pasti. Sebelum ada dibumi, jelas ada
pendahulu kita. Hubungan terpendek, adalah ibu dan bapak kita masing-masing.
Bersambung terus ke atas, hingga sampai pada manusia asal, manusia pertama.
Hukum ini, berterima dalam jalur pikiran manusia. Sebelum kita ada, kita tidak
mengetahui, kita ada dimana, bahkan tidak tahu bagaimana keadaan kita. Alangkah
minimnya ilmu kita tentang diri kita ini, sebelumnya. Namun kita yakin, keberadaan kita
melalui satu proses "kelahira". Tidak seorang manusia pun, yang keberadaannya di sini,
tanpa melalui "rahim ibu". Walaupun di dalam penciptaan "bayi tabung" sekalipun hingga
hari ini.
Sungguh luar biasa, penciptaan manusia, yang mengetengahkan satu proses, dari
sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Tidak kah hal ini mengundang kita untuk
merenungkan keberadaan kita sekarang? Dan banyak lagi pertanyaan yang tindih
bertindih. Akhirnya, hanya bermuara kepada Maha Suci Allah, Maha Pencipta.

Tidak ada taranya


Begitu juga, tentan "anak kisah" yang menemani kita sepanjang usia, yaitu
bahasa, yang bermuara karena adanya kata-kata. Terpikirkanlah, bagaimana lahirnya
kata-kata itu pada permulaannya? Apakah bahasa itu terwujud begitu saja? Siapakah yang
mengajarkannya pertama sekali ?
Setiap kali kita mempergunakannya setiap kali pula kita alpa mensyukurinya.
Berbahasa, adalah nikmat Allah yang tidak ada taranya. Kita lupa berterima kasih, karena
kita tidak mau memperhatikan semua ciptaan Allah. Keinginan untuk mengucapkan
terima kasih, tidak pernah keluar dari diri kita, karena tidak pernah tahu, karena kita tidak
mengerti apa yang harus diberi ucapan terima kasih. Akal kita menjadi beku, karena kita
tidak berkehendak menyelidiki nikmat Allah.
Kita telah mengabaikan ilmu, yang merupakan pemberian Allah, hingga kita
termasuk juga orang-orang yang tak berilmu untuk itu. Orang yang tak berilmu, pada
hakekatnya adalah orang yang tidak berakal. Orang yang tak berakal, adalah orang yang
tak pernah mengucapkan terima kasih. Disinilah terletak areal-agama. Bahwa agama itu,
hanya bagi orang-orang yang berakal.
Ujungnya manusia yang tak pandai berterima kasih kepada Allah Yang Maha
Menjadikan manusia itu sendiri, bagaimana bisa dituntut untuk berterima kasih kepada
semua manusia sendiri ?
Terima kasih, akan dibuktikan dengan bentuk ketundukkan, penghambaan dan

Nuansa Kehidupan Islami 21


Pernik-pernik Akhlak Quran

pengabdian. Merasa diri kecil dihadapan Yang Maha Pemberi, Maha Rahman dan Maha
Rahim. Penghambaan, merupakan bukti dari sebuah kecintaan yang luhur, siapapun yang
mencintai sesuatu, berarti dianya bersedia memperhambakan diri kepada yang
dicintainya.
Bahasa lahir, seiring dengan keberadaan manusia. Kemudian kehidupan
berkembang, dengan bertambahnya bangsa dan panjangnya masa yang dilalui.
"Dan Dia (Allah) ajarkan kepaa Adam nama-nama (benda) seluruhnya" (QS. 2
Al-Baqarah, ayat 31). Peristiwa ini, sudah lama terjadi. Sejak bumi pertama kali didiami
manusia pertama (Adam). Allah mengajarkan pengertian-pengertian tentang
benda-benda, memberikan kepada manusia akal, yang mampu menyerap ilmu, kemudian
mengungkapkan dalam berbicara.
Manusia pun dibedakan dengan makhluk lainnya, diantaranya dengan
kemampuan berbicara, dan mensyukuri ni'mat Allah. Al-Qur'anlah pertama kali
mengajarkan kepada kita, Allah mengajarkan pertama kali pula kepada manusia, ilmu
berkata-kata, melalui pengenalan benda-benda. Karena itu, menurut hemat saya,
bagaimanapun bentuk ilmu pengetahuan pada saat sekarang dan masa datang. Al-Qur'an
tetap sebagai sumber segala ilmu dan pengetahuan. Al-Qur'an akan tetap menjadi
penuntun manusia, agar tidak terjerumus kepada dalamnya jurang kehinaan.

Berbeda dengan ciptaan manusia


Ajaran agama, sangat berbeda dengan ilmu-ilmu pengetahuan ciptaan manusia.
Ilmu pengetahuan, mengarah kepada persoalan yang khas duniawi, bersifat
mengembangkan teori, mengadakan eksperimen, tidak mampu merobah watak manusia
secara utuh. Ilmu pengetahuan hanya mampu memindahkan "pengetahuan", kepada siapa
yang mempelajarinya. Ilmu pengetahuan kedokteran, hanya mampu mengubah sesuai
dengan kepentingan ilmu itu sendiri.
Ajaran Agama, mengarah kepada perubahan watak manusia, yang berpengaruh
kepada tingkah laku dalam kehidupan. Ajaran agama, akan mengikat gerak dan jalan
manusia. Ilmu pengetahuan agama, akan berpindah kepada orang yang mempelajarinya,
dengan suatu tuntutan agar orang mengubah sikap dan tingkah lakunya, sesuai dengan
perintah agama (perintah-perintah Nya), untuk setiap persoalan hidup manusia. Dapatlah
dikatakan, Ajaran agama, menunjukkan seluruh problematik kehidupan manusia, berikut
cara penyelesaiannya.
Ajaran agama (yang bersumber dari Allah, dengan pedomannya Al Qur'an),

Nuansa Kehidupan Islami 22


Pernik-pernik Akhlak Quran

berperan menyembuhkan penyakit yang melanda masyarakat manusia, yang melanda


masyarakat manusia, lantaran kejahatan atau kerusakan moral manusia sendiri. Segala
penyakit dan wabah yang merusak nilai-nilai kemanusiaan, akan disembuhkan secara
total oleh ajaran agama, jika masyarakat manusia itu benar-benar thaat mengikuti ajaran
agama (Allah) itu.
Ajaran agama, itu berperan sebagai penangkal ancaman kerusakan dan kebejatan
yang melanda masyarakat manusia.
"Dan kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman". (QS.17 Al Isra', ayat 82).
Syifaa-un atau penawar, adalah pengobatan dari segala penyelewengan dan
kejahatan yang berjangkit di tengah kehidupan manusia.
Rahmatan, atau "rahmat", adalah penangkal, pencegah datangnya penyakit, yang
merusak nilai-nilai kemanusiaan itu.
Kitapun, sebagai manusia, berada di permukaan dunia ini, mempunyai satu tugas
suci, selalu memelihara nilai-nilai kemanusiaan kita, dengan cara yang ditetapkan oleh
Maha Pencipta.
"Dan tidaklah diciptakan manusia, juga jin, melainkan hanya untuk pengabdian
kepada KU (AllahO)", (Al-Qur'an).
Pengabdian kepada Allah (beribadah), adalah memfungsikan aqal, dan
menempatkan manusia pada konsentrasi yang benar.
Jelaslah agama tidak hanya berurusan dengan masalah akhirat semata, namun
juga mengatur hakekat hidup manusia di dunia.
Sebuah pertanyaan, sudahkah kita hidup sesuai dengan harkat itu?
Begitu Allah memanggil dengan penuh kasih sayang-Nya masihkan kita mengelak jauh
dari Ajaran agamaNya? Sahutlah segera dengan amal kebaikan.

Bukakan Pintu Hati

Penyelenggaraan usaha-usaha tersebut diatas memerlukan beberpa hal, baik yang


bersifat psychologis ataupun technis;

Nuansa Kehidupan Islami 23


Pernik-pernik Akhlak Quran

1. Buka kan "pintu hati" dan "pintu rumah" kita bagi mereka yang memerlukan bantuan
dalam rangka pemulihan ini. Tunjukkan minat kepada keadaan mereka dengan ikhlas dan
sungguh-sungguh.

Andaikata pun kita belum dapat memberikan bantuan kepada mereka sewaktu itu juga,
sekurang-kurangnya sokongan moril kita harus berikan.

Hidupkan harapan mereka kepada kekuatan kerahiman Ilahi, suburkan kepercayaan


mereka kepada kekuatan yang ada pada diri agar kita ketika itu, dengan hati yang lebih
lega.

Hati yang lebih lega dan kembali berisi harapan niscaya akan menambah himmah
mereka untuk bekerja terus. Sekurang-kurangnya, akan menambah daya tahan mereka
dan menghindarkan diri mereka pada perbuatan-perbuatan yang menyalahi hukum Syar'iy
atau duniawi. Sekali-kali jangan mereka meninggalkan kita dengan bermacam-macam
perasaan, yang mematahkan hati mereka untuk menjumpai kita kembali.

2. Untuk kelancaran usaha pemulihan, diperlukan cara pencatatan yang sederhana dari
mereka yang bertebaran itu, mengenai namany, alamatnya, kecakapannya dan lain-
lainnya. Catatan-catatan semacam itu diperlukan untuk memudahkan hubungan
menghubungkan mereka dengan bermacam-macam bidang pekerjaan, sewaktu-waktu kita
mengetahui terbukanya sesuatu kesempatan bekerja atau sumber pencaharian, yang sesuai
dengan kecakapan dan kemampuan mereka.

3. Kumpulkan sebanyak-banyaknya bahan informasi dengan mempertajam mata dan


telinga dengan hubungan korespondensi untuk mengetahui dimana ada, atau akan ada
kesempatan penyaluran tenaga-tenaga tersebut baik dalam ataupun di luar daerah.

4. Ada seseorang telah terbuka kesempatan penyalurannya dalam suatu bidang


pekerjaannya, janga lupa ;

a. meamanatkan kepadanya, supaya dia benar-benar membuktikan kesungguhannya


dan senantiasa mempertinggi mutu pekerrjaannya dibidang yang akan ditempuhnya itu.
Dia harus membuktikan bahwa dia adalah salah seorang dari golongan yang menjunjung
tinggi nilai-nilai hidup, seperti kejujuran dan budi akhlak-akhlak pekerti yang baik.

b. Memesankan kepadanya, supaya bila apabila dia sudah mendapat sumber


pencahariannya, jangan dia sendiri tenggelam di dalamnya. Akan tetapi di samping

Nuansa Kehidupan Islami 24


Pernik-pernik Akhlak Quran

pekerjaannya, hendaklah dia berusaha sedapat mungkin, merintiska jalan bagi teman-
teman yang masih bertebaran.

5. Tunjukkan minat kepada usaha-usaha yang telah atau sedang dilaksanakan oleh
seseorang atau sekelompok berupa perusahaan sendiri, umpamanya dibidang pertanian,
peternakan atau perusahaan kecil dan sebagainya. Mereka ini termasuk golongan yang
berani merintis dan mempunyai inisiatif.

Gembirakan semangat bekerja mereka dan berilah dorongan kepada perusahaan


kecil yang diselenggarakan dengan tenaga sendiri atau bersama itu. Kumpulkan bahan-
bahan mengenai tata kerja dan pengalaman mereka masing-masing yang dapat pula
dipergunakan sebagai pedoman bagi teman-teman mereka yang ingin menempuh bidan
itu pula.

6. Di dalam beberapa hal, dalam pekerjaan semacam ini mungkin diperlukan


menghubungi instansi-instansi resmi. Tidak usah ragu-ragu atau khawatir bila untuk ini
diperlukan menghubungi instansi-insntansi itu. Hubungi mereka secara sopan, zakelijk
dan correct, dengan tidak menggadaikan martabat pribadi.

Ada dua cara yang dimanapun juga tidak akan mendapatkan penghargaan, yakni ;
cara sembrono yang tak tahu aturan, dan cara pengemis yang mintak-mintak dikasihani.

1. Barangkali timbul pertanyaan; Kalau begitu macamnya usaha-usaha yang harus


diselenggarakan mengingat teman-teman yang banyak itu, lalau bagaimana kita sendiri ?

Jawabnya; Sudah tentu masing-masing kita perlu mengusahakan agar dapur tetap
berasap. Ini kewajiban kita sebagai kepala keluarga. Tetapi dalam pada itu, sudah menjadi
pembawaan bagi seorang pemimpin bila ia hendak dianggap sebagai pemimpin bahwa dia
terus memikirkan dan mengikhtiarkan kesejahteraan bagi umat yang dipimpinnya, di
samping itu berusaha memenuhi kewajiban terhadap diri dan rumah tanggannya sendiri
dengan sesatpun tidak memutuskan harapan atau ma'unah dan kerahiman Ilahi dalam
keadaan bagaimanapun.

Amal dan ikhtiar kita dalam dua bidang kewajiban ini senantiasa sejalan dan
berjalin. Terkadang-kadang titik berat itu mungkin berkisar-kisar di antara dua bidang itu,
menurut tuntutan keadaan disesuatu waktu. Tetapi kedua-duanya tetap terjalin, dalam
bagaimanapun juga.

Nuansa Kehidupan Islami 25


Pernik-pernik Akhlak Quran

Malah justeru di sa'at serba sulit itulah Umat menghajatkan benar bahwa para pemimpin
mereka dapat dirasakan berada ditengah-tengah mereka dalam suka dan duka, dalam arti;
tetap bersama-sama menghadapi persoalan mereka walaupun mereka tahu bahwa para
pemimpin mereka itu tidak bisa, dengan serta merta, mengatasi berbagai kesulitan-
kesulitan yang mereka alami.

"KAMU HANYA AKAN DAPAT PERTOLONGAN (DARI ILAHI) DENGAN,


(MENOLONG KAUM YANG LEMAH DI ANTARA KAMU",

Ini adalah Sunnatullah.

"TIAP-TIAP KAMU ADALAH PEMIMPIN, DAN TIAP-TIAP PEMIMPIN AKAN


DIMINTAK PERTANGGUNGAN JAWAB ATAS PIMPINANNYA".

Bukanlah begitu peringatan Rasul ?

2. Pemikiran-pemikiran (idea) yang tersebut pada pasal-pasal diatas itu belumlah


komplet dan limitatif, yakni

tidaklah terbatas hingga itu saja. Satu dan lainnya dikemukakan sebagai penggugah
dan pengantar pemikiran. Kita percaya kepada pengalaman-pengalaman daya pikir daya
cipta masing-masing kita yang sama-sama menghadapi kesempurnaan lagi dalam
praktiknya, sambil berjalan.

Mungkin pula dari apa yang tersebut diatas timbul pendapat seolah-olah apa yang
dikemukakan itu adalah barang lama, tidak ada yang baru.

Syukurlah kalau ternyata itu semua adalah hal-hal yang sudah lama dikerjakan
orang, dan lantaran itu tentu, kitapun dapat mengerjakannya, asal mau.

Yang sudah terang ialah, bahwa barang yang lama itu tetap bagi kita akan baru,
selama kita tidak atau belum kerjakan.

Barangkali juga dirasakan, bahwa di antara hal-hal itu ada yang demikian barunya
sehingga sukar, malah rasa-rasa tak mungkin dapat mencapainya. Semboyan kita ialah ;

Nuansa Kehidupan Islami 26


Pernik-pernik Akhlak Quran

- Yang mudah sudah dikerjakan orang

- Yang sukar kita kerjakan sekarang

- Yang "tak mungkin" kita kerjakan besok

- Dengan mengharapkan hidayat Ilahi.


"Katakanlah : Wahai kaumku, berbuatlah kamu sehabis-habis kemampuan-mu,
akupun berbuat"!

Nuansa Kehidupan Islami 27


Pernik-pernik Akhlak Quran

BANTULAH
SAUDARAMU
ALLAH AKAN MEMBANTU KAMU

Alhamdulillah, sekali-kali walaupun hanya satu jam kita sudah mulai bertemu
dengan Matahari. Warnanya tidak lagi kelabu walaupun asap belum habis. Sekali-kali
hujan pun mulai turun pada beberapa tempat. Namun asap belum juga reda. Warna
Matahari masih kemerahan, mengingatkan kita tentang pahitnya warna kehidupan di
desa-desa terpencil yang terseok-seok akibat kemarau panjang.
Diantaranya Lunang Silaut. Penduduknya sudah mulai minum air kubangan
bercampur luluk karena air bersih sulit dicari. Sebatas pemberitaan Surat Kabar di daerah
ini, terungkap pula kabar bahwa bantuan air harus dibayar masyarakat Rp. 2.500 bagi
yang memerlukan.
Mungkin ini sekedar untuk membantu ongkos membawa dari tempat yang jauh
sampai ke Lunang Silaut. Wajar saja untuk membawanya dengan mobil tentu diperlukan
bensin. Suatu hal yang lumrah saja sebenarnya.
Akan tetapi dalam kasus Lunang menjadi terasa berat karena sebahagian
masyarakatnya telah mulai memakan nasi campur ubi. Bagi mereka sangat tidak mampu
untuk membeli air. Keprihatian lembaga-lembaga Islam termasuk Muhammadiyah
Wilayah Sumatera Barat berupa ajakan agar kita memperlihatkan rasa ukhuwah yang
mendalam sesama Muslim dengan segera mengumpulkan dana bantuan untuk masyarakat
di daerah sulit itu, perlu disahuti. Makin cepat makin baik.
Yang diperlukan umat kita di Lunang Silaut hari ini bukanlah pakaian, melainkan
yang bertalian dengan perut dan makanan. Kebutuhan vital untuk hidup. Syukur juga
musibah ini tidak terjadi selama pemilu 1997. Bila terjadi pada saat-saat kampanye,
rasanya tidak perlu risau benar, karena kita yakin bantuan akan berdatangan dari segala
pihak, terutama yang sedang melaksanakan kampanye.
Dikala maraknya kampanye menggigit suara umat sudah selesai, beban ini
terpulanglah kepada lembaga-lembaga kemasyarakatan (seperti Muhammadiyah

Nuansa Kehidupan Islami 28


Pernik-pernik Akhlak Quran

umpamanya) yang berkewajiban memperhatikan umat yang sedang dihimpit kesusahan.


Organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga kemasyarakatan ini berkewajiban setiap saat
memikirkan keadaan masyarakatnya, tidak hanya dalam bentuk temporer (sesaat) tetapi
sepanjang masa. Inilah resiko logis bagi suatu organisasi kemasyarakatan yang besar
yang menyandang amanah umat.
Bila kita sadari, dana yang bisa kita ulurkan itu banyak tersedia. BAZIS umpamanya bisa
saja mengeluarkan sebahagian Zakat yang dikumpulkannya untuk orang-orang yang
sangat memerlukan air dan makanan supaya masyarakat di desa yang sulit itu tidak
menjadi kelaparan dan kehausan.
Bila kita bersedia membuka khazanah para Muhsinin masa lalu, kita bisa belajar
kepada isteri Harun Al-Rasyid (hanya sekedar contoh) yang bersedia menjual barang
perhiasannya menggantinya dengan membuat sebuah parit (saluran) air menuju kota
Madinah. Dan manfaatnya dapat dirasakan sampai hari ini, walaupun berabad-abad telah
berlalu. Selama orang masih tetap meminum air yang dialirkan tersebut, jelas pahalanya
selalu mengalir pula kepadanya (ini adalah sesuai menurut keyakinan aqidah Islam).
Untuk kasus Lunang kabarnya sudah lama dimintakan perbaikan-perbaikan
sumur air sebelum terjadi kemarau panjang. Bila itu terlaksana dari dahulu, tentu
masyarakat tidak akan terlalu susah pada hari ini. Akan tetapi entah karena keterbatasan
dana atau masih menunggu sebuah keputusan, perbaikan tersebut tak kunjung terjawab.
Akibatnya sangat fatal, air habis tatkala kemarau panjang datang dan asap ikut membantu
cuaca makin kering. Ironis sekali.
Tidak berapa lama lagi MTQ tingkat Sumatera Barat akan kita laksanakan.
Sarana dan prasarananya sudah kita persiapkan. Sebatas berita Surat Kabar juga terdapat
pastinya kita belum tahu. Bila sebahagian kecil saja dari bahagian panitia dan kontraktor
ini dapat dialirkan berbentuk air ke Lunang Silaut, tentu masyarakat disana tidak akan
kehausan. Bersediakan kita mengulurkan tangan untuk itu? Pertanyaan ini hanya bisa
dijawab dengan perbuatan. Mudah-mudahan masa kekeringan tidak akan lama.
Perlu kita ingat bahwa membantu orang lemah sebenarnya membuktikan bahwa
kita adalah kuat. Dan membiarkan orang yang lemah menjerit dengan kelemahannya,
sebenarnya memberi tahu orang lain bahwa kita lebih lemah dari mereka. Keengganan
memperhatikan orang yang lain bisa berakibat Allah lupa memperhatikan kita.
Nabu Muhammad Shalallahu 'alaihi wassallam menasehatkan kita semua dengan
sabda beliau yang sangat dalam artinya :
Man lam yahtamma bi ammril Muslimin falaisa minhum

Nuansa Kehidupan Islami 29


Pernik-pernik Akhlak Quran

Artinya :
Yang tidak mau tahu urusan sesama umat Muslim sebenarnya tidak pantas disebut
kelompok Muslim.
Begitulah Rasulullah SAW
Mudah-mudahan kita tidak tergolong kedalam klasifikasi yang disebut Rasulullah
SAW ini. Mari kita bantu Saudara kita yang sebenarnya sangat menunggu bantuan kita.
Dan kita sukseskan bersama program yang sudah di gerakan oleh Muhammadiyah
Wilayah Sumatera Barat.

Nuansa Kehidupan Islami 30


Pernik-pernik Akhlak Quran

Refleksi Ibadah Kurban

IBADAH KURBAN, mengikut millah Nabi Ibrahim AS secara lengkap di sebutkan


dalam QS.Shaffat (37) ayat 100-113, suatu simbol taqarrub (mendekatkan), tafakkur
(memikirkan) serta tadzakkur (mengingat) terhadap nikmat Allah, yang telah di tetapkan
sebagai manasik (ketetapan syari’at) kepada setiap umat dari Allah SWT. 1

Maka ibadah kurban, sebenarnya merupakan suatu “persembahan kepada Allah


Yang maha Kuasa” sebagai perwujudan ketaatan ‘abid (abdi, hamba) dengan kemampuan
menunaikan ajaran agamanya, dan kesiapan menterjemahkan secara hakiki istilah kurban
itu. Karena itu, ada beberapa ahli fiqh Islam meletakkan ibadah kurban ini tidak hanya
sebatas sunnat muakkad, tetapi ada yang meletakkan pada taraf wajib bagi yang mampu
2
.

Refleksi dari ibadah ini adalah lahirnya sikap pengorbanan yang tulus, penuh
kerelaan dengan kesadaran yang tinggi sebagai pembuktian tanggung jawab makhluk
terhadap khaliknya.

MAKNAWI IBADAH adalah lahirnya watak positif sebagai hasil jalinan hubungan
komunikatif dengan ma’bud (hablum minallah), membentuk sisi kejiwaan (psychological
side-effect) yang terlihat jelas pada sikap;

 ikhlas (bersih), redha (siap sedia), shabar (tahan uji), istiqamah (disiplin), qanaah
(hemat), jihad (rajin dan berani), taat (setia), syukur nikmat (pandai berterima kasih),
yang merupakan dasar-dasar akhlaq mulia dan menjadi tugas pokok risalah keutusan
Muhammad SAW 3.

IBADAH mengeratkan hubungan mu’amalah, atau hubungan sosial kemasyarakatan


(social effect), yang terlihat nyata pada ;

 jalinan tugas-tugas kebersamaan (hablum minan-naas), kesediaan meringankan beban


orang lain, peduli dengan kaum fuqarak wal masakin, sedia memikul beban secara
bersama,

 hidup dengan prinsip ta’awunitas (saling menolong, bekerja sama dan sama-sama
bekerja).

Nuansa Kehidupan Islami 31


Pernik-pernik Akhlak Quran

Untuk itu, Allah menyediakan balasan (pahala) ibadah kurban ini berupa “hasanah
pada setiap helai bulu ternak yang di korbankan” , dan merupakan amalan yang paling di
senangi Allah di yaumun-nahar (hari raya kurban), inilah puncak kegembiraan muttaqin
(orang yang mawas diri) 4 .
Di simpulkan, HIKMAH ibadah 5 adalah pembuktian yang nyata dari;
1. tauhidiyah (shalat, nusuk, hidup-mati), ditujukan kepada Allah, dengan sikap prilaku
hubbullah, menghidupkan sunnah al muwahhidin, dan membudayakan mawaddah wa
rahmah (hubungan kasih sayang sesama manusia) 6,
2. syukur atas nikmat Allah, berarti tunduk, cinta, pengakuan, memuji, dan
mempergunakan di jalan yang di redhai Allah 7 ,

3. taqwa (mawas diri) kepada Allah dengan tafakkur (berfikir) dan tadzakkur (berzikir)
atas hidayah-Nya, dan ihsan 8 yaitu sikap peduli sesama.

Masaalah berat dalam kehidupan masyarakat modern adalah menurunnya kualitas


manusia secara ijtima’iy (kemasyarakatan).

MODERNISASI telah mendorong umat manusia menggapai tingkat kehidupan


duniawi (materiil) dengan menghidangkan hidup nyata yang lebih baik dari sebelumnya.
Percepatan ini dimungkinkan oleh penguasaan kemajuan ilmu pengetahuan dan tek-
nologi.

Kebodohan serta segala keterbelakangan yang mendera umat Islam di berbagai


belahan dunia saat ini sangat wajar dipulangkan kepada umat Islam, dan menekankan
supaya benar-benar menjadikan ajaran Allah sebagai sumber keberkatan kehidupannya.
Sebaliknya, umat Islam itu maupun sebagai aparat pemerintahan maupun sebagai rakyat
biasa, sangat wajar berusaha terus-menerus menimba ilmu pengetahuan yang ada dalam
kitab suci Alquran. Serta menjadikan Alquran benar-benar sebagai pedoman hidup untuk
memacu dan menciptakan kesejahteraan di dunia maupun di akhirat.

Pernyataan Rasulullah SAW menyebutkan bahwa keberhasilan manusia hanya


dengan ilmu, "Siapa yang inginkan dunia dia harus peroleh dengan ilmu, siapa yang
inginkan akhirat juga harus direbut dengan ilmu, dan siapa yang inginkan keberhasilan
kedua-duanya (dunia dan akhirat) maka keduanya harus direbut dengan ilmu" (Al
Hadist). Sementara Firman Allah menegaskan, "Allah menganugerahkan al hikmah

Nuansa Kehidupan Islami 32


Pernik-pernik Akhlak Quran

(ilmu, kefahaman mendalam tentang Alqur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang IA
kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi Al Hikmah (ilmu) itu, maka ia
benar- benar telah di anugerahi karunia (nikmat) yang banyak. Dan hanya orang - orang
yang berakal- lah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman- firman Allah)" (Al
Baqarah, QS. 2 ayat 269).
Kalaulah umat Islam masih saja "mendua", maksudnya tidak sepenuh hati
menjadikan Alqur'an sebagai pedoman hidup, maka selama itu pulalah umat Islam akan
ditimpa berbagai macam kegelisahan dengan berbagai bentuk penderitaan. Sebab, umat
Islam yang menderita itu, tidak bisa dilepaskan dari keingkarannya pada kebenaran
ayat-ayat Alqur'an. Oleh sebab itu, marilah kita benar-benar menjadikan Alqur'an sebagai
pedoman hidup yang membawa kesejahteraan secara keseluruhan.
Semua di lakukan mengharap redha Allah sebagai aplikasi terutama dari nilai Alquran.

Sejak dari permulaan abad lalu, terasa perkembangan lapangan komunikasi


informasi sangat mempengaruhi warna kehidupan sosial-ekonomi, apalagi dalam
menatap arus globalisasi.

Selain berkembang kearah yang positif, tidak jarang dampak negatif menyertai,
tatkala kesiapan moral spiritual tidak di seiringkan dengan laju perkembangan material.
Laju pertumbuhan materiil yang tidak di imbangi kesadaran akhlaq mulia (moralitas
spiritual) akhirnya menyisakan “limbah budaya” yang berpengaruh pada penurunan
kualitas manusia. Limbah budaya, tampak pada perilaku yang tidak normatif, seperti
kehidupan materialistis tanpa mengindahkan batas -batas antara halal dan haram, antara
boleh dan tidak.

Memisahkan nilai-normatif dalam aktifitas hidup manusia, dengan mengabaikan


dominasi moral agama yang sebelumnya telah di jadikan ukuran kualitas manusiawi,
pasti akan mengundang bencana berupa krisis citra kemanusiaan.

Hajat hidup tidak semata pemenuhan kebutuhan materiil, malah lebih oleh kepuasan
spiritual yang melahirkan rasa aman, rasa bahagia dan hidup yang tenteram. Merebut
materi semata dengan menghalalkan serba cara, bisa menghapuskan kecintaan terhadap
sesama manusia dengan hilangnya kerukunan dan kesantunan.

Nilai-nilai halus kemanusiaan akan terusik dan terabaikan, manakala aktifitas


kehidupan semata bersandar kepada penataan individualistik dengan anggapan bahwa

Nuansa Kehidupan Islami 33


Pernik-pernik Akhlak Quran

kehidupan ukhrawi tidak kena mengena (tidak relevan) dengan kegiatan duniawi (paham
sekularisme).

Akibat lebih jauh, manusia leluasa merampas hak orang lain untuk "struggle for
life". Muaranya adalah kehidupan hedonistik, berkembangnya kriminalitas, sadisma,
pergaulan tak bermoral (a-moral), akhirnya mengundang hilangnya kepercayaan di
tengah pergaulan hidup, kemudian menjelma menjadi krisis (dharra’) yang sulit di atasi.

TANTANGAN HIDUP dan situasi krisis betapapun hanya bisa teratasi oleh adanya
kepedulian sesama dalam wawasan tauhid, tawadhu’ (pengabdian luhur), taqarrub (rela
berkurban), amanah (jujur beramal), tazkiyatun-nafsi (bersih bertindak), ta-allaful qulub
(bersatu hati), tawakkal (berserah diri dengan usaha), sebagai akhlaq ibadah kepada
Allah, yang merupakan refleksi dari ibadah kurban.

Ingin mendapatkan sesuatu secara mudah tanpa harus mengerahkan potensi secara
optimal akan mengundang kehidupan tanpa kewajaran, bisa menghilangkan hak esensial
manusia. Disamping bisa pula menghapus penghormatan manusia terhadap sesama, atau
meluncurnya nilai-nilai kualitas manusia, dengan kehidupan liberalis yang menjangkiti
sebahagian negeri maju, dan bergerak sangat cepat sebagai limbah budaya di tengah arus
globalisasi.

Kenyataan ini menyertai juga gerak ekonomi yang tidak lagi merujuk kepada
kemashalahatan orang banyak, tetapi mengarah kepada penumpukan keuntungan pribadi
semata.

Usaha antisipasi berupa saringan (filterisasi) terhadap perkembangan negatif yang


membahayakan pertumbuhan generasi bangsa dimasa depan. Filterisasi yang di
kehendaki adalah kebijakan memanfaatkan nilai- nilai luhur dengan upaya menerapkan
nilai normatif di tengah kehidupan berperi kemanusiaan yang beradab, dan menitik
beratkan gerakan kebersamaan (gotong royong), dengan memelihara nilai-nilai luhur adat
(puncak-puncak kebudayaan) yang didasarkan atas perbuatan terpuji, serta panduan
ajaran agama yang mengajarkan akhlak mulia (akhlaqul-karimah), secara berkelanjutan
(sustained).
Suatu kenyataan bahwa pergolakan kompetitif di era globalisasi akan di dominasi
oleh pemilik ilmu pengetahuan dan teknologi yang berpeluang menguasai dunia abad
mendatang. Penguasaan ilmu pengetahuan (hikmah) adalah bagian integral dari Pola
Qurani memotivasi manusia (Muslim) yang secara akomodatif berkemampuan tinggi

Nuansa Kehidupan Islami 34


Pernik-pernik Akhlak Quran

mengantisipasi langkah zaman jauh ke depan. Pengembangan Pola Qurani (diantaranya


berisi tauhidiyah, ukhuwwah, keakhiratan, jihadun fii sabilillah, cinta ilmu pengetahuan
untuk mendukung amaliyah duniawi), jelaslah merupakan salah satu alternatif paling
tepat karena bermuatan hidayah dan dipercayai ummat terbanyak dari generasi bangsa ini.
Dengan demikian berpotensi besar menopang laju pembangunan bangsa dan negara
tercinta, serta merupakan langkah positif kedepan guna menatap perubahan zaman.

Wa hamdulillahi Rabbil 'Alamien.

Padang, Dzul-hijjah 1418 H

TEGURAN DAN NASIHAT


PERTANDA KASIH
SESAMA MUSLIM

Diriwayatkan, ketika Khalif UMAR bin Khatab (Ra), dimabil sumpah


jabatannya, beliau menutup dengan sebuah pesan amanat. Pesan amanat ii ternukil dalam
pidato pelantikan Khalifah. Intisarinya sama dengan yang diucapkan oleh Khalifah Abu
Bakar Ash-Shiddieq yang digantikan Umar bin Khattab R.A.
Pesan itu berbunyi, "minta supaya ada tegoran, jika ternyata Khalifah berbuat
salah".
Maka bangunlah seorang dari hadirin, seorang rakyat biasa - rakyat jelata -,
menanggapi lantas berkata"
"Demi Allah, jika kedapatan oleh kami ketidakjujuran pada dirimu, kami akan
betulkan dia dengan pedang"..
Memang tajam kata-kata yang diucapkan seorang awam ini. Disahuti langsung
ajakan Khalif Umar (RA), untuk meminta ditegor, justru di tengah upacara pelantikan
Khalif itu sendiri.
Suatu keadaan yang memang langka ditemui. Umar bin Khatab (RA), yang
dikenal sebagai seorang yang berwatak "kertas", bahkan berdarah panas di antara para
sahabat, memperlihatkan "jiwa besar" dengan serba ketenangan menghadapi ucapan
semacam itu.

Nuansa Kehidupan Islami 35


Pernik-pernik Akhlak Quran

Jawaban Khalfah Umar bin Khatab, merupakan "kata berjawab, gayung


bersambut". Terjalinlah satu tali halus tetapi kokoh, antara pemimpin dengan ummat yang
dipimpinnya.
Khalif Umar bin Khatab berkata.
"Demi Allah, Segala puji bagi Allah, yang telah menjadikan di tengah Umar bin
Khattab, seorang yang sanggup membetulkannya dengan pedang (jika umar berbuat
kesalahan)".. Seketika itu, terbentuklah apa yang disebut "social responsibility" yang
memang amat besar manfaatnya bagi kelancaran tugas-tugas pemerintahan.
Sebuah pernyataan
Pada kali lain, Khalifah Umar bin Khattab (RA), hendak menyampaikan sebuah
"statement" kepada ummatnya.
Ditengah-tengah majelis pertemuan itu, Khalifah Umar memulai dengan kata
pembuka, "Dengarlah dan ta'atilah..."
Tiba-tiba seorang dari hadirin ditengah Majelis Khalifah ini, berdiri dan
menginterupsi, "Tidak akan kai dengarkan dan juga tidakan kami ta'ati.."
"Kenapa Tidak???", Kata, Khalifah Umar bin Khattab. "Kami mau, lebih dahulu
Khalif menjelaskan, dari mana asalnya engkau memperoleh pakaian ini?" (Disaat itu
Khalifah memakai pakaian yang tidak berasal dari distribusi, yang dibagikan secara
merata kepada Umum. Umar sedang memakai pakaian dari bahan lain. Pada hal
sebetulnya, perawakan Umar yang berbadan kekar dan tinggi itu tidak bisa memakai
pakaian yang didistribusikan, lantaran kekecilan).
Mendengar "koreksi" ini, Khalifah Umar bin Khattab (RA) tidak menjadi
meradang, atau membanggakan kedudukan posisinya. Dia bukanlah seorang yang
berkuasa dengan sifat "pantang tersinggung, tidak boleh diganggu gugat". Khalif orang
besar dan berjiwa besar. Mendengar pertanyaan setajam itu, Khalif Umar bin Khattab
memanggil anaknya (Abdullah Ibnu Umar bin Khattab R.A 'Anhuma) sambil
"tersenyum", dengan penuh kewibawaan, Khalif bertanya.
"Wahai Ibni Umar, dapatkah ku minta Allah jadi saksi atasmu, mengenai
pakaian-ku ini?". "Terangkanlah, apa ini pakaianmu?", tanya Umar, RA.
Maka Abdullah Ibnu Umar (putra Khalifah) menjelaskan kepada hadirin, pakaian
yang dipakai Khalifah adalah pakaian kepunyaannya, yang dihadiahkannya kepada
Khalifah yang juga "ayah kandungnya" sendiri. Karena pakaian tersebut ternyata sangat
cocok dengan ukuran badan Umar bin Khattab RA. Anggota Majelis yang bertanya tadi,
serta merta berkata: "(Kalau begitu), teruskanlah perintahmu wahai Khalifah, maka kami

Nuansa Kehidupan Islami 36


Pernik-pernik Akhlak Quran

akan dengarkan dan kami akan ta'ati. (Insya Allah). Demikianlah satu "cuplikan" sejarah,
peri kehidupan para sahabat Rasulullah yang masih mengalami masa-masa "nubuwwah".
Para sahabat saling memupuk "dhamir" masyarakat (social responsibility).
Mereka memulai dengan menawarkan diri sendiri jadi sasaran "amar ma'roef dan
nahi moenkar", guna menyuburkan kekuataan pengendalian diri (self control) dan
pengkoreksian diri dari masyarakat (social control). Hal itu terjadi, karena teramalkannya
dengan sungguh-sungguh Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala),
"(tetapi) hendaklah kami bertolong-tolongan atas kebaikan dan bakti
(ketakwaan), dan janganlah kamu bertolong-tolongan dalam berbuat dosa dan
permusuhan, dan hendaklah kamu takut kepada Allah, karena sesungguhnya Allah itu
sangat keras siksanya" (QS.V Al-ma'idah, ayat 2)

Tegur Sapa
"Ta'awun (saling pertolongan), sebuah aktivitas konkret. Dia bisa bersifat
koreksian dan tegoran. Bukanlah sebuah "tegoran" diartikan sebagai satu tanda kebencian
atu permusuhan terhadap pribadi seseorang yang melakukan kesalahan itu sendiri. Tidak
harus diartikan begitu. Maka titik tolak kita sebagai seorang Muslim dan Muslimah dalam
melakukan tugas "tegur-sapa" (istilah di Minangkabau-nya, senteng babilai/singkek
ba-uleh ta-tuka ba-anjak/ba-rubah basapo), karena "rasa kebencian" semata. Bukan
didorong "rasa benci".

Nuansa Kehidupan Islami 37


Pernik-pernik Akhlak Quran

MERASAKAN LEZAT
HUBUNGAN ROHANI

Hubungan jiwa antara pemimpin dan yang dipimpin tidak dijalin dengan suatu
pidato jawaban yang panjang-panjang, supaya sesuai gayung dengan sambut, seperti yang
sering di dengar dalam acara-acara resepsi. Akan tetapi melalui satu perhubungan rohani
yang teguh dan ikhlas, yang terbit dari cita-cita hendak bersama-sama dalam kegembiraan
dan kedukaan, hendak sesakit dan sesenang, hendak sehidup dan semati.
Berbahagialah seorang pemimpin yang mempunyai hubungan bathin seperti itu,
dengan ummat yang dicintainya dan mencintainya. Beruntunglah pula satu umaat yang
ditengah-tengahnya ada pemimpin tempat mengarahkan perasaan suka di waktu senang,
menunjukkan perasaan duka di zaman susah. Alangkah lezatnya hubungan rohani
semacam itu, hubungan rohani yang terbit dari se-cita-cita dan se-aqidah.
Hubungan rohani yang seperti itu bertambah dalam artinya dan tidak kurang
kekuatannya bila datang marabahaya yang menimpa satu ummat. Sebab dalam
kenang-kenangan ummat itu kesusahan yang sama diderita lebih dalam bekasnya
daripada kesenangan yang sama-sama dirasai.
Pertalian rohani yang seperti itu terbit dari satu hubungan yang rapat berdasar
kepada sama harga menghargai. Timbul dari nasib yang satu, dari kebudayaan yang satu,
yang telah terjalin dan berlapis dalam sejarah ummat sampai menjadi satu pusaka lama
harta bersama, aqidah yang sama - sama hendak diperlindungi dan dipertahankan.
Apabila cita-cita dan pertalian rohani itu sudah menjadi ikatan yang dipertalikan
oleh perjalanan sejarah, maka waktu malapetaka datang menimpa tidak ada beban berat
yang tak mungkin terpikul, tak ada korban besar yang tak mungkin direlakan oleh semua
yang ada dalam ikatan, untuk memelihara keselamatan bersama untuk mencapai kejayaan
bersama. Sungguh lezat hubungan rohani yang seperti itu. Luruskan Niat
Akan tetapi kelezatannya tidak mungkin dikecap selama belum lengkap syarat
dan rukunnya, yaitu aqidah dan ukhuwwah. Suatu bentuk dan susunan hidup berjamaah
yang diredhai Allah yang dituntut oleh syari'at Islam, mengikuti jejak Risalah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam dengan tuntutan Kitabullah.
Kita sekarang merintis merambah jalan guna menjelmakan hidup berjamaah
sedemikian yang belum kunjung terjelma di negeri kita ini, kecuali dalam khutbah alim
ulama, pepatah petitih ahli adat, dan pidato para cerdik cendekia. Kita rintiskan dengan

Nuansa Kehidupan Islami 38


Pernik-pernik Akhlak Quran

cara dan alat-alat sederhana tetapi dengan api cita-cita yang berkobar-kobar dalam dada
kita masing-masing.
Ini nawaitu kita dari semula. Ia murah, tapi tak dapat dibeli. Ia dekat, tapi tak
mungkin dicapai, sebelum terpenuhi bahan dan ramuannya. Tak mempan disorongkan
dengan perintah halus atau yang semacamnya itu. Kita jagalah agar api nawaitu itu jangan
padam atau berobah di tengah jalan. Kita ikatkan ukhuwwah yang ikhlas bersendikan
Iman dan Taqwa. Maka, tidak seorang pun yang berpikirkan sehat di negeri kita ini yang
akan keberatan terhadap penjelmaan masyarakat yang semacam itu.
Nilai amal kita, besar atau kecil, terletak dalam niat yang menjadi motif untuk
melakukannya. Tinggi atau rendahnya nilai hasil yang dicapai sesuai pula dengan tinggi
atau rendahnya mutu niat orang yang mengejar hasil itu. Amal kita yang sudah dan kita
kerjakan tetapi tujuan nawaitu nya kita anjak. Semoga dijauhkan Allah jualah kita semua
dan keluarga kita dari kehilangan nawaitu di tengah jalan. Amin.

Nuansa Kehidupan Islami 39


1
Dalam sebuah hadist disebutkan, tatkala para shahabat bertanya “Maa haa dzihi al-adhaa-hiy? (apa artinya udh-
hiyah (memotong hewan kurban) itu?) maka Rasulullah SAW menjawab “Sunnatu abii-kum Ibrahim”(Sunnah
atau ketentuan dari Bapakmu Ibrahim AS), (HR.Ahmad dan Ibnu Majah).
 Lihat juga peristiwa kurban Ibrahim dalam QS.37,As-Shaffat, ayat 100-113.
 Al Quran Surat Hajj (22) ayat 34 menyebutkan dengan terang; “wa likulli ummatin ja’alnaa mansikan,
liyadzkurusmallahi ‘alaa maa razaqakum min bahiimatil-an’aami, fa ilaahukum ilaahun waahidun, falahuu
aslimuu, wa bassyiril mukhbitiina”, artinya “dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan
kurban, supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah di rezekikan Allah kepada
mereka, maka Tuhanmu adalah Tuhan Yang Satu (Allah SWT), karena itu berserah dirilah kepada Nya. Dan beri
kabar gembiralah kepada orang-orang yang tunduk dan patuh (kepada Allah)”.
2
a. Sabda Rasulullah SAW; “ man wajada sa’ata li-an yudhah-hiya falam yudha-hiy fala yaqrubanna mushalla-
na” (HR.Ahmad dan Ibnu Majah), artinya “ siapa yang telah memiliki kesanggupan untuk berkurban dan tidak mau
melaksanakan kurban, maka janganlah di hampiri tempat shalat kami”, untuk bahan penilitian lihat juga Nailul Authar
V; 197-200, dan Al Majmu’ syarah Al Muhadzdzab VII; 382-386, dan Al Fath-hul Rabbani XIII; 57-60, dan Takmilul
Fath-hul Qadir IX; 504-509, atau Subulus Salam 89-91.
 Kurban, bermakna “persembahan kepada Allah Yang maha Kuasa” (KUBI,1996 hal 744), berkurban artinya
mempersembahkan kurban kepada Yang maha Kuasa, sebagai suatu tuntutan ajaran agama terhadap seseorang yang
mampu (lihat KBIK,1995, hal 802).
 Korban adalah kata kurban yang telah berobah makna, maka berkorban berarti menantang derita bahkan kematian
untuk sesuatu tujuan yang sangat mulia atau ditujukan kepada sesuatu yang sangat di cintai, dan “pengorbanan”
adalah hal, cara, hasil dari pekerjaan mengorbankan sesuatu itu (KUBI,hal: 718). Lihat Cyril Glasse,”Ensiklopedia
Islam”, Ed.Indonesia, Jakarta 1996, hal 331-332
3
Sabda Rasulullah SAW “Innama buits-tu li utammi makarimul akhlaq” artinya “ aku di utus untuk membentuk
akhlaq mulia (bagi setiap manusia)” (Al Hadist).
4
* Firman Allah menyatakan;
 “wal-budna ja’alnahaa lakum min sya’aaril^lahi lakum fiiha khairun, fa^dzkurus-mallahi ‘alaiha shawaaffa.
Fa idza wajabat junuubuha fakuluu minha wa ath’imul^qaani’a wal mu’tarra. Kadzalika sakh-kharnaha
lakum, la’allakum tasykuruna”, artinya, “Dan Kami telah jadikan untuk kamu unta-unta (hewan ternak) itu
sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kabikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama
Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Dan kemudian apabila telah roboh
(mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang
tidak meminta-minta) dan orang yang meminta (fakir miskin). Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta
itu kepadamu, mudah-mudahan kamu bersyukur”( QS.22:36).
 Sabda Rasul; “maa lanaa minha?”, tanya sahabat, Rasulullah menjawab :”bi kulli sya’ratin hasanatun”, artinya
“pada setiap helai bulu ternak yang di kurbankan itu, untukmu ada kebaikan” (HR.Ahmad dan Ibnu Majah).
 Sabda Rasul; “maa ‘amal ibnu Adama yauman-nahri ‘amalan ahabba ila^llahi min hiraaqati damin, wa innahu
lata’tii yaumal qiyamati bi qurunihaa wa adzlaafihaa wa asy’arihaa; wa inna^ddama layaqa’u minal^lahi bi
makaanin qabla an yaqa’a ‘alaal-ardhi, fa thibuu bihi nafsan”, artinya “tidak ada satu amalan anak cucu Adam
yang paling disenangi Allah di hari nahar (hari raya kurban) adalah menumpahkan darah menyembelih hewan
kurban. Kurban itu akan mendatanginya di hari kiamat lengkap dengan tanduk, kuku dan kulit (bulunya). Darah dari
hewan yang di kurbankan itu telah diletakkan Allah pada satu tempat (terpilih) sebelum tertumpah ke bumi, maka
bahagiakanlah diri-diri (orang yang berkurban) itu” (HR.At Turmudzi dan Ibnu Majah).
5
Hikmah, adalah kemampuan mengetahui rahasia syari’at (hukum agama) dan mengenal faedah dari pengamalan
perintah-perintah agama sebagai makhluk yang telah dijadikan oleh Khalik;
 Firman Allah; “Ya Ayyuha^lazdiina amanuu quu anfusakum wa ahlikum naaran, wa quduhan^nasu wal
hijarah, ‘alaihaa malaaikatun ghiladzun syadidun laa ya’shuna^llaha maa amarahum, wa yaf’aluuna maa
yukmaruuna”, artinya “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” (QS,66, At- Tahrim,ayat 6).
6
QS.Al An’am, ayat 162.
 Lihat, QS.(3) Ali Imran ayat 14 tentang “hubbusy-syahawat”,
 QS(9), At-Taubah, 24, tentang orang fasik (sangat mencintai dunia) yang tidak akan mendapatkan pertolongan Allah
dan akhirnya menuju kehancuran.
 Hadist Rasul “laa yu’minu aahadukum hatta yakuuna^llahu wa rasuluhu ahabba ilaihi mimma siwaa humaa”,
artinya “belum beriman seseorang diantara kamu hingga Allah dan Rasul lebih dia cintai dari apapun selain
keduanya” (HR.Bukhari Muslim).
 Sunnah al Muwahhidin, adalah contoh keikhlasan para pendahulu, lihat juga kisah Ibrahim QS.(37) Ash-Shaffat
100-111.
7
Al Ghazali, dalam Ihya’ VI:79, menyebutkan syukur itu memiliki tiga rukun,
(1) ilmu (tauhidullah),
(2) sikap jiwa (hal gembira menerima pemberian Allah, tanpa mengomel),
(3) amal (kemampuan meningkatkan nikmat kearah yang lebih positif)
8
8
Ihsan, merasa di awasi oleh Allah, setiap gerak menjadi sangat terkendali,
 “al ihsaan an ta’buda Allaha ka annaka tarahu, fa in lam takun tarahu fainnahu yaraaka”,
(HR.Bukhari,Muslim).
 Ihsan (perbuatan baik), untuk semua makhluk, disebutkan dalam sabda Rasul Allah SAW “Inna^llaha katabal-
ihsan ‘alaa kulli syay-in, fa in qataltum fa ahsinul-qithlata, wa idza dzabahtum fa ahsinu^dzabha, wal-yuhidda
ahadukum bisyafratuhu wal-yurih dzabihatahu” (HR.Muslim), yakni ada kewajiban jika membunuh secara ihsan
(baik), menyembelih dengan baik (ihsan), dan tajamkan pisau, sempurnakan sembelihan.
 Lihat juga QS.Qashash ayat 77, kewajiban ihsan di seluruh segi kehidupan duniawi;
 QS.(3) Ali Imran 134-135, tentang ciri-ciri muhsinin;
 QS.Al Baqarah (2) ayat 195, pada dasarnya menyuruh berinfaq dijalan Allah, peduli terhadap dhu’afak (orang
lemah).

Anda mungkin juga menyukai