Anda di halaman 1dari 8

MODUL 1: HAKIKAT MENULIS

Kegiatan Belajar 1:
KONSEP MENULIS
Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis
kepada pihak lain. Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis
sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai
penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan
tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik, dan estetis. Sebagai salah satu
aspek dari keterampilan berbahasa, menulis atau mengarang merupakan kegiatan yang kompleks.
Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan
ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan
lainnya. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu besar
dalam membantu pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian,
serta kebiasaan dan kemampuan dalam menemukan, mengumpulkan, mengolah, dan menata
informasi. Sayangnya, tidak banyak orang yang suka menulis. Di antara penyebabnya ialah
karena orang merasa tidak berbakat serta tidak tahu bagaimana dan untuk apa menulis. Alasan
itu sebenarnya tak terlepas dari pengalaman belajar yang dialaminya di sekolah. Lemahnya guru,
kurangnya model, dan kekeliruan dalam belajar menulis yang melahirkan mitos-mitos tentang
menulis, memperparah keengganan orang untuk menulis.
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa tak dapat dilepaskan dari aspek-aspek
keterampilan berbahasa lainnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi. Pengalaman dan masukan
yang diperoleh dari menyimak, berbicara, dan membaca, akan memberikan kontribusi berharga
dalam menulis. Begitu pula sebaliknya, apa yang diperoleh dari menulis akan berpengaruh pula
terhadap ketiga corak kemampuan berbahasa lainnya. Namun demikian, menulis memiliki
karakter khas yang membedakannya dari yang lainnya. Sifat aktif, produktif, dan tulis dalam
menulis, memberikannya ciri khusus dalam hal kecaraan, medium, dan ragam bahasa yang
digunakannya.
Kegiatan Belajar 2:
MENULIS SEBAGAI PROSES
Banyak pendapat yang berkaitan dengan belajar-mengajar menulis atau mengarang, seperti yang
diungkapkan oleh pendekatan formal, pendekatan gramatikal, pendekatan frekuensi, dan
pendekatan koreksi. Pendekatan-pendekatan itu tidak sepenuhnya salah, tetapi sayangnya tidak
menyentuh proses menulisnya itu sendiri. Sebagai proses, menulis melibatkan serangkaian
kegiatan yang terdiri atas tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Fase prapenulisan
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan sebuah tulisan. Di dalamnya terdiri
dari kegiatan memilih topik, tujuan, dan sasaran karangan, mengumpulkan bahan, serta
menyusun kerangka karangan. Berdasarkan kerangka karangan kemudian dilakukan
pengembangan butir demi butir atau ide demi ide ke dalam sebuah tulisan yang runtut, logis, dan

enak dibaca. Itulah fase penulisan. Selanjutnya, ketika buram (draf) karangan selesai, dilakukan
penyuntingan dan perbaikan. Itulah fase pascapenulisan, yang mungkin dilakukan berkali-kali
untuk memperoleh sebuah karangan yang sesuai dengan harapan penulisnya.
MODUL 2: JENIS-JENIS TULISAN
Kegiatan Belajar 1:
SURAT
Kata surat berarti kertas yang ditulis atau dengan kata lain surat adalah kertas yang berisi
tulisan. Jika kita berbicara tentang tulisan maka kaitannya adalah dengan bahasa. Bahasa pada
hakikatnya adalah alat komunikasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang
membuat atau menulis surat dengan tujuan mengomunikasikan sesuatu kepada orang lain. Secara
garis besar surat dapat dikelompokkan menjadi surat pribadi, surat dinas, dan surat yang dibuat
untuk kepentingan sosial. Surat lamaran sebenarnya merupakan salah satu surat pribadi hanya
surat ini memiliki tujuan khusus yaitu untuk memperoleh suatu pekerjaan. Surat dinas
merupakan surat resmi yang digunakan oleh suatu instansi untuk kepentingan administrasi baik
pemerintahan maupun swasta. Dari segi bahasa surat dinas memiliki empat ciri yakni (a) bahasa
yang jelas artinya, bahasa yang digunakan tidak memberikan peluang untuk ditafsirkan secara
berbeda oleh si penerima surat; (b) bahasa yang lugas dan singkat artinya, bahasa yang
digunakan langsung tertuju pada persoalan yang ingin dikemukakan sehingga tidak berbelit-belit;
(c) ba-hasa yang santun artinya, bahasa yang digunakan menunjukkan rasa hormat dan
penghargaan yang wajar kepada si penerima surat; (d) ba-hasa yang resmi artinya, bahasa yang
digunakan mengikuti kaidah baku bahasa Indonesia yang tercermin dari pilihan kata, ejaan, dan
struktur kalimat yang digunakan. Surat niaga merupakan salah satu jenis surat dinas, tepatnya
surat dinas yang digunakan dalam instansi swasta yaitu pada perusahaan-perusahaan atau badan
usaha
Kegiatan Belajar 2:
PENGUMUMAN DAN IKLAN
Iklan setidaknya memiliki dua pengertian. Pertama, iklan adalah berita pesanan untuk
mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.
Kedua, iklan adalah pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, di
pasang di media massa, seperti di surat kabar dan majalah, atau di tempat-tempat umum.
Elemen-elemen yang terdapat dalam iklan, menurut Freud D. White, terdiri atas tiga hal yang
berfungsi saling menguatkan, yakni tema, ilustrasi, serta naskah dan logo. Sebagaimana dalam
wacana, tema memiliki peran yang strategis dalam menyuarakan isi pesan sekaligus
menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca setelah menyajikan pesan
sumber.
Terdapat beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi agar sebuah iklan dapat menarik pembaca
atau calon konsumen yaitu, berbentuk pemberitahuan tentang barang dan jasa; menggunakan
metode yang dapat memotivasi; dipasang pada media yang sesuai; menggunakan bahasa yang
persuasif dan ilustrasi yang menarik.

Kegiatan Belajar 3:
NASKAH
Kata naskah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai (1) karangan yang masih
ditulis tangan; (2) karangan seseorang yang belum diterbitkan; (3) bahan-bahan berita yang siap
untuk diset; (4) ran-cangan. Naskah dapat berupa karya sastra yang masih dalam tulisan tangan,
dalam hal ini adalah karya-karya sastra lama. Karya-karya sastra lama sebelum abad 19 pada
umumnya ditulis tangan dengan menggunakan wadah daun lontar dan sejenisnya, kulit kayu, dan
kulit binatang yang dipilih dan memiliki ketahanan bila disimpan dalam waktu yang cukup lama.
Setelah kertas datang dan para penulis mengenal kertas sebagai wadah tulisan, baru kemudian
para sastrawan menuliskan karya-karyanya di atas kertas. Selain pada sastra lama, digunakan
pula istilah naskah pada satu genre sastra yaitu drama. Naskah drama digunakan sebagai bahan
latihan sebuah kelompok teater. Sejenis dengan naskah drama terdapat naskah film, sinetron, dan
televisi yang fungsinya sama dengan naskah drama. Pengertian lain mengatakan bahwa naskah
adalah karangan yang belum diterbitkan. Contoh untuk memahami definisi ini adalah bahan
sebuah buku yang masih dalam proses untuk diterbitkan. Artinya, bahan buku tersebut masih
ditelaah, diedit atau disunting. Bahan buku yang masih dalam proses ini (pengolahan) disebut
juga naskah. Jenis naskah yang lain adalah naskah berita. Naskah berita berisi informasi yang
akan disusun menjadi berita yang akan diterbitkan di surat kabar. Masih berkaitan dengan
informasi yang ditulis dan bertujuan untuk diberitahukan kepada khalayak, baik secara tertulis
yang berupa selebaran, maupun secara lisan yang berupa ceramah atau pidato juga disebut
sebagai naskah. Jenis naskah seperti ini disebut sebagai naskah pengumuman dan naskah pidato.
Kegiatan Belajar 4:
Karangan
Karangan Ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan, yang
dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan sintesis-analitis.
Sebagai sebuah tulisan ilmiah, karangan ini memiliki ciri-ciri yang harus merupakan pembahasan
suatu hasil penelitian (faktual objektif); bersifat metodis dan sistematis; dan dalam
pembahasannya menggunakan ragam bahasa ilmiah. Agar suatu karangan mampu memiliki ciri
keilmiahannya, karangan jenis ini menuntut adanya persyaratan material, yang di dalamnya
mencakup adanya topik yang dibicarakan, tema yang menjadi tujuan/sasaran penulisan, alinea
yang merangkaikan pokok-pokok pembicaraan, serta kalimat-kalimat yang mengungkapkan dan
mengembangkan pokok-pokok pembicaraan; serta persyaratan formal, yang di dalamnya
mencakup tata bentuk karangan, yaitu (1) preliminaries (halaman-halaman awal) yang meliputi
judul, kata pengantar, aneka daftar (daftar isi, daftar tabel/bagan/lampiran); (2) main body (isi
utama) yang meliputi pendahuluan, isi, dan penutup; (3) reference matter (halaman-halaman
akhir) yang meliputi daftar pustaka, lampiran, dan biodata penulis. Sementara itu, yang dimaksud
Karangan semi-ilmiah adalah tulisan yang berisi informasi faktual, yang diungkapkan dengan
bahasa semiformal, tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis
karena sering dibumbui dengan opini pengarang yang kadang-kadang subjektif. Atas dasar dua
pengertian tersebut (ilmiah dan semi-ilmiah), maka yang disebut karangan nonilmiah adalah
karangan yang tidak terikat pada aturan yang baku. Beberapa contoh yang dapat disebut untuk
memenuhi kriteria karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerita pendek, cerita
bersambung, novel, roman, puisi, dan naskah drama.

MODUL 3: PERENCANAAN KARANGAN


Kegiatan Belajar 1:
PERENCANAAN KARANGAN
Perencanaan disusun sebelum suatu kegiatan dilakukan atau merupakan suatu persiapan.
Perencanaan karangan tidak ubahnya seperti perencanaan dalam kegiatan-kegiatan yang lain.
Tujuan dibuatnya sebuah rencana adalah untuk mencapai hasil dari suatu kegiatan secara
maksimal. Dalam kegiatan menulis perencana karangan tergolong ke dalam tahap prapenulisan.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan merumuskan tujuan karangan,
menentukan topik dan sub-subtopik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau
informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka
karangan.
Topik karangan adalah hal yang menjadi bahan pembicaraan dalam sebuah tulisan. Topik
karangan harus bermanfaat, layak dibahas, menarik, dikenal baik, bahan mudah didapati, tidak
terlalu luas, dan terlalu sempit. Topik yang terlalu luas dapat dibatasi dengan 3 cara yaitu dengan
menggunakan diagram jam, diagram pohon, dan piramida terbalik. Syarat menentukan topik
adalah menguasai materi yang akan dibahas atau ditulis. Jika topik dikuasai, sub-subtopik akan
mudah ditentukan. Menentukan tujuan karangan penting dilakukan penulis untuk menentukan
bentuk karangan (ilmiah, nonilmiah atau sastra, nonsastra) dan tingkat kerincian karangan.
Menentukan sasaran karangan sangat diperlukan untuk menentukan diksi dan cara penyajian
yang tepat sesuai dengan status sosial, jenjang pendidikan, dan tingkat kemampuan yang dimiliki
pembacanya. Hal ini dilakukan agar apa yang kita tulis dapat dipahami oleh pembacanya.
Sebelum kita menulis, kita harus mencari, mengumpulkan, dan memilih bahan-bahan atau
informasi yang relevan dengan topik yang akan kita bahas. Dengan informasi yang lengkap dan
relevan maka akan memudahkan penulis dalam mengembangkan topik karangan. Selain itu,
tulisan/karangan kaya akan informasi yang berhubungan dengan topik yang sedang kita bahas,
pembahasan topik akan lebih mendalam dan luas, dan pembaca akan memperoleh informasi
yang lengkap. Bahan-bahan atau informasi yang dibutuhkan penulis dapat berupa artikel,
gambar/foto, hasil laporan penelitian/pengamatan, hasil wawancara, dan sebagainya.
Kegiatan Belajar 2:
KERANGKA KARANGAN
Kerangka karangan menurut Akhadiah (1994: 25) merupakan suatu rencana kerja yang
mengandung ketentuan-ketentuan tentang bagaimana kita menyusun karangan. Tidak berbeda
jauh dengan Akhadiah, Finoza (2001: 179) juga mengungkapkan bahwa kerangka karangan
adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Sebuah karangan atau
tulisan minimal menggunakan tiga bagian penting, yaitu pendahuluan, tubuh karangan, dan
kesimpulan. Manfaat yang dapat Anda peroleh bila membuat kerangka karangan adalah sebagai
berikut.

1.
2.
3.
4.

Membantu Anda melihat apa saja yang perlu disajikan dalam tulisan atau karangan.
Membantu Anda mengembangkan gagasan/ide lebih teratur, logis, dan terfokus.
Membantu Anda mencegah pengulangan paparan ide.
Membantu Anda memaparkan data lebih lengkap.

Jenis kerangka karangan berdasarkan cara mengungkapkan pokok-pokok pembicaraan ke dalam


kerangka karangan terbagi atas dua jenis, yaitu kerangka topik dan kerangka kalimat. Pada
kerangka topik, pokok pembicaraan diungkapkan dengan menggunakan kata atau kelompok kata.
Pada kerangka kalimat, pokok pembicaraan diungkapkan dengan menggunakan kalimat hal-hal
yang harus diperhatikan ketika akan membuat kerangka karangan adalah sebagai berikut.
1. Penyusunan kerangka karangan harus sesuai dengan topik yang telah Anda pilih.
2. Penyusunan kerangka karangan harus sistematis dan logis.
3. Penyusunan kerangka karangan untuk mempermudah penyusunan karangan.
Untuk memperoleh kerangka karangan yang tersusun secara sistematis dan logis,
hendaklah ditempuh beberapa langkah kegiatan berikut ini.
1. Pengumpulan ide
2. Penyaringan ide dan penyempurnaan ide
3. Pengelompokan ide
4. Penyusunan urutan ide
Kerangka karangan dapat dibentuk dengan sistem tanda atau kode tertentu berupa huruf dan
angka. Tanda-tanda yang dipakai harus ada pasangannya (minimal satu pasangan) dan
Penggunaan pasangan tanda harus konsisten. Kerangka karangan berdasarkan cara
mengungkapkan pokok-pokok pembicaraan ke dalam kerangka karangan terbagi atas dua jenis,
yaitu kerangka topik dan kerangka kalimat. Kerangka kalimat merumuskan setiap topik,
subtopik, maupun sub-subtopik memperguna-kan kalimat berita yang lengkap. Kerangka topik
mengungkapkan pokok pembicaraan dengan menggunakan kata atau kelompok kata (frase).
Untuk menilai sebuah kerangka karangan, Anda harus memperhati-kan syarat-syarat kerangka
karangan yang baik, yaitu:
1.
2.
3.
4.

pengungkapan maksud harus jelas;


tiap subpokok bahasan dalam kerangka karangan mengandung satu gagasan;
pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis;
harus mempergunakan pasangan tanda yang konsisten.

MODUL 4: DIKSI, EJAAN, DAN TANDA BACA


Kegiatan Belajar 1:
DIKSI
Diksi adalah pilihan kata. Diksi sangat penting dalam berkomuni-kasi secara lisan ataupun
tulisan. Dalam komunikasi lisan, diksi sangat besar pengaruhnya dalam menyampaikan bahasa
yang membuat orang mengerti dan tidak tersinggung.. Dalam bahasa tulis, seperti dunia karangmengarang, diksi juga merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya. Dalam hal ini Glenn R.

Capp dan Richard Capp Jr dalam Rahmat (1999: 47) memberikan kriteria kata yang baik adalah
kata yang memiliki kejelasan, ketepatan, dan kemenarikan.
Hal yang membuat diksi perlu diterapkan dengan baik adalah karena diksi mempengaruhi alunan
bahasa. Ini juga biasanya terkandung dalam pemakaian Gaya Bahasa dan Idiom.
Pemakaian gaya bahasa adalah cara memilih kata yang bertujuan mengungkapkan makna agar
memperoleh efek kuat, mendalam, dan hidup, karena melalui gaya bahasalah maksud penutur
tersampaikan. Ada beberapa cara penutur menyampaikan gaya bahasa yang biasa disebut majas
yaitu:
1. majas persamaan atau simile;
2. majas perumpamaan;
3. majas metafor;
4. majas metonomia;
5. majas personifikasi;
6. majas litotes;
7. majas hiperbol.
Sedangkan idiom biasanya akan berhubungan dengan makna-makna bahasa yang kita pilih yang
di dalamnya menyangkut makna konotatif dan denotatif. Makna sinonim, homonim dan
polisemi.
Kegiatan Belajar 2:
EJAAN DAN TANDA BACA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 285), kata eja adalah kata yang hampir tidak
pernah berdiri sendiri. Pemakaian kata eja sering didahului dengan imbuhan me- menjadi
mengeja yang artinya melafalkan, (menyebutkan) huruf-huruf satu demi satu atau digabung
dengan akhiran an menjadi ejaan yang artinya kaidah-kaidah, cara menggambarkan bunyibunyi (kata, kalimat dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda
baca.
Menurut Arifin dan Tasai (2000: 25), ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar-hubungan antara lambang-lambang itu
(pemisahan dan pengga-bungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, ejaan adalah penulisan
huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca. Jadi, ejaan adalah aturan yang dipergunakan
dalam tulisan (tatatulis) yang meliputi: 1) penulisan huruf, 2) penulisan kata, 3) penulisan unsur
serapan dan 4) penulisan tanda baca. Ejaan yang pernah digunakan dalam Bahasa Indonesia dari
dulu hingga sekarang yang paling menonjol ada 3 macam. Pertama, Ejaan Van Ophuisjen yang
diresmikan tahun 1901. Ejaan Van Ophuisjen berciri menggunakan dua lambang untuk satu
bunyi yaitu huruf (oe) untuk (u) dan lambang koma () untuk (k) ain, hamzah dan tanda (trema)
untuk beberapa kata yang berasal dari bahasa Arab. Kedua, Ejaan Soewandi yang diresmikan 19
Maret 1947 yang menetapkan perubahan (oe) menjadi u, dan diberlakukannya angka dua (2)
untuk kata menyatakan kata berulang (kata ulang). Ketiga, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
yang diberlakukan mulai 16 Agustus 1972 dengan pijakan dasarnya mengatur penulisan ejaan
dalam 4 hal, yaitu:

1)
2)
3)
4)

penulisan huruf,
penulisan kata,
penulisan unsur serapan dan
penulisan tanda baca.

MODUL 5: KALIMAT EFEKTIF


Kegiatan Belajar 1:
Pengertian dan Syarat-syarat Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat diartikan sebagai kalimat yang penggunaannya dapat berhasil guna atau
dapat mencapai sasaran yang dituju. dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang mampu
memberikan makna pada pembacanya, persis seperti apa yang ingin disampaikan oleh
penulisnya. Kalimat dapat menjadi efektif jika memperhatikan beberapa persyaratan yaitu
kebenaran struktur, kelogisan, kehematan, dan ketidaktaksaan. Di samping itu kalimat akan
menjadi sangat baik jika memenuhi ketentuan (1) kesejajaran bentuk, (2) penekanan, dan (3)
kevariasian.
Kegiatan Belajar 2:
PENYUSUNAN KALIMAT EFEKTIF
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun kalimat efektif di antaranya adalah, kata
penghubung intrakalimat dan antarkalimat, kemudian gagasan pokok dalam sebuah kalimat,
penggabungan yang menyatakan sebab dan waktu, penggabungan kata dengan, yang, dan,
penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan akibat dan hubungan tujuan. Selain itu untuk
mencapai efektivitas dan memberikan nuansa yang menarik pembaca, pada sebuah kalimat
terdapat variasi-variasi. Variasi tersebut di antaranya adalah, subjek pada awal kalimat, kata
modal pada awal kalimat, frase pada awal kalimat, jumlah kalimat dan jenis kalimat.
MODUL 6: MENULIS SURAT DAN IKLAN
Kegiatan Belajar 1:
SURAT RESMI
Surat adalah salah satu sarana komunikasi tertulis untuk menyam-paikan suatu pesan dari satu
pihak (perorangan, kelompok, atau organisasi) kepada pihak lain. Jenis surat itu sangatlah
banyak. Sebagai salah satu sarana bentuk komunikasi tertulis, surat terdiri atas unsur pengirim
surat, penerima, pesan (isi surat), dan saluran. Ketersampaian pesan surat akan dipengaruhi oleh
keefektifan bahasa, kelogisan dan keruntutan organisasi surat, kejelasan isi, dan kesesuaian
format surat yang digunakan.
Surat memiliki sejumlah fungsi. Di antara fungsi surat ialah sebagai wakil pribadi, kelompok,
atau organisasi; dasar atau pedoman kerja; bukti tertulis yang otentik; arsip atau alat pengingat;

dan dokumen historis. Mengingat berbagai fungsi yang dimiliki surat, maka surat dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Klasifikasi jenis surat didasar-kan atas kepentingan dan
asal pengirimnya, isi sifat, banyaknya sasaran, tingkat kepentingan penyelesaiannya, wujud, dan
ruang lingkup sasarannya. Berbeda dengan bentuk karangan lainnya, surat memiliki karakteristik yang sangat khusus. Salah satu kekhasan surat terletak pada bagian-bagiannya. Bagianbagian ini memiliki kegunaan tertentu. Penataan bagian dan unsur surat tergantung pada format
atau bentuk surat yang digunakan. Namun demikian, sebuah organisasi baik pemerintahan,
perusahaan, maupun sosial politik, biasanya memiliki format baku yang digunakan dalam
organisasi tersebut.
Kegiatan Belajar 2:
IKLAN
Iklan adalah salah bentuk penyebaran informasi mengenai suatu produk berupa barang, jasa, atau
gagasan, kepada khalayak calon pembeli atau pengguna produk tersebut. Keberadaan iklan
bertujuan untuk mengenalkan, memberikan informasi, dan mempengaruhi keputusan khalayak
untuk membeli dan menggunakan produk yang diiklankan. Agar penyampaian iklan dapat
mencapai sasarannya, maka pengemasan dan penyajian iklan harus mempertimbangkan sejumlah
faktor di antaranya sasaran, media, tempat, dan daya pemikat yang diusung oleh sebuah iklan.
Pemasangan iklan itu sendiri dapat dilakukan dalam berbagai bentuk (langsung atau tidak
langsung) dan dengan berbagai media (elektronik atau cetak). Pilihan bentuk dan media beriklan
akan mempengaruhi cara saji iklan itu sendiri serta biaya yang dikeluarkan. Semakin canggih
media yang digunakan, biasanya semakin mahal pula biaya yang dibutuhkan dan semakin tinggi
pula
kreativitas
yang
dituntut
untuk
membuat
sebuah
iklan.
Iklan dapat dipasang melalui berbagai media yaitu media cetak, elektronik, ragaan, dan udara.
Media cetak dapat berupa koran (surat kabar), tabloid, buletin, dan majalah. Media elektronik
dapat melalui radio dan televisi, atau film (layar lebar). Media ragaan dapat menggunakan kaos
(pakaian), bus, atau papan di tempat umum. Media udara dapat menggunakan pesawat terbang
dan balon udara. Terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan pembuat iklan. Kriteria ini
dapat dikatakan sebagai persyaratan membuat iklan yakni berkenaan dengan etika. Etika beriklan
agar iklan tidak hanya dikatakan baik dari segi bisnis tetapi juga baik dari sisi penggunaan
bahasa dan bersosialisasi. Etika tersebut adalah mematuhi kaidah-kaidah bahasa, bersaing secara
positif, dan tidak mendustai konsumen.

Anda mungkin juga menyukai