Anda di halaman 1dari 6

Posted by swh at 21:18

0 comments Labels: Puasa

Marhaban ya Ramadhan
Marhaban ya Ramadhan. Arti Ramadhan dari segi bahasa adalah "Syiddatul-Harr" (Yang Sangat Panas/Membakar);
para 'ulama mengatakan: "Li Annahu Tuhraqu Fihidz-Dzubnubu";artinya: "Karena di dalamnya (Ramadhan) semua
dosa-dosa dibakar (dimusnahkan)".
Disebutkan dalam hadits bahwa setiap akhir bulan Sya'ban Nabi saw selalu berkhutbah mengingatkan para sahabatnya,
sabda Beliau: "Ya Ayyuhan-Nas,Qad Azhallakum Syahrun 'Azhimun Mubarakun": artinya: "Wahai manusia, sungguh
kalian segera akan dinaungi oleh bulan yang teramat mulia dan penuh dengan berkah (yaitu Ramadhan)".
Ada 4 (empat) hal yang menjadi pokok keberkahan Ramadhan; sabda Nabi "Idza Dakhala Ramadhanu Futihat
Abwabus-Sama-i Wa Ghulliqat Abwabu Jahannama Wa Sulsilatisy-Syathin Wa Futtihat Abwabul-Jannati". Artinya:
"Ketika Ramadhan telah masuk, maka pintu-pintu langit pun dibuka; dan pintu-pintu Neraka Jahannam ditutup; dan
setan-setan diikat (dirantai) dan pintu-pintu Sorga dibuka" (H.R. Al-Bukhari).
Ramadhan adalah satu-satunya bulan yang disebut dalam Al-Quran dan Allah SWT telah menetapkan keawajiban
shaum bagi orang-orang mu'min dalam bulan yang penuh berkah ini; firman-Nya: Ya Ayyuhal-Ladzina Amanu Kutiba
'Alaikumush-Shiyamu Kama Kutiba 'Alal-Ladzina Min Qablikum La'allakum Tattaqun"; :"Wahai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kalian utk shaum sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian
--menjadi orang2 yang.-- bertaqwa". (Al-Baqarah (2):183).
Ada 3 hal yang harus diperhatian dari ayat ini; (1) Nida atau panggilannya; "Wahai orang2 yang beriman". Al-Ustadz
Sa'ad Shadiq Muhammad mengatakan: "Innaman-Nida-u Bi Washfil-Iman Innama Yukhashshu Lil-Mu'minina
Wahdahum"; artinya: Sesungguhnya seruan (pangilan) dengan menyebut iman seperti ini-- hanyalah dikhususkan bagi
orang2 mu'min saja".
Lalu beliau berkata lagi: "Li annal-Imana Asasul-Khairi Wa Manba'ul-Fadha-ili"; artinya; "Karena iman --kepada
Allah-- merupakan asas (dasar) bagi seluruh kebaikan dan juga sumber dari seluruh keistimewaan". Jadi, iman kpd
Allah merupakan pemicu bagi semua potensi kebaikan dan keistimewaan. Inilah makna yg dikandung dari seruan: Ya
Ayyuhal-Ladzina Amanu (Wahai org2 yg beriman).
Dan hal ke-2 dari ayat ini adalah isi panggilan (Nida'): Kutiba 'Alaikumush-Shiyam (Diwajibkan atas kalian utk
shiyam/berpuasa). Makna Shiyam (Shaum) dari sisi etymologi adalah "Al-Imsaku 'Anil Fi'li dan Tarkul-Kalami";
artinya: Menahan perbuatan dan meninggalkan pembicaraan; atau dalam istilah kita: "Mengontrol perbuatan dan
omongan". Makna shaum secara etymologi sangat sesuai dgn sabda Nabi saw: "Laisash-Shiyamu Minal-Akli WasySyarabi,Innamash-Shiyamu Minal-Laghwi War-Rafatsi"; artinya: Shiyam (Puasa) itu bukanlah --sekedar menahan-makan dan minum; tetapi Shiyam adalah menahan --diri-- dari perbuatan (kelakuan) yg sia2 dan ucapan yg kotor (H.R.
Al-Hakim & Al-Baihaqi). Inilah makna hakiki dari Shiyam yg sangat sesuai dgn maknanya secara etymologi.
Dari makna yg hakiki inilah para ulama membagi Shiyam --pada tatanan aplikasinya menjadi 3 (tiga) tingkatan.
Tingkat pertama: Shaumul-'Awaam;artinya: Shaumnya org. awam; yg. pelaksanaan Shaumnya hanya dilandasi oleh
pengertian sekedar menahan makan dan minum. Artinya, mrk. memahami makna Shaum adalah (cukup) sekedar
menahan lapar dan haus. Sebuah pemahaman yg amat dangkal sekali.
Al-Ghazali mengatakan inilah Shaum yg tdk memberikan hasil, tdk ada peningkatan iman dan taqwa bagi pelakunya,
sebagaimana sabda Nabi saw.:"Kam Min Sha-im, Wa Laisa Lahu Illal-'Athasy Wal-Ju'":artinya:"Banyak org yg
melakukan Shaum, tapi tdk ada hasil apa2 kecuali --hanya-- haus dan lapar saja". Inilah Shaumul-'Awwam.
Puasa tingkat kedua: Shaumul-Khawash; artinya: Puasanya org2 yg istimewa, yaitu puasa yg dilaksanakan dgn
pengertian menahan diri dari makan dan minum, dan dibarengi dgn melakukan kontrol yg ketat terhadap omongan dan
kelakuan agar tdk terjerumus kpd omongan dan kelakuan yg diharamkan oleh agama (insya Allah akan kita bahas).
Puasa pada tingkatan inilah yang dapat mencapai target, yaitu: TAQWA.
Puasa tingkat ketiga: Shaumul-Khawashil-Khawash;artinya: Puasanya org yg sangat2 istimewa, yaitu puasa yg tdk
terbatas pada menahan lapar dan haus serta melakukan kontrol ketat terhadap omongan dan kelakuan, tapi masih
ditambah lagi dgn menahan hati utk tetap berdzikir kpd Allah, tdk memberi ruang bagi masalah2 duniawi. Inilah puncak
tertinggi dalam pelaksanaan Shaum.

Sekarang kita memasuki sisi ke 3 dari ayat 183 surah Al-Baqarah yg berbunyi: "La'allakum Tattaqun";artinya:"Agar
kalian bertaqwa". Inilah tujuan luarbiasa dari ibadah Shaum. Makna Taqwa secara umum ialah: "Makhafatullahi
Wal-'Amali Bitha'atih"; artinya:"Rasa takut kpd Allah dan melaksanakan keta'atan kpd-Nya". Bangkitnya rasa takut kpd
Allah berarti hilangnya rasa takut kpd selain Allah.
Keta'atan kpd Allah berarti sikap loyal sepenuhnya hanya kpd Allah, tdk kpd selain Allah. Inilah makna Taqwa secara
umum, dan ini yg menjadi tujuan Shaum. Namun, masih adalagi makna Taqwa yg lebih mendalam dari ini, disebutkan
Ibnu Katsir dalam Tafsirnya;dinuqil dari dialog antara Umar bin Khaththab dgn Ubay bin Ka'ab. Disebutkan di situ
bahwa Umar bertanya kpd Ubay: Apakah Taqwa itu?
Maka Ubay balik bertanya kpd Umar: "Ama Salaqta Thariqan Dza Syauqin?";artinya: "Apakah Anda pernah melalui
sebuah jalan yg penuh duri?". Jawab Umar: "Pernah". Lalu Ubay bertanya lagi: "Fama 'Amilta?";artinya: "Apa yg Anda
lakukan saat itu?". Jawab Umar: "Syammartu Waj-Tahadtu";artinya:"Aku akan ber-siap2 (membuat rencana) dan aku
akan berijtihad (ber-sungguh2)".
Maka dgn tegas Ubay berkata: "Fadzakat-Taqwa"; artinya:"Nah, itulah makna Taqwa!!". (Ibnu Katsir juz I hal.40).
Subhanallah; inilah makna Taqwa menurut para shabat Rasulullah saw.;yaitu: Syammartu (selalu bersiap); selalu
bertindak dgn rencana yg matang dan Ijtihad; yaitu: selalu menggunakan pikiran dgn serius.
Jadi, kalau kita gabungkan semua pengertian Taqwa tsb, maka makna Taqwa ialah: Rasa takut hanya kpd Allah,
bersikap taat, tunduk dan loyal hanya kpd Allah; selalu membuat perencanaan sebelum bertindak dan selalu
menggunakan pikiran (cerdas) dalam bertindak. Alangkah jauh pengertian Taqwa yg kita pahami selama ini, dgn
pengertian Taqwa menurut para shahabat Rasulullah saw. Inilah sasaran ibadah Shaum!
Jadi, wajarlah jika Allah SWT menjanjikan sejumlah keistimewaan bagi org yg bertaqwa dgn makna taqwa yg
sesungguhnya. Keistimewaan pertama ada pada ujung ayat ke2 surah Ath-Thalaq (65): "Wa Man Yattaqillaha Yaj'al
Lahu Makhrajan";artinya: "Dan siapa-saja yg bertaqwa kpd Allah, maka Dia jadikan jalan keluar baginya".
Al-Maraghi mengatakan: Ayat ini menegaskan tentang keistimewaan Taqwa di dunia dan di akhirat, bahwa Taqwa akan
memberikan jalan keluar dari kesempitan dunia dan kesempitan akhirat (Tafsir Al-Maraghi juz 10 hal.122). Adapun
keistimewaan yg kedua disebutkan Allah pada awal ayat yg ke3 (surah yg sama): "Wa Yarzuqhu Min Haitsu La
Yahtasibu";artinya: Dan Dia (Allah) akan memberinya rezeki yg tdk di-sangka2". (..bersambung)
Keistimewaan ketiga bagi org yg bertaqwa disebutkan pd ujung ayat ke4 (surah yg sama):"Wa Man Yattaqillaha Yaj'al
Lahu Min Amrihi Yusra";artinya:"Dan siapa-saja yg bertaqwa kpd Allah,niscaya Allah akan menjadikan kemudahan
baginya dlm urusannya". Dan keistimewaan yg keempat dan kelima ada pada ujung ayat yg ke5;yaitu:.
"Wa Man Yattaqillaha Yukaffir 'Anhu Sayyi-atihi Wa Yu'zhim Lahu Ajra";artinya:"Dan siapa-saja yg bertaqwa kpd
Allah, niscaya Dia akan menghapus ke-salahan2nya dan akan melipat gandakan ganjaran baginya".
Inilah 5 (lima) keistimewaan yg dijanjikan Allah bagi org yg bertaqwa:
(1) Diberikan jalan keluar dari semua kesulitan.
(2) Diberi rezeki dari arah yg tiada di-sangka2
(3) Diberi kemudahan dlm setiap urusan
(4) Dihapus semua kesalahan
(5) Diberi balasan yg berlipat-ganda.
Inilah janji Allah kpd org yg bertaqwa; dgn pengertian Taqwa yg sebenarnya. Dan inilah target dari ibadah Shaum yg
sesungguhnya: La'allakum Tattaqun (agar kalian --menjadi org yg-- bertaqwa).

RAHASIA PUASA

Sebagai muslim yang sejati, kedatangan dan kehadiran Ramadhan yang mulia pada tahun
ini merupakan sesuatu yang amat membahagiakan kita. Betapa tidak, dengan menunaikan
ibadah Ramadhan, amat banyak keuntungan yang akan kita peroleh, baik dalam kehidupan
di
dunia
maupun
di
akhirat
kelak.
Disinilah letak pentingnya bagi kita untuk membuka tabir rahasia puasa sebagai salah satu
bagian
terpenting
dari
ibadah
Ramadhan.

Dr. Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Al Ibadah Fil Islam mengungkapkan ada lima rahasia
puasa yang bisa kita buka untuk selanjutnya bisa kita rasakan kenikmatannya dalam
ibadah
Ramadhan.
1.

Menguatkan

Jiwa

Dalam
hidup
hidup,
tak
sedikit
kita
dapati
manusia
yang
didominasi
oleh
hawa
nafsunya,
lalu
manusia
itu
menuruti
apapun
yang
menjadi
keinginannya
meskipun
keinginan
itu
merupakan
sesuatu
yang
bathil
dan
mengganggu
serta
merugikan
orang
lain.
Karenanya,
di
dalam
Islam
ada
perintah
untuk
memerangi
hawa
nafsu
dalam
arti
berusaha
untuk
bisa
mengendalikannya,
bukan
membunuh
nafsu
yang
membuat
kita
tidak
mempunyai
keinginan
terhadap
sesuatu
yang
bersifat
duniawi.
Manakala
dalam
peperangan
ini
manusia
mengalami
kekalahan,
malapetaka
besar
akan
terjadi
karena
manusia
yang
kalah
dalam
perang
melawan
hawa
nafsu
itu
akan
mengalihkan
penuhanan
dari
kepada
Allah
Swt
sebagai
Tuhan
yang
benar
kepada
hawa
nafsu
yang
cenderung
mengarahkan
manusia
pada
kesesatan.
Allah
memerintahkan
kita
memperhatikan
masalah
ini
dalam
firman-Nya
yang
artinya:
Maka
pernahkah
kamu
melihat
orang
yang
menjadikan
hawa
nafsunya
sebagai
Tuhannya
dan
Allah
membiarkannya
sesat
berdasarkan
ilmu-Nya.
(QS
45:23)
Dengan
ibadah
puasa,
maka
manusia
akan
berhasil
mengendalikan
hawa
nafsunya
yang
membuat
jiwanya
menjadi
kuat,
bahkan
dengan
demikian,
manusia
akan
memperoleh
derajat
yang
tinggi
seperti
layaknya
malaikat
yang
suci
dan
ini
akan
membuatnya
mampu
mengetuk
dan
membuka
pintu-pintu
langit
hingga
segala
do’anya
dikabulkan
oleh
Allah
Swt,
Rasulullah
Saw
bersabda
yang
artinya:
Ada
tiga
golongan
orang
yang
tidak
ditolak
do’a
mereka:
orang
yang
berpuasa
hingga
berbuka,
pemimpin
yang
adil
dan
do’a
orang
yang
dizalimi.
(HR.
Tirmidzi)
2.

Mendidik

Kemauan

Puasa
mendidik
seseorang
untuk
memiliki
kemauan
yang
sungguh-sungguh
dalam
kebaikan,
meskipun
untuk
melaksanakan
kebaikan
itu
terhalang
oleh
berbagai
kendala.
Puasa
yang
baik
akan
membuat
seseorang
terus
mempertahankan
keinginannya
yang
baik,
meskipun
peluang
untuk
menyimpang
begitu
besar.
Karena
itu,
Rasulullah
Saw
menyatakan:
Puasa
itu
setengah
dari
kesabaran.
Dalam
kaitan
ini,
maka
puasa
akan
membuat
kekuatan
rohani
seorang
muslim
semakin
prima.
Kekuatan
rohani
yang
prima
akan
membuat
seseorang
tidak
akan
lupa
diri
meskipun
telah
mencapai
keberhasilan
atau
kenikmatan
duniawi
yang
sangat
besar,
dan
kekuatan
rohani
juga
akan
membuat
seorang
muslim
tidak
akan
berputus
asa
meskipun
penderitaan
yang
dialami
sangat
sulit.

3.

Menyehatkan

Badan

Disamping
kesehatan
dan
kekuatan
rohani,
puasa
yang
baik
dan
benar
juga
akan
memberikan
pengaruh
positif
berupa
kesehatan
jasmani.
Hal
ini
tidak
hanya
dinyatakan
oleh
Rasulullah
Saw,
tetapi
juga
sudah
dibuktikan
oleh
para
dokter
atau
ahli-ahli
kesehatan
dunia
yang
membuat
kita
tidak
perlu
meragukannya
lagi.
Mereka
berkesimpulan
bahwa
pada
saat-saat
tertentu,
perut
memang
harus
diistirahatkan
dari
bekerja
memproses
makanan
yang
masuk
sebagaimana
juga
mesin
harus
diistirahatkan,
apalagi
di
dalam
Islam,
isi
perut
kita
memang
harus
dibagi
menjadi
tiga,
sepertiga
untuk
makanan,
sepertiga
untuk
air
dan
sepertiga
untuk
udara.
4.

Mengenal

Nilai

Kenikmatan

Dalam
hidup
ini,
sebenarnya
sudah
begitu
banyak
kenikmatan
yang
Allah
berikan
kepada
manusia,
tapi
banyak
pula
manusia
yang
tidak
pandai
mensyukurinya.
Dapat
satu
tidak
terasa
nikmat
karena
menginginkan
dua,
dapat
dua
tidak
terasa
nikmat
karena
menginginkan
tiga
dan
begitulah
seterusnya.
Padahal
kalau
manusia
mau
memperhatikan
dan
merenungi,
apa
yang
diperolehnya
sebenarnya
sudah
sangat
menyenangkan
karena
begitu
banyak
orang
yang
memperoleh
sesuatu
tidak
lebih
banyak
atau
tidak
lebih
mudah
dari
apa
yang
kita
peroleh.
Maka
dengan
puasa,
manusia
bukan
hanya
disuruh
memperhatikan
dan
merenungi
tentang
kenikmatan
yang
sudah
diperolehnya,
tapi
juga
disuruh
merasaakan
langsung
betapa
besar
sebenarnya
nikmat
yang
Allah
berikan
kepada
kita.
Hal
ini
karena
baru
beberapa
jam
saja
kita
tidak
makan
dan
minum
sudah
terasa
betul
penderitaan
yang
kita
alami,
dan
pada
saat
kita
berbuka
puasa,
terasa
betul
besarnya
nikmat
dari
Allah
meskipun
hanya
berupa
sebiji
kurma
atau
seteguk
air.
Disinilah
letak
pentingnya
ibadah
puasa
guna
mendidik
kita
untuk
menyadari
tinggi
nilai
kenikmatan
yang
Allah
berikan
agar
kita
selanjutnya
menjadi
orang
yang
pandai
bersyukur
dan
tidak
mengecilkan
arti
kenikmatan
dari
Allah
meskipun
dari
segi
jumlah
memang
sedikit
dan
kecil.
Rasa
syukur
memang
akan
membuat
nikmat
itu
bertambah
banyak,
baik
dari
segi
jumlah
atau
paling
tidak
dari
segi
rasanya,
Allah
berfirman
yang
artinya:
Dan
(ingatlah
juga),
tatkala
Tuhanmu
memaklumkan:
“Sesungguhnya
jika
kamu
bersyukur,
pasati
Kami
akan
menambah
(nikmat)
kepadamu,
dan
jika
kamu
mengingkari
(nikmat-Ku),
maka
sesungguhnya
azab-Ku
sangat
pedih.
(QS
14:7)
5.

Mengingat

Merasakan

lapar

dan
dan

Merasakan
haus

juga

Penderitaan
memberikan

Orang

pengalaman

Lain
kepada

kita
bagaimana
beratnya
penderitaan
yang
dirasakan
orang
lain.
Sebab
pengalaman
lapar
dan
haus
yang
kita
rasakan
akan
segera
berakhir
hanya
dengan
beberapa
jam,
sementara
penderitaan
orang
lain
entah
kapan
akan
berakhir.
Dari
sini,
semestinya
puasa
akan
menumbuhkan
dan
memantapkan
rasa
solidaritas
kita
kepada
kaum
muslimin
lainnya
yang
mengalami
penderitaan
yang
hingga
kini
masih
belum
teratasi,
seperti
penderitaan
saudara-saudara
kita
di
Ambon
atau
Maluku,
Aceh
dan
di
berbagai
wilayah
lain
di
Tanah
Air
serta
yang
terjadi
di
berbagai
belahan
dunia
lainnya
seperti
di
Chechnya,
Kosovo,
Irak,
Palestina
dan
sebagainya.
Oleh
karena
itu,
sebagai
simbol
dari
rasa
solidaritas
itu,
sebelum
Ramadhan
berakhir,
kita
diwajibkan
untuk
menunaikan
zakat
agar
dengan
demikian
setahap
demi
setahap
kita
bisa
mengatasi
persoalan-persoalan
umat
yang
menderita.
Bahkan
zakat
itu
tidak
hanya
bagi
kepentingan
orang
yang
miskin
dan
menderita,
tapi
juga
bagi
kita
yang
mengeluarkannya
agar
dengan
demikian,
hilang
kekotoran
jiwa
kita
yang
berkaitan
dengan
harta
seperti
gila
harta,
kikir
dan
sebagainya.
Allah
berfirman
yang
artinya:
Ambillah
zakat
dari
sebagian
harta
mereka,
dengan
zakat
itu
kamu
membersihkan
dan
mensucikan
mereka
dan
mendo’alah
untuk
mereka.
Sesungguhnya
do’a
kamu
itu
(menjadi)
ketentraman
jiwa
bagi
mereka.
Dan
Allah
Maha
Mendengar
lagi
Maha
Mengetahui.
(QS
9:103)
Sambut

dengan

Gembira

Karena
rahasia
puasa
merupakan
sesuatu
yang
amat
penting
bagi
kita,
maka
sudah
sepantasnyalah
kalau
kita
harus
menyambut
kedatangan
Ramadhan
tahun
ini
dengan
penuh
rasa
gembira
sehingga
kegembiraan
kita
ini
akan
membuat
kita
bisa
melaksanakan
ibadah
Ramadhan
nanti
dengan
ringan
meskipun
sebenarnya
ibadah
Ramadhan
itu
berat.
Kegembiraan
kita
terhadap
datangnya
bulan
Ramadhan
harus
kita
tunjukkan
dengan
berupaya
semaksimal
mungkin
memanfaatkan
Ramadhan
tahun
sebagai
momentum
untuk
mentarbiyyah
(mendidik)
diri,
keluarga
dan
masyarakat
kearah
pengokohan
atau
pemantapan
taqwa
kepada
Allah
Swt,
sesuatu
yang
memang
amat
kita
perlukan
bagi
upaya
meraih
keberkahan
dari
Allah
Swt
bagi
bangsa
kita
yang
hingga
kini
masih
menghadapi
berbagai
macam
persoalan
besar.
Kita
tentu
harus
prihatin
akan
kondisi
bangsa
kita
yang
sedang
mengalami
krisis,
krisis
yang
seharusnya
diatasi
dengan
memantapkan
iman
dan
taqwa,
tapi
malah
dengan
menggunakan
cara
sendiri-sendiri
yang
akhirnya
malah
memicu
pertentangan
dan
perpecahan
yang
justeru
menjauhkan
kita

dari rahmat dan keberkahan dari Allah Swt. [Ayani]

Anda mungkin juga menyukai