Tinea Pedis
Tinea Pedis
Tinea Pedis
Oleh
Christiyanto Aji N
1002019
Prodi S1 Keperawatan
TINEA PEDIS
I.
Definisi
Tinea manus et pedis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki,
jari-jari tangan dan kaki, serta daerah interdigital.
Tinea manus et pedis adalah infeksi deformitas pada kaki, terutama di sela
jari dan telapak kaki terutama yang memakai kaus dan sepatu yang tetutup.
Keadaan lembab dan panas merangsang pertumbuhan jamur. Tinea manum adalah
dermatofitosit. Semua bentuk di kaki dapat terjadi pada tangan.
II.
Etiologi
Penyebab yang paling sering adalah T. rubrum, T. mentagrophytes, dan E.
flaccosum. Penyakit ini ditemukan hampir disemua penjuru dunia dan dapat
mengenai anak anak, dewasa muda, maupun orang tua.
III.
1. Lapisan Epidermis
a. Stratum korneum ( horny layer )
Lapisan terluar dari kulit yang terdiri atas sel-sel pipih yang mati,
tidak berinti dan protoplasmanya berubah menjadi zat tanduk (keratin).
Dibawah lapisan ini terdapat lapisan lusidum yang juga memiliki sel
gepeng tanpa inti, namun protoplasmanya berubah menjadi protein
(eleidin).
b. Stratum granulosum
Lapisan yang terdiri dari dua sampai tiga lapis sel pipih dengan
sitoplasma berbutir kasar (keratohialin) dan terdapat inti diantaranya.
c. Stratum Spinosum
Terdiri dari beberapa lapis sel poligonal yang dengan ukuran
beragam akibat proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena mengandung
banyak glikogen dengan inti ditengah. Diantara sel-sel tersebut terdapat
banyak sel Langerhans.
d. Stratum Basale
Lapisan terbawah dari epidermis yang memiliki sel kubus yang aktif
bermitosis dan sel pembentuk melanin.
2. Lapisan Dermis
a. Pars papilare
Bagian yang berada di bawah epidermis terdiri atas ujung serabut
syaraf dan pembuluh darah.
b. Pars Retikulare
Terdiri atas serabut kolagen, elastin dan retikulin. Serabut kolagen
terbentuk dari fibroblast yang membentuk ikatan helix dan mengandung
hidroksiprolin dan hidroksisilin. Serabut elastik memiliki banyak cabang
protein yang reversibel terhadap tekanan. Substansi dasar terdiri dari
glikosaminoglikan, asam hialuronat, heparin sulfat, dermatan sulfat dan
kondroitin sulfat.
3. Lapisan Subkutis
Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel lemak. Pada lapisan
ini terdapat ujung syaraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. Vaskularisasi
diatur oleh dua pleksus yang beranastomosis, yaitu pleksus superficial di dermis
dan plexus profunda di subkutis.
4. Adneksa Kulit
a. Glandula Sudorifera
Terdiri dari dua kelenjar yaitu apokrin dan ekrin. Kelenjar apokrin
terletak di aksila, saluran telinga luar, aerola mammae, pubis dan labia
minora. Kelenjar ekrin berbentuk spiral bermuara langsung ke permukaan
kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit terutama di telapak tangan dan
kaki, dahi dan aksila.
b. Glandula Sebasea
Terdapat di seluruh permukaan kulit kecuali telapak tangan dan
kaki. Kelenjar ini disebut holokrin karena tidak berlumen dan bermuara
lumen akar rambut.
c. Kuku
Merupakan bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian
kukui yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nail root), bagian
yang terbuka di atas jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku
(nail plate) dan paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kulit yang
ditutupi bagian kuku yang bebas disebut hiponikium dan kulit yang
menutupi kuku bagian proksimal disebut eponikium.
d. Rambut
Terdiri atas dua bagian, yaitu akar rambut yang terbenam dalam
kulit dan batang rambut yang berada diluar kulit. Terdapat duam macam
tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus tidak berpigmen
dan rambut terminal yang lebih kasar dan berpigmen. Rambut halus di dahi
dan bagian badan disebut velus.
Fisiologi Kulit :
1. Fungsi Proteksi
Kulit memiliki sel-sel yang berfungsi sebagai barier. Keratinosit
sebagai barier mekanik, melanosit sebagai barier terhadap radiasi dan sel
Langerhans sebagai barier imunologi. Proses keratinisasi berperan sebagai
barier mekanis karena sel-sel yang mati melepaskan diri secara teratur. Sifat
impermeabel dari stratum korneum dan lapisan keasaman kulit menjadi
pelindung dari kontak zat kimia dan air. Ekskresi kelenjar sudorifera dan
sebasea menyebabkan pH kulit berkisar 5-6.5 sebagai perlindungan kimiawi
terhadap infeksi jamur dan bakteri.
2. Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar di kulit mengeluarkan sisa metabolisme berupa
keringat dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan amonia. Sebum
yang di produksi berfungsi untuk memberikan kelembapan untuk menahan
evaporasi air yang berlebihan.
3. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Rangsangan tekanan Rangsangan terhadap panas oleh badan
Ruffini di dermis dan subkutis. Rangsangan terhadap dingin oleh Badan
Krause di dermis. Rangsangan terhadap perabaan oleh badan Meissner di
papila dermis dan badan Merkel
IV.
Klasifikasi
Ada 3 bentuk Tinea pedis
1. Bentuk intertriginosa
keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di
celah-celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan
kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih
subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila
terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejalagejala umum.
2. Bentuk hyperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik
terutama
ditelapak
kaki,
tepi
kaki
dan
punggung
kaki.
Bila
Pathofisiologi
Spesies jamur penyebab Tinea Pedis tersering adalah Trichophyton
rubrum, Trichophyton metagrophytes, dan Epidermophyton Floccosum.
Penyebaran jamur-jamur tersebut tergantung dari sumber infeksi yaitu
berasal dari manusia lain (anthropophilic), hewan (zoophilic) dan dari tanah
(geophilic).
Pada manusia T. rubrum memiliki sifat-sifat anthropophilic,
ectothrix dan tes urese negative, selain itu T.rubrum juga menghasilka
keratinase yang dapat melisiskan lapisan keratin pada stratum korneum
kulit sehingga dapat timbul skuama. Kerusakan yang dapat terjadi pada
stratum korneum ini, maka jamur dapat dengan mudah masuk menginvasi
pada jaringan yang lebih dalam dan dapat menyebabkan reaksi peradangan
lokal, yang menimbulkan pula beberapa gejala tambahan lain seperti
demam, gatal, kemerahan dan nyeri. Gejala dapat pula diperparah dengan
infeksi sekunder karena bakteri.
VI.
Pemeriksaan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
1. Anamnesa
Didapatkan rasa gatal yang sangat menggangu dan gatal akan semakin
bertambah apabila lesi terkena air atau basah.
2. Pemeriksaan fisik
Dilihat dimana terjadinya infeksi dan jenis lesinya.
3. Pemeriksaan laboratorium
VII.
Penatalaksanaan
1. Umum
2. Khusus
Topikal
Bila lesi basah, maka sebaiknya direndam dalam larutan kalium
permanganate 1/5.000 atau larutan asam asetat 0.25% selama 15-30
menit, 2 4 kali sehari. Atap vesikel dan bula dipecahkan untuk
mengurangi keluhan. Bila peradangan hebat dikombinasikan dengan
obat antibiotik sitemik misalnya penisilin prokain, penisilin V,
fluklosasilin, eritromisin atau spiramisin dengan dosis yang adekuat.
Kalau peradangan sudah berkurang, diberikan obat topical anti jamur
berspektrum luas antara lain, haloprogin, klotrimazol, mikonazol atau
ketokonazol.
Sistemik
Biasanya
tidak
digunakan.
Namun
bila
digunakan
harus
dikombinasi dengan obat obat anti jamur topical. Obat obat sistemik
tersebut antara lain griseofulvin 500-1000mg/hari selama 2-6minggu,
ketokonazol 200mg/hari selama 4 minggu, itrakonazol 100mg/hari
selama 2minggu dan terbinafin 250mg/hari selama 1-2minggu.
pemberian obat secara sistemik ini harus memperhatikan efek samping
VIII.
Pencegahan
Sulit untuk mencegah Kurap. Jamur yang menyebabkan kurap adalah
umum dan menular bahkan sebelum gejala muncul. Namun, Anda dapat membantu
mengurangi risiko penyakit kurap dengan mengambil langkah-langkah ini:
1. Didiklah diri Anda dan orang lain. Sadar akan risiko terinfeksi kurap dari orang
atau binatang peliharaan. Beritahu anak-anak Anda tentang kurap, apa yang
harus diperhatikan dan bagaimana untuk menghindari infeksi.
2. Tetaplah bersih. Cuci tangan Anda sesering mungkin untuk menghindari
penyebaran infeksi. Menjaga daerah umum atau berbagi tetap bersih,
khususnya di sekolah-sekolah, pusat penitipan anak, pusat kebugaran dan
kamar ganti.
3. Tetap sejuk dan kering. Jangan memakai pakaian tebal untuk jangka waktu
yang lama dalam keadaan hangat dan lembab. Hindari keringat berlebihan.
4. Hindari hewan yang terinfeksi. Infeksi sering terlihat seperti sepotong kulit di
mana bulu yang hilang. Dalam beberapa kasus, meskipun, Anda mungkin tidak
akan melihat adanya tanda-tanda penyakit. Tanyakan kepada dokter hewan
untuk memeriksa hewan peliharaan dan hewan peliharaan untuk kurap.
5. Jangan berbagi barang pribadi. Jangan biarkan orang lain menggunakan
pakaian, handuk, sisir atau barang pribadi lainnya. Menahan diri dari
meminjam barang-barang dari orang lain juga.
IX.
Epidemiologi
Tinea pedis et manus di temukan tersebar diseluruh dunia, lebih sering
dijumpai di daerah tropik dan subtropik. Dapat menyerang semua kelompok umur
lebih sering menyerang dewasa terutama pada orang yang bekerja di tempat basah
seperti tukang cuci, pekerja di sawah, atau orang orang yang setiap hari harus
memakai sepatu yang tertutup seperti anggota militer.
X.
Prognosis
Infeksi kronik tidak jarang terjadi jika penyebabnya adalah Trichophyton
rubrum yang tidak diobati atau ditangangi dengan baik.
XI.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan dan observasi langsungsg memberikan infomasi
mengenai persepsi klien terhadap dermatosis, bagaimana kelainan kulit
dimulai?, apa pemicu?, apa yang meredakan atau mengurangi gejala?, termasuk
masalah fisik/emosional yang dialami klien?. Pengkajian fisik harus dilakukan
secara lengkap.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi
barier kulit.
b) Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.
c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang
tidak bagus.
e) Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan
inadekuat informasi.
Diagnosa Keperawatan
Kerusakan integritas
kulit berhubungan
dengan perubahan
fungsi barier kulit.
Rencana Keperawatan
Intervensi
Ma
dap
kul
prim
Fri
per
pro
pen
Pen
me
terh
Mencapai
peredaan
gangguan rasa nyaman:
Gangguan
berhubungan
pola
nyeri/gatal.
Mengutarakan dengan
kata-kata bahwa gatal
telah reda.
Memperllihatkan tidak
adanya gejala
ekskoriasi kulit karena
garukan
Ban
hak
ma
den
Me
tind
me
De
eru
dia
Ru
den
dap
oba
Ma
ole
pen
Anjurkan
pasien
untuk
menghindari
minuman
yang
mengandung cafein menjelang
tidur malam hari
U
pa
C
ja
M
m
di
M
pa
pruritus
XII.
Sub Tema
Waktu Pertemuan
: 60 menit
Hari, Tanggal
Pukul
Sasaran
: Ny .Toni
Tempat
: Bangsal
I.
II.
III.
Pokok materi
1. Definisi Tinea Pedis
2. Penyebab Tinea Pedis
3. Pencegahan Tinea Pedis
4. Cara perawatan Tinea Pedis
IV.
V.
Metode
Kegiatan penyuluhan
No.
1.
Penyuluh
Pendahuluan :
a. Memberikan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Memberikan apersepsi
d. Menjelaskan tujuan
Sasaran
waktu
10 Menit
Menjawab salam
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
2.
35 Menit
Memperhatikan
Kegiatan Inti :
a. Memberikan materi tentang :
Definisi Kraniostenosis
Penyebab Kraniostenosis
Bertanya
Memperhatikan
Pencegahan Kraniostenosis
Kraniostenosis
Cara perawatan Kraniostenosis
b. Memberikan kesempatan keluarga
untuk bertanya
c. Menjawab pertanyaan
Penutup:
a. Menyimpulkan materi penyuluhan
b. Memberikan evaluasi dengan pertanyaan
lisan
c. Memberikan salam penutup
VI.
VII.
Media
Memperhatikan
Memperhatikan
15 menit
Menjawab salam
: Power Point
Sumber/Referensi :
1. Djuanda A. Tinea Pedis et Manus, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Kelima. Jakarta. Penerbit Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2005, Hal
: 148-150
2. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Penyakit Kulit dan kelamin FK UNAIR/ RSU Dr.
Soetomo Surabaya. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya. Airlangga
University Press, 2007, Hal : 128-129
VIII.