Anda di halaman 1dari 18

1

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Salah satu ciri-ciri makhluk hidup adalah berkembang biak. Berkembang biak
adalah proses reproduksi atau proses memperbaharui keturunan pada mahluk hidup
untuk mempertahankan jenisnya agar tidak punah. Reproduksi adalah suatu proses
biologis di mana individu organisme baru diproduksi. Reproduksi pada hewan terjadi
dalam dua jenis yaitu reproduksi aseksual dan reproduksi seksual.Reproduksi
aseksual adalah penciptaan individu baru yang semua gennya berasal dari satu induk
tanpa peleburan telur dan sperma.Sedangkan reproduksi seksual adalah penciptaan
keturunan melalui peleburan gamet jantan dan betina untuk membentuk
zigot.Peleburan gamet (sperma dan ovum) disebut dengan fertilisasi.Fertilisasi terbagi
menjadi dua macam yaitu fertilisasi eksternal dan fertilisasi internal.
Unggas merupakan salah satu jenis hewan yang banyak digemari oleh
manusia. Unggas mempunyai berbagai macam jenis yang dapat menarik perhatian
manusia untuk bisa memeliharanya. Selain itu ada juga yang berusaha untuk
dijadikan sebagai hewan ternak. Unggas berkembang biak dengan bertelur. Telur
unggas mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur.
Sistem bereproduksi unggas adalah dengan cara bertelur sehingga pada
unggas ini memilki organ reproduksi yang berbeda dengan mamalia. Kelompok
unggas merupakan hewan ovipar. Sehingga tidak memiliki alat kelamin luar.
Walaupun demikian, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan

cara saling menempelkan kloaka. Pada unggas organ reproduksi jantan berupa testes,
epididimis dan ductus deferens. Sedangkan pada betina terdiri dari satu ovarium dan
satu oviduk. Dari organ reproduksi tersebut maka akan diketahui fungsi dari masingmasing bagian yang berbeda dengan yang ada pada mamalia. Oleh karena itu,
pembuatan makalah sederhana ini dibuat untuk menjelaskan tentang sistem
Reproduksi pada unggas.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistem reproduksi
2. Mengetahui sistem reproduksi ayam jantan
3. Mengetahui mekanisme spermatogenesis
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi semen pada ayam
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi sistem reproduksi?
2. Bagaimana sistem reproduksi pada ayam jantan?
3. Bagaimana mekanisme spermatogenesis pada ayam jantan?
4. Apakah faktor yang mempengaruhi semen pada ayam?

I.

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem reproduksi hewan jantan terdiri atas sepasang testis, pasanganpasangan kelenjar asesori dan sistem ductus termasuk organ kopulasi. Testes
berkembang didekat ginjal yaitu pada daeah krista genitalis primitif. Fungsi testes ada
dua macam yaitu menghasilkan hormon sex jantan disebut androgen dan
menghasilkan gamet jantan disebut sperma. Scrotum mempunyai fungsi untuk
memberikan ke pada testes suatu lingkungan yang memeiliki 1-8 0F lebih dingin

dibandingkan temperature rongga tubuh. Yang termasuk kelenjar asesori adalah


sepasang vesicula seminalis prostat dan sepasang kelenjar bulbourethra atau kelenjar
cowper. Sedangkan sistem ductus pada jantan sebagian besar berasal dari sistem
ductus Wolft pada ginjal mesonefrik (Nalbandov, 1990).
Fungsi reproduksi pada alat kelamin jantan dapat dibagi menjadi tiga
subdivisi utama: pertama, spermatogenesis, yang berarti hanya pembentukan sperma.
Kedua, kinerja kegiatan seksual alat kelamin jantan. Dan ketiga,pengaturan fungsi
reproduksi alat kelamin jantan oleh berbagai hormon.(Guyton & Hall,1997)
Sistem reproduksi unggas jantan terdiri dari dua testis bentuknya elips dan
berwarna terang, dan menghasilkan sperma yang masing-masing mempunyai sebuah
saluran sperma yang bernama vas defferens serta sebuah kloaka yang menjadi muara
dari sistem reproduksi tersebut (Srigandono, 1997). Alat reproduksi unggas jantan
terdiri atas alat kelamin pokok danalat kelamin pelengkap. Alat kelamin pokok adalah
organ yang langsung membentuk spermatozoa yaitu testis. Alat kelamin pelengkap
terdiri atas salurantestis yang menuju kloaka yaitu epididymis, vas defferens, dan
papillae (Sarengat, 1982).
Testis pada unggas berbentuk bulat seperti kacang, terletak ventral dari lobus
anterior ginjal. Ukuran testis tidak selalu konstan, karena menjadi besar pada saat
musim kawin. Bagian kiri sering lebih besar dari bagian kanan. Pinggir medial testis
sedikit konkaf dan mempunyai penjuluran kecil pipih yang dianggap sama seperti
epididimis pada mammalia. Dari situlah keluar saluran vas defferens yang secara

bergelombang-gelombang lateral terhadap ureter masuk ke dalam kloaka (Soegiarsih,


1990).
Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya, karena testis tidak turun
dalam skrotum tetapi tetap dalam rongga badan. Testis menghasilkan sperma untuk
membuahi telur yang berasal dari hewan betina. Testis yang berbentuk bulat kacang
tersebut besarnya berbeda-beda menurut umur dan besar unggas. Permukaan testis
diselaputi oleh suatu jaringan fibrosa yang kuat yang diteruskan kedalam testis
membentuk kerangka penunjang tenunan testis (Sarwono, 1993).

II.

PEMBAHASAN

3.1 DEFINISI SISTEM REPRODUKSI


Menurut Toelihere (1993), organ reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang
testis dengan epididimis, sepasang duktus deferens (vas deferens) dan sebuah
alatkopulasi yang disebut phallus, yang seluruhnya terletak di dalam rongga
perut.Fungsi dari organ reproduksi ayam jantan adalah untuk memproduksi
danmenyalurkan spermatozoa ke dalam alat reproduksi betina (Gilbert, 1980).
Alatkopulatori pada kalkun dan ayam terdiri dari dua papila (phallus) dan
organkopulatori rudimenter yang terletak pada lubang kloaka. Organ ini
cukupberkembang dengan baik dan dapat ereksi secara alami pada bebek dan angsa

tetapitidak pada kalkun dan ayam (Ensminger, 1992). Unggas jantan tidak
memilikikelenjar-kelenjar kelamin pelengkap, akan tetapi semen unggas dari vas
deferenssudah diencerkan dengan cairan dari badan-badan vaskuler yang terletak
dekat ujungposterior vas deferens (Toelihere, 1993).
Testis unggas terletak di atas rongga perut, sepanjang bagian punggung dan
dekat dengan ujung anterior ginjal dan tidak pernah turun ke skrotum pada bagianluar
tubuh (Nesheim et al., 1979). Testis tersebut melekat pada bagian dorsal darirongga
abdomen dan dibatasi oleh ligamentum mesorchium. Testis ayam berbentukbulat oval
seperti kacang dengan warna pucat kekuningan. Berat sebuah testis padaayam jantan
tipe berat mencapai 15 20 g, sedangkan pada tipe petelur berat testisberkisar antara
8 12 g. Testis sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsiyaitu : 1)
menghasilkan

sepermatozoa,

dan

2)

mensekresikan

hormon

kelamin

jantan(testosteron) (Toelihere, 1993).


Testis memiliki saluran-saluran kecil yang jumlahnya sangat banyak
danberbelit-belit.Saluran ini disebut seminiferous tubules (tubuli seminiferi)
yangmuncul dalamkelompok yang dipisahkan oleh membran tipis yang memanjang
kedalam

darimembran

sekitar

organ.Saluran

ini

akhirnya

mengarah

ke

duktusdeferens, yaitu suatu pembuluh yang menyalurkan sperma ke luar


tubuh.Duktusdeferens adalah saluran yang melekat di sepanjang medio ventral ginjal
dan terletak kuat secara zigzag pararel dengan ureter.Masing-masing duktus
deferens mengembang menjadi papila kecil, yang bersama-sama berfungsi sebagai
organintromitten (Nesheim et al., 1979). Vas deferens atau duktus deferens

berfungsiuntuk mengangkut semen daritestis dan epididimis ke alat kopulatoris dan


juga berfungsi sebagai reservoir semen (Toelihere, 1993).
Tubuli seminiferi terdiri atas beberapa lapisan sel spermatogonia yang
akanmenghasilkan spermatozoa. Spermatozoa dihasilkan di dalam tubuli seminiferi
ataspengaruh

FSH

(Follicle

Stimulating

Hormone),

sedangkan

testosteron

diproduksioleh sel-sel interstisial dari sel leydig atas pengaruh ICSH (Interstitial
CellStimulating Hormone) (Toelihere, 1993).
Epididimis pada ayam berbentuk pipa pendek dan pipih dengan diameter
sekitar 3 mm yang terletak di dorsal medial testis. Saluran reproduksi ayam tidak
memiliki epididimis seperti mamalia yang memiliki caput, corpus dan cauda, namun
pada testis ayam terdapat bagian exstremitas cranialis dan caudalis (Setijanto, 1998).
Epididimis

mempunyai

empat

fungsi

utama,

yaitu

transport,

konsentrasi,

maturasi,dan penyimpanan sperma (Toelihere, 1993).

3.2 ORGAN REPRODUKSI AYAM JANTAN


Organ reproduksi jantan berfungsi sebagai tempat menghasilkan sperma
(testis).Testis sendiri adalah merupakan pabrik penghasilkan dua macam dua produk
yaitu sel kelamin jantan (spermatozoa) dan hormone (testeoteron). Testis terdiri dari
saluran buntu, yang disebut tibuli seminefiri yang bermuara ke rate testis, vas
efferentia dan berahir dalam epididymis. Dinding dalam tubuli tersebut dilapisi oleh
selapis sel-sel yang berbentuk bulat yang disebut spermatogonia. Diantara

sepermatogonia yang melapisi dinding tubuli semineperi adalah sel-sel yang


berbentuk langsing, Letak berselang seling dengan sepermatogonia dan mengarah
kelumen. Sel tersebut adalah sel sertoli penghasil hormone testoteron. Organ kelamin
pada jantan terdiri dari organ kelami perimer, sekunder, luar dan kelenjar pelengkap.
Organ-organ tersebut memiliki bentuk, ukuran dan fungsi yang berbeda-beda.

Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang testis (T), epididimis (Ep),
duktus deferens (D.d.) dan organ kopulasi pada kloaka (Cl).

Gambar. Anatomi organ genitalia maskulina ayam

1. Testis
Testis ayam jantan terletak di rongga badan dekat tulang belakang,
melekat pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan dibatasi oleh
ligamentum mesorchium, berdekatan dengan aorta dan vena cavar, atau di
belakang paru-paru bagian depan dari ginjal. Meskipun dekat dengan rongga
udara, temperatur testis selalu 41o - 43o C karena spermatogenesis
(pembentukan sperma) akan terjadi pada temperatur tersebut.
Testis ayam berbentuk biji buah buncis dengan warna putih
krem.Testis terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan albugin yang
lunak.Bagian dalam dari testid terdiri atas tubuli seminiferi (85% 95% dari
volume testis), yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis, dan

jaringan intertitial yang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig) tempat
disekresikannya hormon steroid, androgen, dan testosteron.Besarnya testis
tergantung pada umur, strain, musim, dan pakan.
2. Epididimis
Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah
dorsal testis. Berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke arah kaudal menuju
ductus deferens.
3. Saluran Deferens
Saluran deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang
merupakan muara sperma dari testis, serta bagian bawah yang merupakan
perpanjangan dari saluran epididimis dan dinamakan saluran deferens. Saluran
deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang
berseberangan dengan urodium dan koprodeum. Di dalam saluran deferens,
sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum diejakulasikan.
Pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran
deferens.
4. Alat Kopulasi
Alat kopulasi pada ayam berupa papila (penis) yang mengalami
rudimenter, kecuali pada itik berbentuk spiral yang panjangnya 12-18 cm.
Pada papila ini juga diproduksi cairan transparan yang bercampur dengan
sperma saat terjadinya kopulasi (Yuwanta, 2004).

10

3.3 MEKANSME SPERMATOGENESIS


Spermatozoa merupakan sel gamet pejantan yang dibentuk di dalam
tubuliseminiferi pada testis. Spermatozoa yang sudah terbentuk seluruhnya
merupakanperpanjangan sel yang terdiri dari kepala yang hampir seluruhnya terdiri
darikromatin, dan ekor yang memberikan daya gerak sel (Garner dan Hafez, 1980).
Spermatozoa dibentuk melalui proses spermatogenesis, yaitu suatu proses kompleks
yang meliputi pembelahan dan diferensiasi sel dan dimulai pada saat hewan mencapai
dewasa kelamin. Selama proses tersebut, jumlah kromosom direduksi daridiploid(2n)
menjadi haploid (n) pada setiap sel, dan terjadi reorganisasi komponen-komponeninti
sel dan sitoplasma secara meluas. Spermatogenesis meliputi spermatositogenesis
yaitu pembentukan spermatosit primer dan sekunder dari spermatogonia tipe A serta
spermiogenesis yaitu pembentukan spermatozoa dari spermatid. Spermatositogenesis
dikendalikan oleh FSH dari adenohypophysa dan spermiogenesis berada dibawah
pengaruh LH dan testosteron (Toelihere, 1985).
Pengangkutan spermatozoa sepanjang saluran reproduksi, proses pematangan
spermatozoa, dan penyimpanan spermatozoa. Proses spermatogenesis sebenarnya
merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinyu selama masa produktif.
Proses spermatogenesis terjadi di tubuli seminiferi kemudian sperma menuju tubuli
rekti, rete testes, melalui vas eferen kemudian menuju vas deferen. Unggas tidak
memiliki epididimis, epididimisnya mengalami rudimentasi. Fungsi epididimis pada

11

hewan mamalia seperti transportasi, pemasakan dan penyimpanan spermatozoa pada


unggas digantikan oleh vas deferen. Perjalanan spermatozoa dari tubuli seminiferi
sampai di vas deferen membutuhkan waktu 1 4 hari, kemudian terjadi proses
pendewasaan pada bagian proximal vas deferen selama beberapa jam lalu disimpan
pada bagian distal vas deferen (Wayan, dkk, 2013).
Spermatozoa merupakan perpanjangan dari sel haploid yang dihasilkan
dariproses spermatogenik dan pematangan pada pejantan dan merupakan sel khusus
dengan fungsi terbatas, yaitu untuk membawa informasi genetik ke sel telur
betina(Garner dan Hafez, 1980). Walaupun berbeda spesies, spermatozoa pada hewan
ternak dan vertebrata lainnya memiliki struktur yang sama, yaitu memiliki akrosom,
nukleus, dan terpasang flagella dengan mitokondria, annulus, dense fibers, dan
selubung yang berserat (Garner dan Hafez, 1980).
Sperma merupakan suatu sel kecil, kompak dan sangat khas yang tidak
bertumbuh atau membagi diri. Secara esensial, sperma terdiri dari kepala yang
membawa materi herediter paternal, dan ekor sebagai sarana penggerak. Ukuran dan
bentuk spermatozoa berbeda pada berbagai jenis hewan, namun memiliki struktur
morfologi yang sama (Toelihere, 1985). Bentuk dan ukuran spermatozoa antara
bangsa unggas cukup sama dan konsisten, tetapi sperma unggas berbeda dengan
sperma mamalia karena lebih kecil, lebih panjang, kepala berfilamen dan tidak
memiliki butiran kinoplasmik (Gilbert, 1980).
1. Mekanisme Spermatogenesis

12

Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di


epitelium (tubuli) seminiferi di bawah kontrol hormon gonadotropin dan hipofisis
(pituitaria bagian depan). Tubuli seminiferi ini terdiri atas sel sertoli dan sel
germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogenial,
fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13 14 hari.
2. Pembentukan Sperma (Spermatogenesis)
Hampir semua spesies hewan tingkat tinggi terutama mamalia mempunyai
proses spermatogenesis yang hampir sama, dalam pembahasan ini akan di
jelaskan mengenai proses spermatogenesis pada manusia.Berikut adalah proses
pembentukan dari sperma itu sendiri.
1. Tempat spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus
seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan
jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel sel spermatogonia dan
sel sertoli yang berfungsi memberi nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada
tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan hormone
testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.
2. Proses Spermatogenesis
Pada masa pubertas, spermatogonia membelah diri secara mitosis
sehingga menghasilkan

lebih banyak spermatogonia. Pada manusia,

spermatogonia mengandung 23 pasang kromosom atau 46 kromosom


(diploid). Beberapa spermatogonia membelah diri kembali, sedangkan lainnya

13

berkembang menjadi spermatosit primer yang juga mengandung kromosom


sebanyak 46 kromosom. Sel sel spermatosit primer tersebut kemudian
membelah secara meiosis nebjadi dua spermatosit sekunder yang jumlah
kromosomnya menjadi setengahnya (23 kromosom haploid). Selanjutnya
spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis menjadi empat spermatid.
Jadi, spermatid primer mengalami pembelahan meiosis I yang menghasilkan
dua spermatosit sekunder. Selama pembelahan meiosis II, kedua spermatosit
sekunder membelah lagi menghasilkan empat spermatid. Selanjutnya
spermatid berdiferensi menjadi sel kelamin dewasa (masak) yang disebut
spermatozoa atau sperma. Ini juga memiliki 23 kromosom (haploid). Pada
manusia

proses

spermatogenesis

berlangsung

setiap

hari.

Siklus

spermatogenesis berlangsung rata rata 74 hari. Artinya , perkembangan sel


spermatogonia menjadi spermatozoa matang memerlukan waktu rata rata 74
hari. Sementara itu pemasakan spermatosit menjadi sperma memerlukan
waktu dua hari.proses pemasakan spermatosit menjadi sperma dinamakan
spermatogenesis dan terjadi didalam epidemis.

3. Bagian Bagian Sperma


Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan
ekor flagelata. Kepala sperma mengandung nucleus. Bagian ujung kepala ini
mengandung akrosom yang menghasilkan enzim yang berfungsi untuk
menembus lapisan lapisan sel telur pada waktu fertilisasi. Bagian tengah

14

sperma mengandung mitokondria yang menghasilkan ATP sebagai sumber


energy untuk pergerakan sperma. Ekor sperma berfungsi sebagai alat gerak.
3.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEMEN PADA AYAM
Volume semen yang dihasilkan unggas relatif sedikit dan berbedabedamenurut bangsa unggas, tetapi memiliki konsentrasi spermatozoa yang cukup
tinggi.Menurut Toelihere (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan
kuantitassemen adalah makanan, nutrisi makanan, suhu dan musim, frekuensi
ejakulasi, sertalibido dan faktor psikis.
Peninggian suhu testis karena infeksi penyakit, luka lokal, demam yang tak
kunjung reda karena penyakit dan peninggian suhu udara karena kelembaban
yangtinggi

dapat

menyebabkan

kegagalan

pembentukan

dan

penurunan

produksispermatozoa. Frekuensi ejakulasi yang terlampau sering dalam satu satuan


waktuyang relatif pendek cenderung untuk menurunkan libido, volume semen, dan
jumlah spermatozoa per ejakulat. Rangsangan atau stimulasi yang diberikan pada
pejantanuntuk mempertinggi libido dapat meninggikan volume semen dan
konsentrasi sperma motil per ejakulat (Toelihere, 1993).
Produksi sperma distimulasi oleh peninggian periode siang hari, sedangkan
berkurangnya periode siang hari akan berpengaruh sebaliknya (Toelihere, 1993).
Semakin lama periode siang hari maka aktivitas reproduksi bekerja semakin lama
sehingga akan menghasilkan produksi sperma dalam jumlah yang tinggi. Suhu
lingkungan juga dapat mempengaruhi produksi semen, suhu sampai 30 C dapat
membahayakan produksi sperma. Makanan merupakan faktor yang esensial terhadap

15

produksi semen, kekurangan vitamin A dan vitamin E dalam pakan dapat


menghambat produksi semen (Toelihere, 1993).
Ayam akan menghasilkan spermatozoa yang berkualitas baik pada saat sudah
mencapai kedewasan seksual. Umur pejantan antara 10-20 bulan merupakan
penghasil semen terbaik. Apabila umur pejantan tidak diketahui maka dapat diduga
dengan menggunakan panjang taji. Pada umur10 20 bulan, ayam pejantan
mempunyai panjang taji antara 0,5-2 cm (S. Johari, dkk, 2009).
Penyimpanan semen dalam jangka waktu lama akan menurunkan fertilitas dan
plasma semen menjadi tidak isotonik. Semakin lama waktu penyimpanan, motilitas
terus mengalami penurunan karena persediaan energi semakin terbatas. Selama
penyimpanan, spermatozoa terus melakukan aktifitas seperti pergerakan dan
metabolisme (N. Solihati dkk, 2006). Itulah faktor yang mmpengaruhi semen
berdasarkan pendapat Solihati.

IV.

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah:

16

Alat reproduksi ayam jantan terdiri dari testis, epidydimis, vas deferens, dan

alat kopulasi.
Testis berfungsi untuk membentuk spermatozoa, epidydimis pada ayam
fungsinya tidak seperti mamalia, vas deferens berfungsi untuk menyalurkan
sperma, dan alat kopulasi untuk menyalurkan sperma ke organ reproduksi

ayam betina.
Testis pada ayam berada di dalam tubuh karena ayam memiliki kantong
udara yang dapat mengatur suhu tubuh sedemikian rupa sehingga
spermatogenesis dapat tetap berjalan.

IV.2

Saran
Peralatan

diperbanyak

lagi

agar

setiap

kelompok

mempraktekkan langsung tanpa harus menunggu kelompok lain.

dapat

17

DAFTAR PUSTAKA
Ensminger. 1992. Poultry Science. Interstate Publishers, Inc., Illinois.
Garner, D. L. & E. S. E. Hafez. 1980. Artificial Insemination. In Reproduction in
Farm Animal 4th Edition. Hafez, E. S. E. (Ed.). Lea and Febiger. Philadelpia
Gilbert., A. B., 1980. In E. S. E. Hafez (ed) Reproduction in farm animals. Lea and
Febiger. Philadelphia.
Guyton & Hall.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC.Jakarta
N. Solihati dkk. 2006. Pengaruh Lama Penyimpanan Semen Cair Ayam Buras pada
Suhu 5oC terhadap Periode Fertil danFertilitas Sperma. Jurnal Ilmu Ternak.
Bandung
Nalbandov,A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas.UGM Press
Yogyakarta.
Nesheim, M. C., R.E. Austich andL.E. Card. 1979.PoultryProduction.Lea and
Febiger,Philadelphia.
S. Johari, Ondho YS, Sri Wuwuh, Henry YB dan Ratnaningrum. 2009. Karakteristik
dan Kualitas Semen Berbagai Galur Ayam Kedu. Seminar Nasional
Kebangkitan Peternakan. Semarang
Sarengat,W.1982. Pengantar Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan dan
Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang.
Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.

18

Setijanto, H. 1998. Anatomi Unggas pada Bahan Pengajaran Anatomi Veteriner II.
Laboratorium Anatomi, Bagian Anatomi. Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Soegiarsih, P. 1990. Diktat Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Srigandono,

B.1997.

Produksi

Unggas

Air.Gadjah

Mada

University

Press.Yogyakarta.
Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung
Wayan Bebas, dan Desak Nyoman Dewi Indira Laksmi.2013. Konsentrasi
Spermatozoa Dan Motilitas Spermatozoa Ayam HutanHijau (Gallus varius).
Jurnal Veteriner Udayana. Bali
Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius.Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai