Anda di halaman 1dari 7

AMAMI

PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN


DENGAN AMAMI DAN BTM

OLEH:
KELOMPOK IV
NINGSIH ASRIAH

P07134013012

NI PUTU YUDI YASTRINI

P07134013023

NI PUTU NOVI PUSPITA KUSUMA

P07134013033

AYU NUR FITRIYANI

P07134013038

JURUSAN ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
2015

PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN


DENGAN AMAMI DAN BTM
1. Pengertian Undang Undang
Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara
atau pejabat berwenang dan mengikat secara umum. Peraturan perundang-undangan
memuat aturan dan mekanisme hubungan antarwarga negara, antara warga negara dan
negara, serta antara warga negara dengan pemerintah (pusat dan daerah), dan
antarlembaga negara. (Kartono W.Arjo, 2013)
2. Perundang-undangan tentang Makanan
2.1. Manfaat Peraturan Perundangan Makanan
1. Sebagai landasan hukum aparat pemerintah.
2. Keseragaman tindakan dalam pengawasan makanan untuk melindungi
masyarakat terhadap makanan yang merugikan kesehatan.
3. Sebagai pedoman yang wajib ditaati masyarakat.
4. Pedoman yang diikuti produsen dan distributor makanan.
2.2. Pokok-Pokok Yang Dimuat :
1. Hal-hal yang dilarang dan sanksi terhadap pelanggaran.
2. Hal-hal yang bersifat membina produsen agar memproduksi makanan yang
memenuhi persyaratan.
2.3. Beberapa Peraturan Perundangan tentang Makanan yang perlu diketahui:
1. Undang-Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan
2. Undang-Undang No. 2 Tahun 1966 tentang Higiene
3. Undang-Undang No 11 Tahun 1962 tentang Higiene Untuk Usaha-Usaha Bagi
Umum
Ordonansi Bahan-Bahan Berbahaya (STBL 1949 No.377)
Undang-Undang No. 10 Tahun 1961 tentang Barang Menjadi Undang-Undang
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Undang-Undang No.7 tahun 1996 tentang Pangan
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi

4.
5.
6.
7.
8.

Pangan
9. Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan
3. Bahan Tambahan Pangan/Bahan Tambahan Makanan (BTP/BTM)
3.1. Pengertian BTP/BTM
-

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.722 Tahun 1988


Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah bahan yang biasanya tidak
digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredient khas
makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk
organoleptik)

pada

pembuatan,

pengolahan,

penyediaan,

perlakuan,

pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk


menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung)
suatu komponen yang mempengaruhi sifat khas makanan.
-

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 Tahun 2012


Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.

3.2. Tujuan penggunaannya BTP/BTM adalah untuk :


- Membentuk makanan menjadi lebih baik dan lebih enak di mulut.
- Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah
-

selera.
Meningkatkan kualitas makanan.
Menghemat biaya.
Mempertahankan atau memperbaiki nilai gizi makanan. (Dr. Adhyatma,

MPH.,1988)
3.3. Jenis BTP ini dapat dibedakan berdasarkan :
- Asal bahan terdiri dari :
a. Bahan alami yang diperoleh/diekstraksi dari sumber alami seperti lechtin
(dari jagung dan kedelai) digunakan untuk emulsifier, anato dari biji
ananto, (warna kuning, karotin) dari buah-buahan dan sayuran,
keuntungannnya lebih aman dan mudah didapat, tetapi memiliki
kepekatannya relatif kurang stabil karena mudah terpengaruh oleh panas
dan kondisi pH serta dibutuhkan bahan dalam jumlah banyak.
b. Bahan identik alami umumnya terbuat dari bahan sintetis tetapi struktur
kimianya identik dengan bahan alami.
c. Bahan sintetis merupakan hasil sintesa secara kimia, contohnya
sakarin dan

siklamat

yang

digunakan sebagai pemanis

dengan

keuntungan lebih stabil, lebih pekat, dan penggunaannya hanya dalam


jumlah sedikit, namun dikhawatirkan akan memberi efek samping bagi
-

kesehatan.
Cara penambahan terdiri dari :
a. Sengaja ditambahkan termasuk didalamnya pengawet, pewarna, pemanis,
pemberi aroma dan antioksidan.
b. Tidak sengaja tercampur dalam bahan makanan yang kemungkinan
berasal dari residu kontaminan proses pengolahan, pengemasan, atau
penyimpanan misalnya pupuk, pestisida, kotoran serangga, atau cemaran

dari pembungkus.
Aturan penggunaan terdiri dari :

a. Aman (generally recognized as safe = GRAS) adalah bahan yang dosis


penggunaannya relatif bebas dan tidak dibatasi seperti pati sebagai
pengental.
b. Memakai aturan penggunaan (Non-GRAS) adalah penggunaannya perlu
diatur dengan peraturan atau undang-undang mengingat tingkat bahaya
dan ancaman yang ditimbulkan zat aditif.
3.4. Golongan BTP/BTM
-

Antibuih (Antifoaming agent)

Antikempal (Anticaking agent)

Antioksidan (Antioxidant)

Bahan pengkarbonasi (Carbonating agent)

Garam pengemulsi (Emulsifying salt)

Gas untuk kemasan (Packaging gas)

Humektan (Humectant)

Pelapis (Glazing agent)

Pemanis (Sweetener)

Pembawa (Carrier)

Pembentuk gel (Gelling agent)

Pengatur Keasaman (Acidity regulator)

Pengawet (Preservative)

Pengembang (Raising agent)

Pengemulsi (Emulsifier)

Pengental (Thickener)

Pengeras (Firming agent)

Penguat rasa (Flavou enhancer)

Peningkat volume (Bulking agent)

Penstabil (Stabilizier)

Peretensi warna (Colour retention agent)

Perisa (Flavouring)

Perlakuan tepung (Flour treatment agent)

Pewarna (Colour)

Propelan (Propellant)

Sekuestran (Sequestrant)

3.5. Bahan yang Tidak Diperbolehkan untuk Digunakan Sebagai BTP/BTM

Asam borat dan senyawanya

Asam salisilat dan garamnya

Dietilpirokarbonat

Dulsin

Formalin

Kalium bromat

Kalium klorat

Kloramfenikol

Minyak nabati yang dibrominasi

Nitrofurazon

Dulkamara

Kokain

Nitrobenzene

Sinamil antranilat

Dihidrosafrol

Biji tonka

Minyak kalamus

Minyak tansi

Minyak sasafras

4. Perundangan tentang Bahan Tambahan Makanan (BTM)


Bahan Tambahan Pangan (BTP) atau Bahan Tambahan Makanan (BTM) sekarang
diatur penggunaannya dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033
Tahun 2012, tetapi sebelumnya diatur dalam :
-

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 235 Tahun 1979

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722 Tahun 1988

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1168 Tahun 1999


(Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722
Tahun 1988)

Adanya perubahan peraturan tersebut dikarenakan sudah tidak sesuai dengan


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pangan, serta adanya hasil

penelitian yang menyatakan bahwa adanya BTP/BTM yang tidak memenuhi


persyaratan kesehatan sehingga perlu dilakukan revisi.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 Tahun 2012 tentang
Bahan Tambahan Pangan, terdiri dari 9 Bab dan 20 Pasal yang mengatur tentang :
-

Persyaratan Bahan Tambahan Pangan

Golongan Bahan Tambahan Pangan

Jenis dan Batas Maksimum Bahan Tambahan Pangan yang


Diizinkan

Bahan yang dilarang digunakan sebagai Bahan Tambahan


PanganProduksi, Pemasukan dan Peredaran Bahan Tambahan
Makanan

Label

Pembinaan dan Pengawasan

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Adhyatma, MPH. 1988. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 722.
Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Rahma, 2011. Permenkes 722. https://www.scribd.com/doc/47841715/Menkes-722#scribd
diakses pada tanggal 5 maret 2015
Sarliyanti,

Merlin.

2012.

Makalah

Bahan

Tambahan

Pangan.

http://merlinsarliyanti.blogspot.com/2012/06/makalah-btp.html diakses pada tanggal 5


Maret 2015

Silalahi, Romayanti. 2010. Analisa Jenis dan Kadar Pemanis Buatan pada Permen Karet
yang Beredar Di Kota Medan Tahun 2010. Medan. Universitas Sumatera Utara
W.

Arjo,

Kartono.

2013.

Pengertian

Perundang-Undangan.

http://materisoalppkn.blogspot.com/2013/08/pengertian-perundang-undangan.html
diakses pada tanggal 5 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai