Anda di halaman 1dari 80

TUGAS AKHIR SB 1510

AKTIVITAS DAN PENGGUNAAN HABITAT


BURUNG PENGGANGGU PENERBANGAN DI
KAWASAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL
JUANDA
AGUS SATRIYONO
NRP 1503 100 008
Dosen Pembimbing
Aunurohim S.Si., DEA.
Dewi Hidayati S.Si., M.Si.
PROGRAM STUDI BIOLOGI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2008

UNDERGRADUATE THESES SB 1510

THE ACTIVITIES AND HABITAT USE OF FLIGHT


DISTURBANCE BIRDS AT JUANDA
INTERNASIONAL AIRPORT
AGUS SATRIYONO
NRP 1503 100 008
Advisor
Aunurohim S.Si., DEA.
Dewi Hidayati S.Si., M.Si.
DEPARTMENT OF BIOLOGY
Faculty of Mathematics and Natural Science
Sepuluh Nopember Institute of Technology
Surabaya 2008

AKTIVITAS DAN PENGGUNAAN HABITAT BURUNG


PENGGANGGU PENERBANGAN DI KAWASAN
BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA

TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sains
pada
Program Studi S-1 Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Oleh:
AGUS SATRIYONO
Nrp. 1503 100 008
Disetujui oleh Tim Pembimbing Tugas Akhir:
1. Aunurohim S.Si., DEA
2. Dewi Hidayati S.Si., M.Si.

.......................... (Pembimbing I)
.......................... (Pembimbing II)

Agus
Satriyono
2009.05.29
14:29:45
+07'00'

SURABAYA
AGUSTUS, 2008

vi

AKTIVITAS DAN PENGGUNAAN HABITAT BURUNG


PENGGANGGU
PENERBANGAN
DI
KAWASAN
BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA
Nama Mahasiswa
NRP
Jurusan
Dosen Pembimbing

:
:
:
:

Agus Satriyono
1503 100 008
Biologi FMIPA-ITS
1. Aunurohim S.Si., DEA.
2. Dewi Hidayati S.Si., M.Si.

Abstrak
Burung di Bandar Udara Internasional Juanda mempunyai
karakter ekologi spesifik dan berpotensi mengganggu
penerbangan. Penelitian bertujuan menentukan aktivitas harian
burung, penggunaan tipe habitat berbeda dan perilakunya di
sekitar jalur terbang (runway); menentukan arah terbang; dan
kelimpahan burung di lokasi bersarang dan/atau mencari makan
di sekitar Bandar Udara Internasional Juanda.
Lima titik hitung (point count) ditempatkan di sekitar jalur
terbang dan 2 titik di lokasi bersarang selama bulan juni-juli
tahun 2008. Ditemukan 37 jenis burung, 41,36 % aktif pada pagi
hari, 28,58 % pada siang hari dan 30,06 % pada sore hari.
Burung yang aktif mencari makan 51,56 %, 39,69 % loafing, dan
8,75 % terbang. Tempat mencari makan dan loafing lebih banyak
di tipe habitat rumput dan genangan/sumber air dengan
bangunan di sekitarnya. Frekuensi terbang paling banyak berasal
dan/atau menuju arah utara dan timur laut.
Tempat bersarang di pembuangan sampah padat, Dam
Banjar Kemuning dan pepohonan kayu putih (Melaleuca
cajuputi) Kompleks Lanudal, masing-masing didominasi oleh
Kowak-malam Abu (Nycticorax nycticorax) dan Punai Gading
(Treron vernans); Bondol (Lonchura sp.) dan Blekok Sawah
(Ardeola speciosa); dan Cangak Abu (Ardea cinerea).

vii

Kata kunci :bird strike, Bandar Udara Internasional Juanda,


Penggunaan Habitat

viii

THE ACTIVITIES AND HABITAT USE OF FLIGHT


DISTURBANCE BIRDS AT JUANDA INTERNASIONAL
AIRPORT
Name
NRP
Department
Advisor Lecturer

:
:
:
:

Agus Satriyono
1503 100 008
Biologi FMIPA-ITS
1. Aunurohim S.Si., DEA.
2. Dewi Hidayati S.Si., M.Si.

Abstract
Birds at Juanda International Airport had a specifically
ecology character, and potentially flight disturb. This research
aim to determine the daily birds activity, difference habitat use,
and their behavior; to determine birds flight direction; and to
determine the birds abundance at roosting and/or foraging site
which around of Juanda International Airport.
Five of point count placed on around of runway, and two
point at roosting site during June - July 2008. Thirty seven of
birds species were found, 41.36 % were active during the
morning, 28.58 % midday, and 30.06 % early evening. Fifty one
(51.56 %) percent were foraging activity, 39.69 % loafing and
8.75 % flying. Birds foraging and loafing behavior were much
found on grassland and water resources with the structure. Birds
flight frequency were most from and/or to north and north east
direction.
The disposal solid waste, Banjar Kemuning Dam, and
Melaleuca cajuputi trees at Lanudal complex were succeed as
roosting site. Each of there dominant by Black-crowned Nightheron (Nycticorax nycticorax) and Pink-necked Green-pigeon
(Treron vernans); Munia (Lonchura sp.) and Javan Pond-heron
(Ardeola speciosa); and Grey Heron (Ardea cinerea).
Key word : bird strike, Juanda Internasional Airport, Habitat
use
ix

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah S.W.T,
sumber dari segala ilmu sehingga Tugas Akhir dengan judul
Aktivitas dan penggunaan habitat burung pengganggu
penerbangan di kawasan Bandar Udara Internasional Juanda
berhasil diselesaikan. Shalawat beserta salam selalu tercurahkan
pada Rasulullah Muhammad SAW, sebaik-baik teladan yang
telah membawa kebenaran.
Terselesaikannya Tugas Akhir ini tidak lepas dari
dukungan berbagai pihak, oleh karena itu, terima kasih dan
penghargaan yang besar penulis sampaikan kepada:
1. Bapak, Ibu, Kakak dan Keponakan atas kasih sayang dan
pengorbanan bagi pendidikan penulis
2. Aunurohim S.Si., DEA. dan Dewi Hidayati S.Si., M.Si
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dengan penuh pengertian.
3. Dra. Dian Saptarini, M.Sc., selaku Ketua Program Studi
Biologi ITS.
4. Ibu Awik Pudji D. N. S.Si., M.Si., selaku dosen wali
yang telah memberikan perhatian dengan penuh
kesabaran dalam membimbing penulis.
5. Dra. Eny Zulaika M.P., Tutik Nurhidayati.S.Si.,M.Si.,
dan Dra. Dian Saptarini M. Sc. selaku dosen penguji
yang telah memberikan kritik dan saran
6. Seluruh Civitas Akademika Bologi FMIPA dan ITS
7. Dr. Widya Utama yang telah memantapkan penulis dalam
menentukan topik penelitian tugas akhir
8. Pecuk,
HIMAPRODIBITS,
Intertide
Ecological
Community, BEM ITS dan Sarang Burung Surabaya atas
kesempatan membangun diri dan keindahannya.
9. PT. Persero Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional
Juanda atas kerja sama yang diberikan
10. Tuna Soldier Bio 03, atas semua kerja sama, kasih
sayang, cinta, pengertian, persahabatan dan persaudaraan
Surabaya, Agustus 2008
xi

xii

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
i
Lembar Pengesahan
v
ix
Abstrak
Kata Pengantar
xi
Daftar Isi
xiii
Daftar Gambar
xv
Daftar Tabel
xvii
Daftar Lampiran
xix
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Perumusan masalah
2
1.3 Batasan Masalah
3
1.4 Tujuan
3
1.5 Manfaat
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1 Burung (Aves)
5
2.1.1 Anatomi dan Morfologi
5
2.1.2 Perilaku
6
2.1.3 Habitat
7
2.1.4 Populasi
8
2.1.5 Metode Perhitungan Populasi
10
2.2 Bandar Udara
11
2.2.1 Bandar Udara Internasional Juanda
11
2.2.2 Bandar Udara sebagai Habitat Burung
12
2.2.3 Gangguan Burung (Bird strike) terhadap
13
Penerbangan Pesawat Terbang
BAB III METODOLOGI
19
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
19
3.2 Alat dan Cara Kerja
19
3.2.1 Aktivitas dan Penggunaan Habitat
19
3.2.2 Kelimpahan di Lokasi Bersarang (roosting site)
dan/atau Lokasi Mencari Makan (Feeding
xiii

ground) di Sekitar Bandar Udara Internasional


Juanda
3.3. Analisa Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Aktivitas Harian, Penggunaan Habitat dan
Perilaku di Kawasan Bandar Udara Internasional
Juanda
4.2. Kelimpahan di Lokasi Bersarang dan/atau Mencari
Makan di Sekitar Bandar Udara Internasional
Juanda
4.3. Rekomendasi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv

20
20
23

24
33
35
37
37
37
39
45

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 3.1.
Gambar 4.1.

Gambar 4.2.

Gambar 4.3.

Halaman
Topografi Burung
5
Master Plan Bandar Udara Internasional
Juanda
12
Kerusakan dan Kecelakaan Pesawat disebabkan
burung
14
Lokasi Penelitian
20
Diagram sebaran perilaku burung berdasarkan
perbedaan tipe habitat di sekitar jalur terbang
Bandar Udara Internasional Juanda
28
Diagram rata-rata frekuensi terbang burung
terhadap arah terbang dan periode waktu
berbeda di sekitar jalur terbang Bandar Udara
Internasional Juanda
31
Diagram rata-rata frekuensi terbang tiap
kelompok burung terhadap arah terbang dan
periode waktu pagi sekitar jalur terbang Bandar
Udara Internasional Juanda
32

xv

xvi

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Gangguan Burung di Bandar Udara Internasional
Juanda
15
Tabel 2.2. Gangguan Burung di western US Naval State Base
antara 1989-1991
16
Tabel 4.1. Jenis Burung di Kawasan Bandar Udara Internasional
Juanda
23
Tabel 4.2. Jenis Burung di Lokasi Bersarang di sekitar Bandar
Udara Internasional Juanda
24
Tabel 4.3. Rata-rata Aktivitas Setiap Kelompok pada Periode
Waktu Berbeda
27
Tabel 4.4. Rata-rata Aktivitas Setiap Kelompok pada Tipe
Habitat Berbeda
30
Tabel 4.5. Kelimpahan Burung di Lokasi Bersarang
35

xvii

xviii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jenis Burung di Kawasan Bandar Udara
Internasional Juanda
35
Lampiran 2. Jenis Burung di Lokasi Bersarang di sekitar
Kawasan Bandar Udara Internasional Juanda
37
Lampiran 3. Aktivitas Burung
39
Lampiran 4. Perilaku burung
45
Lampiran 5. Perilaku burung berdasarkan tipe habitat
49
Lampiran 6. Kelimpahan di Lokasi Bersarang
50
Lampiran 7. Dokumentasi penelitian
51

xix

xx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bandar udara dan kawasan sekitarnya yang tersusun atas
lapangan rumput, sumber air, tempat penampungan sampah, atau
lahan pertanian merupakan kondisi lingkungan yang menarik bagi
burung (Cain, 2004). Kehadiran burung di Bandar Udara
disebabkan oleh keberadaan makanan, air dan tempat berlindung
yang aman untuk istirahat, bersarang dan bertengger (Transport
Canada, 2007), selain itu burung terdesak karena kerusakan
habitat alami (Solman, 1971) serta didukung dengan berbagai
jenis burung yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan
pemukiman (Dolbeer, 2006). Kondisi ini sangat berbahaya karena
dapat meningkatkan aktivitas burung (Cain, 2004). Burung yang
aktif di sekitar jalur terbang pesawat menjadi ancaman yang
sangat penting, ancaman tersebut sesuai dengan ukuran dan
perilaku burung (Dolbeer, 2000).
Tabrakan burung dengan pesawat menjadi ancaman atas
keselamatan penumpang dan pilot, baik pesawat komersial
maupun militer. Menurut Sodhi (2002) gangguan burung telah
menyebabkan kematian 350 orang di seluruh dunia. Dimana pada
umumnya, gangguan burung terjadi di dekat Bandar udara dengan
ketinggian rendah, yaitu pada saat pesawat tinggal landas atau
mendarat (Cleary et al. 1999).
Berdasarkan data dari Divisi Operasi Bandara PT.(Persero)
Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya
telah terjadi 11 (sebelas) gangguan burung (bird strike) dalam
kurun waktu Nopember 2001 hingga Juni 2007. Salah satu
gangguan burung telah mengakibatkan kerusakan mesin pesawat
Boeing 737 milik PT. Merpati Nusantara Airlines dan harus
melakukan pergantian mesin. Biaya yang dikeluarkan untuk
gangguan burung bagi industri penerbangan komersial dunia
diperkirakan US$ 1,28 milyar. Sedangkan biaya yang dikeluarkan
PT.(Persero) Perusahaan Penerbangan Garuda Indonesia untuk
1

2
perbaikan pesawat yang disebabkan bird strike periode Mei 1999
sampai Januari 2001 sebesar US$ 115.150 (PT. (Persero)
Perusahaan Penerbangan Garuda Indonesia, unpublished).
Kondisi tersebut menunjukkan ancaman serius bagi keselamatan
penerbangan (Allan and Orosz 2001).
Program untuk mengurangi terjadinya gangguan burung
umumnya difokuskan dengan mengendalikan jumlah burung di
sekitar jalur terbang. Berbagai cara untuk mengendalikan
pengganggu telah dilakukan yaitu dengan peralatan suara
(Brough,1968),
pengurang populasi burung secara selektif
(Blokpoel,1976), dan pemusnahan (Dolbeer et al, 1993). Metode
tersebut telah dilakukan di Bandar Udara Internasional Juanda
dengan menggunakan mobil birdstrike (pengusir burung dengan
suara), pengurangan populasi dan perusakan sarang (PT.Angkasa
Pura I unpublished), akan tetapi metode ini hanya bisa bertahan
dalam waktu yang singkat. Sebagai solusi pengelolaan yang dapat
bekerja lebih lama atau permanen adalah dengan pengubahan
habitat (Kuenzi and Morrison, 1998). Pengubahan habitat
umumnya dengan mengurangi jumlah spesies yang berpotensi
mengganggu penerbangan yaitu dengan merubah kondisi yang
menarik kehadiran burung dan tidak menyebabkan kehadiran
spesies lain (Dekker, 2003), Sehingga diperlukan pengetahuan
mengenai aktivitas dan tipe habitat yang digunakan burung di
kawasan Bandar Udara Internasional Juanda.
1.2 Perumusan Masalah
Keberadaan burung di setiap bandar udara mempunyai
karakter ekologi yang spesifik (Transport Canada, 2007). Upaya
meminimalkan potensi gangguan burung perlu diketahui aktivitas
dan tipe habitat yang digunakan burung di Kawasan Bandar
Udara Internasional Juanda sehingga dianggap berpotensi
mengganggu penerbangan.

3
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian adalah aktivitas harian,
penggunaan habitat dan perilaku burung di Kawasan Bandar
Udara Internasional Juanda. Aktivitas harian adalah fluktuasi
kelimpahan burung pada periode pagi, siang dan sore.
Penggunaan habitat adalah tipe habitat yang digunakan oleh
burung dalam Kawasan Bandar Udara Internasional Juanda.
Perilaku burung yang diteliti adalah perilaku terbang (flying),
mencari makan (foraging) dan loafing.
1.4 Tujuan
Tujuan penelitian adalah:
1. Menentukan aktivitas harian burung, penggunaan tipe
habitat yang berbeda oleh burung dan perilakunya di
sekitar jalur terbang pesawat.
2. Menentukan arah terbang burung di sekitar jalur terbang
pesawat, dan
3. Menentukan kelimpahan burung pada lokasi bersarang
dan/atau lokasi mencari makan di sekitar Bandar Udara
Internasional Juanda.
1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah hasil yang
diperoleh dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengelolaan
lingkungan Bandar Udara Internasional Juanda dalam upaya
meminimalkan potensi terjadinya gangguan burung (bird strike).

Halaman ini dikosongkan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Burung (Aves)
2.1.1. Anatomi dan Morfologi
Burung (aves) memiliki ciri khusus antara lain tubuhnya
terbungkus bulu, memiliki dua pasang anggota alat gerak, anggota
anterior mengalami modifikasi sebagai sayap, sedangkan
sepasang anggota posterior disesuaikan untuk hinggap dan
berenang, masing masing kaki berjari 4 buah ; cakar terbungkus
oleh kulit yang menanduk dan bersisik. Mulutnya memiliki
bagian yang terproyeksi sebagai paruh atau sudu yang terbungkus
oleh lapisan zat tanduk. Burung masa kini tidak memiliki gigi.
Tungkai memiliki 4 jari atau kurang, tarsometatarsus tertutup oleh
kulit yang mengalami penandukan dan pada umumnya berbentuk
sisik. Ekor mempunyai fungsi yang khusus dalam menjaga
keseimbangan dan mengatur kendali saat terbang ( jasin, 1992).
Paruh merupakan modifikasi bibir, kulit luar yang mengeras dan
membentuk sarung zat tanduk dan membungkus tonjolan tulang
pada rahang ( Peterson, 1986). Secara skematis morfologi burung
adalah seperti gambar 2.1.

Gambar 2.1 Topografi burung


(Sumber : MacKinnon et. al, Tanpa tahun)
5

6
Burung melakukan respirasi dengan paru paru yang
terhubung dengan sejumlah kantong kantong udara sebagai alat
pernafasan tambahan. Kantong udara berfungsi sebagai
thermostat, sebab burung memiliki metabolisme yang cepat dan
suhu tubuh yang tinggi serta tidak mempunyai kelenjar keringat
penyejuk ( Peterson 1986 ). Jantung terdiri dari 2 ruang aurikel
dan 2 ruang ventrikel yang terpisah secara sempurna
denganlengkung aorta terletak di sebelah kanan. Saluran
pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar dan
lambung muskulus (gizzard,empedu), dua buah sekum (caecum),
usus besar dan kloaka. Fertilisasi internal, pada burung jantan
jarang mempunyai organ intromitten (seperti penis). Bersifat
ovipar dengan telur yang berkulit keras berupa cangkang
(Brotowidjoyo,1989).
2.1.2. Perilaku
Tingkah laku hewan merupakan suatu kondisi penyesuaian
hewan terhadap lingkungannya dan pada banyak kasus
merupakan hasil seleksi alam seperti terbentuknya struktur fisik.
Setiap hewan akan belajar tingkah lakunya sendiri untuk
beradaptasi dengan lingkungan tertentu. Tingkah laku pada
tingkat adaptasi ditentukan oleh kemampuan belajar hewan untuk
menyesuaikan tingkah lakunya terhadap suatu lingkungan yang
baru. Menurut Stanley dan Andrykovitch dalam Warsono (2002),
tingkah laku maupun kemampuan belajar hewan ditentukan oleh
sepasang atau lebih gen sehingga terdapat variasi tingkah laku
individu dalam satu spesies meskipun secara umum relatif sama
dan tingkah laku tersebut dapat diwariskan pada turunannya yaitu
berupa tingkah laku dasar.
Tingkah laku dasar hewan merupakan kemampuan yang
dibawa sejak lahir (innate behavior), antara lain gerakan menjauh
atau mendekat dari stimulus, perubahan pola tingkah laku dengan
adanya kondisi lingkungan yang berubah dan tingkah laku akibat
mekanisme fisiologis seperti tingkah laku jantan dan betina saat
estrus.Perilaku mencari makan burung atau hewan berkaitan erat

7
dengan ciri morfologinya. Kebiasaan makan juga merupakan
bagian mendasar suatu relung (niche) yang ditempati dan
sebagian dibentuk karena kompetisi dengan spesies lain. Secara
hipotesis hewan dari banyak spesies dapat memilih dari makanan
potensial yang sangat banyak. Beberapa bahkan bersifat generalis
dengan memakan berbagai jenis makanan yang sangat beragam
seperti halnya dengan burung camar (Campbell,2004). Data
tentang perilaku mencari makan (foraging) burung sering
digunakan untuk pengujian penggunaan habitat dan menjelaskan
struktur komunitas burung yang menggunakan sumber daya yang
sama (Rusterholz, 1981 dalam Morrison, 1987).
Lokasi bersarang (roosting site) dan lokasi mencari makan
burung adalah berbeda. Oleh karena itu berbagai jenis burung
harus melakukan perpindahan. Aktivitas istirahat, mencari makan
dan berpindah tempat (terbang) masing-masing spesies memiliki
perilaku tersendiri. Umumnya untuk burung nocturnal aktif
mencari makan pada saat mulai senja (sore) hingga fajar (pagi).
Sedangkan jenis yang aktif siang akan terbang meninggalkan
sarang pada pagi menuju tempat mencari makan dan terbang
kembali ke sarang pada sore hari.
Perilaku burung yang lain adalah loafing, yaitu keadaan tidak
bergerak yang meliputi berbagai perilaku seperti tidur (sleeping),
bertengger (sitting), berdiri (standing), membersihkan bulu
(preening), dan buang air (defecating) yang dilakukan diluar
teritori berbiak (James, et al, 2006). Selain mencari makan,
burung menghabiskan waktunya dengan loafing di tempat-tempat
yang aman/ terlindungi dari bahaya.
2.1.3. Habitat
Habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen,
yaitu kesatuan fisik dan biotik dan dipergunakan sebagai tempat
hidup serta berbiak (Alikodra,1990), namun tidak semua satwa
menggunakan satu tipe habitat untuk memenuhi semua kebutuhan
hidupnya.
Sementara itu Hunter (1992) menyatakan habitat
terdiri dari kumpulan gugus-gugus sumberdaya yang

8
didefinisikan sebagai tipe komunitas tumbuhan berbeda. Gugusgugus habitat lebih besar dari satu daerah jelajah individu burung,
dan individu-individu dalam satu kelompok menempati habitat
yang sama. Sedangkan individu-individu kelompok lain
menempati habitat yang berbeda, yang berpengaruh terhadap
penyebaran gugus-gugus habitat. Tumbuhan yang terdapat di
habitat merupakan faktor penting, karena beberapa bagian dari
tumbuhan seperti biji, buah, bunga dan jaringan vegetatif menjadi
sumber pakan.
Keberadaan burung di suatu habitat sangat berkaitan erat
dengan faktor -faktor fisik lingkungan seperti tanah, air,
temperatur, cahaya matahari serta faktorfaktor biologis yang
meliputi vegetasi dan satwa lainnya (Welty dan Baptista, 1988).
Penggunaan habitat oleh burung berubah-ubah tergantung
penampakan habitat yang menyediakan makanan. Pengubahan
aktivitas makan pada struktur vertikal di bagian tanaman sangat
dipengaruhi oleh penyebaran pakan di pohon tersebut. Nurwatha
(1994) dari hasil penelitiannya burung cabe-cabe, cinenen kelabu
dan sriganti menggunakan lapisan tajuk yang berbeda pada
habitat taman kota yang berbeda, karena ketersediaan pakan pada
ketinggian tumbuhan yang berbeda
2.1.4. Populasi
Populasi adalah kelompok kolektif organisme-organisme dari
spesies yang sama (atau kelompok-kelompok lain dimana
masing-masing individu dapat bertukar informasi genetik) yang
menduduki ruang atau tempat tertentu, memiliki berbagai ciri atau
sifat yang unik dari kelompok dan bukan merupakan sifat
individu. Sifat tersebut antara lain kerapatan, natalitas (laju
kelahiran), mortalitas (laju kematian), penyebaran umur, potensi
biotik, dispersi, dan bentuk pertumbuhan atau perkembangan.
(Odum, 1993).
Populasi merupakan kumpulan individu-individu yang terdiri
dari spesies tunggal yang secara bersama-sama menempati luas
wilayah yang sama. Individu-individu tersebut mengandalkan

9
sumberdaya yang sama, dipengaruhi oleh factor lingkungan yang
sama, dan memiliki kemungkinan yang tinggi untuk berinteraksi
satu sama lain. Karakteristik suatu populasi dibentuk oleh
interaksi-interaksi antara individu dengan lingkungannya baik
dalam skala waktu ekologi maupun evolusioner, dan seleksi alam
dapat merubah semua karakteristik tersebut. Dua karakteristik
penting pada populasi manapun adalah kepadatan dan jarak antar
individu. (Campbell, 2004).
Kerapatan populasi adalah besarnya populasi dalam
hubungannya dengan satuan ruang. Umumnya dinyatakan dengan
jumlah individu, atau bimas populasi, per satuan area atau volume
(Odum,1993). Sementara itu dengan lebih singkat menurut
Campbell (2004), kerapatan (density) populasi adalah jumlah
individu per satuan luas atau volume.
Odum (1993) membedakan kerapatan populasi menjadi
kerapatan kotor (crude density) dan kerapatan ekologi (ecological
density) atau kerapatan jenis (specific density). kerapatan kotor
(crude density) adalah jumlah atau biomas per satuan area
seluruhnya, sedangkan kerapatan ekologi (ecological density)
atau kerapatan jenis (specific density) adalah jumlah per satuan
ruangan habitat, yaitu ruang atau tempat atau volume yang
tersedia dan benar-benar dapat diduduki oleh populasi.
Didalam pengkajian suatu populasi, kerapatan populasi
menjadi prioritas utama perhatian. Pengaruh populasi terhadap
komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung kepada jenis apa
dari organisme yang terlibat, tetapi juga tergantung kepada
jumlahnya dengan perkataan lain adalah kerapatan populasinya.
Kerapatan populasi mempunyai batas atas dan batas bawah yang
pasti bagi besarnya populasi jenis yang diamati di alam atau yang
secara teori mungkin ada untuk suatu jangka waktu yang lama.
Jadi, suatu daerah hutan yang luas dapat menunjukkan rata-rata
10 ekor burung per hektar dan 20.000 artropoda tanah per meter
persegi, tetapi pada tempat tersebut tidak akan pernah ada
sebanyak 20.000 ekor burung dan 10 ekor arthropoda per meter
persegi. (Odum,1993)

10
2.1.5. Metode Perhitungan Populasi
Metode perhitungan populasi yang umum digunakan menurut
Buckland (1993) adalah point count, point count disebut dengan
point transects atau Variable Circular-Plot Counts (VCP) yang
merupakan modifikasi dari line transeck sampling. Metode
tersebut merupakan metode dengan prinsip sampel jarak untuk
memperkirakan kerapatan atau kelimpahan populasi biologi.
Sampel jarak adalah suatu pengembangn metode sampling
kuadrat. Dua bentuk dari sampling kuadrat adalah strip/line
transects dan point count. Kedua metode tersebut mempunyai
kesamaan dengan melakukan perhitungan objek yang dideteksi
dan jarak terhadap transek atau titik hitung. Kerapatan populasi
kemudian diperkirakan dengan membagi jumlah total dengan
total area yang disurvei. Suatu asumsi yang mendasar dari metode
ini adalah semua objek dalam bidang atau lingkaran telah
terhitung semua. (Thomas et al. 2002).
Bibby dkk. (2000) memberikan empat asumsi dasar berkaitan
dengan pengambilan sampel jarak yang perlu diikuti jika
menginginkan perkiraan kepadatan atau kelimpahan yang tidak
bias:
1. Garis transek atau titik hitung ditempatkan mewakili
tingkat kepadatan burung
2. Objek yang langsung berada di garis transek atau di
setiap titik hitung selalu dapat terdeteksi.
3. Objek dideteksi pada lokas awal sebelum secara alami
bergerak atau bergerak akibat kehadiran pengamat
4. Pengukuran jarak harus dilakukan secara akurat (atau
sekurang-kurangnya
diperkirakan
dengan
tigkat
kesalahan kecil dan acak).
Perbedaan antara point count (titik hitung) terhadap strip/line
transects (transek garis) adalah dalam metode titik hitung
pengamat tetap berdiri dalam satu lokasi yang telah ditetapkan
selama periode waktu tertentu dan mencatat serta menghitung
semua burung, baik yang terlihat maupun yang terdengar. Selain

11
itu mudah digunakan untuk menghubungkan dengan keberadaan
burung dengan ciri-ciri habitatnya. (Bibby, 2000)
2.2. Bandar Udara
2.2.1. Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya
Bandara Internasional Juanda terletak di Kecamatan Waru,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, 20 km sebelah selatan kota
Surabaya dengan koordinat 7 22 47,39 LS, 112 47 12,69 BT
dan pada ketinggian 2,6 meter diatas permukaan air laut (mdpl).
Luas area Bandar Udara Juanda Surabaya sekitar 397 ha.
Pemanfaatan wilayah bandara meliputi Runway (Panjang 3000m
x Luas 45m = 135.000 m2), Apron (128.526 m2), Taxiway
(268.452 m2), Parkir Kendaraan (124.501,5 m2), Terminal (62.700
m2). Pemanfaatan wilayah tersebut tersusun dalam master plan
Bandar Udara Internasional Juanda (gambar 2.2).
Bandar Udara Internasional Juanda sebelah utara
berbatasan dengan Kelurahan Semampir (dipisahkan dengan
Kali Semampir) dimana Kali Semampir dapat berhubungan
langsung dengan Pond III (Penampungan Air) Bandar Udara
Juanda Surabaya. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan
Banjar Kemuning dari arah Laut Selat Madura dan ada Dam
Banjar Kemuning yang dikelola oleh Bandar Udara Juanda
Surabaya. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan
Cemandi yang dipisahkan dengan pagar pembatas dengan jarak
sekitar 1,5 sd. 2 km. Sebelah Barat berbatasan dengan
Kelurahan Sedati yang merupakan akses jalan dan pemukiman
padat sehingga menimbulkan beberapa permasalahan Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan dan Batas Kawasan
Kebisingan (BKK).

12

Gb. 2.2 Master plan Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya


2.2.2. Bandar Udara Sebagai Habitat Burung
Menurut Solman (1971), di tengah perkembangan industri
yang menyebabkan kerusakan habitat, bandar udara menyediakan
lingkungan yang stabil sebagai ruang perlindungan dan makanan
bagi hewan liar. Hewan liar terutama burung dan mamalia tertarik
dengan lingkungan Bandar udara sebagai sumber makanan dan air
serta ketersediaan tempat berlindung, dimana hewan tersebut
dengan aman dapat beristirahat, bersarang, dan bertengger
(Transport Canada,2007).
Sumber makanan di Bandar udara disebabkan karena
keberadaan sampah, buah yang dihasilkan pohon atau semak, biji
tanaman, tanaman hijau, rumput, vegetasi air, tanaman pertanian,
rodensia, dan burung kecil dalam jumlah besar serta melimpahnya
serangga dan cacing. Ellison et al.(1992) menemukan bahwa
penampungan limbah padat di sisi barat daya Naval Air Station
(NAS) Alameda mempunyai populasi burung paling besar jika
dibandingkan dengan kawasan Bandar udara yang lain. Hal ini

13
dikarenakan di tempat tersebut sudah tidak difungsikan dan
terjadi proses revegetasi. Sebagian besar tempat tersebut tertutup
dengan rumput liar yang tinggi dan semak pantai. Sedangkan di
sekitar runway, taxiway dan tengah lapangan dengan rumput yang
pendek menarik kehadiran burung kecil yang berkelompok. Hild
(1983) dalam Ellison et al. (1992) berspekulasi bahwa burung
yang menggunakan rumput pendek karena mempunyai pandangan
yang jelas dari serangan predator. Serangga dan biji di rumput
yang pendek menjadi makanan bagi burung-burung seperti
Columba livia, Charadrius sp. dan lain sebagainya.
Burung air dan burung pantai secara khusus tertarik pada
permukaan dan genangan air atau disebut dengan lahan basah
(wetlands) di kawasan Bandar udara dan sekitarnya. Genangan air
di Bandar udara salah satunya adalah keberadaan kolam
penampungan air atau lahan yang tergenang saat hujan. Menurut
Rochard dan Deacon (2003) lahan basah telah menyebabkan
resiko bagi penerbangan, hal ini dikarenakan pergerakan burung
air terjadi karena memanfaatkan lahan basah. Burung air
menggunakan genangan untuk perlindungan atau mencari makan.
Lingkungan Bandar udara umumnya adalah kawasan
pertanian, kawasan ini menjadi habitat bagi berbagai jenis burung.
Menurut Cain (2004), lahan pertanian di sekitar bandar udara
dapat menarik kehadiran burung dan kemungkinan meningkatkan
aktivitas burung di sekitar jalur terbang.
2.2.3.

Gangguan Burung (bird strike)Terhadap Penerbangan


Pesawat Terbang
Bird strike adalah tabrakan antara burung dan pesawat
baik di dalam atau di luar area bandar udara, dengan
kemungkinan berpengaruh pada keselamatan penerbangan
pesawat (Mantijaca, 2000). Tabrakan antara hewan liar dengan
pesawat pertama kali terjadi di Ohio tahun 1908, yaitu ketika
Orville Wright menabrak dan meyebabkan kematian seekor
burung di dekat Dayton (Thorpe, 1996 dalam Barras, 2002),

14

.
(a)

(b)

(c)
(d)
Gambar.2.3 Kerusakan dan kecelakaan pesawat yang disebabkan
gangguan burung (a. kerusakan mesin di Tel Aviv; b:
kerusakan mesin di Ohio; c: kerusakan pada kaca
pesawat; d: lubang pada badan pesawat)
Sumber: Bird strike Committee USA/Canada, 2006

Sedangkan yang menyebabkan korban manusia pertama kali


terjadi pada tahun 1912 di California (Thorpe, 1996 dalam Barras,
2002), dan lebih dari 400 orang telah menjadi korban gangguan
satwa liar di seluruh dunia (Dolber and Other, 2000 dalam Barras,
2002). Gangguan burung dapat menyebabkan kecelakaan atau
kerusakan pesawat, yaitu mulai dari pecahnya kaca, kerusakan
mesin bahkan sampai menyebabkan pesawat terjatuh (gambar
2.2).

15
Tabel.2.1 Gangguan burung di Bandar Udara Internasional Juanda
Tahun

Maskapai

Gangguan

Fase
1

Waktu

19-11-2001

Bouraq

7-7-2002

Bouraq

kerusakan
engine
posisi
kemasukan burung
gangguan mesin sebelah kiri

28-3-2002

Mandala

Bird Ingestion event

14-4-2002

Mandala

Engestion of a bird

20-7-2002

Airfast

Bird Ingestion event

25-7-2002

Airfast

Bird Ingestion event

11-10-2002

Bouraq

Bird Ingestion event or possibly bat


ingestion event

landing

1-1-2005

Merpati

1-6-2005

Merpati

take off

21-6-2006

Mesin pada posisi 2, menabrak


seekor burung
Malaysia Airlines

landing

14.45

29-6-2007

Merpati

take off

13.35

kerusakan
engine
posisi
1
kemasukan burung, dan harus
dilakukan pergantian mesin

landing

15.46

take off

17.45

take off

16.04

07.55
13.20

Sumber : Divisi Operasi Bandara PT Persero Angkasa Pura I Bandar Udara


Internasional Juanda

Gangguan burung menjadi permasalahan bagi perusahaan


penerbangan dan pengelola Bandar Udara di Indonesia. Di
Bandar Udara Internasional Juanda dalam kurun waktu tahun
2001-2007 terjadi 11 (sebelas) peristiwa gangguan burung (Tabel
2.1). Gangguan tersebut terjadi karena burung tertabrak dan
masuk ke dalam mesin dan menyebabkan kerusakan, bahkan
Merpati Airlines harus mengganti mesin karena kemasukan
burung (PT.Angkasa Pura I, unpublished). Biaya yang
dikeluarkan PT.(Persero) Perusahaan Penerbangan Garuda
Indonesia untuk perbaikan pesawat yang disebabkan bird strike
periode Mei 1999 sampai Januari 2001 sebesar US$ 115.150 (PT.
(Persero)
Perusahaan
Penerbangan
Garuda
Indonesia,
unpublished).
Gangguan burung umumnya terjadi pada ketinggian rendah
yaitu pada saat pesawat tinggal landas atau mendarat (Cleary et
al, 1999; Doolber, 2006). Empat puluh persen peristiwa gangguan

16

burung di United State terjadi pada saat mendarat dan sisanya


pada saat tinggal landas dan climbing (Doolber,2006). Di Bandar
Udara Internasional Juanda dari 11 peristiwa gangguan burung 4
kali terjadi pada saat tinggal landas, 3 kali mendarat dan 4 kali
tidak teridentifikasi. Sedangkan dari 800 (delapan ratus)
gangguan burung di 11 (sebelas) US Naval Base antara tahun
1989-1991 (tabel 2.2) umumnya (55%) pada saat mendarat atau
mendekati landasan, 21 (dua puluh satu) persen pada saat tinggal
landas, dan hanya 12 (dua belas) persen terjadi pada saat pesawat
fase terbang (Kuenzi and Morrison, 1998).Ketinggian tertinggi
terjadinya gangguan burung di dunia pada ketinggian 37.000 kaki
(11.277,6 meter). Akan tetapi kerusakan terbanyak (57 %) terjadi
pada ketinggian di bawah 100 kaki (30 m), 9 % pada ketinggian
antara 100-500 kaki (30-150 m), 39 % pada ketinggian diatas 500
kaki (150 m) dibawah 3500 m (Doolber,2006).
Spesies yang umum menyebabkan bird strike menurut Barras
(2002) di Ohio Amerika Serikat dari tahun 1990 sampai 1999
adalah burung camar (Larus spp, 135 kali), burung pemangsa
Tabel.2.2 Gangguan burung di 11 western US Naval States Base antara
1989-1991

Sumber: Kuenzi dan Morrison,1998

17
(Falconiiformes dan Strigiformis, 55 kali), dan waterfowl
(Anseriformis, 49 kali). Di Taiwan, Yo (2002) mengidentifikasi
Ring-necked Pheasant (Phasianus colchicus), merpati (Columba
livia), dan Common Kestrel (Falco tinunculuc) merupakan spesies
yang paling mengancam terjadinya bird strike. Sedangkan di
Bandar Udara Soekarno-Hatta, pada kurun waktu tahun 20012002 terjadi 4 kali bird strike dengan penyebab burung camar dan
kuntul (Egretta spp) dan 30 komplain dari maskapai penerbangan
terhadap gangguan burung di Bandar Udara tersebut (Alikodra,
2003). Berdasarkan laporan pengamatan burung oleh PT (Persero)
Angkasa Pura I diduga bahwa burung penyebab bird strike di
Bandar Udara Internasional Juanda adalah jenis Cangak Abu
(Ardea cinerea), selain itu jenis yang berpotensi mengganggu
peberbangan antara lain kuntul kerbau (Bubulcus ibis), blekok
sawah (Ardeola speciosa) kowak malam abu (Nycticorax
nycticorax).

18

Halaman ini dikosongkan

BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli
2008. Lokasi pengambilan data berada di kawasan Bandar Udara
Internasional Juanda dan di tempat bersarang burung di sekitar
Bandar Udara Internasional Juanda. Lokasi pengamatan di
kawasan bandar udara meliputi kawasan sekitar jalur terbang dan
taxiway yang merupakan konsentrasi pergerakan pesawat.
Sedangkan lokasi bersarang ditentukan setelah dilakukan
observasi awal, yaitu di tempat pembuangan sampah padat dan di
pepohonan mangrove di Dam Banjar kemuning.
3.2. Alat dan Cara Kerja
3.2.1. Aktivitas dan penggunaan habitat
Penelitian didasarkan atas desain studi Cain (2004) yang
merupakan modifikasi dari desain studi Kuenzi (1991) untuk
memperkirakan aktivitas burung dan penggunaan habitat di
sekitar jalur terbang pesawat dan metode yang digunakan adalah
metode titik hitung (point count) (Kuenzi, 1991; Hahn, 1998;
Cain 2004).
Titik hitung berjumlah 5 (lima) titik di sekitar jalur terbang
dengan jarak antar titik berkisar 1000-1500 meter untuk
meminimalkan kemungkinan perhitungan ganda (gambar 3.1).
Penentuan jumlah titik hitung dengan mempertimbangkan
pencakupan wilayah penelitian dan kemudahan akses. Pada
masing-masing titik dilakukan survei selama 30 menit (Kuenzi
1991; Cain, 2004) dengan radius pengamatan 500 meter (Kuenzi,
1991).
Pengambilan data dilakukan pada pagi (sejak matahari terbit
hingga 3,5 jam setelah matahari terbit), siang (3,5 jam setelah
matahari terbit sampai 6,5 jam setelah matahari terbit) dan sore
(6,5 jam setelah matahari terbit hingga terbenam matahari) dalam
19

20
satu hari (Cain, 2004) dengan pengulangan sebanyak 3 (tiga) kali
untuk masing-masing titik survei.
Burung diamati dengan alat bantu teropong binocular (Pentax
perbesaran 10 x), burung yang teramati dicatat jenis, tipe habitat
yang digunakan yang dibedakan atas tipe vegetasi (rumput dan
pohon/semak), genangan air (water sources), struktur
buatan/bangunan dan
lahan kosong, serta perilaku yang
dibedakan atas mencari makan (foraging), terbang (flying) dan
loafing. Untuk burung yang terbang dicatat arahnya dengan alat
bantu kompas. Identifikasi jenis berdasarkan pada McKinnon
(tanpa tahun) sedangkan penamaan berdasarkan Sukamtoro dkk
(2007).
3.2.2.

Kelimpahan di Lokasi Bersarang (roosting site)


dan/atau Lokasi Makan (feeding site)
Metode titik hitung ditempatkan pada lokasi yang diduga
menjadi tempat bersarang dan/atau mencari makan di Tempat
pembuangan sampah padat dan di pepohonan mangrove di Dam
Banjar Kemuning (gambar 3.1). Pada setiap lokasi dihitung
jumlah individu setiap jenis burung selama 10 (sepuluh) menit
dengan radius pengamatan 200 meter (Kuenzi, 1991) dengan 5
(dua) kali pengulangan.

Gambar. 3.1. Lokasi Penelitian

21
3.3. Analisa Data
Hasil pengamatan tiap titik di sekitar jalur terbang
diakumulasi untuk menentukan aktivitas tiap periode waktu.
Dengan demikian kelimpahan dan aktivitas yang diperoleh adalah
per 3,5 jam. Data yang diperoleh untuk tiap jenis dikelompokkan
menjadi 6 (enam) kelompok sesuai dengan kedekatan kekerabatan
dan habitat. Selanjutnya dianalisa dengan Statistica Descriptiva
untuk menentukan mean dan selang kepercayaan untuk aktivitas
harian dan penggunaan habitat tiap kelompok burung.
Data perilaku diakumulasi dari keseluruhan pengamatan,
kemudian ditentukan prosentase perilaku untuk mengetahui
kecenderungan perilaku di sekitar jalur terbang. Sedangkan data
arah terbang dihitung rata-rata frekuensi terbang tiap periode
waktu bagi keseluruhan burung dan tiap kelompok burung untuk
mengetahui kecenderungan arah terbang.
Kelimpahan burung di lokasi bersarang dianalisa sebagai
jumlah burung yang teramati setiap 10 menit. pengulangan Lima
kali dianalisa Statistica Descriptiva untuk menentukan rata-rata
dan selang kepercayaan kelimpahan setiap spesies burung.

22
Halaman ini dikosongkan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Di Kawasan Bandar Udara Juanda ditemukan 37 spesies
burung yang terbagi dalam 24 famili dan 11 ordo (Tabel 4.1),
berdasarkan kedekatan kekerabatan dan habitat (Cain, 2004)
dikelompokkan menjadi 6. Di Pembuangan Sampah Padat Bandar
Udara Internasional Juanda dan di pepohonan mangrove di Dam
Banjar Kemuning yang merupakan lokasi bersarang sebanyak 27
spesies termasuk kedalam 22 famili dan 11 ordo (Tabel 4.2)
Tabel 4.1. Jenis burung di Kawasan Bandar Udara Internasional Juanda
Lonchura spp
1. Kelompok Charadriiformes
Charadrius javanicus
Lanius schach
Glareola maldivarum
Passer montanus
Sterna sp
Pycnonotus aurigaster
Pycnonotus goiavier
2. Kelompok Ciconiiformes
Ardea cinerea
Acrocephalus stentoreus
Ardea purpurea
Cisticola exilis
Ardeola speciosa
Prinia flaviventris
Bubulcus ibis
5. Kelompok Waterfowl
Butorides striatus
Anas gibberifrons
Egretta alba
Phalacrocorax niger
Egretta garzetta
Phalacrocorax sulcirostris
3. Kelompok Coraciiformes
6. Kelompok Others
Alcedo coerulescens
Caprimulgus affinis
Halcyon chloris
Centropus bengalensis
Halcyon sanctus
Centropus nigrorufus
Merops philippinus
Porzana cinerea
Turnix sp.
4. Kelompok Passeriformes
Gerygone sulphurea
Collocalia sp.
Artamus leucorhynchus
Streptopelia bitorquata
Lalage nigra
Streptopelia chinensis
Dicrurus macrocercus
* Tata nama berdasarkan Sukamtoro dkk. (2007)

23

24
Tabel 4.2. Jenis burung di lokasi bersarang di sekitar Bandar Udara
Internasional Juanda
Lanius schach
1. Kelompok Charadriiformes
Sterna sp
Cinnyris jugularis
Passer montanus
2. Kelompok Ciconiiformes
Ardea purpurea
Pycnonotus aurigaster
Ardeola speciosa
Pycnonotus goiavier
Bubulcus ibis
Acridotheres javanicus
Butorides striatus
Prinia flaviventris
Egretta garzetta
5. Kelompok Waterfowl
Nycticorax nycticorax
Anas gibberifrons
3. Kelompok Coraciiformes
6. Kelompok Others
Halcyon chloris
Caprimulgus affinis
Merops philippinus
Centropus nigrorufus
Amaurornis phoenicurus
4. Kelompok Passeriformes
Gerygone sulphurea
Collocalia sp.
Artamus leucorhynchus
Streptopelia bitorquata
Lonchura spp
Treron vernans
Hirundo tahitica
* Tata nama berdasarkan Sukamtoro dkk. (2007)

4.1. Aktivitas harian, penggunaan habitat dan perilaku


burung di Kawasan Bandar Udara Internasional
Juanda.
Berdasarkan hasil pengamatan, burung yang teramati
termasuk jenis burung diurnal, yaitu burung yang aktif pada siang
hari, dimana kecenderungan waktu aktifnya adalah 41,36 % pada
pagi hari, 28,58 % pada siang hari dan 30,06 % pada sore hari
Prosentase tersebut menunjukkan bahwa burung relatif aktif
sepanjang hari. Aktifitas burung sepanjang hari berpengaruh
terhadap potensi bird strike (Hoon dan Buurma 2000), dimana
berdasarkan data kejadian gangguan burung di Bandar Udara
Internasional Juanda periode 2001-2007 diketahui bahwa bird
strike terjadi pada periode waktu pagi, siang dan sore hari.
Berdasarkan data bird strike di Bandar Udara Internasional
Juanda, gangguan tersebut terjadi karena burung masuk ke dalam
mesin pesawat. Dampak yang diakibatkan memiliki tingkatan

25
berbeda, mulai dari kerusakan ringan hingga harus melakukan
pergantian mesin pesawat. Tingkatan oleh suatu spesies atau
kelompok burung sesuai dengan ukuran dan perilaku burung
(Dolbeer, 2000). Ukuran tubuh burung yang kecil dapat
menyebabkan bahaya yang serius jika burung tersebut
mempunyai perilaku berkoloni (Ellison,1992), yaitu ketika koloni
burung tertabrak pesawat, kemungkinan untuk masuk ke lebih
dari satu mesin semakin tinggi. Demikian juga dengan semakin
besarnya ukuran burung.
Kerusakan pesawat yang terjadi Di Bandar Udara
Internasional Juanda belum diketahui tingkatan kerusakan yang
diakibatkan suatu kelompok burung, hal ini dikarenakan data
peristiwa bird strike belum dilengkapi dengan data spesies burung
penyebab. Berdasarkan kelimpahan (Hahn, 1998) dan perilaku
berkoloni, dapat diperkirakan tingkatan potensi gangguan yang
disebabkan oleh kelompok burung. Passeriformes menjadi
kelompok paling banyak terdeteksi (39,19%) dan memiliki
ukuran tubuh kecil hingga sedang yaitu antara 10 25 cm, .
Beberapa spesies penyusun kelompok Passeriformes mempunyai
perilaku berkoloni, seperti Lonchura sp. dan Passer montanus.
Kelompok Ciconiiformes diurutan kedua (28,49%) berukuran
besar antara 45-95 cm dan beberapa diantaranya ditemukan dalam
koloni. Kelompok other dengan urutan ketiga (26,96 %) memiliki
ukuran tubuh dari kecil hingga sedang. Kelompok other
didominasi oleh jenis Collocalia sp. dan Streptopelia bitorquata
yang sering ditemukan terbang berkoloni. Sedangkan ukuran
tubuh kelompok Charadriformes, Coraciiformes dan waterfowl
yang memiliki tingkat termati kecil secara berturut-turut adalah
kecil hingga sedang, sedang, dan besar, kelompok ini jarang
ditemukan dalam koloni ( 3 ekor).
Potensi gangguan burung yang melibatkan suatu kelompok
burung berkaitan dengan besar kelimpahan tiap periode waktu
(Cain, 2002). Kelompok Passeriformes, Ciconiiformes,
Coraciiformes, dan Others lebih berpotensi terlibat bird strike
pada pagi hari dibandingkan periode waktu yang lain.

26
Tabel. 4.3. Rata-rata aktivitas ( = mean jumlah burung teramati tiap
hari pengamatan dan selang kepercayaan (CI) 95%) setiap
kelompok pada periode waktu berbeda di sekitar jalur
terbang Bandar Udara Internasional Juanda,
No

Kelompok burung

Periode Waktu
Pagi

Siang

%
Sore

Passeriformes

171 10.9

84 15.1

155 10

39.2

Charadriiformes

9.7 10.4

15 8.1

12 6.3

3.5

Ciconiiformes

113 12

109 10.5

76 10.3

28.5

Coraciiformes

other

waterfowl
%

2 ui

0.3 ui

0.7 ui

0.29

132 12.3

86 13.1

64 7.2

26.9

5 4.6

4.7 1.7

6.7 5.9

1.56

41.31

28.64

30.04

Ui: Unidentified (selang kepercayaan 95 % tidak dapat dihitung)

Charadriiformes lebih berpotensi pada siang hari, sedangkan


waterfowl pada sore hari (Tabel 4.3).
Berdasarkan pengamatan perilaku, burung di Kawasan
Bandar Udara Internasional Juanda paling banyak terdeteksi
sedang mencari makan (51,56%), kemudian terbang (39,69%) dan
sisanya sedang loafing. Prosentase tersebut menunjukkan bahwa
burung yang berada di kawasan Bandar Udara Internasional
Juanda adalah untuk mencari makan. Menurut Solman (1971)
keberadaan burung tersebut disebabkan Bandar Udara
menyediakan lingkungan yang stabil sebagai ruang perlindungan
dan makanan bagi hewan liar karena habitat alaminya telah rusak
terdesak perkembangan industri. Faktor lingkungan dan faktor
biologi yang meliputi vegetasi dan satwa lainnya (Welty dan
Baptista, 1988) merupakan penyedia makanan, air, dan tempat
bertengger sehingga menarik kehadiran burung (Cain, 2004).
Berdasarkan tipe habitat yang digunakan oleh burung di
Bandar Udara Internasional Juanda (Tabel 4.4), tipe habitat
rumput paling banyak digunakan. Keberadaan rumput merupakan

27
salah satu penarik kehadiran burung (Ellison, 1992), selain
menghasilkan biji-bijian, rumput dengan lapisan tanah
dibawahnya menjadi habitat berbagai macam serangga dan
invertebrata yang menjadi makanan burung. Tipe habitat rumput
paling banyak digunakan untuk mencari makan, selain itu
ditemukan beberapa spesies menggunakan tipe habitat rumput
untuk loafing (Gambar 4.1). Selain keberadaan makanan, burung
menggunakan tipe habitat rumput dengan ketinggian tertentu
untuk loafing karena relatif aman dari pandangan pemangsa
(Barras dan Seamans, 2002).
Tipe habitat lain yang digunakan adalah sumber air, bangunan
dan semak/pohon. Sumber air di Bandar Udara Internasional
Juanda antara lain berada di saluran drainase, kolam
penampungan dan Kali Turen. Tipe habitat tersebut dengan
bangunan sekitarnya banyak digunakan burung untuk mencari
makan dan loafing (Gambar 4.1). sedangkan tipe habitat
bangunan berupa aspal, pondasi, pagar dan struktur buatan
lainnya yang berada di sekitar jalur terbang banyak digunakan
untuk loafing dan mencari makan.
Tabel 4.4. Rata-rata aktivitas ( = mean jumlah burung teramati tiap hari
pengamatan) setiap kelompok pada tipe habitat berbeda di
sekitar jalur terbang Bandar Udara Internasional Juanda
Kelompok
burung

Tipe Habitat

Rumput

Lahan
Kosong

Semak/

Bangunan

Pohon

Sumber
Air

Passeriformes

132

2.1

2.1

0.2

Charadriiformes

1.22

9.1

1.9

Ciconiiformes

70.7

6.2

0.8

22

Coraciiformes

0.44

0.2

0.2

0.1

Other

81.4

10.3

1.4

0.8

Waterfowl

0.89

1.4

3.1

28

(a) Perilaku mencari makan

(b) Perilaku loafing


Gambar 4.1. Diagram sebaran perilaku burung berdasarkan
perbedaan tipe habitat di sekitar jalur terbang Bandar Udara
Internasional Juanda

29
Kelompok Passeriformes di Bandar Udara Internasional
Juanda lebih banyak ditemukan mencari makan di tipe habitat
rumput, sedangkan perilaku loafing banyak menggunakan tipe
habitat semak dan bangunan. Kelompok Passeriformes tersusun
dari ordo Passeriformes yang merupakan ordo terbesar dan
beragam serta biasa disebut burung petengger (perching birds)
(Edwards & Harshman,2008). Kelompok Passeriformes yang
ditemukan termasuk burung pemakan serangga, biji dan buah.
Sifat tersebut yang dapat menjadi penyebab keberadaan
Passeriformes di tipe habitat rumput.
Kelompok Charadriiformes ditemukan menggunakan tipe
habitat bangunan seperti aspal, pondasi kolam atau saluran
drainase dan tipe sumber air. Spesies penyusun seperti Cerek
Jawa (Charadrius javanicus) dan Terik Asia (Glareola
maldivarum) merupakan jenis burung pantai (shore bird)
omnivora, namun lebih dominan dengan memakan invertebrata
seperti Insekta, Malacostraca, Gastropoda, Polychaeta, dan
Bivalvia di tempat yang mudah dilihat/ terbuka (Warnock, 2002)
terutama di area aspal (Solman,1978 dalam Ellison et.al. 1992).
Kelompok Ciconiiformes lebih banyak ditemukan
menggunakan tipe habitat rumput dan sumber air untuk mencari
makan (foraging) dan loafing. Ordo penyusunnya yaitu
Passeriformes merupakan burung karnivora. Secara alami burung
tersebut mencari makan di habitat perairan untuk memakan ikan,
amphibi, krustasea, insekta dan moluska (Niemann, 2005).
Kelompok Coraciiformes lebih banyak ditemukan di tipe
habitat rumput. Kelompok Ciconiiformes merupakan pemakan
serangga dan hewan mangsa lain seperti ikan (Sci-Tech
Encyclopedia, 2008).
Kelompok Waterfowl banyak ditemukan menggunakan tipe
habitat sumber air dengan bangunan sekitarnya untuk mencari
makan dan loafing. Kelompok Waterfowl tersusun atas burung
yang mempunyai kaki berselaput dan berleher panjang, mencari
makan dengan berenang, menyelam atau direrumputan
(Britannica Concise Encyclopedia,2008). Sedangkan Kelompok

30
Other lebih banyak ditemukan menggunakan tipe habitat rumput
untuk mencari makan dan loafing di bangunan. Spesies
penyusunnya seperti Walet (Collocalia sp) dan Dederuk Jawa
(Streptopelia bitorquata) merupakan spesies terbanyak. Kedua
spesies tersebut merupakan pemakan serangga aerial dan
pemakan biji.
4.2. Arah terbang burung di sekitar jalur terbang Bandar
Udara Internasional Juanda.
Aktivitas terbang burung pada pagi dan sore hari lebih banyak
terjadi menuju dan menginggalkan kawasan bandar udara dalam
ketinggian relatif rendah (< 100 m). Sedangkan pada siang hari
lebih adalah pergerakan berpindah tempat di dalam kawasan
Bandar Udara. Pada waktu pagi, arah terbang lebih banyak ke
arah selatan (9,2 %) dan timur laut (6,3 %). Pada siang hari arah
terbang bolak-balik utara-selatan dengan prosentase masingmasing 7,7 % dan 7,5 %. Sedangkan pada sore hari aktivitas
terbang menuju ke arah utara, timur laut dan timur dengan
prosentase 11,1 %, 8,96 % dan 7,7 % (Gambar 4.2).
Arah terbang burung dengan ketinggian rendah tersebut
melintasi jalur terbang pesawat, hal ini sangat berpotensi
mengganggu penerbangn, terutama pada saat pesawat fase
mendarat dan tinggal landas (Cleary et al, 2006). Situasi tersebut
telah berdampak di Bandar Udara Internasional Juanda, dimana di
antara 11 kejadian bird strike 3 kali pada fase mendarat dan 4 kali
fase tinggal landas.
Faktor lingkungan di sekitar Kawasan Bandar dapat
mempengaruhi pola terbang yang terjadi (Ellison, 1992), faktor
tersebut dalam penelitian Kuenzi (1991) dapat berupa keberadaan
sungai, penampungan sampah dan lokasi bersarang. Berdasarkan
data perilaku yang menunjukkan bahwa aktifitas burung di
Bandar Udara Internasional Juanda adalah mencari makan, maka
dapat diduga bahwa aktifitas terbang yang terjadi adalah
pergerakan antara lokasi mencari makan dengan lokasi bersarang.

31
Oleh karena itu, kecenderungan arah terbang pada pagi dan sore
hari dapat menjadi indikasi keberadaan tempat bersarang.
Arah terbang Kelompok Passeriformes pada pagi hari lebih
banyak menuju Bandar Udara Internasional Juanda dari arah
timur laut dan barat daya, sedangkan pada sore hari meninggalkan
Bandar Udara Internasional Juanda menuju utara dan timur
(Gambar 4.3). Coraciiformes lebih banyak datang dari arah utara
dan barat, dan pada sore hari menuju timur laut. Kelompok other
lebih banyak dartang dari arah utara, barat daya dan timur laut.
Untuk kelompok yang lain mempunyai frekuensi terbang relatih
rendah

Gambar 4.2. Diagram rata-rata frekuensi terbang burung terhadap


arah terbang dan periode waktu berbeda di sekitar jalur terbang Bandar
Udara Internasional Juanda

Gambar 4.3. Diagram rata-rata frekuensi terbang tiap kelompok burung terhadap arah terbang dan periode
waktu pagi sekitar jalur terbang Bandar Udara Internasional Juanda

32

33
4.3. Kelimpahan di lokasi bersarang di sekitar Bandar Udara
Internasional Juanda.
Berdasarkan studi pendahuluan diketahui 3 tempat terdeteksi
sebagai tempat bersarang, yaitu pepohonan mangrove di Dam
Banjar Kemuning, Tempat Pembuangan Sampah Padat Bandar
Udara Internasional Juanda dan di pepohonan Kayu Putih
Kompleks Lanudal. Akan tetapi tidak diperoleh data kelimpahan
burung di pepohonan Kayu Putih Kompleks Lanudal.
Pepohonan mangrove Dam Banjar Kemuning berbatasan
dengan Kawasan Bandar Udara Juanda, yaitu sebelah tenggara.
Di lokasi ini didominasi oleh Bondol (Lonchura sp) (114
ekor/10menit) dan Blekok Sawah (Ardeola speciosa) (43 ekor/10
menit), selain itu juga terdapat beberapa jenis kelompok
Ciconiiformes (Tabel 4.5). Frekuensi terbang burung di Bandar
Udara Internasional Juanda dari dan menuju ke tenggara pada
sore hari adalah dari kelompok Ciconiiformes, Oleh karena itu
dapat diduga beberapa jenis burung yang ditemukan di Bandar
Udara Internasional Juanda bersarang di pepohonan mangrove
Dam Banjar Kemuning.
Tempat Pembuangan Sampah Padat berada di sebelah selatan
runway, yaitu area di sebelah timur Merpati Training Center.
Tumpukan sampah padat telah tertutup dengan vegetasi dari
rumput tinggi, semak hingga pohon yang rapat, sehingga menjadi
tempat bersarang yang aman bagi burung. Situasi ini seperti yang
ditemukan Ellison (1992) dimana terdapat populasi burung yang
besar di tempat penampungan sampah padat di sebelah barat daya
Naval Air Station Alameda yang mengalami proses revegetasi
karena tidak difungsikan. Jenis dominan adalah Kowak-malam
Abu (Nycticorax nycticorax) (23 ekor/10 menit), dimana jenis ini
merupakan jenis burung nocturnal (aktif pada malam hari) serta
jenis burung Punai Gading (Trerons vernans) (10 ekor/10 menit).
Sedangkan di Kompleks Lanudal berdasarkan pengamatan arah
terbang dapat diketahui pepohonan kayu putih menjadi tempat
bersarang jenis Cangak Abu (Ardea cinerea)

34
Tabel 4.5. Kelimpahan ( = mean jumlah burung terdeteksi tiap 10
menit pengamatan) burung di lokasi bersarang.
No

Jenis Burung

Dam Banjar
Kemuning

Pembuangan
Sampah

Acridotheres javanicus

2.8

Amaurornis phoenicurus

0.4

Anas gibberifrons

0.4

Ardea purpurea

0.2

0.2

Ardeola speciosa

43.2

3.6

Artamus leucorhynchus

0.6

Butorides striatus

0.2

Caprimulgus affinis

0.2

Centropus nigrorufus

0.2

10

Cinnyris jugularis

0.6

0.2

11

Collocalia

6.6

6.6

12

Egretta garzetta

4.8

13

Gerygone sulphurea

0.4

14

Halcyon chloris

15

Hirundo tahitica

3.4

16

Lanius schach

0.2

1.8

17

Lonchura spp

114

3.6

18

Merops philippinus

0.8

19

Nycticorax nycticorax

0.4

23.2

20

Passer montanus

0.8

21

Prinia flaviventris

0.6

0.4

22

Pycnonotus aurigaster

0.4

1.4

23

Pycnonotus goiavier

0.4

24

Rhipidura javanica

0.6

25

Streptopelia bitorquata

8.2

8.8

26

Sterna sp

27

Treron vernans

10.8

35
4.4. Rekomendasi
Tingginya aktivitas mencari makan (foraging) burung di
Kawasan Bandar Udara Internasional Juanda yang berdekatan
dengan landasan terbang (runway) dan taxiway harus segera
diminimalkan. Metode pengelolaaan dengan pengusiran atau
pengurangan populasi burung yang kurang efektif dapat
dioptimalkan dengan modifikasi tipe habitat yang ada agar tidak
menarik kehadiran burung.
Pengelolaan habitat merupakan suatu komponen pendekatan
terintegrasi dalam pengurangan konflik antara manusia dengan
dengan hewan liar, dimana biasa dilakukan dengan mengurangi
keberadaan lokasi yang menarik kehadiran burung untuk
mendapatkan makanan, air, perlindungan, dan lokasi loafing (Van
Vuren,1998 dalam Baras,2002).
Sumber makanan di Bandar Udara Internasional Juanda
berada di tipe habitat rumput dan sumber air, oleh karena itu
diperlukan pengelolaan untuk meminimalkan keberadaan
makanan atau kemudahan burung mendapatkan makanan.
Jenis burung pemakan biji atau pemakan serangga banyak
mencari makan di tipe rumput. Oleh karena itu, selain pengaturan
ketinggian diperlukan perhatian dalam komposisi spesies tanaman
yang tumbuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Eropa,
tinggi rumput yang direkomendasikan adalah 15-20 cm yang
disebut dengan tall grass (Barras, 2002). Pada ketinggian
tersebut burung mengalami kesulitan untuk melihat dan
menangkap mangsa. Modifikasi komposisi spesies dilakukan
dengan spesies tanaman yang ketertarikan burung, mamalia kecil,
dan insekta yang rendah, ketahanan dan daya hidup tinggi,
kemampuan penutupan tanah yang baik (Austin-Smith dan Lewis,
1969 dalam Baras, 2002). Jenis tanaman untuk bandar udara di
daerah tropis yang tidak menarik kehadiran burung dan mamalia
kecil diantaranya adalah jenis Seruni (Wedelia sp.) (Linnell
et.al.1997) dan secara teoritis memungkinkan untuk
diimplementasikan di Bandar Udara Internasional Juanda karena
secara ekologis tanaman tersebut tumbuh di sepanjang atau dekat

36
pantai, pada pantai berpasir dan pinggiran mangrove, serta
mampu tumbuh di perkebunan kelapa, sawah kering, pinggir
sungai dan hutan sekunder (Rusila Noor dkk. 1999).
Kemudahan mendapatkan makanan dari genangan air dapat
diminimalkan dengan menahan burung untuk mengakses tempat
tersebut, misalnya dengan pemasangan kawat, jaring atau bola
apung di saluran drainase, kolam dan sungai. Saluran drainase
dan sungai harus memiliki sisi yang curam (minimal 4:1) dan
dalam (lebih dari 0,5 meter) (Australian Transport Safety Bureau,
2002).
Pepohonan di pembuangan sampah padat harus dibersihkan
dan dikontrol pertumbuhannya supaya tidak menjadi tempat
bersarang. Tempat bersarang di pepohonan kayu putih Kompleks
Lanudal oleh Cangak Abu (Ardea cinerea) dapat dilakukan
dengan pengurangan percabangan secara periodik (Booth, 1994),
akan tetapi perlu diperhatikan waktu berbiak burung supaya tidak
menyebabkan kematian burung. Sedangkan di pepohonan
mangrove Desa Banjar Kemuning perlu dilakukan studi lebih
lanjut mengenai distribusi burung Blekok Sawah (Ardeola
speciosa), terutama korelasinya dengan aktivitasnya di sekitar
jalur terbang. Hal ini diperlukan untuk menentukan tingkat
kepentingan dalam pengelolaan lahan.

BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
5.1. Kesimpulan
Burung yang ditemukan di sekitar jalur terbang Bandar Udara
Internasional Juanda sebanyak 37 spesies, yang aktif pada pagi
hari 41,36%, siang hari 28,58% dan sore hari 30,06%. Burung
yang perilaku mencari makan 51,56%, loafing 39,69% dan
perilaku terbang 8,75 %. Tipe habitat rumput dan
genangan/sumber air dengan bangunan di sekitarnya menjadi
tempat mencari makan dan loafing. Frekuensi terbang yang lebih
besar berasal dan menuju arah utara dan timur laut.
Tiga lokasi teramati sebagai lokasi bersarang (roosting site)
yaitu di pepohonan mangrove Dam Banjar Kemuning, didominasi
oleh Bondol (Lonchura sp) dan Blekok Sawah (Ardeola
speciosa); di tempat pembuangan sampah padat, didominasi
Kowak-malam abu (Nycticorax nycticorax) dan Punai Gading
(Treron vernans); serta di pepohonan kayu putih (Melaleuca
cajuputi) di Kompleks Lanudal yang menjadi tempat bersarang
Cangak Abu (Ardea cinerea).
5.2. Saran
Penelitian perlu dilanjutkan pada musim hujan, yaitu untuk
menentukan perbedaan aktivitas dalam musim yang berbeda dan
diperlukan studi bioekologi secara mendalam untuk masingmasing spesies burung, terutama pola terbang dan distribusinya.

37

38
Halaman ini dikosongkan

DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan satwa liar. Jilid I. IPB,
Bogor. 20-25.
Alikodra, Hadi S. 2003. Hutan Mangrove, Burung dan
Keselamatan Penerbangan. Kompas (Jakarta), 8
September.
Allan, J.R. and A.P.Orosz. 2001. The Cost of Bird Strike to
Commercial Aviation. Proceeding of Bird Strike
2001:218-226.
Barras, Scott C. and Sandra E. Wright. 2002. Civil Aircraft
Collision with Birds and Other Wildlife in Ohio, 19901999. Ohio Journal of Science 102 :2-7
Barras, Scott C. dan Thomas W. Seamans.2002. Vegetations
Management Approaches fo Reducing WildlifeAircraft Collisions. USDA National Wildlife Research
Center-Staff
Publication
http;//digitalcommons.unl.edu/icwdm_usdanwrc/159
Bibby, Colins.; Martin Jones dan Stuart Marsden. 2000. Teknikteknik Ekspedisi Lapangan SURVEI BURUNG.
Birdlife International-Indonesian Programme. Bogor
Booth,

Thurman W. 2002. Bird Dispersal Techniques.


Prevention and Control of Wildlife Damage. USDAAPHIS-Animal Damage Control. Arkansas. Hal:19-24

Brotowidjoyo, D.M. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta.


Buckland, S.T., D.R. Anderson, K.P. Burnham, and
J.L.Laake.1993. Distance Sampling : Estimating

39

40
Abundance Of Biological Populations. Chapman and
Hall, New York.
Cain III, James W., Diana M. Queheillalt, Michael L.Morrison,
Kirsten Christopherson. (2004). Bird Habitat Use and
Bird-Aircraft Strikes At Beale Air Force Base,
California. Transactions of The Western Section of
The Wildlipe Society 40: 90-100
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2004. Biologi : Jilid
3. Erlangga. Jakarta.
Cleary E.C.,S.E. Wright, dan R.A. Dolbeer. 1999. Wildlife Strike
to Civil Aircraft in The United State 1990-1998. U.S.
Federation Aviation Administration, Washington D.C
Data Kejadian Gangguan Burung PT. Perusahaan Penerbangan
Garuda Indonesia.
Dekker, Arie. 2003. Taking Habitat Management One Step
Further. Proceeding of The International Bird Strike
Committee #26, Warsaw.
Dolbeer R. A., S.E. Wright, and E.C.Cleary. 2000. Ranking the
Hazard level of wildlife species to aviation. Wildlife
Society Bulletin 28.
Dolbeer R. A. 2006. Birds and Aircraft are competing for space
in crowded skies. ICAO Journal vol.61 no.3.
Edwards, Scott V. dan John Harshman. 2008. Passeriformes.
URL:http://www.tolweb.org/Passeriformes>.
Ellison, Laura E., Linnea S. Hall, John J. Keane, dan Michael L.
Morrison. 1992. Avian Surveys At NAS Alameda For

41
The Bird-Aircraft Strike Hazard Program. Transactions
of The Western Section of The wildlife Society 28:4858.
Google Earth Software Free Programme 2007
Hahn, Edmund. 1998. Bird Strike Versus Bird Counts on
Airports-Is There Any Correlation?. Proceeding Of
International Bird Strike Committee 24. Stara Lesna
Slovakia.
Hoon, de Albert and Luit Buurma. (2000). Influence Of Land
Use On Bird Mobility, A Case Study Of Eindhoven
Airport, 1998-1999. Proceeding Of International Bird
Strike Committee 25. Amsterdam, 17-21 April.
Hunter, D.M., Takayuki Ohgushi., and Peter W. Price. 1992.
Effects of resource distribution on animal-plant
interactions. Academic press, 44-385.
James, H., Henson dan Shandelle.2006. Mathematical Models
Predict Loafing Dynamics in Gulls. The Ecological
Society of America
Jasin, Maskuri. 1992. Zoologi Vertebrata. Sinar Wijaya.
Surabaya.
Kuenzi, Amy J. dan Michael Morrison. 1998. Avian Habitat Use
and Flight Behavior in Relation to Bird-Aircraft Strike in
Western U.S.Agricultural Lands. Transactions ofThe
Western Section of The wildlife Society 34:1-8.
Kuenzi, Amy J., Laura Ellison, Michael Morrison, Steven
Kovach, and Clinton Miller. 1998. A Study Design To
Provide Information For Bird-Aircraft Strike Hazard

42
Programs. Transactions ofThe Western Section of The
wildlife Society 27:30-36.
Laporan Kegiatan Divisi Operasi Bandara PT. Persero Angkasa
Pura. Unpublished.
MacKinnon, J.; Karen Philips dan Bas Van Balen. Tanpa Tahun.
Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan
Kalimanta (termasuk sabah, Serawak dan Brunei
Darussalam). Puslitbang Biologi-LIPI dan Birdlife
International-Indonesian Programme, Bogor.
Mantijaca, Ante B.L. 2000. Air Traffic Safety Concerning
Threat of Collision of Birds and Aircraft, With Regard To
The Situation In The Republik Of Croatia. Proceeding
Of International Bird Strike Committee 25.
Amsterdam, 17-21 April.
Morrison, Michael L., Kimberley A. With, Irrene C. Timossi,
William M. Block, dan Kathleen A. Milne. 1987.
Foraging Behavior of Bark-Foraging Birds in The Sierra
Nevada. The Condor 89:201-204. The Cooper
Ornithology Society.
Niemann,
Derek
William.
2008.
Ciconiiformes.
http://www.answers.com/topic/ciconiiformes-1.
Nurwatha, P.F., 1994. Penggunaan habitat secara vertikal dan
temporal pada komunitas burung di taman
kotamadya Bandung. Skripsi sarjana Biologi,
Universitas Padjadjaran.
Odum,

E.P. 1993.
Yogyakarta

Dasar-dasar

Ekologi.

UGM

Press.

43
Peterson, R.T. 1986. Pustaka Alam Life : Burung. PT. Tira
Pustaka, Jakarta
PT. Garuda Indonesia. Surat Pemberitahuan. Unpublished.
PT.Persero Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Juanda.
Daftar Kejadian Gangguan Hewan Liar dalam
Penerbangan Dinas Operasi Bandar Udara. Unpublished.
Rochard, Baron dan Nigel Deacon. 2003. Bird Hazard Created By
Wetlands Near Aerodromes. Proceeding of
The
International Bird Strike Committee #26, Warsaw.
Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999.
Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
PHKA/WI-IP, Bogor.
Sci-Tech

Encyclopedia.

2008.

Coraciiformes.

<http://www.answers.com/topic/coraciiformes-1>
Sodhi N.S. 2002. Competition in The Air : Birds versus Aircraft.
The AUK 119 : 587-595
Solman, V.E.F.1971. Bird Control and Air Safety. In studies of
Bird Hazards to Aircraft. Canadian Wildlife Service
Ottawa. Hal:105
Sukmantoro W., M. Irham, W. Novarino, F. Hasudungan, N.
Kemp & M. Muchtar. 2007. Daftar Burung Indonesia
no. 2. Indonesian Ornithologists Union, Bogor.
Thomas, Lan., Stephen T. Buckland, Kennet P. Burnham, David
R. Anderson, Jeffrey L. Laake, David L. Borchers dan
Samantha
Strindberg.
2002.
Encyclopedia
of
Environmetrics : Distance Sampling. Diedit oleh Abdel

44
H. El-Shaawari and Walter W. Piegorsch. John Wiley &
Sons, Ltd., Chicherter : Volume I, hal: 544-522
Transport Canada. 2007. Wild life control.
<http://www.tc.gc.ca/civilaviation/AerodromeAirNav/Sta
ndards/WildlifeControl/TP11500/sectionc/SectionC3.htm
#Food> diaksek Monday, November 19, 2007 9:37 PM
Warnock, N., Chris Elphick dan Margaret A. Rubega. 2002.
Biology of Marine Birds: Shorebirds in the Marine
Environment. Diedit oleh E.A.Schreiber dan Joanna
Burger. CRC Press LLC. Hal: 582
Warsono, Irba Unggul. 2002. Pola Tingkah Laku Makan dan
Kawin (Casuarius sp) Dalam Pengangkaran di Taman
Burung dan Taman Anggrek Biak. Makalah Pengantar
Falsafah Sains. Program Pasca-Sarjana IPB
Welty, J.C. and L. Baptista. 1988. The Life of Bird. Sounders
College Publishing, New York.

Lampiran 1. Jenis Burung di Kawasan Bandar Udara Internasional


Juanda
Charadriiformes
Laridae
Sterna sp
Dara Laut
Ciconiiformes
Ardeidae
Ardea purpurea
Cangak Merah
Ardeola speciosa
Blekok Sawah
Bubulcus ibis
Kuntul Kerbau
Butorides striatus
Kokokan Laut
Egretta garzetta
Kuntul Kecil
Nycticorax nycticorax
Kowak-malam abu
Coraciiformes
Alcedinidae
Halcyon chloris
Cekakak Sungai
Meropidae
Merops philippinus
Kirik-kirik Laut
Passeriformes
Acanthizidae
Gerygone sulphurea
Remetuk laut
Artamidae
Artamus leucorhynchus
Kekep babi
Estrildidae
Lonchura spp
Bondol
Hirundinidae
Hirundo tahitica
Layang-layang batu
Laniidae
Lanius schach
Bentet Kelabu
Nectariniidae

Cinnyris jugularis
Burung-madu Sriganti
Ploceidae
Passer montanus
Burung-gereja erasia
Pycnonotidae
Pycnonotus aurigaster
Cucak Kutilang
Pycnonotus goiavier
Merbah cerukcuk
Sturnidae
Acridotheres javanicus
Kerak kerbau
Sylviidae
Prinia flaviventris
Perenjak Rawa
Anseriformes
Anatidae
Anas gibberifrons
Itik Benjut
Caprimulgiformes
Caprimulgidae
Caprimulgus affinis
Cabak kota
Cuculiformes
Cuculidae
Centropus nigrorufus
Bubut Jawa
Gruiformes
Rallidae
Amaurornis phoenicurus
Kareo padi
Apodiformes
Apodidae
Collocalia sp.
Walet
Columbiformes
Columbidae
Streptopelia bitorquata
Dederuk jawa
Treron vernans
Punai gading

45

46
Lampiran 2. Jenis Burung di Lokasi Bersarang di sekitar Kawasan
Bandar Udara Internasional Juanda
Charadriiformes
Laridae
Sterna sp
Dara Laut
Ciconiiformes
Ardeidae
Ardea purpur
Cangak Merah
Ardeola speciosa
Blekok Sawah
Bubulcus ibis
Kuntul Kerbau
Butorides striatus
Kokokan Laut
Egretta garzetta
Kuntul Kecil
Nycticorax nycticorax
Kowak-malam abu
Coraciiformes
Alcedinidae
Halcyon chloris
Cekakak Sungai
Meropidae
Merops philippinus
Kirik-kirik Laut
Passeriformes
Acanthizidae
Gerygone sulphurea
Remetuk laut
Artamidae
Artamus leucorhynchus
Kekep babi
Estrildidae
Lonchura spp
Bondol
Hirundinidae
Hirundo tahitica
Layang-layang batu
Laniidae
Lanius schach
Bentet Kelabu
Nectariniidae

Cinnyris jugularis
Burung-madu Sriganti
Ploceidae
Passer montanus
Burung-gereja erasia
Pycnonotidae
Pycnonotus aurigaster
Cucak Kutilang
Pycnonotus goiavier
Merbah cerukcuk
Sturnidae
Acridotheres javanicus
Kerak kerbau
Sylviidae
Prinia flaviventris
Perenjak Rawa
Anseriformes
Anatidae
Anas gibberifrons
Itik Benjut
Caprimulgiformes
Caprimulgidae
Caprimulgus affinis
Cabak kota
Cuculiformes
Cuculidae
Centropus nigrorufus
Bubut Jawa
Gruiformes
Rallidae
Amaurornis phoenicurus
Kareo padi
Apodiformes
Apodidae
Collocalia sp.
Walet
Columbiformes
Columbidae
Streptopelia bitorquata
Dederuk jawa
Treron vernans
Punai gading

Lampiran 3. Aktivitas Burung

no

1
2
3
4
5
6
%

Kelompok burung I
Passeriformes
Charadriiformes
Ciconiiformes
Coraciiformes
other
waterfowl

Periode Waktu
(ekor) Pagi
(ekor) Siang
(ekor) Sore
II
III
I
II
III
I
II
III
91 232 189 145
7 101 99 143 224
1
0
28
0
32
13
0
22
14
81
71 188
45 136 147 24
97 108
2
2
2
0
0
1
0
0
2
170 177
49 157
42
60 89
70
32
2
2
11
3
6
5
1
15
4
41.31
28.64
30.04

47

%
39.2
3.5
28.5
0.29
26.9
1.56

48
Lampiran 4. Perilaku burung (n: jumlah burung terdeteksi selama survei)
Pagi

NO
Kelompok burung

nl

n fo

Siang
n fl

nl

n fo

Sore
n fl

nl

n fo

%
n fl

nl

n fo

n fl

Passeriformes

13

414

85

32

102

119

308

149

4.4

66.9

28.7

Charadriiformes

10

15

23

20

23

37.3

52.7

10

Ciconiiformes

32

221

87

70

213

45

120

107

11.6

61.8

26.6

Coraciiformes

66.7

11.1

22.2

other

40

114

242

10

38

211

13

178

5.9

19.5

74.6

waterfowl

10

40.8

36.7

22.5

7.9

59.6

32.6

15.8

42

42.2

3.3

49.7

47

8.8

51.6

39.7

n : individu burung teramati

49
Lampiran 5. Perilaku burung berdasarkan tipe habitat
NO
Loafing
Jenis burung
a b c
d e
a
1 Passeriformes
27 0 12 15 0 824
2 Charadriiformes 5 0 36 0 0
0
3 Ciconiiformes
39 0 32 4 29 395
4 Coraciiformes
2 0 2 2 0
0
5 other
1 0 39 10 0 160
6 waterfowl
0 0 11 0 9
0
a = ekor burung di tipe habitat rumput
b = ekor burung di tipe habitat lahan kosong
c = ekor burung di tipe habitat rumput bangunan
d = ekor burung di tipe habitat rumput semak/pohon
e = ekor burung di tipe habitat sumber air

Perilaku
Foraging
Flying
b c
d e
a
b c
d e
0 0 0
0 340 0 7 4 2
0 45 0 13
6 0 1 0 4
0 1 1 157 202 0 23 2 12
0 0 0
1
2 0 0 0 0
0 5 0
0 572 0 49 3 7
0 2 0 16
8 0 0 0 3

50
Lampiran 6. Kelimpahan di Lokasi Bersarang (selang kepercayaan (CI) 95 %)
Dam Banjar Kemuning Pembuangan Sampah
No
Jenis Burung
1

Acridotheres javanicus

Rata-rata

95% CI

Rata-rata

95% CI

2.8

1.2

Amaurornis phoenicurus

0.4

Anas gibberifrons

0.4

Ardea purpurea

0.2

0.2

Ardeola speciosa

43.2

14.7

3.6

2.8
b

Artamus leucorhynchus

0.6

Butorides striatus

0.8

0.2

Caprimulgus affinis

0.2

Centropus nigrorufus

0.2

0.2

10

Cinnyris jugularis

0.6

11

Collocalia

6.6

4.8

6.6

1.7

12

Egretta garzetta

4.8

3.6

13

Gerygone sulphurea

0.4

14

Halcyon chloris

1.4

15

Hirundo tahitica

3.4

1.7

16

Lanius schach

0.2

1.8

5.8

17

Lonchura spp

114

20.6

3.6

3.6

18

Merops philippinus

0.8

19

Nycticorax nycticorax

0.4

23.2

12.8

20

Passer montanus

0.8

21

Prinia flaviventris

0.6

0.4

22

Pycnonotus aurigaster

0.4

1.4

4.3

23

Pycnonotus goiavier

0.4

24

Rhipidura javanica

0.6

25

Streptopelia bitorquata

8.2

3.3

8.8

5.3

26

Sterna sp

1.4

27

Treron vernans

10.8

4.5

51
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Dam Banjar Kemuning

Kowak-malam abu di Pembuangan sampah padat

52

Kali Turen tempat mencari makan Cangak Abu

Cangak Merah (Ardea purpurea)di saluran drainase

53

Kuntul Kecil (Egretta garzetta) di saluran drainase

Terik Asia (Glareola maldivarum) di pondasi drainase

54

Cerek Jawa (Charadrius javanicus) di pondasi drainase

Pecuk-padi Kecil (Phalacrocorax niger) di pondasi drainase

55

Kuntul Kecil (Egretta garzetta) di pondasi drainase

Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis) mencari makan di rumput

56

Cangak Abu (Ardea purpurea) di rumput

Cangak Abu (Ardea cinerea) di sekitar pesawat saat take off

57

Cerek Jawa (Charadrius javanicus) juvenile di rumput

Dederuk Jawa (Streptopelia bitorquata) di aspal

58

Terik Asia (Glareola maldivarum) di aspal

Cabak Kota (Caprimulgus affinis)


juvenile di aspal

Aktivitas Pengamatan

59
BIODATA PENULIS

AGUS SATRIYONO, seorang muslin yang


terlahir 23 Desember 1985 di keluarga dan
desa petani di Tuban. Penulis menempuh
pendidikan sekolah dasar di SDN Mulyorejo
selama 5 tahun, kemudian di SLTP N I
Singgahan Tuban dan SMU N I Bojonegoro,
hingga di Biologi ITS. Berbagai prestasi telah
diraih anak terakhir dari 4 bersaudara ini,
ditingkat sekolah dasar selalu menjadi yang
pertama, kemudian di SLTP dan SMU berada
di sepuluh besar. Prestasi non-akademis diraih saat bangku kuliah, yaitu
menjadi Juara I lomba identifikasi burung liar tingkat nasional Jakarta
Birdrace 2006 dan Juara III Bali Birdwatching Race 2006 yang
mengantarkan penulis memperoleh Piagam Penghargaan dan Beasiswa
dari Rektor ITS sebagai mahasiswa yang Berprestasi Tingkat Nasional
dan Internasional Tahun Akademik 2005/2006 dan 2006/2007. Selain itu
penulis juga berhasil mendapatkan Grand Program Kreativitas
Mahasiswa untuk penelitian pembuatan sirup buah mangrove dan
menjadi pengisi stan ITS dalam PIMNAS XX tahun 2007 di Universitas
Lampung.
Selama di Biologi ITS, penulis yang hobi berpetualang dan
birdwatching ini mendalami ekologi mangrove dan burung. Penulis
juga dipercaya menjadi asisten praktikum Sistematika Tumbuhan,
Ekologi Hewan, Ekologi Tumbuhan, dan Biologi Laut. Selain itu,
penulis juga menjadi Surveyor di Laboratorion Ekologi sejak tahun
2005.
Berbagai pelatihan dan seminar telah diikuti penulis, seperti LKMMTD, Smart Personality Development, ESQ Leadership Training,
Shorebird Survey Skill Training in Indonesia, Sekolah Anti-Korupsi:
Auditing dan Budgeting di ITB hingga seminar Ilmiah dan Public
Relation.
Komting bio03 ini mengawali berorganisasi dengan menjadi staf di
BEM ITS periode 2003/2004 dan anggota Ikatan Mahasiswa Biologi se-

60
Surabaya pada tahun yang sama. Pada tahun 2004 penulis bersama 8
mahasiswa biologi mendirikan dan menjadi koordinator Kelompok Studi
Burung Liar Pecuk. Setelah menjadi staf HimaProBITS periode
2004/2005, penulis dipercaya mengemban amanah menjadi Ketua
HimaProdiBITS periode 2005/2006 sekaligus merangkap sebagai
Koordinator Ikatan Mahasiswa Biologi Surabaya. Berbekal kinerja baik
yang dibangun bersama tim pengurus HimaProdiBITS, penulis
dipercaya melanjutkan kontribusi sebagai Menteri Kesejahteraan
Mahasiswa kabinet Intelek dan Simpatik BEM ITS periode
2006/2007. Hingga periode 2007/2008, penulis masih aktif sebagai
kepala Ordo Pengembangan Lembaga Semi-Otonom Pecuk
HimaProdiBITS dan staf departemen Humas HimaProdiBITS. Dalam
kehidupan berorganisasi penulis beberapa kali turun aksi ke jalanan
Surabaya dan Bandung.
Berbagai komunitas juga telah diinisiasi untuk terbentuk di Biologi ITS,
seperti Intertide Ecological Commnuity, BioArt Community, dan
BioEnergy Community. Selain itu penulis juga tergabung dalam Center
for Entrepreneurship Development ITS dan BioTechnopreneur
HimaProdiBITS.
Sedangkan di luar kampus, penulis menjadi anggota kehormatan Forum
Komunikasi Masyarakat Peduli Lingkungan Pesisir Pantai Tuban sejak
tahun 2005. Kemudian tahun 2008 bersama aktivis pelestari burung di
Surabaya, penulis mendeklarasikan dan diamanahi menjadi ketua Sarang
Burung Surabaya.
Selain aktif di keorganisasian, penulis juga aktif menjadi pembicara
seminar/pelatihan yang berkaitan dengan mangrove, baik tingkat
kampus hingga tingkat Jawa Timur. Pada tahun 2007 penulis dipercaya
sebagai juri dalam program Menuju Indonesia Hijau oleh Kementerian
Lingkungan Hidup RI tahun 2007.
Penulis dengan motto Berkata dengan Aksi, InsyaAllah akan terus
berusaha memberikan kontribusinya kepada Agama, Bangsa dan Negara
bahkan Dunia sebagai jalan bertemu denganNya....Mohon Doa
Restunya...Allahu Akbar......Vivaaaat.........Biiiiits.......Vivat Pecuk...
www.satrio.at.pn/ satrio2003@bio.its.ac.id

61
Ucapan terima kasih ...
Torehan pemikiran dalam tugas akhir ini tanpa pernah
terwujud tanpa orang-orang special dalam kehidupan penulis,
oleh karena itu penghargaan dan ucapan terimakasih penulis
sampaikan kepada:
- Bapak Diman dan Ibu Suti, sosok terbaik yang membangun
diri penulis, perpaduan sosok sikap keras dan lembut penuh
kasih sayang yang selalu tercurah dalam kehidupan penulis
- Mba Winarsih, Mas Parjan, Mba Suswati, Mas Djoko, dan Mas
Suwignyo sebagai kakak yang selalu memberi dukungan dan
kepercayaan
- Onggo, Nanda, Desi, Neni, dan Elma, keponakan yang
mendorong penulis selalu berusaha menjadi teladan
- Bapak/Ibu guru di SDN Mulyorejo, SLTP N I Singgahan dan
SMU N I Bojonegoro
- Bapak Aunurohim, S.Si., DEA dan Ibu Dewi Hidayati, S.Si.,
M.Si atas kesabaran dan bimbingan selama pengerjaan laporan
Tugas Akhir.
- Ibu Awik Pubji D.N, S.Si., M.Si., atas semua pelajaran dan
bimbingan selaku dosen wali penulis
- Dosen-dosen Prodi Biologi ITS: Ibu Dian Saptarini, Bapak
Endry Nugroho P, S.Si., MT; Ibu Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si
Bapak Nurul Jadid, S.Si; Ibu Dra. Enny Zulaika, MP; Ibu
Kristanti Indah P, S.Si., M.Si; Ibu Tutik Nurhidayati, S.Si.,
M.Si; Ibu N.D Kuswytasari, S.Si., M.Si; Ibu Ir. Sri Nurhatika,
M.P; dan Ibu Dra. Desiree Khrisnawati (Almh.) atas segala
ilmu yang sangat berharga.
- PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Juanda,
khususnya Dinas Pemadam Kebakaran atas bantuan dan
kemudahan yang diberikan untuk pengambilan data
- Mas Rachdy, Mas Syarif, Mas Rendra Sanjaya, dan Mas Gatot
atas bimbingannya selaku murobbi bagi penulis.

62
- M. Syafiul Hadi yang telah menjadi partner, sahabat sekaligus
keluarga dalam menjelajah kebesaran ciptaan Illahi
- Nurul Kusuma Dewi, Ridho Anggoro, Farid Kamal M., Deni
Indriasto, Nur Muhammad, Mukti Utomo, Ekho, dan Arnold,
yang telah menjadi sahabat sekaligus saudara
- Farah Dwi Hasnitha atas semua motivasi yang diberikan
- Tuna Soldier Bio 03: Nunik Sulistyowati, Ruly Isfatul
Khasanah, Titian Dyah Nirwana, Ria Eka Lestari, Yelly
Indrayati, Anita Wijaya Indarto, Laily Noer Hamidah, Nurlaili,
Yuli Dwiastuti, Zuniar Virgianti, Nova Rizky Sargita, Putut
Ressa, Lilik Zayyinah, Bambang Hermanto, Dwi Andriyani,
Roikatun Akhyun, Dewi Komariya, Dewi Chasanah, Maulanti
Adistina, Setya Damayanti, Erlin Yuli Astutik, Erlin
Yuniamartanti, Listiani, Binti Nurrohmah, Sri Utami, Miftah
Adi Nugraha, Linda Puspita Sari, Mariyatul Kiptiyah, Dyah
Sitti Nuraini Hadi, Riskawati Gultom, Ila Ruwaida, Hamdhani
Setyono, M. Saifuddin Hamsyah, dan Wuwun Ayu atas
kerjasama, kebersamaan, dan persahabatan yang manis.
- Pecuk: Ucu, Andi, Yanuar, Aga, Aji, Ardian, Angga, Arifin,
Rizky, Haya, Idah, Rendra, Iska, Rayi, Yuda, Vani, Anin, Eni,
Evi, Ali, Aisyah, Febri, Ayulia, dan Santi.
- Himpunan Mahasiswa Biologi ITS dan Fungsionaris periode
Berkata dengan Aksi tahun 2005/2006
- BEM ITS Kabinet Intelek & Simpatik periode 2006/2007,
Khusunya Detak Yan Pratama, Farida Isnaini dan Staf Dept
Kesejahteraan Mahasiswa atas kepercayaan dan dukungan
- Andi Novianto, Yanuar, Triono, Marini, cahyo, Yudi D, Euis
R, Resita N.I, Ika K, Meta J.K, Febi P, Laily Agustina, Dwi
Oktafitria, Irma, Wido, Tatin, Anita, Raindly, Ista, Vivid,
Dinda serta rekan-rekan mahasiswa Biologi ITS atas dorongan
semangatnya.
- Gebang Lor 12 Community, atas hangatnya persaudaraan di
kos.
- Semua pihak yang telah memberi kepercayaan kepada penulis.
Surabaya, Agustus 2008

Anda mungkin juga menyukai