Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN AIR HUJAN PERKOTAAN DENGAN METODE BIORETENTION

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Rumusan Masalah
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian umum air hujan (rainwater)
Hujan adalah proses turunnya kumpulan air yang jatuh pada permukaan bumi dan langit melalui
proses presipitasi. Presipitasi adalah salah satu komponen dari daur hidrologi, dimana terjadi
setelah proses penguapan dari evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, lalu pengendapan air di
udara melalui kondensasi dan membentuk awan, pada akhirnya turun menjadi hujan melalui
proses presipitasi.
Pengertian LID
Pengelolaan air hujan secara lokal yang ramah lingkungan dikenal dengan teknik Low Impact
Development (LID). Konsep pengelolaan air hujan dengan teknik ini adalah pengelolaan air
hujan dengan skala mikro yang dilakukan dilokasi atau di sekitar daerah tangkapan air hujan.
Pengembangan prinsip LID dimulai dengan pengembangan teknik bioretensi di Prince Gorges
County, Maryland pada pertengahan tahun 1980. LID dikembangkan untuk mempertahankan
kondisi lingkungan dari dampak negatip yang terjadi akibat perkembangan ekonomi dan
keterbatasan praktek pengelolaan air hujan konvensional. Sistim drainasi konvensional
direncanakan dengan konsep mengumpulkan, mengalirkan dan membuang air limpasan
permukaan secepat dan efisien mungkin. Sistim drainasi konvensional yang efisien kinerjanya
akan menurunkan penambahan air tanah, meningkatkan volume limpasan permukaan,
mempersingkat waktu pengaliran, meningkatkan frekuensi dan menambah besarnya banjir. Hal
ini akan menambah tingkat kemungkinan terjadi banjir/genangan di daerah hilir daerah
tangkapan air, penurunan kualitas badan air, dan erosi. LID dikembangkan dengan
memanfaatkan teknologi yang

telah ada dan murah tetapi dapat mempertahankan kelestarian lingkungan. Teknologi LID
diharapkan mampu untuk

mengurangi

dampak

negatip

terhadap

lingkungan

akibat

pengembangan suatu daerah dengan mencapai keseimbangan antara konservasi, perkembangan,


proteksi ekosistim dan kualitas hidup. Saat ini teknologi LID dimanfaatkan untuk mengontrol
polusi air limpasan permukaan, mengurangi volumenya, memperpanjang waktu pengaliran, dan
menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan ekologi. Konservasi dan peran serta
masyarakat untuk menenggulangi daya rusak air (yang termasuk pilar-pilar UU No.7 Tahun
2004) merupakan elemen kunci dari LID seperti di ilustrasikan pada Gambar dibawah ini.

Gambar 1. Elemen Kunci LID

PEMBAHASAN
Bioretention (Rain Garden)
Sebuah bioretention atau taman hujan adalah fitur lanskap yang mengumpulkan limpasan
air hujan dari atap, jalan masuk dan permukaan aspal di daerah taman. Desain bioretention
sederhana pada dasarnya lebih dangkal atau bentuk mangkuk dikelilingi oleh daerah yang
ditanami tumbuhan. Dalam bioretention, air hujan akan kembali ke tanah dalam beberapa jam,
sehingga mereka tidak menciptakan area perkembangbiakan nyamuk. Pada bioretention, kolam
penahanan dan pemanen air hujan dirancang untuk kering setelah hujan.

Sistim Bioretention yang dibangun dapat menjadi bagian ruang terbuka hijau dan
dirancang berdasarkan jenis tanahnya, kondisi lokasi dan tata ruang rencana wilayah
pengembangan. Penggunaan Bioretention sebagai ruang terbuka hijau di daerah real estate dapat
meningkatkan nilai estitika daerah yang dikembangkan pula (Coffman, 2000; Winogradoff,
2001). Agar pengelolaan air hujan di Bioretention dapat di optimalkan, maka proses yang terjadi
perlu dipahami. Berikut ini adalah beberapa proses utama yang ada pada Bioretension untuk air
hujan local (Winogradoff, 2001);
1. Intersepsi merupakan proses tertangkapnya air hujan oleh daun tanaman serta lapisan
penutup (mulch), sehingga memperlambat atau mengurangi terjadinya aliran
permukaan.
2. Infiltrasi adalah proses utama yang ada di Bioretention, baik yang mempunyai saluran
underdrain maupun yang tidak.
3. Pengendapan akan terjadi akibat aliran lambat yang ada di Bioretention, akibatnya
partikel yang ada di air akan tertinggal di permukaan Bioretention.
4. Absorsi adalah proses penahanan air di ruang antara partikel tanah yang kemudian
akan diserap oleh akar tanaman.
5. Evapotranspirasi akan terjadi di Bioretention akan berubah sebagian air limpasan
menjadi uap air.
6. Absorsi yang terjadi adalah proses penyerapan kandungan kimia seperti metal dan
nitrat yang terlarut di air oleh humus dan tanah.

Proses Pembuatan Taman Bioretention


Pertimbangan tanah menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan
bioretention. Tanah berpasir, cepat mengering sehingga tanah ini sangat ideal untuk taman hujan,
tapi dapat pula mengubah jenis tanah lain untuk bekerja dengan baik dan menyerap air.
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan air hujan dalam mangkuk, lalu biarkan perlahan-Iahan
mengalir ke tanah dalam waktu sehari atau lebih. Jika tanah dengan kandungan liat tinggi, kita
perlu meningkatkan dimensi dan tambahkan pasir dan bahan organik untuk meringankan atau
melemaskan tekstur tanah dan membuatnya lebih serap. Taman hujan tidak boleh menahan air
selama lebih dari beberapa hari idealnya, mereka harus kering dalam waktu 24 hingga 48 jam
setelah berakhimya hujan.
Pada taman hujan dibuat daerah cekungan atau depresi dari taman hujan sekitar 8 inci di
bawah tingkat daerah rumput atau taman yang menyediakan air limpasan. Jika memiliki luas
kebun atau rumput dimana air sudah cenderung ke kolam setelah hujan. Area ini adalah pilihan
yang baik. Alam mencoba untuk mengurus dirinya sendiri, sehingga kita dapat mengambil
keuntungan dari itu dengan menggunakan kontur alam dan menciptakan area pengumpulan
direncanakan untuk limpasan air hujan untuk menyaring dan meng-hilang secara alami.

Proses yang Terjadi Dalam Bioretention


Agar pengelolaan air hujan di bioretention dapat dioptimalkan, maka proses yang terjadi
perlu dipahami. Proses utama yang ada pada bioretention untuk air hujan lokal diawali dengan
intersepsi, yaitu proses tertangkapnya air hujan oleh daun tanaman serta lapisan penutup,
sehingga memperlambat atau mengurangi terjadinya aliran permukaan. Proses kedua adalah
infiltrasi. Ini adalah proses utama yang ada di bioretention, baik yang mempunyai saluran
underdrain maupun yang tidak. Pengendapan akan teIjadi akibat aliran lambat yang ada di
bioretention, akibatnya partikel yang ada di air akan tertinggal di permukaan bioretention.
Absorpsi adalah proses penahanan air di ruang antara partikel tanah yang kemudian akan diserap
oleh akar tanaman. Proses selanjutnya adalah evapotranspirasi yang terjadi di bioretention dan
akan mengubah sebagian air limpasan menjadi uap air.

Terakhir, absorsi yang terjadi adalah proses penyerapan kandungan kimia seperti metal
dan nitrat yang terlarut di air oleh humus dan tanah (Winogradoff, 2001). Hujan awal yang turun
akan mencuci jalan sehingga aliran permukaannya akan membawa partikel sedimen, kandungan
kimia dan oli yang tertetes di muka jalan, dan mengalir masuk kedalam bioretention. Aliran
permukaan dari hujan awal ini akan menjalani proses permunian yang ada di bioretention.
Jika hujan masih turun terus sehingga kapasitas tampungan bioretention sudah terlampaui
air kan mengalir langsung ke system saluran drainase melalui pelimpah yang telah disediakan.
Hujan awal sudah mencuci permukaan jalan sehingga kualitas air limpasan permukaan dari hujan
berikutnya diharapkan sudah baik dan boleh mengalir langsung ke badan air.

Penutup
Salah satu dari teknologi LID adalah dengan bioretention atau taman hujan yang dapat dilakukan
oleh masyarakat dengan unit kecil dan juga masyarakat dalam unit yang besar. Bioretention
sebuah system yang dapat diterapkan pada bangunan untuk mereduksi dampak lingkungan
dibidang sumber daya air. Bioretention adalah system hidup yang dirancang untuk menyaring
limpasan air hujan dengan media perentara berupa tanaman asli.
Sistem

kerja

dari

sebuah

bioretention

adalah

mengumpulkan

limpasan

air,

menyimpannya, kemudian akan disaring dan diserap oleh tanah. Perlu diperhatikan pada sebuah
kebun yang akan dibangun adalah keseimbangan volume air, kondisi tanah dan ruang yang
tersedia. Sebuah Bioretention dapat dianggap sebagai suatu sistem kualitas air pribadi karena
filter limpasan dari atap, rumput dan mengisi kembali air tanah. Sebuah bioretention juga
menghemat sumber daya air kota dengan mengurangi kebutuhan untuk irigasi. Bioretention
adalah cara yang indah dan tepat untuk pemilik rumah, bisnis, dan kota dalam membantu
meringankan masalah darurat. Ada tren yang berkembang dengan kota dan pemilik rumah untuk
memasukkan proses-proses alami untuk membantu meringankan banjir dan polusi. Meski
sederhana namun manfaatnya dalam mengurangi jumlah limpahan air hujan yang dapat
menyebabkan banjir dapat dirasakan. Dan cara ini cocok diterapkan dengan curah hujan yang tak
menentu dan suhu udara yang sejuk dengan bermacam-macam jenis vegetasi agar dapat
membantu menyukseskan teknik bioretention. (Halief, Ningsih, & Nuryanto, 2011)

DAFTAR PUSTAKA

Coffman, Larry. 2000. Low-Impact Development Design Strategies, An Integrated Design


Approach. EPA 841-B-00-003. Prince George's County, Maryland. Department of Environmental
Resources, Programs and Planning Division.
Winogradoff, A. Derek, 2001, The Bioretention ManuaL, Programs & Planning Division
Department of Environmental Resources Prince Georges County, Maryland.
Halief,

K.,

Ningsih,

BIORETENTION
PESAT.Depok

R.

DALAM

D.,

&

Nuryanto.

MENGATASI

(2011).

LIMPASAN

PENGEMBANGAN
AIR

HUJAN.

TEKNIK
Proceeding

Anda mungkin juga menyukai