Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Reinforcement (peneguhan atau penguatan) berasal dari Skinner, salah

seorang ahli psikologi belajar behavioristik. Reinforcement yaitu setiap


konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah laku tertentu.
Peneguhan diklasifikasikan kedalam dua macam, yaitu peneguhan positif
dan peneguhan negative. Peneguhan positif yaitu sesuatu rangsangan (stimulus)
yang memperkuat atau mendorong suatu respon (tingkah laku tertentu).
Peneguhan positif berbentuk reward (ganjaran, hadiah atau imbalan). Sedangkan
peneguhan negatif yaitu suatu rangsangan (stimulus) yang mendorong seseorang
untuk menghindari respon tertentu yang konsekuensi atau dampaknya tidak
memuaskan (menyakitkan atau tidak menyenangkan). Bentuk dari peneguhan
negative bentuknya hukuman atau pengalaman yang tidak menyenangkan.
Dalam Al-Quran banyak ayat yang mengisyaratkan tentang penerapan
penghargaan atau ganjaran dan hukuman, sanksi atau ancaman sebagai metode
dakwah, dalam rangka memotivasi umat manusia untuk beramal shalih, dan
mencegahnya dari perbuatan jahat/buruk. Dalam proses belajar agamapun
reinforcement diterapkan supaya tujuan yang diharapkan dapat berhasil dengan
baik.

Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis membuat makalah ini
dengan judul PENERAPAN REINFORCEMENT (REWARD DAN
PUNISHMENT) DALAM PROSES BELAJAR AGAMA

B.

Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya sebagai

berikut:
1.

Bagaimana penerapan reward dalam proses belajar agama ?

2.

Bagaimana penerapan punishment dalam proses belajar agama ?

3.

Bagaimana tehnik-tehnik pemberian penghargaan ?

C.

Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan reward dalam proses belajar agama.
2. untuk mengetahui penerapan Punishment dalam proses belajar agama
3. Untuk mengetahui tehnik-tehnik pemberian penghargaan

D.

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini yaitu:

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Pembuatan Makalah
D. Sistematika Penulisan

BAB II

PENERAPAN

REINFORCEMENT

(REWARD DAN

PUNISHMENT) DALAM PROSES BELAJAR AGAMA


A. Penerapan Reward (penghargaan)
B. Penerapan Punishment (hukuman)
C. Tehnik-tehnik pemberian penghargaan
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran

Daftar Pustaka

BAB II
PENERAPAN REINFORCEMENT (REWARD DAN PUNISHMENT)
DALAM PROSES BELAJAR AGAMA

A.

Penerapan Reward (penghargaan)


Menurut para penganut teori behavioristik, reward merupakan pendorong

utama dalam proses belajar. Rewars dapat berdampak positif bagi anak yaitu:
1.

Menimbulkan respon positif

2.

Menciptakan kebiasaan yang relative kokoh didalam dirinya

3.

Menimbulkan perasaan senang dalam melakukan suatu pekerjaan yang


mendapat imbalan

4.

Menimbulkan antusiasme, semangat untuk terus melakukan pekerjaan.

5.

Semakin percaya diri.


Menurut Walberg pemberian reinforcement yang berbentuk reward

terhadap perilaku atau unjuk belajar siswa yang baik merupakan factor yang
mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Sementara itu Utami
Munandar mengemukakan bahwa pemberian hadiah untuk pekerjaan yang
dilaksanakan dengan baik tidak harus berupa materi, yang terbaik justru berupa
senyuman, kata penghargaan, kesempatan untuk menampilkan dan
mempresentasikan pekerjaan sendiri.
Memberikan reward kepada anak jangan berlebihan, karena pemberian
reward berlebihan dpat berdampak tidak baik, yaitu:

1.

Anak merasa bahwa tidak ada lagi korelasi antara keberhasilan atau
kesuksesan dengan imbalan yang akan diraihnya

2.

Anak tidak mampu memahami bahwa keberhasilannya dalam belajar


merupakan kewajiban fundamental

3.

Tidak dapat memahami bahwa fungsi yang dilakukannya adalah sebagai


pelajar yang tekun.

B.

Penerapan Punishment (Hukuman)


Pemberian hukuman atau sanksi kepada anak bertujuan untuk mencegah

tingkah laku atau kebiasan tidak diharapkan yang bertentangan dengan norma,
sehingga anak akan berhati-hati dalam melakukan sesuatu dan berhenti dari
perlaku buruk. Dalam pemberian hukuman dalam proses pembelajaran sebaiknya
dilakukan dengan hati-hati dan dikurangi seminimal mungkin, karena apabila
kurang hati-hati dan sering memberikan hukuman dapat berdampak negative bagi
perkembangan pribadi anak
Metode yang dipakai Islam dalam upaya pemberian hukuman kepada anak
yaitu:
1.

Lemah lembut dan kasih sayang adalah dasar muamalah dengan anak

2.

Menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan hukuman

3.

Dalam upaya memperbaiki hendaknya dilakukan secara bertahap, dari


yang paling ringan hingga yang paling keras.
Rasulullah SAW telah meletakkan metode dan tata cara bagi para pendidik

untuk memperbaiki penyimpangan anak, mendidik, meluruskan kebengkokannya,

membentuk moral dan spiritualnya. Sehingga pendidik dapat mengambil yang


lebih baik, memilih yang utama untuk mendidik dan memperbaiki. Pada akhirnya,
dapat membawa sampai tujuan yang diharapkan menjadi manusia mu'min yang
bertakwa. Metode yang diberikan Rasulullah saw adalah sebagai berikut:
1.

Menunjukkan kesalahan dengan pengarahan

2.

Menunjukkan kesalahan dengan keramahtamahan

3.

Menunjukkan kesalahan dengan memberikan isyarat

4.

Menunjukkan kesalahan dengan kecaman

5.

Menunjukkan kesalahan dengan memutuskan hubungan

6.

Menunjukkan kesalahan dengan memukul


Persyaratan dalam memberikan hukuman pukulan yaitu:
a. Pendidik tidak terburu-buru menggunakan metode pukulan
b. Pendidik tidak memukul ketika dalam keadaan sangat marah
c. Ketika memukul hendaknya menghindari anggota badan yang peka
d. Pukulan pertama hendaknya tidak terlalu keras
e. Tidak memukul anak sebelum berusia sepuluh tahun
f. Jika kesalahan anak untuk pertama kalinya, hendaknya diberi kesempatan
untuk bertaubat.
g. Pendidik hendaknya memukul anak dengan tangannya sendiri
h. Jika anak sudah menginjak usia dewasa, dan pendidik melihat bahwa
pukulan sepuluh kali8 tidak membuatnya jera, maka pendidik boleh
menambah dan mengulanginya sampai anak menjadi baik kembali.

7.

Menunjukkan kesalahan dengan memberikan hukuman yang menjerakan

C.

Tehnik-tehnik Pemberian Penghargaan


Pemberian penghargaan kepada siswa dapat dilakukan melalui dua tehnik

yaitu verbal dan non verbal.


1.

Tehnik Verbal yaitu pemberian penghargaan yang berupa pujian,


dukungan, dorongan atau pengakuan. Bentuk-bentuknya sebagai berikut:
a. Kata-kata
Contohnya kata bagus, benar, betul, tepat, ya, baik.
b. Kalimat
Contohnya : Prestasimu baik sekali! Saya senang dengan
pekerjaanmu! Penjelasanmu sangat baik!

2.

Tehnik Non Verbal yaitu pemberian penghargaan melalui:


a. Gestur tubuh
Gestur tubuh yaitu mimic dan gerakan tubuh, seperti senyuman,
anggukan, tepukan tangan.
b. Cara mendekati
Cara mendekati seperti guru mendekati siswa untuk menunjukkan
perhatian atau kesenangannya terhadap hasil pekerjaan siswa.
c. Sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan, mengelus kepala.
d. Kegiatan yang menyenangkan
e. Simbol atau benda seperti komentar tertulis secara positif pada buku siswa
f. Penghargaan tak penuh (partial) diberikan kepada siswa yang memberikan
jawaban kurang sempurna.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Setelah pembahasan tentang Penerapan Reinforcement (reward dan

punishment) dalam proses belajar agama dapat disimpulkan yaitu:


1. Penerapan reward atau penghargaan diberikan kepada anak yang memiliki
prestasi yang baik dan jangan diberikan secara berlebihan.
2. Penerapan punishment (hukuman) diberikan dengan metode yang lemah
lembut, menjaga tabiat anak yang salah dan dilakukan secara bertahap juga
menggunakan tata cara pemberian hukuman sesuai dengan yang
digunakan Rasulullah saw.
3. Tehnik-tehnik penghargaan ada yang dilakukakan dengan verbal dan juga
non verbal.

B.

Saran-saran
Dalam pemberian reinforcement dalam proses belajar agama baik

dilingkungan keluarga maupun sekolah seharusnya pendidik memperhatikan


metode dan tata cara pemberian reinforcement sehingga pendidikan yang
diberikan kepada anak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai