Epidemiologi :
-
Etiologi :
1 Faktor emboli yang paling sering dimana emboli ini bisa pecah
atau lolos sebagai hasil usaha kompensasi pembuluh darah.
Emboli ini bisa terbentuk dari adanya atheroma Atheroma karena
penumpukan lipid yang terlalu banyak di tepi pembuluh darah
merespon factor pembekuan darah terbentuk bekuan darah
apabila terlepas bisa berjalan jalan ke sistem peredaran darah
bahkan ke otak
2 Faktor hemodinamik
Penyebab lain :
-
Gejala :
Sifatnya sementara dan tergantung bagian dari otak yang terkena
-Hemipaesis tangan, lengan, kaki
-Susah bicara, menelan
-Kaku beberapa bagian tubuh
-Penglihatan dobel
Antiplatelet : aspirin low dose (75mg) , bila pernah stroke lalu TIA
bisa diberi klopidogrel
Warfarin
Stop merokok
Penambahan aktivitas
Hindari alcohol
Cegah DM
Infark cerebral
WHO
mendadak dengan tanda dan gejala klinik hilangnya fungsi fokal atau
global SSP yang berkembang cepat dan berlangsung lebih dari 24 jam
yang dapat berujung kematian serta bukan karena trauma.
Faktor Risiko
Faktor risiko dibedakan menjadi factor risiko non-modifikasi yaitu usia,
jenis kelamin, ras, factor genetic dan factor risiko modifikasi meliputi
hipertensi, DM, Dislipidemia dan kelainan jantung.
Etiologi
Penyebab infark cerebral yang mengarah ke stroke iskemik adalam
adanya thrombus maupun emboli yang nantinya akan mengganggu
jalannya aliran darah (CBF). Sumbatan paling sering terjadi di arteri
karotis interna atau di bifukartio.
-
Patofisiologi
ATEROSKLEROSIS
mengakibatkan
perubahan
tunika
intima
sering
karena
kardioembolik
dengan
etiologi
infark
dari
oklusi
kekurangan perfusi.
embolus
melemah
atau
rapuh
akibat
d Stroke kriptogenik
Penyebabnya masih belum diketahui.
Jenjang iskemik dan cedera sekunder
1 Sel saraf yang mengalami iskemi yaitu Ischemic core hanya
mendapat aliran darah 10 cc/100 gram jaringan otak/menit yang
mengakibatkan terjadinya kerusakan ireversibel. Sedangkan area
Penumbra masih dialiri 10-25 cc/100gram jaringan otak/menit, area
ini dalam keadaan bahaya namun reversible ditandai dengan
hilangnya autoregulasi dan responsiivitas terhadap karbondioksida.
2 Menurunnya aliran darah otak atau CBF mengakibatkan sel otak
kehilangan kemampuan untuk menghasilkan ATP sehingga pompa
Na-K
berhenti.
Konsekuensinya
neuron
membengkak.
Otak
proses
eksitotoksisitas
dimana
sel
otak
melepas
mengaktivasi
PARP
yang
menjadi
penyebab
dan
intertitium
otak
akibat
peningkatan
permeabilitas
vascular
c Zona luxurious perfusi menjadi rusak
d Hilangnya
autoregulasi
terhadap
CBF
sehingga
terjadi
Disfagia
g Disatria
h Sinkop
Gangguan penglihatan
Tinnitus
Defisit
Neurologi
Fokal
(Hemiparese/
parestesia,
Terapi
1 Pengobatan Umum
2 Pengobatan Spesifik
3 Physioterapi
Ad. 1 Pengobatan umum, Ingat Pedoman 5B (Breathing, Blood,
Brain, Bowel, Bladder)
Ad. 2 Pengobatan Spesifik
rt-PA
Nimodipine
Pentoxifiline per infus
Citicholine
Pirecetam
Ad. 3 Physioterapi
Dikerjakan secepatnya & sedini mungkin
Prinsip terapi Stroke Iskemia
1 Anti Trombus
1.1 Trombolitik : rt PA reperfusi
Clopidogrel (plavix) 75 gr
2 Sistem Kolateral
Memperbaiki Hemoreologi manfaat ?
Pentoksifilin (Trental)
3 Neuro Protective
Citocoline (Nicholine) 2-3 x 250mg /hr
Piracetam (Nootropil) 12 gr /iv/20 mnt 4x3 gr/iv/hr
Nimodipine (Nimotop) 30 mg / tablet 3-4 x 1 tablet / hr
4 Faktor Sistemik
Hindari Hipoksemia (Pneumonia-aspirasi) Tensi diatur > tinggi
CBF ditingkatkan, Kecuali TDS > 220 - TDD > 120
Jangan > 20 % TDAR
Tekanan Darah Arteri Rata-rata (TDAR)
Tensi dikontrol sesudah hari 7-10 dari target TDS 160-190 atau
TDD 90-100
Kadar gula darah diatur kira2 100 - 200 gr% dengan optimal
150 gr%
Kontrol Hiperlipidemia
Hiponatremia dan panas (infeksi nosokomial)
Hematom intracerebral
Definisi
Perdarahan dalam jaringan otak karena pecahnya arteri di dalam jaringan
otak.
Klasfikasi menurut letak
1. Hematom supra tentoral
2. Hematom serbeller
3. Hematom pons-batang otak
Etiologi
- Trauma kepala
- Hipertensi
- Malformasi arteriovenosa
- Aneurisme
- Terapi antikoagulan, antiplatelet, trombolitik
- Diskrasia darah
- Alkohol berlebih
Patogenesis
Pecahnya arteri akan menyebabkan darah menyebar ke jaringan sekitar
dan akan menyebabkan tekanan sehingga banyak saraf / pembuluh darah
darah.
Daerah yang tidak mendapat suplai darah akan mengalami iskemik dan
berlanjut ke infark yang menyebabkan kematian sell otak sehingga terjadi
defisit neurologis dan gangguan kerja tubuh.
Gejala
> Pusing Nyeri kepala
> Mual Muntah
> Penurunan kesadaran
> Peningkatan tekanan darah
> Ataksia
Tata laksana
Konservatif jika jumlah pendarahan kurang dari 30ml dan tidak menyebar.
Tata cara : Observasi keadaan umum pasien (terutama tekanan darah
dan kebutuhan nutrisi)
Terapi farmakologis dapat diberikan manitol dan diuresis untuk
mengurangi tingginya tekanan intra kranial.
Pemberian antikonvulsan diberikan apabila diagnosis perdarah
supratentorial sudah ditegakkan.
Operatif
Syarat :
Perdarahan subaracnoid
Definisi
A.basilaris
A.komunikans posterior
A.karotis interna
A.komunikans anterior
mater adalah ruang subarachnoid. Pia mater terikat erat pada permukaan
otak.
Ruang
subarachnoid
subarachnoid
adalah
diisi
dengan
kemungkinan
CSF.
Trauma
pecahnya
perdarahan
pembuluh
darah
subdural.
Meskipun
trauma
adalah
penyebab
utama
Gejala prodromal
B.
Gambaran Radiologi
1. CT Scan
Pemeriksaan CT Scan berfungsi untuk mengetahui adanya massa
intracranial. Pada pembesaran ventrikel yang berhubungan dengan
darah (densitas tinggi) dalam Ventrikel atau dalam ruang
subarachnoid.
2. Magnetic resonance imaging (MRI)
Penatalaksanaan:
Ensefalopati hipertensi
Definisi
Ensefalopati hipertensi adalah
tekanan
darahnya
mendadak
naik
menjadi
160/100
mmHg.
hipertensi
dapat
merupakan
komplikasi
dari
berbagai
4,5
Patofisiologi
Secara fisiologis peningkatan tekanan darah akan mengaktivasi regulasi
mikrosirkulasi di otak (respon vasokontriksi terhadap distensi dinding
endotel). Aliran darah otak tetap konstan selama perfusi aliran darah otak
berkisar 60 120 mmHg. Ketika tekanan darah meningkat secara tibatiba, maka akan terjadi vasokontriksi dan vasodilatasi dari arteriol otak
yang mengakibatkan kerusakan endotel, ekstravasasi protein plasma,
edema serebral. Jika peningkatan tekanan darah terjadi secara persisten
sampai ke hipertensi maligna maka dapat menyebabkan nekrosis fibrinoid
pada arteriol dan gangguan pada sirkulasi eritrosit dalam pembuluh darah
yang mengakibatkan deposit fibrin dalam pembuluh darah (anemia
hemolitik mikroangiopati) 1.
Manifestasi klinis
Ensefalopati hipertensi merupakan suatu sindrom hipertensi berat yang
dikaitkan dengan ditemukannya nyeri kepala hebat, mual, muntah,
gangguan penglihatan, confusion, pingsan sampai koma. Onset gejala
biasanya berlangsung perlahan, dengan progresi sekitar 24-48 jam.
Gejala-gejala gangguan otak yang difus dapat berupa defisit neurologis
fokal,
tanda-tanda
irreversibel
yang
lateralisasi
mengarah
ke
yang
bersifat
perdarahan
reversibel
cerebri
atau
maupun
stroke.
Microinfark dan peteki pada salah satu bagian otak jarang dapat
menyebabkan hemiparesis ringan, afasia atau gangguan penglihatan.
Manifestasi neurologis berat muncul jika telah terjadi hipertensi maligna
atau tekanan diastolik >125mmHg disertai perdarahan retina, eksudat,
papiledema, gangguan pada jantung dan ginjal 7.
Penegakkan Diagnosis
-
kejang menunjukkan
adanya lesi white matter yang terkonsentrasi pada bagian posterior otak
Terapi
-
neurologis,
maka
harus
dipertimbangkan
kembali
rencana
level
perifer,
dengan
durasi
pendek
dalam
bekerja.
Ini
Nicardipine dalam dosis bolus 5-15 mg/h IV dan dosis maintenance 3-5
mg/h dapat juga digunakan.
KRISIS TIROID
1. LATAR BELAKANG
Krisis tiroid merupakan komplikasi hypertiroidisme yang jarang terjadi tetapi
berpotensi fatal. Krisis tiroid harus dikenali dan ditangani berdasarkan manifestasi
klinis karena konfirmasi laboratoris sering kali tidak dapat dilakukan dalam rentang
waktu yang cukup cepat. Pasien biasanya memperlihatkan keadaan hypermetabolik
yang ditandai oleh demam tinggi, tachycardi, mual, muntah, agitasi, dan psikosis.
Pada fase lanjut, pasien dapat jatuh dalam keadaan stupor atau komatus yang disertai
dengan hypotensi.
Krisis tiroid adalah penyakit yang jarang terjadi, yaitu hanya terjadi sekitar 1-2%
pasien hypertiroidisme. Sedangkan insidensi keseluruhan hipertiroidisme sendiri
hanya berkisar antara 0,05-1,3% dimana kebanyakannya bersifat subklinis. Namun,
krisis tiroid yang tidak dikenali dan tidak ditangani dapat berakibat sangat fatal.
Angka kematian orang dewasa pada krisis tiroid mencapai 10-20%. Bahkan beberapa
laporan penelitian menyebutkan hingga setinggi 75% dari populasi pasien yang
dirawat inap.Dengan tirotoksikosis yang terkendali dan penanganan dini krisis tiroid,
angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 20%.
I.
Sel target untuk TH adalah hampir semua sel tubuh. Efek primer TH adalah
menstimulasi laju metabolisme semua sel target dengan meningkatkan metabolisme
protein, lemak dan karbohidrat. TH juga tampak menstimulasi kecepatan pompa natriumkalium disel targetnya. Kedua fungsi bertujuan meningkatkan penggunaan energi oleh sel
sehingga meningkatkan laju metabolisme basal (BMR), membakar kalori, meningkatkan
panas oleh setiap sel.
Hormon tiroid juga meningkatkan sensitivitas sel target terhadap katekolamin
sehingga meningkatkan frekuensi jantung dan meningkatkan keresponsifan emosi. TH
meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan
kontaraksi otot rangka sehingga sering menyebabkan tremor halus. TH sangat penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan normal semua sel tubuh dan dibutuhkan untuk
fungsi hormon pertumbuhan.
Ada 4 macam kontrol faal kelenjar tiroid :
TRH (Thyrotrophin relasing hormon) : Hormon ini disintesa dan dibuat di
hipotalamus. TRH ini dikeluarkan lewat sistem hipotalamohipofiseal ke sel tirotrop
hipofisis.
TSH (Thyroid Stimulating Hormone): Suatu glikoprotein yang terbentuk oleh sub unit
(alfa dan beta). Sub unit alfa sama seperti hormon glikoprotein (TSH, LH, FSH, dan
human chronic gonadotropin/hCG) dan penting untuk kerja hormon secara aktif.
Tetapi sub unit beta adalah khusus untuk setiap hormon. TSH yang masuk dalam
sirkulasi akan mengikat reseptor dipermukaan sel tiroid TSH-receptor (TSH-r) dan
terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan trapping, peningkatan yodinasi, coupling,
Escape
ini
terganggu
pada
penyakit
tiroid
autoimun.
hiperfungsi
tiroid,
kadar
kolesterol
rendah.
Sebaliknya
pada
hormon tiroid.
7) Hormon ini penting untuk pertumbuhan saraf otak dan perifer, khususnya 3
tahun pertama kehidupan.
8) Lain-lain : Pengaruh hormon tiroid yang meninggi menyebabkan tonus traktus
gastrointestinal meninggi, hiperperistaltik, sehingga sering terjadi diare.
9) Efek pada perkembangan janin: Sistem TSH dan hipofisis anterior mulai
berfungsi pada janin manusia di dalam 11 minggu.Sebagian T3 dan T4
maternal diinaktivasi pada plasenta. Dan sangat sedikit hormon bebas
mencapai sirkulasi janin. Dengan demikian, janin sebagian besar tergantung
pada sekresi tiroidnya sendiri.
10) Efek pada konsumsi oksigen dan produksi panas, T3 meningkatkan konsumsi
O2 dan produksi panas sebagian melalui stimulasi Na+ K+ ATPase dalam
semua jaringan kecuali otak, lien dan testis. Hal ini berperan pada peningkatan
percepatan metabolisme basal dan peningkatan kepekaan terhadap panas pada
hipertiroidisme
11) Efek Skeletal: Hormon tiroid merangsang peningkatan penggantian tulang,
meningkatkan resorbsi tulang dan hingga tingkat yang lebih kecil
pembentukan tulang.
II.KRISIS TIROID
A. Defenisi
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat
mengancam jiwa, umumnya ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit Graves atau
Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus : infeksi, operasi,
trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian obat anti
tiroid, ketoasidosis, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskuler/strok, palpas tiroid terlalu
kuat.
B. Etiologi
Krisis tiroid dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus,
peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF
karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya.
Krisis tiroid akibat malfungsi hipofisi memberikan gambaran kadar HT dan TSH yang
tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari HT dan TSH. Krisis tiroid akibat
malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang
berlebihan.
1. Penyebab utama
a. Penyakit Grave
b. Toxic multinodular
c. Solitary toxic adenoma
2. Penyebab lain
a. Tiroiditis
b. Penyakit troboblastis
c. Ambilan hormon tiroid secara berlebihan
d. Pemakaian yodium yang berlebihan
e. Kanker pituitari
f. Obat-obatan seperti Amiodaron
C. Patofisiologi
Pada orang sehat, hipotalamus menghasilkan thyrotropin-releasing hormone (TRH) yang
merangsang kelenjar pituitari anterior untuk menyekresikan thyroid-stimulating hormone
(TSH) dan hormon inilah yang memicu kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid. Tepatnya,
kelenjar ini menghasilkan prohormone thyroxine (T4) yang mengalami deiodinasi terutama
oleh hati dan ginjal menjadi bentuk aktifnya, yaitu triiodothyronine (T3). T4 dan T3 terdapat
dalam 2 bentuk: 1) bentuk yang bebas tidak terikat dan aktif secara biologik; dan 2) bentuk
yang terikat pada thyroid-binding globulin (TBG). Kadar T4 dan T3 yang bebas tidak terikat
sangat berkorelasi dengan gambaran klinis pasien. Bentuk bebas ini mengatur kadar hormon
tiroid ketika keduanya beredar di sirkulasi darah yang menyuplai kelenjar pituitari anterior.
Pada gambar di atas nampak TRH (Thyrotropin Releasing Hormone ) dari hipotalamus
menstimulasi kelenjar hipofisis untuk menyekresikan TSH (Thyroid Stimulating Hormone ).
TSH merangsang tiroid untuk memproduksi hormone ntiroid (T 3 dan T4). Kadar T3 dan T4
dalam darah menghambat sekresi TSH serta produksi hormone tiroid berikutnya melalui
mekanisme umpan balik. Pada kasus krisis tiroid adanya peningkatan pada produksi tiroid
diakibatkan oleh beberapa factor. Adanya perubahan pada sel sel pada kelenjar tiroid sendiri
atau adanya gangguan pada produksi TSH pada hipofisis anterior seperti adanya produksi
LATS (Long Acting Thyroid Stimulator) pada penyakit autoimun penyakit Graves, tumor
tiroid dengan hipersekresi serta sekunder karena sekresi berlebihan hipotalamus atau
hipofisis anterior, membawa penderita dengan gangguan tiroid ini mengalami kondisi
tirotoksikosis, dimana gejala tersebut berupa gejala akibat peningkatan metabolisme basal.
Meningkatnya metabolisme basal akan meningkatkan produksi panas yang menyebabkan
keringat berlebihan dan intoleransi panas. Meskipun nafsu makan dan asupan makanan
meningkat yang terjadi sebagai respon terhadap meningkatkan kebutuhan maetabolic namun
berat badan biasanya turun karena tubuh menggunakan bahan bakar jauh lebih cepat. Terjadi
penguraian netto simpanan karbohirat, lemak, dan protein. Berkurangnya protein protein otot
menyebabkan tubuh lemah. Berbagai kelainan kardiovaskuler dilaporkan disebabkan baik
oleh efek langsung dari kelenjar tiroid maupun interaksinya dengan katekolamin. Kecepatan
denyut dan kekuatan kontraksi dadapat meningkat sedemikian besar sehingga individu dapat
mengalami palpitasi (jantung berdebar - debar). Perburukan dari kondisi kondisi inilah yang
disebut dengan krisis tiroid. Krisis tiroid timbul saat terjadi dekompensasi sel-sel tubuh dalam
merespon hormon tiroid yang menyebabkan hipermetabolisme berat yang melibatkan banyak
sistem organ dan merupakan bentuk paling berat dari tirotoksikosis. Gambaran klinis
berkaitan dengan pengaruh hormon tiroid yang semakin menguat seiring meningkatnya
pelepasan hormon tiroid (dengan/tanpa peningkatan sintesisnya) atau meningkatnya intake
hormon tiroid oleh sel-sel tubuh. Pada derajat tertentu, respon sel terhadap hormon ini sudah
terlalu tinggi untuk bertahannya nyawa pasien dan menyebabkan kematian. Diduga bahwa
hormon tiroid dapat meningkatkan kepadatan reseptor beta, cyclic adenosine monophosphate,
dan penurunan kepadatan reseptor alfa. Kadar plasma dan kecepatan ekskresi urin epinefrin
maupun norepinefrin normal pada pasien tirotoksikosis.
Meskipun patogenesis krisis tiroid tidak sepenuhnya dipahami, teori berikut ini telah diajukan
untuk menjawabnya. Pasien dengan krisis tiroid dilaporkan memiliki kadar hormon tiroid
yang lebih tinggi daripada pasien dengan tirotoksikosis tanpa komplikasi meskipun kadar
hormon tiroid total tidak meningkat. pengaktifan reseptor adrenergik adalah hipotesis lain
yang muncul. Saraf simpatik menginervasi kelenjar tiroid dan katekolamin merangsang
sintesis hormon tiroid. Berikutnya, peningkatan hormon tiroid meningkatkan kepadatan
reseptor beta-adrenergik sehingga menamnah efek katekolamin. Respon dramatis krisis tiroid
terhadap beta-blockers dan munculnya krisis tiroid setelah tertelan obat adrenergik, seperti
pseudoefedrin, mendukung teori ini. Teori ini juga menjelaskan rendah atau normalnya kadar
plasma dan kecepatan ekskresi urin katekolamin. Namun, teori ini tidak menjelaskan
mengapa beta-blockers gagal menurunkan kadar hormon tiroid pada tirotoksikosis.
Teori lain menunjukkan peningkatan cepat kadar hormon sebagai akibat patogenik dari
sumbernya. Penurunan tajam kadar protein pengikat yang dapat terjadi pasca operasi
mungkin menyebabkan peningkatan mendadak kadar hormon tiroid bebas. Sebagai
tambahan, kadar hormon dapat meningkat cepat ketika kelenjar dimanipulasi selama operasi,
selama palpasi saat pemeriksaan,atau mulai rusaknya folikel setelah terapi radioactive iodine
(RAI). Teori lainnya yang pernah diajukan termasuk perubahan toleransi jaringan terhadap
hormon tiroid, adanya zat mirip katekolamin yang unik pada keadaan tirotoksikosis, dan efek
simpatik langsung dari hormon tiroid sebaai akibat kemiripan strukturnya dengan
katekolamin (Price, 2006).
D. Manifestasi klinis
a. Aktivitas atau istirahat
i. Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan
koordinasi, Kelelahan berat
ii. Tanda : Atrofi otot
b. Sirkulasi
i. Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
ii. Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur,
Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia
saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, Diare,
Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria
jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), Bising usus lemah
dan menurun, hiperaktif (diare).
d. Integritas / Ego
i. Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
ii. Tanda : Ansietas peka rangsang
e. Makanan / Cairan
i. Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet :
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan
lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik
(tiazid).
ii. Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid
(peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula
darah), bau halitosis atau manis, bau buah (napas aseton).
f. Neurosensori
i. Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas,
kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan
ii. Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap
lanjut), gangguan memori ( baru masa lalu ) kacau mental. Refleks
tendon dalam (RTD menurun; koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut
dari DKA)
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
i. Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)
ii. Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
frekuensi pernapasan meningkat
E. Pemeriksaan Diagnostik
6) Anion Inhibitor
b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejalagejala hipotiroidisme. Contoh: Propanolol
2. Surgical
a. Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif
b. Tiroidektomi.
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar
Perencanaan / Intervensi.
Dx. I :
a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan.
Perhatikan besarnya tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
b. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung
atau iskemia
c. Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung
meningkat pada keadaan hipermetabolik
Dx. II :
a. Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia mungkin
ditemukan
b. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan
agitasi, hiperaktif, dan imsomnia
c. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme
Dx. III :
a. Catat adanya anoreksia, mual dan muntah.
Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi
insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia
b. Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari Rasional :
Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup
merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid
c. Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat