Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
Depresi merupakan masalah kesehatan yang cukup serius dimasyarakat. 1
Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang dapat jatuh kedalam fase
depresi.2 Manifestasi klinis depresi yang muncul dalam bentuk keluhan yang
berkaitan dengan mood (seperti murung, putus asa, dan sedih) dapat mempermudah
menegakkan diagnosis depresi, namun bila keluhan yang muncul dalam bentuk
keluhan psikomotor dan somatik (seperti malas bekerja, lamban, lesu, sakit kepala
yang terus menesrus, nyeri ulu hati) yang muncul depresi sering tidak terdiagnosis.1
Dalam kasus gangguan jiwa sering ditemukan kasus depresi. Pravalensi wanita
yang terkena depresi diperkirakan 10-25% dan laki-laki 5-12%.1 Hal yang paling
berbahaya dari depresi ini adalah meningkatnya angka kejadian bunuh diri. Menurut
data pada tahun 2006, angka kejadian bunuh diri ditemukan sekitar 15-20%. Hal ini
dapat dihindari jika pasien depresi mendapatkan terapi yang tepat.1
Rata-rata dan jumlah dari gejala fisik dan kognitif depresi yang berhubungan
dengan gangguan depresi mayor atau major depressive disorder (MDD) yang berarti
banyak orang tidak menunjukkan gejala emosional. Satu dari tujuh orang yang
menderita gangguan psikososial dari MDD, ada beberapa yang tidak terdiagnosis
kecuali dengan berkonsultasi ke dokter secara berulang. Tingginya kejadian MDD
yang disertai dengan penyakit medis lainnya menunjukkan bahwa professional
kesehatan dan dokter, ataupun internis atau onkologis atau ahli bedah atau kardiologis
atau neurologis atau spesialis lainnya, juga harus dapat mengenali dan memberikan
tatalaksana depresi klinis pada pasien.2

BAB II
KASUS
CATATAN MEDIS MAHASISWA KEPANITRAAN UMUM
ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
I. Identitas
a. Identitas penderita
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Suku
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan terakhir
Status pernikahan
No. RM Irja / Irna
b. Identitas Sumber Alloanamnesis
Nama
Umur
Alamat
Jenis kelamin
Pekerjaan
Hubungan dengan pasien
Kedekatan dengan pasien

: Anton
: 19 tahun
: Laki laki
: Islam
: Jawa
: Kedungmundu
: Mahasiswa
: SMA
: Belum menikah
: 02619
: Ny. Wiwik
: 45 tahun
: Kedumgmundu
: Perempuan
: Ibu Rumah Tangga
: Orang tua ( Ibu )
: Baik

II. Anamnesis
( Autoanamnesis / Alloanamnesis ). Tanggal 18 Maret 2015, Jam 09.30
Keluhan Utama
Autoanamnesis
: Sedih.
Alloanamnesis
: Anak menjadi lebih pendiam
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang diantar oleh ibu kandung ke Puskesmas dengan keluhan
menjadi lebih pendiam, sering melamun, merasa sedih, dan suka menangis
sejak 2 minggu yang lalu. Hal tersebut terjadi secara tiba tiba setelah teman
2

teman pasien menuduh pasien mencuri Handphone. Awalnya kurang lebih


satu bulan yang lalu, saat pasien berulang tahun, teman teman pasien
berencana memberikan kejutan dengan memasukan handphone salah satu
temannya ke dalam tas pasien, kemudian pasien di tuduh mencuri handphone
tersebut. Sejak saat itu pasien menjadi lebih pendiam, suka melamun, dan
menangis di kamar karena sedih dituduh telah mencuri handphone. Pasien
masih dapat kuliah, tetapi berangkat siang, dan pulang cepat. Waktu luang
dipakai untuk melamun. Makan minum mandi teratur atas perintah orang tua.
Hubungan dengan keluarga, tetangga, dan teman teman baik, setelah
mengalami gangguan pasien cenderung untuk menjauh atau menutup diri dari
lingkungan sekitar.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Psikiatri
:
Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa dan keluhan seperti saat
ini.
b. Riwayat Penyakit Medis / Umum :
Riwayat hipertensi
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat alergi
: Disangkal
Riwayat trauma kepala : Disangkal
Riwayat kejang
: Disangkal
c. Riwayat penggunaan obat obatan dan Napza : pasien tidak pernah
mengkonsumsi alkohol maupun obat obatan terlarang
Kurva Perjalanan Penyakit ( GAF ) :
- 1 tahun lalu GAF 90 81
Gejala : tidak timbul gejala
Stressor : tidak ada
Hendaya : Fungsi peran : ( - ) masih bisa kuliah
Fungsi sosial : ( - ) hubungan dengan teman baik
Perawatan diri : ( - ) makan, minum, mandi keinginan
sendiri
Waktu luang : ( - ) untuk belajar
3

2 minggu GAF 70 - 61
Gejala : lebih pendiam, melamun, suka menangis, merasa sedih
Stressor : masalah lingkungan sosial, yaitu dituduh mencuri handphone
oleh temannya
Hendaya : Fungsi peran ( - ) masih dapat kuliah, namun berangkat
siang, pulang lebih cepat.
Fungsi sosial ( + ) lebih suka menyendiri
Perawatan diri ( + ) makan, minum, mandi di perintah oleh
orang tua.
Waktu luang ( + ) melamun

Riwayat Pramorbid
a. Riwayat prenatal dan perinatal :
Pasien merupakan anak ke dua dari dua bersaudara. Pasien merupakan
anak yang diharapkan. Selama mengandung ibu melakukan pemeriksaan
Antental Care 4 kali, tidak pernah mengkonsumsi obat obatan maupun
jamu

apapun.

Tidak

ada

masalah

saat

kehamilan,

ibu

hanya

mengkonsumsi tablet Fe yang di berikan oleh dokter. Saat kelahiran tidak


terdapat riwayat trauma dan cacat bawaan, bayi langsung menangis.
b. Riwayat masa anak awal ( 0 3 tahun ) :
Sejak lahir pasien diasuh oleh orang tua. Pertumbuhan

dan

perkembangannya sesuai dengan usia. Pasien mendapatkan ASI eksklusif.


Toilet tranning baik, pasien sudah bisa ke kamar mandi sendiri pada usia 3
tahun. Hubungan dengan keluarga baik.
c. Riwayat masa anak pertengahan ( 3 11 tahun ) :
Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia, pasien termasuk anak
yang pendiam, pasien mulai sekolah saat usia 4 tahun, prestasi disekolah
4

baik, tidak pernah tinggal kelas, dan hubungan dengan teman teman
serta guru baik.
d. Riwayat masa anak akhir ( masa pubertas sampai remaja ) :
Pasien adalah pribadi yang pendiam, namun pasien memiliki pergaulan
yang cukup baik, punya banyak teman.
e. Riwayat masa dewasa :
- Riwayat pendidikan :
Pasien bersekolah dari SD hingga lulus SMA, prestasi cukup baik, dan
tidak pernah tinggal kelas. Hubungan dengan guru dan teman
temannya baik. Saat ini pasien sedang malanjutkan sekolah di Fakultas
-

Kesehatan Masyarakat.
Riwayat pekerjaan :
Pasien belum pernah bekerja.
Riwayat pernikahan :
Pasien belum pernah menikah, dan saat ini tidak memiliki teman dekat
wanita.
Riwayat keagamaan :
Pasien beragama islam, yang rajin beribadah, solat lima waktu, dan
rajin mengaji. Ketika sakit seperti ini, pasien jarang melakukan ibadah

sehingga harus diperintah oleh orang tua pasien.


Riwayat sosial ekonomi :
Pasien tinggal satu rumah dengan kedua orang tua dan satu kakaknya,
pasien belum bekerja, ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta,
sedangkan ibu penderita tidak bekerja, hanya sebgai ibu rumah tangga.
Ekonomi keluarga mencukupi untuk kebutuhan sehari - hari, biaya

berobat menggunakan biaya sendiri.


Riwayat militer :
Pasien dan keluarga tidak pernah mengikuti pendidikan militer, pasien
dididik disiplin oleh ayahnya
Riwayat hukum :
Pasien tidak pernah bermasalah dengan hukum.
Riwayat psikoseksual :
Riwayat tidak pernah mengalami kekerasan serta pelecehan seksual.
Aktivitas sosial :
Pasien tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di tempat kuliah.

Riwayat Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa, dan keluhan seperti
pasein.

Keterangan :
= Laki laki sehat
= Perempuan sehat
= Pasien
Autoanamnesis :
-

Perkenalan : Anton, 19 tahun, tinggal di kedungmundu.


Persepsi atau apapun yang ingin digali infonya : Pasien merasa sedih
setelah di tuduh mencuri handphone oleh teman temanya, saat ini
pasien lebih suka diam, melamun dan menangis di kamar. Pasien sulit

untuk diajak bicara.


Kesimpulan : pasien sedih dan lebih pendiam setelah dituduh mencuri
handphone.

RPK : tidak terdapat riwayat gangguan jiwa dari keluarga.


6

Riwayat Pribadi dan sosial ekonomi : tidak di dapatkan informasi, karena


pasien tidak menjawab pertanyaan saat di tanya.
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Gambaran umum
a. Penampilan :
- Seorang pasien laki-laki penampilan sesuai dengan usia, rawat diri
cukup, menggunakan pakaian berwarna coklat, rambut rapi dan
beralaskan kaki.
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Tingkah laku
: Hipoaktif
Sikap
: Kooperatif
Sikap terhadap pemeriksa
: Kooperatif
Kontak psikis
: Ada
Mood dan Afek
a.
b.
c.
d.

Mood
: Hipotimik
Afek
: Appropriate
Kesesuian
: Sesuai
Ekspresi emosi yang lain
Pengendalian
: kurang pengendalian
Stabilitas
: stabil
Echt Unecht
: serius
Dalam / dangkal
: dalam
Arus emosi
: cukup
Empati
: dapat diraba rasakan
Skala diferensiasi
: cukup

Pembicaraan
a.
b.
c.
d.
e.

Kualitas
: koherens
Kuantitas
: remming
Bicara spontan
: tidak
Sulit mulai bicara / sulit ditarik
: tidak
Kecepatan bicara / lambat bicara
: bicara lambat

Gangguan persepsi : negative

Pikiran
a. Bentuk pikir
b. Arus pikir
c. Isi pikir

:realistis
: koherens
: tidak terdapat waham

Sensorium dan Kognitif


a. Kesiagaan dan tingkat kesadaran
: jernih
b. Orientasi :
Disorientasi situasi dan orang (+)
Orientasi waktu dan tempat ( normal).
c. Daya ingat :
periode segera : buruk
periode pendek : buruk
periode panjang :buruk.
d. Konsentrasi dan perhatian
: kurang
e. Kemampuan visuo spasial
: buruk
f. Pikiran abstrak
: buruk
g. Sumber informasi dan kecerdasan : h. MMSE
:Pengendalian Impuls :
Tilikan

: 1 ( menyangkal sama sekali)

Empati

: baik

Intelegensia

: -

Pertimbangan : buruk
Realbilitas

: buruk

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan Fisik
-

Tanggal
Jam

: 18 Maret 2015
: 10.00

Status Generalis
Keadaan Umum

: Tampak sedih

Kesadaran

: composmentis

Vital Sign
8

TD
Nadi
RR
T
TB
BB
BMI

: 110 / 70 mmHg
: 85 x/menit
: 18 x/menit
: 36,8 C
: 165 cm
: 55 kg
: BB (kg) / TB (m) 2
55 / 1,65 x 1,65 = 55 / 2,7225 = 20,20

Status Gizi : Baik / Normal

Pemeriksaan Fisik Lain


-

Kepala
Mata

: Mesosefal
: Ikterus ( - / - ), Reflek Pupil ( N/N),

Konjungtiva anemis ( - / - )
- Telinga
: Secret ( - / - )
- Bibir
: Sianosis (- ), mucosa bucal (N)
- Faring
: Hiperemis (-)
- Tonsil
: T1 T1
- Leher
: Otot bantu nafas (-), Pembesaran KGB (-)
- Thorax
Paru
Inspeksi
: Nafas tertinggal ( - / - )
Palpasi
: Stem fremitus normal
Perkusi: Sonor
Auskultasi
: Suara dasar paru vesikuler, tidak ada suara tambahan
Jantung
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Thrill ( - ) , Pulsus epigastrium ( - ), Sternal lift ( - )
Perkusi
: Batas jantung normal
Auskultasi
: suara jantung I > II pada katub mitral dan trikuspid
- Abdomen
Inspeksi
: Bentuk datar, tidak ada benjolan
Auskultasi
: Bising usus normal (21x/menit)
Perkusi
: Timphani
Palpasi
: tidak ada organ yang teraba
Status Neurologis

: Dalam batas normal

V. Pemeriksaan Penunjang

:-

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK


Diagnosis

: Depresi sedang tanpa gejala somatik

Differential diagnosis : Depresi ringan, depresi sedang, dan depresi berat.


Aksis I

= F.32.10 Episode Depresif Sedang

Aksis II

= Z.03.2 Tidak ada diagnosis

Aksis III

= Tidak ada (none)

Aksis IV

= Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

Aksis V

GAF tertinggi satu tahun lalu (90-81)

GAF mutakhir (70-61)

Terapi:
Farmakoterapi : Fluoxetine 20mg 1X1
Psikoterapi

:-

Psikoedukasi :

Minum obat teratur


Berdoa pada Allah SWT
Beri dukungan dari keluarga
Seminggu lagi datang untuk kontrol
Jika gejala bertambah berat akan dirujuk ke spesialis psikiatri.

VII. PROGNOSIS
a.
b.
c.
d.
e.

Genetik
Onset
Faktor Pencetus
Kepribadian Premorbid
Status marital

: tidak
: cepat
: ada
: baik
: belum menikah
10

f.
g.
h.
i.
j.
k.

Status ekonomi
Kekambuhan
Support lingkungan
Gejala positif
Gejala negative
Respon terapi

: mampu
:: ada
: tidak ada
: tidak ada
:-

11

BAB III
PEMBAHASAN
Depresi merupakan salah satu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga,
merasa kosong, dan tidak ada harapan, berpusat pada kegagalan dan menuduh diri,
dan sering disertai iri dan pikiran bunuh diri, penderita tidak berminat pada
pemeliharaan diri dan aktivitas sehari-hari. Keadaan ini sering disebutkan dengan
istilah kesedihan (sadness), murung (blue), dan kesengsaraan.
Menurut PPDGJ III depresi adalah gangguan yang memiliki karakteristik:
a. Gejala Utama

Afek depresif

Kehilangan minat dan kegembiraan

Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah


lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktifitas.

b. Gejala lainnya
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

12

e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri


f)

Tidur terganggu

g) Nafsu makan berkurang


Kategori diagnosis depresi ringan (F.32.0), sedang (F.32.1) dan berat (F.32.2)
hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresi
berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan depresi
berulang (F.33).
1.

Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan


Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut

di atas
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) sampai dengan (g).
2. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut

3.

di atas
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaik-baiknya 4) dari gejala lainnya
Lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan

ataupun rumah tangga.


Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik
Semua 3 gejala utama depresi harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya
harus berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang menyolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh
terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.

13

Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,


pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
4. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2)
tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi. Waham
biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi
auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh,
atau bau kotoran. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Pada kasus ini, pasien masuk dalam kategori Episode depresi sedang karena
didapatkannya 3 gejala utama yaitu afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan,
serta berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas. Selain
gejala utama depresi, juga ditemukan 4 gejala depresi lainnya (tidur terganggu, nafsu
makan berkurang, konsentrasi dan perhatian berkurang, serta harga diri dan
kepercayaan diri berkurang). Pada pasien ini tidak ditemukan gejala somatik sehingga
dikategorikan sebagai episode depresi sedang tanpa gejala somatik.
Pasien mengalami keluhan tersebut sejak 2 minggu yang lalu, sesuai dengan
kriteria depresi sedang yaitu lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu.
Pasien menjadi pendiam dan sulit diajak bicara, kehilangan minat untuk belajar
(kuliah) dan suka melamun, sesuai dengan kriteria depresi sedang, yaitu menghadapi
kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan ataupun rumah tangga.

14

Etiologi depresi masih belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor yang
diketahui berkaitan dengan terjadinya depresi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Berbagai penyakit fisik


Faktor psikis
Faktor sosial dan lingkungan
Faktor obat
Faktor usia
Faktor genetik
Pada pasien ini faktor depresi yang berpengaruh adalah faktor sosial dan

lingkungan yaitu pada satu bulan yang lalu dituduh mencuri oleh teman-temannya
dalam rangka kejutan untuk ulang tahun pasien, sehingga membuat pasien merasa
sedih.
Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksaan status mental pada saat
wawancara diperoleh penampilan pasien yang baik (sesuai usia, rawat diri cukup, rapi
dan beralas kaki) perilaku dan aktifitas psikomotor hipoaktif, kontak psikis ada,
wajar, dapat dipertahankan dan kooperatif.
Mood pasien hipotimik, ekspresi afektif serasi/appropriate yaitu tampak
murung dan sedih. Empati dapat dirabarasakan, pengendalian diri cukup. Pada
persepsi pasien tidak ditemukan halunsinasi dan ilusi. Pikiran pasien realistis dan
koherens serta tidak ditemukan waham. Data tersebut menunjukkan pasien ini tidak
memiliki gejala yang mengarah ke diagnosis psikosis.
Pengobatan depresi menggunakan anti-depresan terbagi dalam golongan
sebagai berikut:

15

1. Golongan penghambat pelepasan selektif Serotonin (SSRI) : Citalopram,


Fluoxetine, Paroxetine, Sertraline, Fluvoxamine.
Golongan obat depresi ini lebih sedikit efek sampingnya dibanding yang lain.
Efek samping dari obat ini adalah mulut kering, mual, kecemasan, insomnia,
masalah seksual dan sakit kepala.
2. Golongan Trisiklik : Amitriptyline, Imipramine, Nortriptyline, Clomitramine.
Obat depresi golongan ini biasanya menyebabkan mulut kering, tremor ringan,
takikardi,

konstipasi,

mengantuk,

dan

bertambah

berat

badan.

Khususnya pada penderita yang lebih tua, dapat menyebabkan kebingungan,


menjadi lambat atau terhenti sewaktu berkemih, pingsan bila tekanan darah
rendah, dan koma.
3. Golongan Atypical: Trazodone, Mirtazapine,Venlafaxine
4. Golongan penghambat Monoamin oksidase: Moclobemide
Golongan ini sudah jarang diresepkan. Golongan ini memiliki efek samping
hipotensi ortostatik yang lebih sering.Jika anda setuju untuk minum obat
golongan obat ini dokter anda akan memberikan daftar makanan yang harus
dihindari.
5. Golongan Tetrasiklik : Amoxapine, Maprotiline.
Mengingat profil efek sampingnya pada penggunaan Sindrom Depresi Ringan
dan Sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas pelayanan kesehatan umum,
pemilihan obat anti depresi sebaiknya mengikuti urutan
Step 1 : Golongan SSRI (Fluoxetine, Sertraline)
16

Step 2 : Golongan Trisiklik (Amitriptiline)


Step 3 : Golongan Tetrasiklik (Maprotiline)
Golongan Atypical (Trazodone)
Golongan MAOI Reversibel ( Moclobemide)
Sehingga pada pasien ini menggunakan terapi lini pertama yaitu golongan
SSRI. Pasien ini mendapat pengobatan Fluoxetin 20mg 1 kali sehari. Fluoxetin
merupakan obat antidepresan golongan SRRI (selective serotonin reuptake inhibitor).
Mekanisme kerja obat anti depresi ini adalah menghambat re-uptake aminergic
neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzirn Monoamine
Oxidase, sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada
sinaps neuron di SSP yang meningkatkan aktivitas neurotransmisi serotonin pada
otak. Efek samping obat ini dapat berupa :

Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor

menurun, kemampuan kognitif rnenurun)


Efek Antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur.,

konstipasi, sinus takikardia, dsb)


Efek Anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi)
Efek Neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi,insomnia)
Efek samping yang tidak berat biasanya berkurang setelah 2-3 minggu. SSRI

dipilih mengingat efek samping yang ditimbulkan relatif lebih ringan (meningkatkan
kepatuhan minum obat, lethal dose yang tinggi >6000 mg, spektrum luas)

17

Pada

keadaan

overodosis/intoksikasi

dapat

timbul

Atropine

Toxic

Syndrome dengan gejala : eksitasi SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, toxic


confusional state (confusion, delirium dan disorientasi).
Tindakan untuk keadaan tersebut :
1. Gastric lavage (hemodialisis tidak bermanfaat oleh karena obat bersifat
protein binding, forced diuresis juga tidak bermanfaat oleh karena renal
excretion of free drug rendah)
2. Diazepam 10 mg (im) untuk mengatasi konvulsi
3. Prostigmine 0,55-1,0 (im) untuk mengatasi efek anti kolinergik (dapat
diulangi setiap 30-45 sampai gejala mereda)
4. Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung
Dengan demikian melalui diagnosis multiaksial dapat disimpulkan bahwa :
Aksis I : mengalami Episode depresif sedang (F.32.1) karena memenuhi kriteria
depresi sedang yaitu memenuhi minimal 2 gejala utama dan 3 gejala lainnya seperti
yang dijelaskan sebelumnya diatas.
Aksis II : tidak ditemukan gangguan kepribadian pada pasien (Z.03.2)
Aksis III : tidak ditemukan keluhan fisik (somatis) pada pasien
Aksis IV : memiliki masalah yang berkaitan dengan sosial dan lingkungan yaitu
dituduh mencuri oleh teman-temannya
Aksis V :
1. GAF tertinggi satu tahun terakhir adalah 90-81

18

Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang
biasa. Karena tidak ditemukan gangguan dalam sebelum pasien mengalami keluhan
yang dirasakan pada saat datang
2. GAF pada saat masuk Puskesmas adalah 70-61.
Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dengan fungsi, secara umum
masih baik.
Karena dari hasil autoanamnese dan alloanamnese didapatkan pasien mengalami
gangguan fungsi sosial, waktu luang dan perawatan diri tetapi masih dapat dilakukan
secara terbatas (dimotivasi oleh orang lain). Keluhan bersifat menetap secara
kontinyu selama 2 minggu terakhir.

BAB IV
RINGKASAN
1. Kasus
Seorang ibu berusia 45 tahun datang bersama anak lelakinya yang berusia 19
tahun ke puskesmas pada tanggal 18 maret 2015 pukul 09.00 WIB dengan keluhan
anak menjadi pendiam. Melalui alloanamnesis ditemukan keluhan pasien timbul
sejak 2 minggu yang lalu setelah pasien dikerjai oleh temannya dan dituduh
mencuri handphone. Selain itu ibu pasien mengeluhkan bahwa anaknya sering
tidak masuk kuliah, melamun dan menangis sendiri.
Dari aoutoanamnesis pasien mengemukakan bahwa perasaannya sedih
karena teman-temannya menuduhnya mencuri dan mengeluhkan tidurnya
terganggun karena mimpi teman-temannya datang dan menuduhnya mencuri.
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami keluhan yang sama dan sejauh ini
belum ada pengobatan yang dijalani untuk mengurangi keluhan yang dirasakan.
2. Permasalahan
19

Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien pendiam (+), sedih (+), melamun


(+), menangis (+), nafsu makan berkurang (+), hendaya sosial berkurang (+),
hendaya peran berkurang (+), hendaya waktu luang berkurang (+), gangguan tidur
(+).
Berdasarkan pemeriksaan status mental didapatkan tingkah laku hipoaktif,
mood hipotimik, kuantitas pembicaraan remming dengan kecepatan lambat, daya
ingat segera-pendek-panjang buruk, abstrak buruk, tilikan 1 (tidak merasa sakit),
dan daya pertimbangan buruk.
3. Solusi
Terapi:
Farmakoterapi : Fluoxetine 20mg 1X1
Psikoterapi

:-

Psikoedukasi :

Minum obat teratur

Berdoa pada Allah SWT

Beri dukungan dari keluarga

Seminggu lagi datang untuk kontrol


Jika gejala bertambah berat akan dirujuk ke spesialis psikiatri.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Nurmiati, Amir. 2005. Depresi : aspek neurologi, diagnosis, dan tatalaksana.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Anonim. Major depressive disorder. [online]. Update 0n 2012. Cited on [13
septmber 2013]: Available from : http://www.Major_depressive_disorder.htm

3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari


PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.

4. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University


Press, 2005.

5. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga.


Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.

21

Anda mungkin juga menyukai