10 - 215patofi Siologi Dan Diagnosis Buta Warna
10 - 215patofi Siologi Dan Diagnosis Buta Warna
ABSTRAK
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu.
Prevalensi buta warna di Indonesia sebesar 0,7%. Buta warna sering menjadi masalah saat seseorang harus memilih jurusan dalam jenjang
pendidikan, khususnya untuk pekerjaan yang membutuhkan pengodean warna dalam pekerjaan.
Kata kunci: Buta warna, patofisiologi, diagnosis
ABSTRACT
Color blindness is a disorder caused by an inability of the eye cone cells to capture a certain color spectrum. The prevalence of color blindness
in Indonesia is 0.7%. Color blindness may become problematic in choosing a major in education and especially for job assignment that require
color coding. Kartika, Keishatyanarsha Kuntjoro, Yenni, Yohanie Halim. Pathophysiology and Diagnosis of Color Blindness.
Key words: Color blindness, pathophysiology, diagnosis
PENDAHULUAN
Buta warna dapat menyulitkan atau bahkan
membuat seseorang tidak mampu melakukan
pekerjaan tertentu yang membutuhkan
persepsi warna dalam tanggung jawabnya,
seperti pilot karena banyak aspek penerbangan bergantung pada pengodean warna.1,2
Prevalensi buta warna di Indonesia adalah
sebesar 0,7% (Riskesdas 2007), sedangkan di
Amerika Serikat pada tahun 2006 menurut
Howard Hughes Medical Institute, terdapat
7% pria, atau sekitar 10.5 juta pria, dan 0.4%
wanita tidak dapat membedakan merah
dari hijau, atau mereka melihat merah dan
hijau secara berbeda dibandingkan populasi
umum. Sejumlah 95 % gangguan buta warna
terjadi pada reseptor warna merah dan hijau
pada mata pria.2,3
268
email: inez.kartika@yahoo.com
TINJAUAN PUSTAKA
269
TINJAUAN PUSTAKA
Protanopia, keadaan yang paling sering
ditemukan dengan defek pada penglihatan
warna merah hijau atau kurang sensitifnya
pigmen merah kerucut (hilangnya fotopigmen
L cone) karena tidak berjalannya mekanisme
red-green opponent.
Deuteranopia, kekurangan pigmen hijau
kerucut (hilangnya fotopigmen M cone)
sehingga tidak dapat membedakan warna
kemerahan dan kehijauan karena kurang
berjalannya mekanisme viable red-green
opponent.
Tritanopia (tidak kenal biru), terdapat
kesulitan membedakan warna biru dari
kuning karena hilangnya fotopigmen S-cone.
270
TINJAUAN PUSTAKA
Uji Ishihara didasarkan pada menentukan
angka atau pola yang ada pada kartu dengan
berbagai ragam warna. Penapisan dengan
uji Ishihara merupakan evaluasi minimum
gangguan penglihatan warna. Uji ini memakai
seri titik bola kecil dengan warna dan besar
berbeda (gambar pseudokromatik) sehingga
keseluruhan terlihat warna pucat dan
menyulitkan pasien dengan kelainan warna.
Penderita buta warna atau dengan kelainan
penglihatan warna dapat melihat sebagian
atau sama sekali tidak dapat melihat gambaran
yang diperlihatkan. Pada pemeriksaan, pasien
diminta melihat dan mengenali tanda gambar
yang diperlihatkan selama 10 detik.
SIMPULAN
Buta warna adalah kelainan penglihatan
yang disebabkan ketidakmampuan selsel kerucut mata untuk menangkap suatu
spektrum warna tertentu. Prevalensi buta
warna di Indonesia sebesar 0,7%. Buta warna
sering menjadi masalah saat seseorang
harus memilih jurusan dalam jenjang
pendidikan khususnya untuk pekerjaan yang
membutuhkan warna sebagai kode dalam
pekerjaan.
TATA LAKSANA
Tidak terdapat pengobatan untuk buta warna
yang diturunkan, sedangkan buta warna
didapat diterapi sesuai penyebab. Beberapa
cara yang dapat digunakan sebagai alat
bantu penglihatan warna:3,6-8
Lensa kontak dan kacamata specially
tinted, yang dapat membantu uji warna
namun tidak memperbaiki penglihatan
warna.
Kacamata yang memblokade glare,
karena orang dengan masalah penglihatan
warna dapat membedakan sedikit warna
saat tidak terlalu terang.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Cassin B, Solomon S. Dictionary of Eye Terminology. 6th ed Florida: Triad Publ.Co; 2011.
2.
Guest M. DEste C. Impairment of colour vision in aircraft maintenance worker. Internat. Arch. Occup. and Environmental Health, October 2011; 84(7): 723-733
3.
McIntyre D. Colour Blindness : Cause and Effects. UK. Dalton Publishing, 2002.
4.
Ilyas HS. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran Edisi Dua, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Jakarta : Sagung Seto. 2002.
5.
Vaughan DG. Asbury T. General Ophthalmology ed. 17th ed, ch. 10. New York: Mc Graw Hill, Lange, 2008
6.
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005.
7.
Fairchild MD. Color Appearance Models. Second Ed. John Wiley & Sons, Ltd 2005 ISBN: 0-470-01216-1 (HB)
8.
Lang GK. Ophthalmology. A Short Textbook. German: Thieme. 2000. Hal. 311.
271