Anda di halaman 1dari 7

Contoh Resensi Buku

Judul
: 7 Keajaiban Rejeki
Pengarang : Ippho Santosa
Penerbit
: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia-Jakarta
Tebal
: 192 halaman

Keajaiban yang ada di dunia ini tentunya sudah banyak yang


terjadi. Di mana kebesaran Allah-lah telah memberikan beberapa keajaiban itu yang membuat kita
heran, tidak memungkinkan untuk bisa terjadi di dunia yang sesungguhnya, yang secara logika tidak
dapat dipikir oleh kita bahwa kejadian itu akan terjadi. Sungguh besar Allah Yang Maha Kuasa,
dapat memberikan keajaiban pada hambanya, khususnya kita yang telah berupaya dekat denganNya, beriman kepada-Nya, patuh kepada orang tua. Maka, tak segan-segan Allah akan memberikan
keajaiban kepada kita.
Di samping keajaiban itu, pastilah terkait dengan yang namanya rezeki. Rezeki yang telah
didapatkan dengan tiba-tiba, tak diduga oleh kita datangnya rezeki itu oleh Allah SWT. Keajaiban
rezeki pada dasarnya mudah kita dapatkan jika dipikir secara logika, namun sangatlah sulit tanpa
adanya kenyataan, tanpa adanya penerapan-penerapan di kehidupan sehari-hari. Lalu, bagaimana
kita bisa mendapatkan keajaiban-keajaiban rezeki yang tak tertandingi itu? Bagaimana kita dapat
mempercepat kebetulan akan terjadinya keajaiban rezeki itu dengan pendekatan otak kanan dan
sentuhan-sentuhan Islam? Apa terkait dengan keimanan, kesehatan, impian, hubungan, atau apa?
Hal-hal itu akan dibahas dalam buku yang ditulis oleh Ippho Santosa, 7 Keajaiban Rezeki (Rezeki
Bertambah, Nasib Berubah, dalam 99 Hari, dengan Otak Kanan).
Di dalam buku ini tidak hanya memberitahukan bagaimana meraih kesuskesan pada diri
kita atau pada pembaca. Akan tetapi, memberitahukan bagaimana cara dan tips-tips, kisah-kisah
para pengguna otak kanan yang telah berhasil memperoleh keajaiban-keajaiban tersebut maupun
keuntungan dari rezeki yang didapatkan. Buku ini patut diacungi jempol karena berkat buku ini,
banyak pendapat dari masyarakat atau si pembaca yang mengakui bahwa keberhasilan apa yang
telah didapatkan selama ini adalah keberhasilan dari pembelajaran dari buku yang ditulsi Bang
Ippho itu. Disuguhkan pula testimoni dari pengusaha-pengusaha, pakar otak kanan, yang salah satu
dari mereka, Chandra, Pengusaha Kopi, Bandung mengatakan bahwa sekarang ia jadi orang yang
pantang menyerah dan tidak pernah kehabisan akal, yang menurutnya ia tertular otak kanannya
Bang Ippho berkat buku yang ia beli, 7 Keajaiban Rezeki. Oleh karena itu, buku ini juga patut

dijadikan Mega Best Seller. Apa lagi diberikan CD motivasi yang membuat kita menjadi lebih
semangat, tidak mudah menyerah.
Meski penulis tidak membuat semua isi menjadi bentuk kalimat paragraf, tapi ada yang
dijadikan beberapa poin, maka dari itu justru lebih mudah bagi si pembaca untuk memahami isi dari
cerita tersebut, dan mudah dicerna. Seluruh keajaiban yang diceritakan dalam buku ini merupakan
hal yang perlu diperhatikan oleh si pembaca, karena di dalamnya memuat penggunaan otak kanan
dan juga hal dalam meraih kesuskesan, bahkan kekayaan dan juga tak kalah pentingnya
kebahagiaan dunia maupun akhirat juga cuplikan kisah cerita dari ayat-ayat Al-Quran. Dengan
demikian, pembaca dapat mengetahui kesukesan yang sebenarnya yaitu dengan metode tadi, otak
kanan. Penggunaan metode otak kanan lebih meluas dibanding menggunakan metode otak kiri.
Maka dari itu, buku ini sangat cocok sekali bagi pengusaha atau pun para pebisnis yang benarbenar menginginkan hasilnya menjadi sukses.
Kelebihan lain dari buku ini yaitu di mana penulis juga memberikan kata yang penuh
mutiara, selain itu juga terdapat pernyataan humor yang bisa membuat si pembaca tersenyum. Jadi,
pembaca tidak merasa bosan kala membaca buku ini. Penulis juga memberikan arahan kepada
pembaca, apa yang harus pembaca lakukan setelah memahami isi dari buku ini, setelah memahami
satu per satu keajaiban-keajaiban yang telah dibaca. Dengan itu, maka pembaca lebih mudah
menerapkan apa saja kejaiban rezeki yang diberikan.
Di bagian lain, penulis juga menuliskan buku terbaiknya sehingga pembaca dapat tertarik
juga untuk membaca karya-karya Bang Ippho itu selain 7 Keajaiban Rezeki ini. Apa lagi, dari
berbagai buku yang dikarangnya, saling berkaitan sati dengan lain. Di antara buku terbaiknya, yaitu
10 Jurus Terlarang, 13 Wasiat Terlarang, Marketing is Bullshit. Penulis juga memberitahukan
bagaimana seminar dan pelatihan-pelatihan yang benar yang telah ia lakukan, sampai pelatihan
terbaik untuk si pembaca.
Namun, di sisi kekurangan pada buku ini, penulis kurang menceritakan kekurangan dibalik
pengguna otak kanan tersebut. Penulis hanya menuliskan keunggulan atau manfaat positif pedoman
mendapatkan rezeki maupun kesusksesan dengan otak kanan. Di sisi negatif menggunakan otak
kanan kurang dituliskan dalam buku ini. Jadi, kita kurang tahu apa saja kekurangan yang ada pada
otak kanan dalam hal meraih keajaiban.
Dalam buku ini disuguhkan beberapa pedoman dalam langkah proses menuju perolehan
keajaiban rezeki, yaitu Lingkar Pengaruh dimulai dari Lingkar Diri yang segala sesuatunya itu
bermula atau berasal dari kita sendiri tentunya dengan usaha kita; Lingkar Keluarga yaitu dukungan,
doa dari keluarga khusunya orang tua kita, karena tanpa usaha, dukungan dan doa dari orang tua
kita, kita tidak akan berhasil mendapatkan sesuatu dengan maksimal; Lingkar Sesama yang
merupakan lingkukan sesama di mana mereka sangat membantu proses usaha kita; Lingkar
Semesta, sampai Lingkar Semesta. Jika kita berhasil menjaga tiga lingkar yang pertama, maka
dengan sendirinya kita akan berhasil menyentuh dua lingkar berikutnya. Namun, jika kita abaikan
Lingkar Diri, Lingkar Keluarga, dan Lingkar Sesama, maka akan tersaingi dari Lingkar Semesta dan
Lingkar Pencipta. Dari pedoman-pedoman itu, pembaca dapat mengetahui seberapa pentingnya
usaha dari diri sendiri, doa dan dukungan orang tua, lingkungan sesama, semesta, maupun pencipta
di mana tanpa adanya lingkar pencipta, usaha yang kita lakukan merupakan hal yang sia-sia. Tujuh
dari keajaiban tersebut yaitu, Sidik Jari Kemenangan, Sepasang Bidadari, Sepasang Bidadari,
Golongan Kanan, Simpul Perdagangan, Perisai Langit, Pembeda Abadi, dan Pelangi Ikhtiar.

Pada bagian Sidik Jari Kemenangan, pembaca dituntut untuk menuliskan cara si pembaca
untuk meraih kemenangan menurut dirinya sendiri yang disebut dengan Sidik Jari Kemenangan di
baris yang tersedia pada bagian ini.
Bagian kedua, Sepasang Bidadari yang menceritakan tentang pentingnya kesertaan doa,
dan kesehubungan impian kita dengan orang tua, karena tanpa ada kepercayaan, dukungan, serta
doa dari orang tua, kita tidak dapat atau tidak berhasil dalam memperolehhasil dari usaha.
Sebaliknya, jika antara kita dengan orang tua memiliki kesinambungan, maka keajaiban akan
datang, hasil dari usaha kita akan berhasil bahkan melampaui target kita.
Selanjutnya yaitu Golongan Kanan. Bagian ini menceritakan bahwa dari penggunaan otak
kanan, kita dapat menciptakan keajaiban-keajaiban, baik dalam karier, bisnis, kehidupan, ibadah,
dan apa pun. Hal itu memang sudah ada kenyataan pada kehidupan ini, segala sesuatu yang
menggunakan otak kanan, lebih baik daripada otak kiri, karena otak kiri cenderung memikirkan,
sedangkan otak kanan membayangkan. Contohnya saja bersedekah, dengan otak kiri, kita dapat
memikir bahwa uang kita tentunya akan berkurang setelah bersedekah, dan malah tambah miskin,
tetapi secara pemikiran menggunakan otak kanan, malah sebaliknya. Karena itu, tidak ada yang
tidak mungkin dengan otak kanan dan otak kanan selalu siap dengan adanya perubahan, lain
dengan halnya otak kiri yang masih saja meragukan akan adanya perubahan. Maka dari itu, kita
dituntut untuk menggunakan otak kanan kita sebaik-baiknya.
Keajaiban ke-4 yaitu Simpul Perdagangan. Dalam bagian ini, terdapat satu wasiat Nabi yang
memerintah kita untuk berdagang, karena Sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu berada pada
perdagangan dan salah satu yang bisa membuat kita kaya adalah berdagang. Dari sinilah pembaca
dapat terhimbau untuk berdagang, apa saja yang menghalalkan. Tetapi sebelum melakukannya,
pembaca perlu memahami Simpul Perdagangan yang tertera di buku ini.
Bagian lain adalah Perisai Langit, bahwa yang dimaksudkan adalah persatuan antara sikap,
shalat, perkataan, perbuatan, maupun pemberian yang jika kita sudah mempunyai kelimanya
dipastikan tidak akan ada makhluk bumi yang sanggup menghalang-halangi rezeki kita. Maka itu,
kita dianjurkan bersedekah agar keajaiban itu dapat datang seketika di depan kita.
Keajaiban lain yang ditonjolkan pada buku ini adalah Pembela Abadi, yang dimaksudkan,
lantaran menghasilkan dan membahagiakan suatu kekuatan kita, maka dengan senang hati kita
akan terus-menerus mendalaminya, dan jadilah suatu keunggulan yang berkelanjutan bagi kita yang
merupakan bagaikan suatu keajaiban. Oleh karenya, kita seharusnya lebih meningkatkan kekuatan,
disbanding memperbaiki kekuatan. Dari hal ini, pembaca dapat mengetahui bahwa yang harus ia
lakukan yaitumencari sesuatu yang diminati yang pasti menghasilkan dan membahagiakan,
memantau persepsi publik terhadap kita, lalu kita kendalikan, menemukan kunci yang mewakili siapa
kita sebenarnya, lalu mengeksposnya, dan mempertahankan Pembela Abadi kita selama-lamanya.
Terakhir yaitu Pelangi Ikhtiar, yang menjadikan Pelangi Ikhtiar yaitu impian, tindakan,
kecepatan, keyakinan, pembelajaran, kepercayaan, dan keihlasan. Dari sini, kita dapat mewujudkan
impian dengan penerapan yang dapat menggali kita untuk meraih Pelangi Ikhtiar.
Dari sekian banyak keajaiban, menurut pendapat saya, sajian cerita yang dipaparkan dalam
buku ini sangatlah menarik, di mana terdapat rahasia di balik proses untuk meraih hasil suskes,
yang semua keajaiban itu dapat menjadi penerapan kita untuk meraih kesuksesan. Juga buku ini
dapat menjadi motivasi bagi kita, dan ingin melaksanakan segera apa yang telah dipaparkan dalam
buku ini.

Bergerilya Melawan Lupa Bersama Munir


Judul Buku : Munir: Sebuah Kitab Melawan Lupa
Editor : Jaleswari Pramodhawardani dan Andi Windjajanto
Penerbit : Mizan, Bandung, Cetakan Pertama, Desember 2004
Tebal : iix + 545 halaman
Bangsa Indonesia sering dituduh sebagai bangsa pelupa. Lupa atas dosa-dosa masa lalu,
kekerasan-kekerasan masa lalu, dan berbagai penyimpangan masa lalu. Melalui buku ini, pembaca
diajak berjuang melawan lupa, karena seperti yang dikatakan oleh Milan Kundera, bahwa
perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan melawan lupa.
Salah satu anak bangsa yang tidak pernah jenuh mengingatkan kita semua agar tidak pelupa
adalah (almarhum) Munir. Dengan sikap dan perjuangannya, Munir mencoba mempertahankan
ingatan kita dan secara bersamaan juga melakukan perlawanan terhadap lupa. Orang asal kota
Malang yang termasyhur itu bukanlah seorang pejabat tinggi atau ketua parpol dari negara ini. Ia
hanyalah seorang berperawakan kecil lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Dengan latar
belakang sarjana hukum, ia bergabung dengan lembaga bantuan hukum (LBH). Berawal dari LBH
inilah, si kecil Munir yang diibaratkan oleh Haidar Bagir sebagai David melawan Goliath Soeharto
dengan kuasa gelap militer yang menyesakkan serta menggetarkan sukma siapa saja (hlm. 79).
Sejak saat itu, Munir terus melaksanakan rasa hormatnya terhadap hak asasi manusia (HAM) dalam
aksi yang jelas dan tegas.
Terlepas dari segala sumbangsih Munir terhadap penegakan HAM di Bumi Indonesia, faktanya
Munir sekarang telah pergi meninggalkan kita semua. Sebagian kawan mempersoalkan, Munir yang
usianya masih terlalu muda, belum genap sewindu, masih banyak yang bisa dilakukan olehnya. Ada
pihak lain yang menggugat Munir yang diambil lebih dahulu. Singkatnya, jika hati diikuti, rasanya
sebagian dari kita tidak ikhlas atas kepergian Munir. Namun, inilah rahasia Tuhan, Allah memang
punya hak prerogatif untuk menentukan usia seseorang (hlm. 34).
Banyaknya orang kehilangan atas kepergian Munir, bukan hanya sahabat dekatnya, tetapi seluruh
warga Indonesia yang mendamba keadilan. Tidak sekadar warga Indonesia, sekaligus para
intelektual dunia yang concern terhadap pembelaan HAM. Rasa kehilangan serta kesedihan dari
orang-orang yang pernah mengenal Munir secara langsung itulah yang dirangkum dalam buku ini.
Seperti yang ditulis Yukio Mishima, Apresiasi yang kita berikan pada kehidupan seharusnya berlaku
sama pada kematian, karena kematian selalu membawa makna dan bukan hal yang sia-sia.
Berbekal logika yang dimainkan oleh Yukio Mishima, Jaleswari Pramodhawardani dan Andi
Windjajanto, editor buku ini, mencoba mengais tulisan yang mengungkap Munir dari berbagai
sumber, mulai dari majalah, koran, website, makalah seminar, hingga meminta langsung kepada
kawan-kawan Munir. Jerih payah kedua editor ternyata tidak sia-sia. Tepat pada seratus hari
memperingati kematian Munir, sebuah buku yang mungkin bisa menjadi saksi bagi sepak terjang
dan perjuangan Cak Munir berhasil diterbitkan.
Sebagaimana obituarium, menulis bukan tentang kematian seseorang sering membuat kita enggan
menuliskan keburukan sebagai lawan kebaikan, walau dengan alasan keutuhan atau objektivitas.
Dengan kata lain, bisa dikatakan, para penulis dalam menghadirkan sosok Munir melalui buku ini
sering tergoda untuk membalut, memoles, serta mengemas kenangan sehingga tampak lebih
memukau dengan berbagai cara dan teknik pencitraan. Namun, karena ditulis oleh mereka dari
berbagai macam disiplin keilmuan, pembaca akan diajak bertamasya spiritual karena memuat
banyak pengalaman batin dan hidup manusia. Lebih menarik lagi, tulisan dalam buku ini
dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, mengungkapkan perjum-paan dan pengalaman

kawan mau-pun lawan ideologi almarhum yang dituangkan dalam tulisan bergaya feature. Bagian kdua berisi sumbangan tulisan yang bersifat filosofis maupun teoritis.
Munir bukanlah pribadi yang sempurna meski di mana-mana di-sanjung sebagai pejuang
kemanusiaan. Namun, ada juga kalangan yang mengatakan, Munir tidak mempunyai cinta pada
negara, semangat nasionalismenya telah hilang. Menanggapi hujatan tersebut, Munir balik
mengatakan, yang tidak memiliki semangat nasionalisme adalah para pejabat yang korup dan
gemar menindas rakyat, wartawan yang mau menerima suap untuk menutupi kebusukan negara,
serta petinggi militer yang menyunat jatah makan prajuritnya (hlm. 3). Pendeknya, Cak Munir
menolak bila disebut tak memiliki semangat nasionalisme.
Membaca nasionalisme versi Cak Munir, kenangan kita terbawa pada cerita Ramayana, khususnya
tentang Kumbokarno vs Wibisono Syahdan, ksatria Kumbokarno berperang melawan paduka Rama,
Kumbokarno tetap loyal pada negara meski Prabu Dasamuka melakukan tindakan tercela (right or
wrong is my country).
Berbeda dengan Wibisono yang berani mengatakan kebenaran kepada Prabu Dasamuka dengan
segala akibatnya. Bagi Wibisono, nasionalisme haruslah diabadikan pada kemanusian bukan
kepada negara semata. Dari cerita ini, setidaknya bisa ditarik kesimpulan bahwa Cak Munir
berprinsip ala Wibisono.
Biarpun tak luput dari kekurangan, seperti sedikit kesalahan cetak yang bisa mengganggu
kenikmatan membaca, buku ini bisa dijadikan cermin bagi kita semua. Itulah kaca yang
menunjukkan betapa bopeng wajah kita. Semoga pikiran, sikap, serta kesederhanaan Munir yang
dituangkan dalam buku ini mampu mengubah kita menjadi lebih beradab. (Achyani Arifin)

Judul : Mencari Belahan Jiwa


Penulis : Ifa Avianti
Penerbit : Gema Insani
Cetakan : November 2006 ( cetakan pertama )
Tebal : 202 halaman
Buku kumpulan Cerpen ini adalah sebuah karya dari seorang penulis yang bernama Ifa Avianti yang lahir
di Jakarta. Ifa adalah lulusan dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia, jurusan Teknik Metalurgi.
Tulisannya berupa cerpen, cerbung, essay dan artikel tersebar pada majalah Annida, Ummi, Muslimah,
Amanah, Sabili, Noor, Safina, Paras, Aisha, tabloid Fikri, Buletin Hanif, Q-Zone, serta portal Moslemworld.
Menulis beberapa cerpen yang dimuat di antologi bersama teman-teman penulis Forum Lingkar Pena,
yaitu Sembilan Mata Hati (Pustaka Annida, Jakarta, 1998), Ketika Duka Tersenyum (FBA Pess,
Jakarta,2001), dan Semua Atas Nama Cinta (Ghalia, Jakarta, 2003), serta sebuah novel interaktif
bersama berjudul Kembara Kasih (Pustaka Annida, Jakarta, 1999). Tiga tulisannya termuat dalam
antologi kisah nyata para pejuang keadilan bersama Helvi Tiana Rosa, Izzatul Jannah, dkk yaitu Bukan
Di Negeri Dongeng (Asy Syaamil, Bandung, 2003) dan masih banyak lagi karya-karya bersamanya.

Selain menjadi ibu dari putra kecil bernama Akna Mumtaz Ilmi, Ifa sedang menulis beberapa buah buku,
diantaranya adalah Barbagi Bening Cinta (Kumpulan essay, Asy Syaamil, Bandung, 2204, kumcer
dewasa Langit Masih Biru (Almawardi Prima, Jakarta, Juli 2005), berbagaii kumcer dewasa lainnya,
juga kumcer remaja Cinta Sudah Lewat (Mizan, Bandung, 2005), serta berbagai kumpulan essay dan
dua novel teenlit islami.
Sekarang Ifa tengah menunggu karya-karyanya lagi diterbitkan. Salah satu cita-cita Ifa adalah
belajar menulis artikel ilmiah sejenis jurnal,l melanjutkan pendidikannya di bidang Creative Writing serta
Materiall Science.
Saya akan mencoba memberikan sinopsis pada cerpen yang diberi judul Mencari Belahan Jiwa.
Cerpen ini menceritakan tentang seorang istri dari Satria, dan seorang ibu dari tiga orang anak yaitu Aziz,
Naura dan Sofwan yang mempunyai kelainan bawaan yaitu autis, istri shalehah itu bernama Vedha.
Berawal dari teman semasa kecil Vedha yang biasa dipanggil Ve menjadi istri Satria. Ve bersahabat
dengan adik Satria, yang bernama Uci. Usia Ve satu tahun lebih muda dari Satria dan seumur dengan
Uci. Saat mereka masih kecil mereka selalu bersama, Satria adalah pelindung bagi Ve dan Uci. Namun,
kebersamaan itu hanya sampai SMU, setelah Satria masuk Rohis dan dia menjadi Ikhwan. Namun Ve
dan Uci tak kehilangan teman mereka mendapatkan 10 orang sahabat sekaligus yang sangat mererti
mereka satu sama lain. Diantara para sahabat-sahabatnya itu, hanya Ve yang belum mengenakan jilbab.
Ve masih ingin menjadi anggota OSIS, Cherleder, KIR dan lain sebagainya.
Di sekolah mereka, mengenakan jilbab adalah melanggar peraturan. Namun suatu hari, Ve berbicara
pada teman-temannya bahwa ia akan mengenakan jilbab. Dan setelah Ve mengenakan jilbab banyak
sekali masalah yang ditimbulkan karenanya. Untuk itu, Ve kabur bersama Uci dan Satria. Satria menjadi
orang yang dingin dan cool. Setelah masalah selesai Ve dan Uci kembali ke rumah masing-masing dan
meneruskan hidup mereka, dan tak lama setelahnya, Satria berbicara pada Ve bahwa ia dan Ve telah
dijiodohkan sedari kecil oleh kedua orang tuanya. Entah mengapa hati Satria sangat bimbang dan
akhirnya tujuh tahun setelahnya barulah Satria menikahi Ve. Padahal dulu ada rasa cinta pada hati Satria
untuk Ve, tetapi mengapa semua itu sedikit demi sedikit menghilang.
Keluarga kecil mereka sangatlah rukun, tetapi begitu sunyi.Ve adalah istri yang tegar dan mandiri, ia
berusaha menjadi yang terbaik bagi keluarganya, namun itu bukan keinginan Satria.
Sampai suatu saat, Satria berkenalan dengan Bening di chat room. dan berlanjut. Satria tak pernah
bertemu Bening, mendengar suaranya pun belum. Namun ada perasaan sejuk apabila Satria memulai
percakapan dengan Bening. Ada perbedaan pada diri Bening dan Ve, Satria ingin menolk semua rasa ini,
dan ia beranikan untuk bertemu dengan Bening apa yang akan terjadi pada rumah tangga Ve dan
Satria?? Siapakah sebenarnya Bening itu??
Masih ada cerpen-cerpen selain cerpen diatas, diantaranya adalah Aku Jatuh Cinta Lagi yang
menceritakan tentang sepasang suami istri yang sangat sibuk sehingga tidak punya waktu untuk berdua,
Reunion Potpouri menceritakan tentang seorang anak bangsawan Jawa yang menikah denagn rakyat
biasa dan dikucilkan oleh keluarga besarnya, Jodoh Alin yaitu menceritakan tentang seorang kaka

angkat yang mencarikan jodoh untuk Alin, serta masih ada lagi cerita-cerita yang dapat kita baca dalam
buku kumpulan cerpen ini.
Banyak persamaan antara cerita satu dan lainnya, yaitu mengenai masalah suami dan istri. Tetapi cerita
yang ditampilkan beragam, mulai dari yang selingkuh, sampai suami yang dingin. Cerpen-cerpen dalam
buku ini bisa dijadikan tuntunan agar kita bisa membina keluarga dengan baik, menjadi istri yang
shalehah bagi suami, serta suami yang harus menyayangi istrinya. Namun, cerpen-cerpen ini mempunyai
kekurangan dalam segi bahasa, bahasanya terlalu bertele-tele dan sulit dimengerti. Buku kumpulan
cerpen ini cocok dibaca untuk kalangan yang sudah berumah tangga atau sudah dewasa. Karena, bagi
anak muda, segi bahasanya sulit untuk dimengerti.
Tetapi, dari keseluruhan cerita apabila dibaca dengan seksama, banyak sekali pesan dan amanat dari
penulis yang sangat berarti apabila kita akan melangkah ke taraf pernikahan.

Anda mungkin juga menyukai