Anda di halaman 1dari 26

Keutamaan Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu adalah ibadah yang sangat agung lagi mulia. Keutamaan ilmu dan
orang yang menuntut ilmu begitu jelas sebagaimana yang telah disebutkan
dalam al-Quran dan hadits Nabi . Perlu diketahui bahwa ilmu yang mendapat
pujian dalam al-Quran maupun sunnah adalah ilmu tentang agama Allah, ilmu
yang menjelaskan tentang bagaimana beribadah kepada Allah, ilmu tentang
halal dan haram dan lainnya. Adapun selain ilmu agama, maka hukumnya
tergantung pada sejauh mana manfaat ilmu tersebut bagi Islam dan kaum
muslimin.

Hadits tentang Keutamaan menuntut ilmu


Teks Hadits-1:

(( :
:
.))
Artinya: Dari Abu Hurairah

berkata, Rasulullah

bersabda: Barangsiapa

menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah mudahkan baginya
jalan menuju surga. (HR. Muslim)

Kosakata:

Menempuh

Mencari

Memudahkan

Surga

Syarah Ringkas:
Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan menuntut ilmu dan menempuh jalan
yang menyampaikan kepada ilmu. Menempuh jalan dalam menuntut ilmu
memiliki dua pengertian; pertama, menempuh jalan dengan berjalan kaki atau
dengan kendaraan menuju tempat mempelajari ilmu, baik di masjid, sekolah,
maupun tempat-tempat mempelajari ilmu lainnya. Kedua, menempuh sarana
yang menyampaikan seseorang kepada ilmu sekalipun ia duduk di atas kursi di
rumahnya atau di tempat kerjanya yaitu dengan membaca buku-buku tentang
ilmu agama. Dalam pengertian kedua ini, penuntut ilmu yang tidak keluar rumah
pun tetap memperoleh kemuliaan menuntut ilmu.

Maka barangsiapa menempuh jalan-jalan tersebut untuk memahami ilmu agama,


mengkaji tentang apa-apa yang mengundang keridhoan dari Allah niscaya Allah
akan mudahkan baginya untuk memasuki surga-Nya.

Hikmah dan Faidah:


1. Menuntut ilmu merupakan salah satu ibadah yang utama.
2. Menuntut ilmu adalah salah satu jalan yang memudahkan seseorang
menuju surga.

Teks Hadits-2:

)) :



:

.((
Artinya: Dari Abu Darda berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda: Dan
sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu
sebagai bentuk keridhoaan mereka terhadap apa yang ia lakukan. (HR. Abu
Dawud dan At-Tirmidzi)

Kosakata:

Meletakkan
Sayap-sayapnya

Syarah Ringkas:
Diantara keutamaan menuntut ilmu yang dijelaskan oleh Rasulullah adalah sifat
tawadhu (rendah hati) para malaikat terhadap para penuntut ilmu. Maksud para
malaikat

meletakkan

sayap-sayap

mereka

adalah

penghormatan

mereka

terhadap para penuntut ilmu sebagai bentuk keridhoan mereka.

Hikmah dan Faidah:


1. Ketawadhuan para malaikat kepada penuntu ilmu.
2. Keridhoan para malaikat terhadap penuntut ilmu menunjukkan keutaaman
ilmu dan para penuntut ilmu.

Teks Hadits-3:

.(( (( :
:

Artinya: Dari Muawiyah berkata, Rasulullah bersabda: Barangsiapa yang Allah


kehendaki kebaikan baginya, Allah pahamkan ia dalam urusan agama.
(Muttafun Alaih)

Kosakata:

Kebaikan

Memberinya kepahaman

Syarah Ringkas:
Kepahaman dalam urusan agama adalah suatu nikmat dan anugrah yang sangat
besar yang Allah berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Kepahaman
seseorang terhadap urusan agamanya merupakan salah satu bukti bahwa Allah
menginginkan kebaikan baginya.
Maksud

dari

kepahaman

dalam

haidts

ini

bukan

hanya

terbatas

pada

keahliannya dalam masalah-masalah fiqih saja, akan tetapi kepahaman yang


mencakup seluruh perkara yang berkaitan dengan syariat Allah berupa aqidah,
ibadah dan lain-lain.

Hikmah dan Faidah:


1. Kepahaman dalam agama adalah ciri kebaikan yang Allah kehendaki bagi
seseorang.
2. Keutamaan menuntut ilmu dan kefaqihan dalam agama.
Sumber: belajardienulislam.blogspot.com

Adab Menuntut Ilmu


Adab-Adab Penuntut Ilmu
Setelah seorang penuntut ilmu mengetahui dan memahami akan keutamaan
menuntut ilmu, maka hendaknya dia memiliki perhatian yang besar terhadap
permasalahan adab-adab penuntut ilmu, diantaranya adalah :

Pertama : Ikhlas
Seorang penuntut ilmu dalam mencari ilmu hedaknya punya perhatian besar
terhadap keikhlasan niat dan tujuanya dalam mencari ilmu, yaitu hanya untuk
Allah taala. Karena menuntut ilmu adalah ibadah, dan yang namanya ibadah
tidak akan diterima kecuali jika ditujukan hanya untuk Allah taala. Allah taala
berfirman :

]5: [

Dan mereka tidaklah diperintahkan melainkan hanya untuk beribadah kepada
Allah dengan mengikhlaskan amalan mereka. [Al Baiyinah : 5]

Didalam shahihain disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda


:



Sesungguhnya setiap amalan itu tergantung dengan niatnya dan setiap orang
akan memperolah pahala sesuai dengan apa yang dia niatkan.
Nabi shallallahu alaihiwa sallam juga bersabda dalam suatu hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim :



Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk wajah dan harta kalian, namun yang
Dia lihat adalah hati dan amalan kalian.
Oleh karena itu seseorang yang punya cita-cita yang tinggi dalam mencari dan
memperoleh ilmu hendaknya punya perhatian yang besar terhadap keihklasan
niat. Karena niat yang ikhlas merupakan sebab akan barakahnya ilmu dan amal.
Sebagaimana perkataan sebagian salaf :


Betapa banyak amalan kecil menjadi besar karena niatnya dan betapa banyak
amalan besar menjadi kecil karena niatnya pula.
Maka setiap orang yang telah diberi taufiq oleh Allah untuk bisa berjalan diatas
jalan ilmu hendaknya waspada terhadap niat yang rusak dan selalu berusaha
untuk menjadikan niatnya dalam menuntut ilmu hanya mengharapkan keridhaan
dan wajah Allah taala.

Kedua : Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.


Sesungguhnya seorang hamba butuh kepada kesungguhan dan semangat untuk
memperoleh ilmu. Dia paksa jiwanya untuk jauh dari sifat lemah dan malas. Oleh
karena itu Nabi kita yang mulia, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
berlindung kepada Allah dari sifat lemah dan malas. Karena malas akan
menyebabkan

terhalanginya seseorang dari

banyak.

sebaliknya

Dan

dengan

mendapatkan kebaikan

kesungguhan

akan

diperoleh

yang

banyak

keutamaan. Sebagaimana perkataan yang ada dalam suatu syair :




Maksudnya adalah bahwa bagian besar dan berharga dari ilmu tidak akan diraih
kecuali dengan kesungguhan. Adapun sifat malas dan lemah hanya akan
menghalangi seseorang dari mendapatkan ilmu. Oleh karena itu seorang

penuntut ilmu handaknya mengerahkan segala upaya untuk memaksa jiwanya


dalam meraih ilmu. Sebagaimana firman Allah taala :

]69: [
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dijalan Kami nisacaya Kami akan
tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah bersama orangorang yang berbuat baik. [Al Ankabut : 69]

Ketiga : Meminta pertolongan kepada Allah taala.


Ini adalah diantara perkara penting yang harus diperhatiakan oleh seorang
penuntut ilmu, bahkan perkara ini adalah dasar yang harus ada pada seorang
penuntut ilmu , yaitu beristianah atau meminta pertolongan kepada Allah taala
untuk bisa meraih ilmu. Telah berlalu sebelumnya firman Allah taala:

]114: [
Dan katakanlah (wahai Nabi Muhammad), ya Rabb tambahkanlah ilmu
kepadaku. [Thaaha : 11]
Telah kita ketahui juga bahwa Nabi kita, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
setiap hari setelah selesai shalat subuh berdoa kepada Allah :


Ya Allah sesungguhnya saya minta kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rizqi
yang baik dan amalan yang diterima.
Maka seorang penuntut ilmu hendaknya selalau beristianah kepada Allah,
meminta pertolongan dan taufiq kepadaNya. Allah taala berfirman :


]21: [
Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian,
niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan
mungkar

itu)

selama-lamanya,

tetapi

Allah

membersihkan

siapa

yang

dikehendaki-Nya. [An Nur : 21]


Dalam ayat yang lain Dia juga berfirman :




]7: [
Akan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan
iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran,
kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan
yang lurus. [Al Hujurat : 7]

Keempat : Mengamalkan ilmu.


Seorang

penuntut ilmu

harus

punya

perhatian

serius

terhadap

perkara

mengamalkan ilmu. Karena tujuan dari menuntut ilmu adalah untuk diamalkan.
Ali radhiyallahu anhu berkata :


Ilmu akan mengajak pemiliknya untuk beramal, jika dia penuhi ajakan tersebut
ilmunya akan tetap ada, namun jika tidak maka ilmunya akan hilang.
Oleh sebab itu seorang penuntut ilmu harus benar-benar berusaha mengamalkan
ilmunya. Adapun jika yang dialakukan hanya mengumpulkan ilmu namun
berpaling

dari

beramal,

maka

ilmunya

akan

menjadi

mencelakannya.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam :


Al Quran bisa menjadi penolong bagimu atau justru bisa mencelakakanmu.
Menjadi penolongmu jika Engkau mengamalkannya, dan mencelakakanmu jika
Engkau tidak mengamalkannya.

Kelima : Berhias dengan akhlaq mulia.


Seorang penuntut ilmu hendaknya menghiasi dirinya dengan akhlaq mulia
seperti, lemah lembut, tenang, santun dan sabar. Karena sifat-sifat tersebut
termasuk akhlaq mulia. Para ulama telah menulis banyak kitab tentang adab
seorang penuntut ilmu. Diantara kitab ringkas yang telah mereka tulis adalah
kitab Hilyah Thalabil Ilmi buah karya Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah. Kitab
ini adalah kitab yang sangat bermanfaat dan berfaedah yang menjelaskan
tentang adab-adab penuntut ilmu.
Keenam : Mendakwahkan ilmu.
Jika seorang penuntut ilmu mendapatkan taufiq untuk bisa mengambil manfaat
dari ilmunya, hendaknya dia juga bersemangat untuk menyampaikan ilmu dan
mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Dalam rangka mengamalkan firman
Allah taala :

( 2)



( 1)
]( [ 3)

Demi

masa.

Sesungguhnya

manusia

itu

benar-benar

berada

dalam

kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan


nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran. [Al Ashr :1-3]

Didalam ayat yang mulia ini, Allah taala bersumpah bahwa manusia semunya
mengalami kerugian, tidak ada seorangpun yang selamat dari kerugian kecuali
orang yang beriman, berilmu, mengamalkan ilmunya, mendakwahkannya
kepada orang lain serta bersabar atas gangguan yang menimpanya.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kedudukan ilmu dan beramal
dengannya itu bertingkat-tingkat. Sebagaimana dinukil oleh Adz Dzahabi
rahimahullah di Siyaru Alaamin Nubalaa dari Muhammad bin An Nadhr, dia
berkata :


Ilmu yang pertama kali adalah mendengar dan diam, kemudian menghafal,
mengamalkan lalu menyebarkannya.
Orang yang menyebarkan ilmu akan memperoleh pahala yang besar, karena
setiap kali ada orang yang mengambil faedah dari ilmu yang dia sebarkan dan
dakwahkan akan dicatat baginya pahala sebagaimana pahala orang yang
mengamalkan dakwahnya tersebut. Sebagaimana sabda Nabishallallahu alaihi
wa sallam :




Barangsiapa

yang

menyeru

kepada

petunjuk

maka

baginya

pahala

sebagaimana pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka


sedikitpun juga.
Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda :


Barangsiapa

yang

menunjukkan

kebaikan

maka

baginya

ada

pahala

sebagaimana orang yang melakukannya.


Maka setiap kali ada orang yang mengambil manfaat dari ilmunya maka akan
dicatat

pahala

baginya.

Tidak

diragukan

bahwa

ini

menunjukkan

akan

keutamaan mengajarkan ilmu dan memberi manfaat kepada manusia. Nabi


shallallahu alaihi wa sallam bersabda :


Allah memberikan petunjuk kepada satu orang disebabkan karena kamu, maka
hal itu lebih baik dari pada onta merah (harta yang paling mahal).
Kita meminta kepada Allah, Rabb arsy yang agung, kita meminta dengan
menyebut nama-namanya yang indah dan sifat-sifatnya yang tinggi agar
menganugerahkan kita semua ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Menunjuki

kita kepada jalan-Nya yang lurus, memperbaiki semua keadaan kita dan tidak
membiarkan kita bersandar pada diri kita sendiri meskipun hanya sesaat.
Sumber: Transkrip muhadharah Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al Abbad Al

Badr hafidzahumallah
Hafalkan bait syair berikut:








Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara
Akan aku kabarkan padamu perinciannya dengan jelas
Kecerdasan, kemauan keras, semangat, bekal cukup
Bimbingan ustadz dan waktu yang lama.
(Diwan Syafii hlm. 20)

Adab Terhadap Guru


Di antara adab-adab yang telah disepakati para ulama dalam menuntut ilmu
adalah adab murid kepada gurunya. Imam Ibnu Hazm berkata: Para ulama
bersepakat, wajibnya memuliakan ahli al-Quran, ahli Islam dan Nabi. Demikian
pula wajib memuliakan khalifah, orang yang punya keutamaan dan orang yang
berilmu. (al-Adab as-Syariah 1/408)
Berikut ini beberapa adab yang selayaknya dimiliki oleh penuntut ilmu ketika
menimba ilmu kepada gurunya.

1. Memuliakan guru
Memuliakan

orang

yang

berilmu

termasuk

perkara

yang

dianjurkan.

Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:



Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati orang yang
tua, tidak menyayangi yang muda, dan tidak mengerti hak ulama kami. (HR. Al-

Bazzar 2718, Ahmad 5/323, lafadz milik Al-Bazzar. Dishahihkan oleh al-Albani
dalam Shohih Targhib 1/117)
Imam Nawawi rahimahullah berkata: Hendaklah seorang murid memperhatikan
gurunya dengan pandangan penghormatan. Hendaklah ia meyakini keahlian
gurunya dibandingkan yang lain. Karena hal itu akan menghantarkan seorang
murid untuk banyak mengambil manfaat darinya, dan lebih bisa membekas
dalam hati terhadap apa yang ia dengar dari gurunya tersebut (Al-Majmu 1/84).

2. Mendoakan kebaikan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan balasan yang
setimpal. Apabila kamu tidak bisa membalasnya, maka doakanlah dia hingga
engkau memandang telah mencukupi untuk membalas dengan balasan yang
setimpal. (HR. Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod no. 216, lihat as-Shohihah 254)
Ibnu

Jamaah

mendoakan

rahimahullah
gurunya

berkata:

sepanjang

Hendaklah

masa.

seorang

Memperhatikan

penuntut

ilmu

anak-anaknya,

kerabatnya dan menunaikan haknya apabila telah wafat (Tadzkirah Sami hal.
91).

3. Tawadhu kepada guru


Ibnu Jamaah rahimahullah berkata: Hendaklah seorang murid mengetahui
bahwa tawadhu-nya kepada seorang guru adalah kemuliaan, dan tunduknya
adalah kebanggaan. (Tadzkirah Sami hal. 88)
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma dengan kemuliaan dan kedudukannya
yang agung, beliau mengambil tali kekang unta Zaid bin Tsabit radhiyallahu
anhu seraya berkata: Demikianlah kita diperintah untuk berbuat baik kepada
ulama. (As-Syifa, 2/608)

4. Mencontoh akhlaknya
Hendaklah seorang penuntut ilmu mencontoh akhlak dan kepribadian guru.
Mencontoh kebiasaan dan ibadahnya. (Tadzkirah Sami hal. 86)
Imam as-Samani rahimahullah menceritakan bahwa majelis Imam Ahmad bin
Hanbal dihadiri lima ribu orang. Lima ratus orang menulis, sedangkan selainnya

hanya ingin melihat dan meniru adab dan akhlak Imam Ahmad. (Siyar
AlamNubala, 11/316)
Sumber: Muslim.Or.Id

Adab Bergaul dengan Teman


Menurut Hadits dan AlQuran
Bagaimana ajaran Allah yang tertuang dalam firmannya di dalam Al Quran alkarim dan juga cara nabi yang menjadi kesunatan untuk dilaksanakan dalam
bergaul dengan teman? Teman dalam hal ini adalah diartikan sebagai teman
sebaya. Dalam hal adab dan tata cara bergaul dengan teman sebaya, ada etikaetika yang sebaiknya dan perlu diperhatikan.
Berikut ini adalah tuntunan dari firman Allah dalam alQuran dan juga sunnah
Nabi dari Hadits-hadits nabi yang menerangkan tentang adab dan tata cara
bergaul dengan teman sebaya. Etika yang perlu diperhatikan antara lain sebagai
berikut :

1. Saling Mencintai dan menyukai teman

Dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad . yang berbunyi :


Artinya : tidak sempurna iman seseorang, sehingga ia mencintai saudaranya
seperti mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhari)
Juga diterangkan dan dinyatakan dalam hadits yang lain yang bunyinya :


Artinya : perumpamaan dua orang bersaudara adalah seperti kedua belah
tangan, yang satu membasuh yang lain. (HR. Abu Naim)

2. Saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa


Adab dan cara bergaul dengan teman sebaya adalah saling tolong menolong
antara teman dalam hal kebaikan dan taqwa. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam
firmannya pada Al-Quran :


Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Ayat di atas juga mengandung makna anjuran dan larangan untuk tidak
memberikan bantuan dan tolong menolong dalam hal keburukan, berbuat dosa,
kejelekan, maksiat dan pelanggaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Juga diterangkan dalam dalil hadits Nabi tentang perintah tolong menolong yang
artinya :
"Jadilah kamu orang-orang yang mensyafaati orang lain terhadap dirimu, agar
kamu mendapat pahala. (HR. Abu Dawud)

3. Dilarang atau jangan mencari-cari kesalahan, keburukan atau aib


orang lain

Dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad . yang artinya :


"Hai orang-orang yang beriman dengan lidahnya, dan belum masuk iman itu
dalam hatinya, jangan kamu mengumpat orang lain, dan jangan kamu mencaricari aib orang lain, karena orang suka mencari-cari aib saudaranya sesama
muslim itu, maka Allah akan mencari-cari aibnya. Dan orang yang aibnya
ditampakkan oleh Allah, maka akan diketahui oleh umum, sekalipun ia
bersembunyi di dalam rumah." (HR. Ahmad, Bukhari-Muslim).

4. Adab Berbicara
Hendaknya berbicara dengan teman sebaya dengan lemah lembut, dengan
muka yang manis, ramah dan suka memberikan kemudahan kepada orang lain.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad :


Artinya : "Sesungguhnya Allah menyukai kepada orang yang suka memberi
kemudahan (kepada orang lain) dan selalu jernih mukanya". (HR. Baihaqi).

5. Suka mengucapkan salam kepada teman


Dalam Islam memberi dan mengucapkan salam adalah salah satu kewajiban
manusia di antara sesama muslim. Memberi salam kepada orang lain,

merupakan adab pergaulan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah .


: Sebagaimana sabda Nabi yang artinya :

"Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, kamu tidak akan masuk surga
sehingga kamu beriman, dan kamu tidak (dianggap) beriman sehingga kamu
saling cinta-mencintai. Maukah kamu kutunjukkan sesuatu yang apabila kamu
mengerjakan dengan sungguh-sungguh, maka kamu akan berkasih-kasihan?
Maka mereka menjawab: mau, ya Rasulullah. Sabda beliau : ucapkan salam di
antara sesama kamu". (HR. Muslim).
Setia kawan dan berbuat dengan segala keikhlasan, termasuk di dalamnya
memelihara kehormatan saudara, menyelamatkan jiwanya, dan juga melindungi
harta miliknya dari kejahatan orang lain.
Dalil sabda Nabi Muhammad . yang artinya :
"Barangsiapa yang menolak untuk mengaibkan kehormatan saudaranya, maka
penolakannya itu menjadi pelindung dari api neraka. (HR. Turmidi).
Hal-hal yang sebagaimana tersebut di atas adalah merupakan tata cara atau
adab dalam pergaulan dengan teman sebaya. Untuk memelihara, menjaga dan
mempererat dengan sesama teman sebaya, maka hendaknya kita perlu
berpegang pada petunjuk-petunjuk Allah yang tersirat dalam firmannya dan juga
petunjuk dari Rasul Allah dalam hadits-hadits di atas tentang adab dan tata cara
pergaulan. Dengan demikian dapat tercipta pergaulan hidup sesama teman yang
serasi dan penuh kasih sayang sesuai dengan ajaran Islam.
Sumber: islamiwiki.blogspot.com

Adab Bergaul dengan Lawan


Jenis
Dilahirkan sebagai seorang wanita adalah anugerah yang sangat indah dari Allah
Taala. Sebuah anugerah yang tidak dimiliki oleh seorang pria.Terlebih anugerah
itu bertambah menjadi muslimah yang mukminah yaitu wanita muslimah yang
beriman kepada Allah.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang
shalihah. (HR. Muslim)
Menjadi wanita muslimah yang beriman kepada Allah tentu tidak mudah,karena
banyak sekali godaan-godan dalam mencapainya. Dikarenakan

balasan yang

Allah janjikan pun tidak terbandingkan dan semua wanita pun menginginkannya.
Godaan-godaan

untuk

menjadi

wanita

shalihah

sering

kali

datang

dan

menggebu-gebu saat kita menginjak usia remaja,di mana masa puberitas


seorang wanita ada di masa ini. Bukan hal yang mudah pula bagi remaja muslim
dalam melewati masa ini, namun sungguh sangat indah bagi para remaja yang
bisa dikatakan lulus dalam melewati masa pubertas yang penuh godaan ini.
Salah satu godaan yang amat besar pada usia remaja adalah rasa ketertarikan
terhadap lawan jenis. Memang, rasa tertarik terhadap lawan jenis adalah fitrah
manusia, baik wanita atau lelaki. Namun kalau kita tidak bisa memenej perasaan
tersebut,maka akan menjadi mala petaka yang amat besar,baik untuk diri sendiri
ataupun untuk orang yang kita sukai. Sudah Allah tunjukkan dalam sebuah
hadist Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,









Zina kedua mata adalah dengan

melihat.

Zina kedua telinga dengan

mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan
meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah
dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan
membenarkan atau mengingkari yang demikian. (HR. Muslim)
Sebagai wanita muslimah kita harus yakin bahwa kehormatan kita harus dijaga
dan dirawat, terlebih ketika berkomunikasi atau bergaul dengan lawan jenis agar
tidak ada mudhorot (bahaya) atau bahkan fitnah. Di bawah ini akan kami
ungkapkan adab-adab bergaul dengan lawan jenis. Di antaranya:

Pertama: Dilarang untuk berkholwat (berdua-duan)


TTM, teman tapi mesra, kemana-mana bareng, ke kantin bareng, berangkat
sekolah bareng, pulang sekolah bareng. Hal ini merupakan gambaran remaja
umumnya saat ini,di mana batas-batas pergaulan di sekolah umum sudah sangat
tidak wajar dan melanggar prinsip Islam. Namun tidak mengapa kita sekolah di
sekolah umum jika tetap bisa menjaga adb-adab bergaul dengan lawan jenis. Jika

ada seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan maka yang ketiga
sebagai pendampingnya adalah setan.
Dari Umar bin Al Khottob, ia berkhutbah di hadapan manusia di Jabiyah (suatu
perkampungan di Damaskus), lalu ia membawakan sabda Nabi shallallahu alaihi
wa sallam,


Janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang
bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiap yang
bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya maka dia adalah
seorang yang mukmin. (HR. Ahmad, sanad hadits ini shahih)
Daripada setan yang menemani kita lebih baik malaikat bukan? Ngaji,membaca
Al Quran dan memahami artinya serta menuntut ilmu agama InsyaAllah
malaikatlah yang akan mendampingi kita.Tentu sebagai wanita yang cerdas, kita
akan lebih memilih untuk didampingi oleh malaikat.

Kedua: Menundukkan pandangan


Pandangan laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya adalah termasuk
panah-panah setan. Kalau cuma sekilas saja atau spontanitas atau tidak sengaja
maka tidak menjadi masalah pandangan mata tersebut, pandangan pertama
yang tidak sengaja diperbolehkan namun selanjutnya adalah haram.Ketika
melihat lawan jenis,maka cepatlah kita tundukkan pandangan itu, sebelum iblis
memasuki atau mempengaruhi pikiran dan hati kita. Segera mohon pertolongan
kepada Allah agar kita tidak mengulangi pandangan itu.
Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu anhu, dia berkata,

.
- -

Aku

bertanya

kepada

Rasulullah

shallallahu

alaihi

wasallam

mengenai

pandangan yang tidak di sengaja. Maka beliau memerintahkanku supaya


memalingkan pandanganku. (HR. Muslim)
Ketiga: Jaga aurat terhadap lawan jenis
Jagalah aurat kita dari pandangan laki-laki yang bukan mahramnya. Maksudnya
mahram di sini adalah laki-laki yang haram untuk menikahi kita. Yang tidak
termasuk mahram seperti teman sekolah, teman bermain, teman pena bahkan

teman dekat pun kalau dia bukan mahram kita, maka kita wajib menutup aurat
kita dengan sempurna. Maksud sempurna di sini yaitu kita menggunakan jilbab
yang menjulur ke seluruh tubuh kita dan menutupi dada. Kain yang dimaksud
pun adalah kain yang disyariatkan, misal kainnya tidak boleh tipis, tidak boleh
sempit, dan tidak membentuk lekuk tubuh kita. Adapun yang bukan termasuk
aurat dari seorang wanita adalah kedua telapak tangan dan muka atau wajah.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di
mata laki-laki. (HR. Tirmidzi, shahih)
Keempat: Tidak boleh ikhtilat (campur baur antara wanita dan pria)
Ikhtilat itu adalah campur baurnya seorang wanita dengan laki-laki di satu
tempat tanpa ada hijab. Di mana ketika tidak ada hijab atau kain pembatas
masing-masing wanita atau lelaki tersebut bisa melihat lawan jenis dengan
sangat mudah dan sesuka hatinya. Tentu kita sebagai wanita muslimah tidak
mau dijadikan obyek pandangan oleh banyak laki-laki bukan? Oleh karena itu
kita harus menundukkan pandangan,demikian pun yang laki-laki mempunyai
kewajiban yang sama untuk menundukkan pandangannya terhadap wanita yang
bukan mahramnya, karena ini adalah perintah Allah dalam Al Quran dan akan
menjadi berdosa bila kita tidak mentaatinya.

Kelima: Menjaga kemaluan


Menjaga kemaluan juga bukan hal yang mudah,karena dewasa ini banyak sekali
remaja yamng terjebak ke dalam pergaulan dan seks bebas. Sebagai muslim kita
wajib tahu bagaimana caranya menjaga kemaluan. Caranya antara lain dengan
tidak melihat gambar-gambar yang senonoh atau membangkitkan nafsu
syahwat, tidak terlalu sering membaca atau menonton kisah-kisah percintaan,
tidak terlalu sering berbicara atau berkomunikasi dengan lawan jenis, baik bicara
langsung (tatap muka) ataupun melalui telepon, SMS, chatting, YM dan media
komunikasi lainnya.
Sudah selayaknya sebagai seorang muslim-muslimah baik remaja atau dewasa,
kita mempunyai niat yang sungguh-sungguh untuk mematuhi adab-adab bergaul
dengan lawan jenis tersebut. Semoga Allah memudahkan usaha kita. Amin.

Sumber: remajaislam.com

Menyoal Pacaran Islami


Ditengah hingar bingar perayaan hari Valentine yang digandrungi banyak anak
muda sekarang, terselip di dalamnya ajakan untuk berpacaran. Dari sini,
sebagian pemuda-pemudi kaum muslimin terbetik dalam hatinya keinginan
untuk berpacaran namun dengan model yang berbeda dengan pacaran
konvensional yang mereka istilahkan sebagai pacaran islami. Sebenarnya,
bolehkah ber-pacaran islami itu?

Makna Pacaran Islami


Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullah dalam salah satu ceramahnya pernah
mengatakan bahwa, sesuatu yang dinisbatkan kepada Islam artinya ia dia
diajarkan oleh Islam atau memiliki landasan dari Islam. Oleh karena itu, istilah
pacaran islami sendiri sejatinya tidak benar karena Islam tidak pernah
mengajarkan pacaran dan tidak ada landasan pacaran Islami dalam syariat.
Bahkan sebaliknya, ajaran Islam melarang kegiatan-kegiatan yang ada dalam
pacaran, atau singkatnya, Islam melarang pacaran.
Pacar sendiri secara bahasa artinya,
pacar n teman lawan jenis yg tetap dan mempunyai hubungan
berdasarkan cinta kasih; kekasih;
berpacaran v bercintaan; berkasih-kasihan; (Sumber: KBBI)
Sehingga kita definisikan pacaran Islami adalah kegiatan bercintaan atau
berkasih-kasihan yang sedemikian rupa dipoles sehingga terkesan sesuai dengan
ajaran Islam. Dalam prakteknya, batasan pacaran Islami pun berbeda-beda
menurut pelakunya. Diantara mereka ada yang beranggapan pacaran Islami itu
adalah aktifitas pacaran selama tidak sampai zina, ada juga yang beranggapan
ia adalah aktifitas pacaran selama tidak bersentuhan, atau pacaran selama tidak
dua-duaan, dan yang lainnya. Insya Allah, akan kita bahas beberapa model
pacaran islami yang banyak beredar.

Model-Model Pacaran Islami


1. Sebagaimana pacaran biasa, selama tidak zina
Sebagian pemuda-pemudi yang minim ilmu agama, menyangka bahwa hanya
zina yang terlarang dalam etika berhubungan antara lelaki dan wanita. Sehingga
mereka menganggap pacaran dengan model seperti pacaran biasa, sering
berkencan, berduaan, intens berkomunikasi, berangkulan, bergandengan tangan,
safar bersama, dan lainnya selama tidak sampai zina itu sudah Islami. Tentu saja
ini anggapan yang keliru dan pacaran model ini terlarang karena mengandung
hal-hal yang dilarang pada poin 2 7.

2. Sebagaimana pacaran biasa, tapi berkomitmen untuk tidak saling


bersentuhan
Model pacaran seperti banyak berkembang diantara pemuda-pemudi muslim
yang awam agama namun sudah sedikit memahami bahwa saling bersentuhan
antara yang bukan mahram itu haram. Namun mereka tetap sering jalan
bersama, sering berkencan, berduaan, safar bersama, dan komunikasi dengan
sangat intens. Memang terkadang sang wanita suka mengingatkan sang lelaki
untuk menunaikan shalat bahkan terkadang mereka berkencan di masjid. Mereka
menganggap ini sudah Islami. Tentu yang seperti ini pun terlarang karena karena
mengandung hal-hal yang dilarang pada poin 3 7.

3. Pacaran tanpa suka berduaan, tapi ditemani teman


Model pacaran jenis ini mirip dengan model nomor 2 hanya saja biasanya ketika
berkencan mereka berdua ditemani temannya yang lain, yang bukan mahram
juga. Mereka juga menjaga diri untuk tidak bersentuhan. Sayangnya pacaran
model ini banyak ditemukan di beberapa pondok pesantren juga banyak
dipromosikan oleh film-film dan sinetron religi di bisokop dan televisi. Sampaisampai kadang digambarkan ada ustadz lulusan timur tengah yang berilmu,
kesengsem

dengan

murid

wanitanya

di

majelis

taklim,

mereka

saling

berpandangan tersipu lalu berlanjut ke model pacaran yang seperti ini. Wallahul
mustaan.
Orang yang berpacaran model ini pun tidak ubahnya dengan orang pacaran
pada umumnya, mereka sering bertemu, mereka saling berpandangan, saling
merayu,

memberi

perhatian,

sang

wanita

melembutkan

suara,

Mereka

menyangka asalkan tidak khulwah maka tidak mengapa. Padahal jika yang
menemani adalah lelaki, maka haram sebagaimana yang dijelaskan An Nawawi.

Jika yang menemani adalah wanita muslimah lain, maka tetap saja pacaran ini
terlarang karena mengandung hal-hal pada poin 3, 5, 7 dan terkadang 6.

4. Tidak suka berduaan, namun intens berkomunikasi


Model pacaran seperti ini banyak terjadi di kalangan pemuda aktifis dakwah.
Para ikhwah aktifis dakwah sejatinya dididik untuk membatasi diri dari para
akhawatnya. Misalnya mereka menundukkan pandangan jika bertemu atau
dibatasi hijab ketika rapat. Namun seringnya bertemu dan berinteraksi dalam
aktifitas dakwah mereka memunculkan rasa-rasa yang tidak sehat. Pepatah jawa
mengatakan witing tresno jalaran soko kulino, timbulnya cinta karena sering
(terbiasa) berinteraksi.
Tentu mereka tidak suka berkencan atau bahkan berduaan. Namun virus merah
jambu senantiasa menjangkiti lewat komunikasi yang begitu intens. Terkadang
itu terselip lewat untaian nasehat, mengingatkan ibadah, memberi semangat,
bertanya kabar, bertanya agenda dakwah, baik via SMS, via telepon, surat,
email, facebook atau lainnya. Ini adalah pacaran terselubung. Jangan kira bahwa
ini sah-sah saja, sang akhwat jika sudah terjangkiti virus ini biasanya akan
melembutkan suaranya kepada sang ikhwan. Baik secara lisan, maupun via
bahasa-bahasa tulisannya yang renyah. Dan yang paling penting, dari pacaran
model ini tetap muncul penyakit al isyq yang sangat berbahaya serta juga zina
lisan dan hati.

5. Saling berjanji untuk menikah


Pacaran model ini mungkin berbeda dengan model-model sebelumnya. Namun
juga banyak terjadi pada aktifis dakwah dan para pemuda-pemudi yang
sebenarnya punya semangat dalam beragama. Dua sejoli yang melakukannya
bisa jadi tidak bertemu, tidak suka berduaan, bahkan mungkin mereka
membatasi komunikasi. Namun si ikhwan menjanjikan bahwa ia akan menikahi
sang akhwat pada suatu masa, mungkin tahun depan, 5 tahun lagi, setelah lulus,
setelah bekerja, atau lainnya. Walaupun andaikan tidak ada aktifitas fisik
diantara mereka, minimal penyakit al isyq menjangkiti ditambah zina hati. Maka
ini pun jenis pacaran yang terselubung dan hendaknya ditinggalkan.

Solusi Pacaran Islami


Jika ada pacaran yang Islami, maka itu hanya bisa terjadi setelah menikah.
Karena menikah adalah solusi terbaik bagi orang yang hatinya bergejolak haus

akan cinta, juga solusi bagi dua orang yang sudah terlanjur terjangkit penyakit al
isqy. Nabi shallallahualaihi wa sallam bersabda,







Wahai para pemuda, barangsiapa yang sudah sanggup menikah, maka
menikahlah. Karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga
kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu
obat pengekang nafsunya
Bagi yang sudah terlanjur pacaran, segeralah bertaubat, dan segeralah menikah.
Dan kami tidak mengatakan bahwa hendaknya segera menikahi dengan sang
pacar. Karena memilih pasangan yang benar adalah yang dapat mengantarkan
anda kepada ridha Allah, belum tentu syarat itu dimiliki pacar anda yang
sekarang. Carilah pasangan yang shalih dan shalihah. Jika belum mampu
menikah maka segeralah bertaubat dan putuskan hubungan pacaran serta
perbanyaklah berpuasa.
Syaikh Khalid bin Bulihid hafizhahullah menasehatkan pemuda yang terjangkiti
penyakit isyq dengan beberapa hal:
Menjaga shalat dengan khusyu dan penuh tadabbur, serta memperbanyak shalat
sunnah
Memperbanyak doa kepada Allah:
yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbii alaa diinik, yaa mushorrifal quluub, shorrif
qalbii ilaa thooatik wa thooati rosuulik
(wahai Dzat yang membolak-balik hati, kokohkan hatiku untuk menjalani agamaMu, wahai Dzat yang mencondongkan hati, condongkanlah hatiku untuk
menaati-Mu dan Rasul-Mu)
karena ketika doa ini sudah dibiasakan dan anda merendahkan diri anda di
hadapan Allah, maka Allah akan mencondongkan hati anda dalam keistiqomahan
menjalankan agama-Nya, sebagaimana firman Allah Taala:



Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian.
Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih (QS. Yusuf:
24)

Menjauhkan diri dari hal-hal yang mengingatkan anda pada sang pacar, baik itu
tempat, surat, mendengarkan suaranya, atau hal-hal lain yang mengembalikan
memori anda sehingga rasa itu timbul kembali. Menjauhkan diri dari itu semua
adalah dengan mengacuhkan semua itu, dan semakin sedikit hal-hal yang
diingat dari sang pacar maka semakin sedikit pengaruh al isyq di hati.
Memperbanyak tilawah Al Quran dan berdzikir. Juga memperbanyak tadabbur
dan tafakkur. Karena jika hati disibukkan untuk mencintai Allah dan mengingat
Allah, ia akan teralihkan cinta kepada makhluk dan dari bergantungnya hati
kepada makhluk.
Lebih banyak memperhatikan keadaan dunia dan keadaan di akhirat kelak, dan
apa-apa yang Allah persiapkan untuk orang yang bersabar. Yaitu para penduduk
surga dan nikmat-nikmat yang mereka dapatkan. Dengan memikirkan hal ini
seorang hamba akan zuhud terhadap dunia dan ia akan menyadari bahwa halhal duniawi itu akan hilang dan berlalu tidak sebagaimana perkara akhirat. Maka
tidak layak kita menyandarkan jiwa dan menggantungkan hati kepada hal-hal
duniawi yang akan sirna itu.
Saya nasehatkan kepada anda untuk bersungguh-sungguh mencari istri yang
shalihah

dalam

beragama,

cantik

rupanya,

bagus

akhlaknya.

Jika

anda

menemukannya maka mintalah pertolongan kepada Allah untuk menikahinya.


Jangan sia-siakan masa muda anda, dan jangan bimbang untuk mengambil sikap
ini. Pernikahan akan menghiasi hari-hari anda, memenuhi rasa haus anda akan
kasih sayang dan melupakan masa lalu anda.
sumber:

muslim.or.id

menyadur

dari

http://www.saaid.net/Doat/binbulihed/f/072.htm

Ukhuwah Sesama Muslim


Orang Muslim karena imannya tidak mencintai ketika ia harus mencintai
melainkan karena Allah Taala, dan tidak membenci ketika ia harus membenci
melainkan karena Allah Taala, karena ia tidak mencintai kecuali apa yang
dicintai Allah Taala dan Rasul-Nya, dan ia tidak membenci kecuali apa yang
dibenci Allah Taala dan Rasul-Nya. Jadi, orang Muslim mencintai karena Allah
dan Rasul-Nya, dan membenci karena keduanya. Dalilnya ialah sabda Rasulullah
saw.,

"Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena


Allah, dan menahan pemberian karena Allah, sungguh a telah rnenyempurnakan
imannya." (Diriwayatkan Abu Daud).
Berangkat dan perspektif inilah, orang Muslim mencintai seluruh hamba-hamba
Allah Taala yang shalih, ia berikan loyalitasnya kepada mereka, membenci
seluruh hamba-hamba-Nya yang fasik, dan memusuhi mereka. Ini tidak
menghalangi orang Muslim untuk menjadikan sahabat-sahabatnya sebagai
saudara-saudara karena Allah, dan ia beri cinta khusus kepada mereka, sebab
Rasulullah saw. menganjurkan menjadikan teman-teman yang baik sebagai
saudara-saudara karena Allah Taala dengan sabda-sabdanya, seperti sabdasabdanya berikut ini:
Sabda Rasulullah saw.,
"Orang Mukmin itu jinak dan bisa dijinakkan. Tidak ada kebaikan pada orang
yang tidak jinak, dan tidak bisa dijinakkan." (Diriwayatkan Ahmad, Ath-Thabrani,
dan Al-Hakim yang meng-shahih-kannya).
"Sesungguhnya di sekitar Arasy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya, dan di
atas mimbar-mimbar tersebut terdapat orang-orang di mana pakaian mereka
adalah cahaya, dan wajah mreka adalah cahaya. Mereka bukan nabi, dan bukan
pula syuhada. Para nabi, dan syuhada iri kepada mereka." Ditanyakan kepada
Rasulullah saw., "Wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka kepada kita."
Rasulullah saw. bersabda, "Mereka saling mencintai karena Allah, saling duduk
karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah." (Diriwayatkan An-Nasai.
Hadits ini shahih).
"Sesungguhnya Allah Taala berfirman, Kecintaan-Ku berhak dimiliki orang-orang
yang saling berkunjung karena-Ku. Kecintaan-Ku berhak dimiliki orang-orang
yang saling menolong karena-Ku." (Diriwayatkan Ahmad dan Al-Hakim yang
men-shahih-kannya).
"Ada tujuh orang yang dilindungi Allah di bawah lindungan-Nya pada hari tidak
ada lindungan kecuali lindungan-Nya: (1) pemimpin yang adil, (2) pemuda yang
besar dalam ibadah kepada Allah Taala, (3) orang yang hatinya menyatu dengan
masjid, (4) dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu
karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) orang yang menyendiri berdzikir
kepada Allah kemudian matanya mengucurkan airmata, (6) orang yang diajak
oleh wanita yang berketurunan baik dan cantik kemudian ia berkata, Aku takut

kepada Allah Taala, (7) dan orang yang bersedekah dengan sedekah kemudian
ia merahasiakannya hingga

tangan

kirinya tidak

mengetahui

apa yang

diinfakkan tangan kanannya." (Diriwayatkan Al-Bukhari).


"Seseorang berkunjung kepada saudaranya di desa lain, kemudian Allah
menyuruh malaikat untuk berjalan mengikutinya. Ketika malaikat tersebut
bertemu dengan orang tersebut, ia bertanya, Engkau akan pergi kemana?
Orang tersebut menjawab, Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini?
Malaikat bertanya, Apakah karena nikmat yang ingin engkau dapatkan? Orang
tersebut menjawab, Tidak, hanya saja aku mencintai saudaraku tersebut karena
Allah. Malaikat berkata, Aku adalah utusan Allah kepadamu untuk mengatakan
kepadamu bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu
tersebut." (Diriwayatkan Muslim).
Syarat ukhuwwah (persaudaraan) ialah harus karena Allah Taala, dan di jalanNya, dalam arti kata, bersih dari ikatan-ikatan dunia dan materi, serta
motivasinya ialah iman kepada Allah Ta ala, dan bukan yang lain.
Adapun ciri-ciri orang yang harus dijadikan sebagai saudara ialah sebagai
berikut:
1. Ia berakal, karena tidak baik bersaudara, atau bersahabat dengan orang
yang kurang waras.
2. Ia berakhlak mulia, sebab orang yang amoral kendati ia berakal, namun
bisa saja ia dikalahkan syahwat, dan emosi mendominasinya, akibatnya ia
berbuat jahat kepada orang lain.
3. Ia bertakwa, karena orang fasik yang tidak taat kepada Tuhannya itu tidak
bisa dipercaya, sebab tidak tertutup kemungkinan ia berbuat jahat
terhadap

saudara

tanpa

memperdulikan

persaudaraan,

dan

lain

sebagainya, karena orang yang tidak takut Allah Ta ala itu tidak takut
kepada selain Allah dalam kondisi apa pun.
4. Ia berpegang teguh kepada Al-Quran dan As-Sunnah, jauh dari khurafat,
dan bidah, sebab akibat buruk pelaku bidah itu menimpa temannya, dan
karena pelaku bidah dan penurut hawa nafsu itu harus ditinggalkan dan
diembargo, maka bagaimana mungkin menjadikan keduanya sebagai
saudara, atau sahabat karib? Salah seorang dan orang-orang shalih
menasihati anaknya untuk menyeleksi teman-temannya, "Anakku, jika
engkau ingin bergaul dengan orang-orang, maka bergaullah dengan orang
yang jika engkau mengabdi kepadanya maka ia melindungimu, jika
engkau bergaul dengannya maka ia menghiasimu, dan jika perbekalanmu

habis maka dia

memberikan perbekalan kepadamu. Bergaullah dengan

orang yang jika engkau menyodorkan tanganmu dengan kebaikan maka ia


juga menyodorkan tangannya, jika ia melihat kebaikan padamu maka ia
menghitungnya,

dan

jika

ia

melihat

kesalahan

padamu

maka

ia

menutupnya. Bergaullah dengan orang yang jika engkau meminta


kepadanya maka ia memberi apa yang engkau minta. Bergaullah dengan
orang yang jika engkau berkata maka ia membenarkan ucapanmu, jika
engkau berdua ingin mendapatkan sesuatu maka ia mengangkatmu
sebagai ketua, dan jika engkau berdua memperebutkan sesuatu maka ia
mengutamakanmu."

Hak-hak Ukhuwah (Persaudaraan)


Di antara hak-hak ukhuwah (persaudaraan) ialah sebagai berikut:
1. Membantu dengan dana. Setiap saudara harus membantu saudaranya
dengan dana jika saudaranya memerlukannya. Dalam arti bahwa uang
keduanya adalah uang bersama, seperti diriwayatkan Abu Hurairah ra
bahwa ia didatangi seseorang yang kemudian berkata, "Aku ingin
bersaudara

denganmu

karena

Allah,

tahukah

engkau

apa

hak

persaudaraan?" Abu Hurairah berkata, "Tolong jelaskah hak persaudaraan


kepadaku." Orang tersebut berkata, "Engkau tidak merasa lebih berhak
atas dinarmu, dan dirhammu daripada aku." Abu Hurairah berkata, "Aku
belum bisa sampai pada tingkatan itu." Orang tersebut berkata, "Kalau
begitu, pergilah engkau dari sini."
2. Masing-masing dari dua orang

yang

bersaudara

harus membantu

saudaranya dalam memenuhi kebutuhannya, mengutamakan saudaranya


daripada dirinya sendiri, memeriksa kondisi saudaranya sebagaimana ia
memeriksa kondisi dirinya, lebih mengutamakan saudaranya daripada
dirinya sendiri atau keluarganya atau anak-anaknya, menanyakannya
dalam setiap tiga hari. Jika saudaranya sakit maka ia menjenguknya, jika
saudaranya mengalami kesulitan maka ia membantu meringankannya,
jika saudaranya lupa maka ia mengingatkannya, menyambutnya dengan
hangat jika saudaranya mendekat, memberi tempat yang luas jika
saudaranya

ingin

duduk,

saudaranya berbicara.
3. Menjaga lisan dengan

dan

tidak

mendengarkan
membeberkan

dengan
aib

senius

saudaranya

jika
baik

sepengetahuan maupun tanpa sepengetahuannya, tidak membongkar


rahasianya,

dan

tidak

berusaha

mengetahui

rahasia-rahasia

diri

saudaranya. Jika ia melihat saudaranya di salah satu jalan untuk satu


kebutuhan, maka ia tidak menyuruhnya menyebutkan kebutuhannya
tersebut, dan tidak berusaha mengetahui sumbernya. Ia menyuruhnya
kepada kebaikan dengan lemah-lembut, melarangnya dari kemungkaran
dengan lemah-lembut, tidak membantah ucapannya, tidak mendebatnya
dengan kebenaran atau kebatilan, tidak mengecamnya dalam satu urusan
pun, dan tidak menyalahkan perbuatannya.
4. Memberi sesuatu yang dicintai saudaranya
memanggilnya

dengan

nama

yang

paling

dan
ia

lisannya

sukai,

dengan

menyebutkan

kebaikannya tanpa sepengetahuannya atau di depannya, menyampaikan


pujian orang kepadanya sebagai bentuk keiriannya kepadanya dan
kebahagiaannya

dengannya,

tidak

menasihati

berjam-jam

hingga

membuatnya gerah, dan tidak menasihati di depan umum karena hal mi


mencemarkan

nama

baiknya.

Imam

Syafii

Rahimahullah

berkata,

"Barangsiapa menasihati saudaranya secara rahasia, sungguh ia telah


menasihatinya
menasihati

dengan

saudaranya

baik,

dan

dengan

menghiasinya.

terang-terangan,

Dan

barangsiapa

sungguh

ia

telah

mencemarkan nama baiknya."


5. Memaafkan kesalahannya, tidak mengambil pusing dengan kekeliruankekeliruannya, menutup aib-aibnya, berbaik sangka kepadanya, jika
saudaranya berbuat maksiat dengan diam-diam atau terang terangan
maka ia tidak memutus persaudaraan dengannya, tidak membatalkan
persaudaraannya, namun ia tetap menunggu taubatnya. Jika saudaranya
tetap

bertahan

dengannya,

berbuat maksiat,

atau

tetap

ia boleh

mempertahankan

memutus persaudaraan
persaudaraan

dengannya

dengan memberikan nasihat kepadanya, dan terus mengingatkannya


dengan harapan saudaranya bertaubat, kemudian Allah Taala menerima
taubatnya. Abu Ad-Darda ra berkata, "Jika saudaramu berubah, maka
engkau jangan meninggalkannya karena hal tersebut, karena saudaramu
itu terkadang menyimpang, namun pada kesempatan lain ia berada di
atas jalan yang lurus."
6. Memenuhi hak ukhuwwah (persaudaraan) dengan menguatkannya dan
mempertahankan

perjanjiannya,

karena

memutus

ukhuwwah

itu

membatalkan pahala ukhuwwah. Jika ia meninggal dunia, ia mentransfer


hubungan ukhuwwah ini kepada anak-anaknya, dan sahabat-sahabat yang
setia kepadanya untuk menjaga ukhuwwah, dan setia kepada saudaranya.
Rasulullah saw. memuliakan wanita tua, kemudian beliau ditanya tentang

sikapnya tersebut, maka beliau bersabda, "Sesungguhnya wanita tua ini


dulu sering datang kepada kami semasa Khadijah masih hidup, dan
sesungguhnya memuliakan janji adalah bagian dan agama." (Diriwayatkan
Al-Hakim dan ia men-shahih-kan hadits ini).
Di antara bentuk kesetiaan kepada ukhuwwah ialah ia tidak boleh
bersahabat dengan musuh saudaranya, karena Imam Syafii Rahimahullah
berkata, "Jika temanmu mentaati musuhmu, maka keduanya terlibat
dalam permusuhan denganmu."
7. Tidak menyuruh saudaranya dengan sesuatu yang tidak mampu ia
kerjakan, dan tidak ia senangi. Ia tidak boleh bergantung dengan harta
atau jabatan saudaranya, dan tidak menyuruhnya mengerjakan pekerjaanpekerjaan, karena asas ukhuwwah ialah karena Allah Taala. Oleh karena
itu, ukhuwwah ini tidak boleh diubah kepada selain Allah, misalnya untuk
menarik rnanfaat dunia, atau menolak madharat dunia. Sebagaimana
tidak menyuruhnya dengan sesuatu yang tidak mampu ia kerjakan, dan
juga

tidak

boleh

mengkondisikan

saudaranya

menyuruh

dirinya

mengerjakan sesuatu yang tidak mampu ia kerjakan, karena hal ini


merusak ukhuwwah dan mengurangi pahala yang keduanya harapkan dari
ukhuwwah. Ia bersama saudaranya harus membuang sikap pembebanan
yang tidak proporsional, karena cara seperti itu menghasilkan sikap jalang
yang bertentangan dengan persatuan. Disebutkan dalam atsar, "Aku, dan
orang-orang bertakwa dan umat berlepas diri dari pembebanan yang tidak
proporsional."
8. Mendoakan saudaranya, anak-anaknya, dan apa saja yang terkait
dengannya sebagaimana ia senang mendoakan

dirinya,

anak-anak

kandungnya, dan apa saja yang terkait dengannya, sebab seseorang tidak
berbeda dengan saudaranya karena persaudaran telah menyatukan
keduanya. Oleb karena itu, ia harus mendoakan saudaranya baik dalam
keadaan hidup, atau mati, atau tidak ada di tempat, atau berada di
tempat. Rasulullah saw. bersabda,
"Jika seseorang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, maka
malaikat berkata, Engkau juga mendapatkannya." (Diriwayatkan Muslim).
Salah seorang dari orang-orang shalih berkata, "Mana perumpamaan
seorang saudara yang shalih? Jika salah satu keluarga seseorang
meninggal dunia, maka keluarganya pasti membagi-bagi warisannya, dan
mereka menikmati harta peninggalannya. Sedang saudaranya yang shalih,

ia berduka sendirian, memikirkan apa yang telah dipersembahkan


saudaranya

kepadanya,

mendoakannya

di

kegelapan

malam,

dan

memintakan ampunan untuknya sementara ia berada di bawah bintangbintang."


Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau
Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm.
175-181 diakses dari www.muslimdaily.net

Anda mungkin juga menyukai