Anda di halaman 1dari 2

Kopi Biji Salak, Si Hitam dari Tapanuli

Selatan

Tapanuli Selatan, Sayangi.com - Jika pada umumnya, orang membuang


biji pada salak setelah mengkonsumsi buahnya, lain halnya di Tapanuli
Selatan. Biji salak digunakan para warga Tapanuli Selatan untuk membuat
kopi tradisional. Kopi yang terbuat dari biji salak ini bahkan didaulat menjadi
kopi khas Tapanuli Selatan.
Tapanuli Selatan sendiri dikenal sebagai penghasil salak terbesar di Sumatera
Utara. Tepatnya di desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten
Tapanuli Selatan, banyak industri rumahan yang mengolah biji salak menjadi
kopi.
Biji salak yang digunakan pun bukan sembarang biji salak. Biji salak yang
akan diolah menjadi kopi merupakan biji salak khusus. Sebelum diolah
menjadi kopi, biji salak terlebih dahulu dikeringkan dengan proses
penjemuran disebuah ruangan. Setelah satu minggu dijemur, biji-biji salak
yang disimpan akan digongseng menggunakan kuali khusus hingga warna
biji salak menghitam legam.
Ketika semua biji sudah menghitam, maka proses selanjutnya adalah
menumbuk biji tersebut hingga halus. Proses penumbukan biji salak tersebut

biasanya dilakukan selama satu jam hingga menjadi bubuk. Belum usai,
proses selanjutnya adalah memblender dan mengayak biji salak yang telah
menjadi bubuk itu.
Proses pembuatan kopi ini terbilang sederhana, namun warga menjadikan
kopi ini menjadi minuman khas Tapanuli Selatan yang juga dipasarkan
kebeberapa swalayan hingga daerah diluar Tapanuli. Harga kopi biji salak ini
biasanya dibandrol seharga 50 ribu per bungkusnya di swalayan kota.
Berbeda dari kopi biasanya, aroma kopinya sangat khas dari citarasa
salaknya. Kopi biji salak ini bahkan memiliki khasiat untuk menggempur
hipertensi hingga asam urat.

Anda mungkin juga menyukai