Masakan Nusantara
Sate Padang
Oleh:
Kelompok 1 Faal 2 / Gizi 2A1 / 2014
Maudyana Nisa P
145070300111014
Atika Mayrizka A
145070300111017
145070301111017
Alma Maghfirotun I
145070301111019
Dini Nurhusna A
145070301111021
145070307111022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masakan Nusantara adalah masakan khas Indonesia. Masakan Indonesia
terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran, sambal, sedap-sedapan, dan
minuman. Berdasarkan waktu penyajiannya, makanan Indonesia dibagi menjadi 3,
yaitu makan pagi, makan siang dan makan malam. Ciri khas makanan Indonesia
adalah menggunakan aneka jenis bumbu dan rempah serta disajikan bersama
dengan sambal dan kerupuk sebagai pelengkap.
Selain itu makanan Indonesia sering dinikmati bersama tambahan
pelengkap sambal dan kerupuk (keripik). Bahan makanan yang digunakan dalam
pengolahan makanan Indonesia berbagai macam sesuai dengan potensi daerah
masing-masing yang dibedakan menjadi bahan nabati dan hewani. Bahan
makanan nabati diantaranya yaitu sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan
umbu-umbian. Sedangkan bahan makanan hewani yang digunakan seperti daging
(sapi, kambing, domba), unggas (ayam, bebek), telur, ikan dan hasil laut lainnya
(udang, kerang, cumi-cumi). Sedangkan bumbu yang digunakan tiap daerah
macam-macam sesuai dengan tradisinya. Teknik olah yang biasa digunakan dalam
pengolahan makanan Indonesia antara lain dikukus, digoreng, dipanggang,
dibakar, ditumis, diasap dan lain-lain.
Pada praktikum masakan nusantara, kelompok kami membuat makanan
khas Kota Padang yaitu Sate Padang. Sate padang berbahan dasar daging sapi
dan jerohan. Pembuatan sate padang dengan cara dibakar. Sate padang disajikan
bersama dengan kuah yang rasanya dominan pedas. Pada laporan ini, akan
dibahas lebih lanjut mengenai cara pengolahan dan pembahasan sate padang.
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN BAHAN
2.1 Daging sapi
Daging sapi adalah daging yang diperoleh dari sapi yang biasa dan umum
digunakan untuk keperluan konsumsi makanan. Di setiap daerah,
penggunaan daging ini berbeda-beda tergantung dari cara pengolahannya.
Sebagai contoh has luar, daging iga dan T-Bone sangat umum digunakan
di Eropa dan di Amerika Serikat sebagai bahan pembuatan steak sehingga
bagian sapi ini sangat banyak diperdagangkan. Akan tetapi seperti
di Indonesia dan di berbagai negara Asia lainnya daging ini banyak
digunakan
untuk
makanan
berbumbu
dan
bersantan
seperti sup
konro dan rendang. Selain itu ada beberapa bagian daging sapi lain
seperti lidah, hati, hidung, jeroan dan buntut hanya digunakan di berbagai
negara tertentu sebagai bahan dasar makanan. Pada proses pembuatan sate
padang, bagian yang digunakan adalah daging dan hati sapi.
2.2 Garam
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal
yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium
Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti Magnesium Chlorida,
Magnesium Sulfat, Calsium Chlorida, dan lain-lain. Garam mempunyai
sifat / karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk
density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada tingkat
suhu 8010 C. Garam Natrium klorida untuk keperluan masak dan biasanya
diperkaya dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg
NaCl) padatan kristal berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis, bila
mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit dan higroskopis.
Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, sebagai
bumbu penting untuk makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan
NaOH ( bahan untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk ), sebagai zat
pengawet. Pada proses pembuatan sate padang penambahan garam pada
bahan makanan bertujuan untuk menghasilkan rasa asin pada sate padang.
Namun penambahannya harus pas agar rasa asin yang dihasilkan enak dan
sesuai dengan selera.
2.3 Minyak goreng
Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat
digunakan sebagai bahan pangan. Minyak goreng merupakan salah satu
dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan
masyarakat. Minyak goreng sangat diperlukan dalam proses pengolahan
pangan sebagai medium penghantar panas juga menambah rasa gurih, nilai
gizi, dan kalori dalam bahan pangan tersebut. Minyak goreng pada proses
pembuatan sate padang adalah untuk menumis bumbu hingga harum.
2.4 Daun kunyit
Daun kunyit merupakan bumbu dapur yang diambil dari daun tumbuhan
kunyit. Bumbu ini banyak digunakan dalam beberapa jenis masakan
Indonesia, terutama di dapur Sumatera. Kegunaannya adalah memberi rasa
gurih dengan aroma khas yang lembut. Cara penggunaannya dalam
masakan adalah dengan mencampurkan daun kunyit segar ke dalam
masakan, baik yang masih utuh maupun diiris tipis terlebih dahulu.
Beberapa masakan yang sering menggunakan daun kunyit adalah aneka
gulai, aneka kalio, rendang, dan sebagainya
2.5 Serai
Sejenis tumbuhan rumput-rumputan yang daunnya panjang seperti ilalang,
dipakai sebagai bumbu dapur untuk mengharumkan makanan. Minyak
serai merupakan minyak atsiri yang diperoleh dengan jalan menyuling
tanaman tersebut. Salah satu guna lain dari serai adalah baunya dapat
digunakan untuk mengusir nyamuk, baik berupa tanaman ataupun berupa
minyaknya. Sebelum digunakan, serai dapat dipotong 10-15 cm dari ujung
akarnya, bersihkan kemudian memarkan. Bagian ujung inilah yang
memberikan aroma khas. Masukkan bersama bumbu lain dan angkat serai
saat hidangan akan disajikan.
sativum,
dan
tanaman
ini
adalah
bagian
dari
2.13 Jintan
Jintan (Trachyspermum roxburghianum syn . Carum roxburghianum)
merupakan tumbuhan menjalar yang bijinya dapat digunakan untuk
rempah-rempah dan obat-obatan. Biji tanaman ini sering digunakan
sebagai bumbu dapur untuk masakan India.Tanaman ini banyak
dibudidayakan di India dan Asia Tenggara. Aromanya sangat harum, agak
manis dan menjadi campuran bumbu hidangan tradisional di berbagai
daerah Nusantara. Masakan yang sering menggunakan jintan adalah opor,
gulai atau kari. Penggunaannya sebaiknya disangrai atau dihaluskan
bersama bumbu lain saat akan diolah. Pada proses pembuatan sate padang,
jintan digunakan sebagai penghasil aroma yang khas.
2.14 Adas
Adas (Foeniculum vulgare Miller) adalah tanaman dengan sejuta manfaat
yang telah banyak digunakan sebagai obat-obatan herbal dan juga bumbu
masak. Tanaman yang berasal dari Mediterania dan Eropa selatan ini
bahkan menjadi komoditi ekspor yang cukup banyak dicari. Adas dicirikan
sebagai tanaman perdu tahunan, batangnya berlubang, beruas, dan
berwarna hijau keputihan. Jika batang adas memar akan mengeluarkan bau
yang wangi. Biji adas berwarna biru kehijauan saat masih muda, dan akan
menjadi hijau kecoklatan jika sudah tua. Bentuk biji adas ini lonjong dan
memiliki aroma yang kuat, sedangkan buahnya memiliki rasa yang sedikit
manis dan agak pedas. Adas digunakan sebagai bumbu masak yang dapat
memperbaiki rasa masakan, juga sering digunakan utuk campuran salad
dan bahan pengganti seledri untuk sup.
2.15 Kunyit
Masakan tradisional Indonesia tidak terlepas dari bumbu ini. Bumbu yang
masih tergolong dalam keluarga rempah-rempah ini mempunyai ciri-ciri
seperti jari tangan, kulitnya bergaris-garis dengan warna cokelat
kekuningan dan tipis. Aroma kunyit sangat khas dan sedikit pahit. Kunyit
mempunyai warna kuning dan jika sudah berumur tua hampir mendekati
orange, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami. Biasa
dipakai untuk mewarnai nasi kuning, bumbu opor, kari dan gulai. Untuk
memperoleh warna yang tajam, pilihlah kunyit yang tua, berumbi besar
dan mulus. Biasanya sebelum kunyit digunakan dan dihaluskan dengan
bumbu yang lain.
2.16 Jahe
Jahe merupakan rempah makanan yang mengandung minyak atsiri 0, 25
3,3%, zingiberone, curcumine, philandren linalool, kamfer, gingerol,
shogaols. Jahe memiliki rasa pedas (gingerols, shogaols). Jahe
mengandung lemak sebanyak 6 8%, protein sebanyak 9%, enzim
protease sebanyak 2,26%, antioksidan dan antimikroba. Pada proses
pembuatan sate padang ini, jahe berfungsi sebagai pemberi rasa pedas dan
aroma jahe pada bumbu sate padang.
2.17 Lengkuas
Lengkuas atau laos (Alpinia galanga) adalah rempah-rempah populer
dalam tradisi boga dan pengobatan tradisional Indonesia maupun daerah
Asia Tenggara lainnya. Bagian yang dimanfaatkan adalah rimpangnya
yang beraroma khas. Lengkuas dapat memberikan aroma segar pada
hidangan tumis, pindang, dan hidangan berkuah santan. Pemanfaatan
lengkuas biasanya dengan mememarkan atau memotong tipis kemudian
dimasukkan ke dalam masakan.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Persiapan Alat dan Bahan
memasak
potongan-potongan
bahan
makanan
dengan
h.
i.
j.
k.
l.
m.
3.4 Bahan
Bahan:
1) 500 gr jeroan sapi (lidah, jantung, usus, babat)
2) 500 gr daging sapi
3) 3.000 ml air, untuk merebus jeroan dan daging
4) 1 sdt garam
5) 4 sdm minyak goreng, untuk menumis
6) 3 lembar daun kunyit
7) 3 batang serai, memarkan
8) 10 lembar daun jeruk
9) 1 potong asam kandis
10) Tusuk sate
11) 50 gr tepung beras, sangrai, larutkan dalam 300 ml air
12) Ketupat, potong-potong
13) Bawang goreng untuk taburan
Bahan yang dihaluskan:
1) 10 butir bawang merah
2) 5 siung bawang putih
3) 1 sdm ketumbar, sangrai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Organoleptik (Warna, Aroma, Rasa, Tekstur)
Sate padang, yang telah kami buat saat praktikum kemarin untuk
organoleptik secara keseluruhan sudah memuaskan, baik warna, aroma, rasa,
maupun tekstur dari daging dan bumbu sate.
Warna yang dihasilkan dari sate padang yang kami buat berwarna kuning
kecoklatan. Warna kuning yang dihasilkan berasal dari bumbu halus yang
dicampur dengan daging dan warna coklat berasal dari pembakaran daging (grill).
Meskipun ada beberapa bagian yang dirasa terlalu lama proses pembakarannya
sehingga terlihat ada beberapa bagian yang agak hitam tetapi secara keseluruhan,
warna yang dihasilkan pada dagingnya sudah bagus. Sayangnya penampakan
warna dari satenya terlihat kering karena tidak ada usus yang bisa membuat sate
tersebut terlihat lebih berwarna. Untuk warna dari bumbunya yaitu berwarna
kuning kecoklatan yang berasal dari bumbu halus yang disisihkan (2/3 bagian)
dengan kaldu dan tepung beras.
Aroma sate padang kami juga enak dan menggugah selera untuk memakan
sate tersebut. Bau yang paling keluar dari sate padang yang kami buat adalah bau
bumbu halus yang telah kami tumis dan kami campur ke daging maupun ke kaldu
untuk bumbu sate.
Rasa yang dihasilkan juga enak, baik sate padang maupun bumbunya.
Rasa yang muncul dari bumbunya adalah perpaduan antara rasa asin dan pedas,
tetapi yang paling menonjol dari bumbu sate adalah rasa pedas yang dikarenakan
oleh merica di dalam bumbu halus. Rasa dari satenya juga enak, bumbu halusnya
sudah merata ke seluruh bagian daging. Rasa ini muncul dari bumbu yang telah
dihaluskan yaitu bawang merah, bawang putih, adas, jintan, ketumbar, merica,
lengkuas, kunyit, dan jahe.
Tekstur dari daging dan jeroan sapi sudah empuk. Tekstur yang lembut ini
didapatkan dengan penambahan dua siung bawang merah saat merebus daging
dan jeroan sapi yang membantu proses pengempukan daging. Tekstur dari bumbu
satenya agak kental karena ada campuran tepung beras yang berfiungsi untuk
mengentalkan bumbu, tetapi bumbunya tidak menggumpal seperti yang telah
ditakutkan.
4.2 Jumlah/Porsi
Jumlah yang kami dapatkan dalam proses pembuatan sate padang ini
adalah 27 tusuk, setiap tusuknya berisikan 3 potong ayam dan jeroan berukuran
sekitar 1x2 cm.
4.3 Ketepatan Bahan
Kami mengikuti bahan yang ada di resep. Untuk bumbu halus kami
mempersiapakan 10 butir bawang merah, lima siung bawang putih, satu setengah
sdm ketumbar, lima sdt merica utuh, dua sdt jintan, tiga sdt adas, empat cm
kunyit, empat cm jahe, tiga cm lengkuas, dan tiga sdt garam. Untuk bahan satenya
kami juga tepat mempersiapkan 500 gr jeroan sapi, 500 gr daging sapi, 3000 ml
air, untuk merebus jeroan dan daging, satu sdt garam, empat 4 sdm minyak goreng
yang digunakan untuk menumis, tiga lembar daun kunyit, tiga batang serai yang
sudah memarkan, 10 lembar daun jeruk, satu potong asam kandis, tusuk sate.
Kami juga mempersiapkan 50 gr tepung beras yang disangrai terlebih dahulu dan
dilarutkan dalam 300 ml air untuk campuran bumbu sate.
4.4 Ketepatan Proses
Kami sudah mengikuti proses yang telah tertulis dalam resep, tetapi ada
proses yang kami tambahi. Kami mempersiapkan air 3000 ml dan daging serta
jeroan yang telah dibersihkan, lalu kami rebus bersama dengan dua siung bawang
merah untuk melunakkan daging. Pada cara pembuatan tidak ditunjukkan untuk
menambahkan dua siung bawang merah. Perebusan kami lakukan selama 90
menit. Sekitar 40 menit, ternyata air yang di dalam panci cepat menyusut. Untuk
menghindari air perebusan habis dan daging menjadi gosong, kami menambahkan
580 ml air. Jadi total air yang digunakan untuk perebusan daging ini adalah 3580
ml air.
Setelah itu, kami menyangrai satu setengah sdm ketumbar, lima sdt merica
utuh, dua sdt jintan, dan tiga sdt adas terlebih dahulu. Lalu kami menghaluskan
bumbu. Setelah bumbu halus, kita menumis bumbu tersebut dan menambahkan
daun kunyit, serai, daun jeruk, dan asam kandis. Lalu kami aduk hingga harum,
dan diangkat. Kami sisihkan 2/3 bagian bumbu untuk bumbu yang dicampur
dengan kaldu, dan 1/3 bagian bumbu untuk memberi rasa pada dagingnya.
Setelah 90 menit, daging diangkat dan dipotong-potong dengan ukuran
sekitar 1x2 cm. Setelah itu dicampur dengan 1/3 bagian bumbu yang tadi telah
dipisahkan untuk menambah cita rasa dalam dagingnya. Setalah merata, daging
dan jeroan tadi ditusukkan ke tusuk sate dengan pembagian 3 potong per tusuk
lalu dibakar sebentar. Untuk bumbunya, tepung beras 50 gr yang telah disangrai
dan dicampur dengan 300 ml air, hasil tadi dicampur dengan kaldu 600 ml dan 2/3
bagian bumbu halus lalu di aduk di atas kompor hingga rata lalu dihidangkan.
Daging yang telah dibakar sebentar tadi dihidangkan dengan bumbu. Lalu diberi
hiasan garnish, dan sate padang siap dihidangkan.
4.5 Kesulitan
Kesulitan yang kami alami saat praktikum adalah kami kesulitan dalam
memahami petunjuk yang diberikan di resep, dan ada bagian-bagian yang tidak
tertulis dalam resep. Seperti contoh, kami kurang memahami perintah jerang
kembali di atas api,, kami sempat bingung apakah yang dimaksud jerang itu
dalam prosesnya diberi minyak atau tidak, akhirnya kami sepakat untuk tidak
memberi minyak pada proses pencampuran daging dengan bumbu yang telah
disisihkan.
Kesulitan kami alami saat menghaluskan bumbu. Kami menggunakan
peralatan manual untuk menghaluskan bumbu yaitu menggunakan cowek dan
ulekan, dan yang menghaluskan bumbu tersebut ada tiga orang. Pedasnya bumbu
tersebut membuat satu persatu dari anggota kami mulai mengeluarkan air mata
dan akhirnya harus berhenti dan memperlambat dalam penghalusan bumbu.
Daftar Pustaka
Chairunisa. 2013. Uji Kualitas Minyak Goreng pada Pedagang Gorengan di
Sekitar Kampus Uin. Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah. Diakses pada 1
April 2015, pukul 17.00.
Soedarto.2013. Rekrisalisasi Garam Rakyat dari Daeraah Demak untuk
Mencapai SNI Garam Industri. Semarang: Universitas Diponegoro.
Diakses pada 1 April 2015, pukul 17.10.
Siti, Atat. 2010. Bumbu. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses
pada 1 April 2015, pukul 17.30
Marwanti. 2011. Pengolahan Makanan Indonesia. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta. Diakses pada 1 April 2015, pukul 17.30
Pratiwi D. 2015. Teknik Pengolahan Dasar,
(https://www.academia.edu/8752050/TEKNIK_DASAR_PENGOLAHAN)
diakses tanggal 01 April 2015.
DOKUMENTASI
BAHAN DAN PERSIAPAN BAHAN
Keterangan:
1. Ketumbar
2. Jintan
3. Biji Merica Utuh
4. Adas
1
2
3
4
Keterangan:
1. Daun Kunyit
2. Tusuk Sate
3. Lontong
4. Asam Kandis
5. Garam
6. Bawang goreng
1
2
3
4
5
2
1
Keterangan:
1. Daging dan Jeroan yang telah dicuci
2. Daun Jeruk
3. Bawang Merah