Anda di halaman 1dari 22

GLOSSARIUM

Anoreksia (anorexia) - gangguan makan yang disebabkan oleh


gangguan psikologis di mana penderitanya mengontrol asupan kalori
secara ekstrim, membatasi makan, dan amat terobsesi dengan berat
badan.
Dekubitus - kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit,
bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya
penekanan

pada

suatu

area

secara

terus-menerus

sehingga

mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. (M.Clevo Rendi,


2012).
Fraktur - terputusnya kontinuitas jaringan tulang, retak atau patahnya
tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
yang ditentukan jenid dan luasnya trauma. (Lukman, Nurma Ningsih.
2009).
Kongesti - akumulasi abnormal atau berlebihan dari cairan tubuh. Istilah
ini digunakan secara luas dalam pengobatan.
Konstipasi - suatu kondisi medis yang ditandai dengan kesulitan untuk
buang air besar sebagai akibat dari feses yang mengeras. Penyebab khas
dari konstipasi adalah pola makan rendah serat.
Kontraktur - terbatasnya mobilitas sendi sebagai akibat dari perubahan
patologis pada permukaan sendi atau jaringan lunak yang secara
fungsional berhubungan dengan sendi.
Lesi Hill-Sachs - kerusakan yang terjadi pada kepala posterohumerus
karena impaksi dari pinggiran glenoid yang juga terjadi trauma dislokasi
anterior.
Lesi Bankart - cedera kapsulolabral anterior yang berhubungan dengan
robekanlabrum glenoid anteroinferior.

Page | 1

Ligamen - jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut-serabut liat


yang mengikat tulang satu dengan tulang lain pada sendi.
Luxatio Erecta dislokasi inferior shoulder. Pergeseran posterior caput
humeri yang masih terletak di lateral dan berada di posterior dalam fosa
infraspinatus.
Myositis ossificans - salah satu kelompok myositis yang ditandai dengan
deposit tulang atau osifikasi otot. Biasanya kelompok myositis ini terjadi
apabila penderita mengalami cedera otot, terutama memar. (American
Academy of Orthopaedic Surgeons Myositis, 2007; Newman, 2006; The
Myositis Association, 2007).
Rotator Cuff - kelompok otot stabilitator aktif sendi glenohumeralis dan
sekaligus sebagai penggerak.
Rheumatoid Arthritis - penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada
saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang
mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi.
Shoulder Blade scapula
Trombosis Vena Dalam kondisi medis yang ditandai dengan
pembentukan gumpalan-gumpalan darah pada vena-vena dalam di dalam
tubuh (vena profunda), yang dapat menyumbat baik seluruh maupun
sebagian aliran darah yang melalui vena, menyebabkan gangguan
sirkulasi darah.

Page | 2

BAB I
DISLOKASI TRAUMATIK
A Definisi
Dislokasi traumatik adalah dislokasi yang terjadi karena trauma yang kuat
sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan di sekeilingnya dan
mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, saraf, dan sistem vaskular.
B Epidemiologi
C Etiologi
Secara umum dislokasi traumatic disebabkan oleh :
a Cedera olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan
b

hoki, serta olah raga yang beresiko.


Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan

keras

pada

sendi

saat

kecelakaan

motor

biasanya

menyebabkan dislokasi.
Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.

D Patomekanisme
a Klasifikasi
Berdasarkan tipe kliniknya dislokasi traumatik dibagi atas (Brunner &
Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) :
a Dislokasi Akut
Dislokasi akut umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip.
b
c

Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi.


Dislokasi Kronik
Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi
yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi
berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral
joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang atau
fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah

oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Patofisiologi
Dislokasi traumatik menyebabkan terjadinya tear ligamen dan kapsul
artikuler yang merupakan komponen vital penghubung tulang.
Prognosis

Page | 3

Tingkat kesembuhan pada kasus dislokasi traumatik ini baik jika tidak
menimbulkan komplikasi. Adapun komplikasi yang terjadi pada dislokasi,
yaitu :
1 Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi antara lain :
a Fraktur
b Kontraktur
c Trauma jaringan
2 Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan traksi :
a Dekubitus
b Kongesti paru dan pneumonia
c Konstipasi
d Anoreksia
e Stasis dan infeksi kemih
f Trombosis vena dalam
E Gambaran Klinis
a At the time of injury
1 An intense sickening pain (nyeri yang menyakitkan)
Dislokasi traumatik akan menyebabkan nyeri yang

sangat

menyakitkan dikarenakan terdapat jaringan yang rusak (cedera),


2

misalnya ligamen, tendon, dan otot.


Deformity (cacat)
Dislokasi dapat menyebabkan defomitas pada tubuh, misalnya
dislokasi traumatik pada acromioclavicular yang disebabkan benturan
keras pada tulang clavicula yang berdampak pada rupturnya ligamen
acromioclavicular dan coracoclavicular yang menyebabkan deformitas

berupa tonjolan yang jelas oleh tulang clavicula.


Loss of function (kehilangan fungsi)
Dislokasi menyebabkan kehilangan fungsi pada jaringan yang cedera,

baik pada jaringan itu sendiri maupun jaringan disekitarnya.


Gangguan gerakan
dikarenakan kehilangan fungsi pada jaringan yang cedera, baik pada
jaringan itu sendiri maupun jaringan disekitarnya menyebabkan

gangguan gerakan pada regio yang terkait.


Later features
1 Swelling (pembengkakan)
2 Bruising (memar)
3 Stiffness (kaku)
4 Muscle Weakness (kelemahan otot)
Diagnosis Banding
b

Page | 4

BAB II
DISLOKASI SHOULDHER
A Definisi
Dislokasi adalah cidera pada persendian yang mana kepala tulang lepas
atau bergeser dari mangkoknya. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi
adalah ligamen-ligamennya yang kendor akibat pernah mengalami cedera,
kekuatan otot yang menurun ataupun karena faktor eksternal yang berupa
tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan
dalam tubuh (Stevenson et al, 2000).
Dislokasi bahu adalah suatu kerusakan yang terjadi saat bagian atas
tulang humerus tidak menempel lagi dengan scapula. Hal ini terjadi saat

Page | 5

caput humerus keluar dari glenoid, maka dislokasi bahu ini fokus pada
dislokasi dari sendi glenohumeral (Dr H. Subagyo, Sp.B, Sp.OT, 2013).
B Epidemiologi
Dislokasi dan subluksasi sendi glenohumeral sering terjadi pada atlet.
Seorang peneliti mengidentifikasi distribusi dimodal dislokasi sendi bahu
primer dengan puncak dalam dekade kedua dan keenam. Dalam 95% kasus,
dislokasi bahu yang terjadi mengarah ke anterior. Terdapat beberapa fraktur
yang berhubungan dengan dislokasi bahu anterior yaitu kelainan Hill-Sachs
dengan kasus sebanyak 35-40% dari kasus yang ada, lesi Bankart dan
fraktur dari greater tuberosity dengan kasus sebanyak 10-15% dari kasus
yang ada. Sekitar 4% dari kasus yang ada, dislokasi terjadi ke arah posterior.
Sekitar 0,5% dari semua dislokasi yang ada, terjadi dislokasi ke arah inferior
(luxatio erecta). Dan dislokasi ke arah superior jarang sekali ditemukan,
angka kejadiannya lebih kecil dari dislokasi ke arah inferior.
Komplikasi penting dari dislokasi primer adalah dislokasi berulang.
Berdasarkan studi yang dilakukan, sekitar 70% dari mereka yang telah
mengalami dislokasi memiliki kemungkinan untuk mengalami dislokasi
berulang dalam waktu 2 tahun sejak cedera pertama.
Penderita yang lebih muda dan lebih tua memiliki insiden dislokasi bahu
primer yang sebanding. Namun keadaan dislokasi berulang sangat
bergantung pada usia dan lebih sering terjadi pada populasi remaja
dibandingkan dengan populasi yang lebih tua. Telah dilaporkan bahwa
dislokasi rekuren pada 66% sampai 10% pada individu berusia 20 tahun atau
lebih muda, 13% sampai 63% dari individu berusia antara 20 tahun dan 40
tahun. Dan 0% sampai 16% dari individu berusia 40 tahun atau lebih.
(Donnateli, 1991)
Dislokasi bahu cenderung lebih sering terjadi pada pria dibandingkan
dengan wanita. Hal ini mungkin disebabkan karena tipe olahraga yang
dilakukan.
C Etiologi
Penyebab utama dislokasi bahu adalah cedera traumatik. Hamper 95%
dari dislokasi bahu yang terjadi pertama kali adalah akibat dari beberapa
kejadian seperti benturan kuat, jatuh pada lengan terulur, atau gerakan tibatiba yang dapat mengakibatkan bahu terkilir. Pada individu-individu ini,
struktur yang berfungsi menstabilkan gerakan ditarik paksa secara spontan.

Page | 6

Sekitar 5% dari dislokasi yang ada disebabkan oleh kejadian yang atraumatik
(misalnya, overuse, mengangkat lengan). Individu-individu ini mungkin
memiliki kelemahan kapsuler atau pengontrolan otot pada kompleks bahu
atau dapat disebabkan oleh keduanya.
D Patomekanisme
a Klasifikasi
Terdapat empat jenis dislokasi pada bahu yaitu :
1 Dislokasi Anterior
Adalah Pergeseran caput humerus dari sendi glenohumeral dapat
terjadi pada bagian anterior dan medial glenoid, sehingga caput
humeri bergeser ke medial di bawah processus coracoideus.
Dislokasi sendi bahu anterior biasanya terjadi setelah cedera akut
karena lengan dipaksa berabduksi, berotasi eksternal dan ekstensi
sendi bahu.

Dislokasi Posterior
Adalah pergeseran posterior caput humeri yang masih terletak di
lateral dan berada di posterior dalam fosa infraspinatus.

Dislokasi Inferior

Page | 7

Adalah dislokasi dimana bagian leher dari tulang humerus terangkat


atau menekan melawan akromion yang disebabkan oleh tekanan
hiperabduksi. Jenis dislokasi ini jarang ditemukan.

Dislokasi Superior
Adalah dislokasi dimana caput humerus terdorong ke atas melawati
rotator cuff. Dislokasi superior sangatlah jarang.

Patofisiologi
1 Dislokasi Anterior
Sekitar 95% dari dislokasi bahu yang terjadi, bagian atas humerus
berada di depan shoulder blade dan menyebabkan dislokasi anterior.
Mekanisme umum dari kerusakan yang terjadi, yaitu abduksi yang
ekstrim, eksorotasi, ekstensi, dan suatu tekanan langsung dari
posterior terhadap humerus. Abduksi atau rotasi eksternal secara
paksa sendiri dapat menyebabkan dislokasi (sekitar 30% dari kasus
yang ada), begitu juga suatu tekanan kuat langsung terhadap bagian
posterior humerus (29%), elevasi dan eksorotasi yang terjadi secara
2

paksa (24%), dan jatuh dengan tangan terbuka lebar (17%).


Dislokasi Posterior
Dalam kurang dari 5% dari kasus yang ada, bagian atas humerus
berada di belakang shoulder blade, suatu dislokasi posterior. Dislokasi
posterior terjadi akibat berat axial yang ditumpukan pada lengan yang
sedang berada dalam keadaan adduksi dan endorotasi. Seperti jatuh
dalam posisi lengan adduksi dan endorotasi, atau adanya tekanan
langsung pada bagian depan bahu. Dislokasi posterior yang klasik
dapat juga terjadi akibat tersengat listrik ataupun kejang karena
ketidakseimbangan

kekuatan

antara

otot

internal

rotators

(subscapularis, latissimus dorsi, pectoralis mayor), yang menekan

Page | 8

otot-otot eksternal rotatos (teres minor dan infraspinatus). Jika terjadi


3

kejang, perlu dilihat adanya dislokasi bilateral.


Dislokasi Inferior
Mekanisme cedera dari dislokasi bahu inferior adalah adanya
berat aksial yang ditumpukan saat lengan sedang abduksi atau
hiperabduksi secara paksa seperti menangkap atau menggenggam

suatu objek yang berposisi di atas kepala saat jatuh.


Dislokasi Superior
Pada dislokasi superior, caput humerus terdorong ke atas melewati
rotator cuff. Dislokasi superior dapat terjadi akibat tekanan yang
ekstrim ke arah atas pada lengan yang adduksi.

Prognosis
Tingkat kesembuhan pada kasus dislokasi shoulder ini baik jika tidak
menimbulkan komplikasi. Adapun komplikasi yang terjadi pada dislokasi,
yaitu :
1 Dislokasi Anterior
Dislokasi bahu anterior rekuren disebabkan karena stabilitas dari
bahu bergantung pada integritas dari kapsul sendi, dan karena kapsul
dan labrum anterior hampir selalu mengalami cedera atau terlepas
dari glenoid dan leher dari scapula pada saat dislokasi bahu yang
pertama kali terjadi, maka tidaklah mengagetkan jika pada beberapa
individu dapat terjadi dislokasi berulang yang lebih sering akibat
tekanan yang semakin lama semakin kecil. Selain cekungan jaringan
lunak yang dapat menyebabkan caput humerus untuk bergeser,
sering juga ditemukan cekungan pada aspek posterior dari caput
humerus akibat fraktur kompresi saat dislokasi pertama terjadi.
Cekungan ini (lesi Hill-Sachs) menyebabkan caput humerus yang
eksorotasi untuk bergeser ke arah margin anterior dari rongga
glenoid.
Pada pasien remaja, dislokasi berulang sangatlah merugikan dan
mengganggu. Pasien sangat waspada jika lengan abduksi dan
exorotasi maka akan terjadi dislokasi kembali. Kondisi ini merupakan
indikasi dilakukannya perbaikan secara pembedahan pada jaringan
lunak. Dari berbagai macam dan banyaknya tipe operasi yang ada,
dua tipe operasi yang paling sering dilakukan yaitu operasi Bankart,
dimana labrum dan kapsul disambungkan kembali pada margin

Page | 9

anterior dari rongga glenoid; dan operasi Putti-Platt, dimana kapsul


dan otot subskapularis dipotong kemudian disambung secara
bertumpuan sehingga mengurangi gerak exorotasi. Setelah operasi,
lengan pasien akan diberikan sling dan diperban pada badan dengan
bahu yang berada dalam keadaan endorotasi selama 6 minggu.
Pasien dapat beraktifitas seperti normal kembali jika perbaikan ini
berhasil dilakukan dengan baik.
Selain dislokasi anterior rekuren, dislokasi bahu anterior biasanya
berhubungan dengan fraktur dari tuberositas mayor, lesi Bankart
(Fraktur dari glenoid rim) (15%) dan defek Hill-Sachs (fraktur impaksi
pada permukaan posterolaterl dari caput humerus karena impaksi dari
caput humerus dengan glenoid rim anterior saat terjadi dislokasi)
(50%).
Komplikasi yang cukup umum terjadi akibat dislokasi inisisal yaitu
cedera traksi pada N.aksilaris. Pasien tidak dapat abduksi bahu
karena paralisis deltoid

dan terdapat daerah kecil dengan sensasi

kulit yang berkurang. Prognosis penyembuhan baik. Kadang-kadang


dapat

terjadi

secara

bersamaan

yaitu

robekan

pada

muskulotendinous cuff yang dapat memperburuk dislokasi yang ada,


dimana pada keadaan ini bahu yang sudah direduksi perlu untuk
dilakukan imobilisasi selama 3 minggu dalam posisi abduksi. Jarang
terjadi interposisi tendon dari otot biceps longus yang memerlukan
2

reduksi terbuka yaitu secara pembedahan.


Dislokasi Posterior
Komplikasi yang dapat terjadi pada dislokasi bahu posterior yaitu
dislokasi yang tidak dapat direduksi. Sekurang-kurangnya setengah
dari pasien dengan dislokasi posterior memiliki lesi yang tidak dapat
direduksi saat pertama kali ditemukan. Tipikalnya pasien memegang
lengan dalam keadaan endorotasi, pasien tidak dapat mengabduksi
lengannya lebih daro 70-800, dan jika pasien mengangkat lengannya
ke arah depan, ia tidak dapat memutar telapak tangannya ke arah
atas. Komplikasi lainnya yaitu dislokasi bahu posterior rekuren dan
habitul.
Jika bahu yang sebelumnya pernah terdislokasi mengalami
dislokasi berulang oleh karena suatu cedera lain, dislokasi keduan

Page | 10

dan seterusnya disebut sebagai dislokasi rekuren. Perbaikan jaringan


lunak posterior secara pembedahan dianjurkan. Akan tetapi jika
pasien dapat melakukan dislokasi bahu sesuai dengan keinginannya
ataupun mereduksi kembali bahu tersebut, maka kondisi ini disebut
sebagai dislokasi habitual, dan biasanya berhubungan dengan
kelainan congenital yaitu kelemahan umum congenital dari ligament
yang membentuk bahu. Atau hal ini dapat berhubungan dengan
remaja atau orang dewasa yang mencari perhatian. Maka perhatian
khusus harus diberikan pada mereka agar tidak melakukan hal itu
3

secara sengaja.
Dislokasi Inferior
Mendiagnosa dislokasi inferior sangatlah penting oleh karena
tingginya angka kejadian untuk komplikasi. Sebanyak 60% dari kasus
yang ada, kerusakan neurologi (biasanya lesi pada N. Aksilaris)
berhubungan dengan dislokasi inferior. Kerusakan vaskularisasi
terjadi dalam 3,3% dari kasus yang ada, robekan rotator cuff terjadi
dalam 80-100% dari kasus yang ada. Dan fraktur greater tuberosity
dan avulsi pectoralis major juga berhubungan dengan dislokasi

inferior.
Dislokasi Superior
Kerusakan yang dapat terjadi bersamaan dengan dislokasi
superior yaitu kerusakan pada akromioclavicular, fraktur pada
akromion, clavicula, dan tuberositas.

E Gambaran Klinis
a Dislokasi Anterior
Pasien yang mengalami dislokasi bahu akan merasa sangat kesakitan
dan mencegah untuk siapapun untuk melakukan pemeriksaan karena
sakitnya itu. Jika pasien mengalami dislokasi bahu, rentang gerak (ROM)
dari pasien itu tidak luas. Jika bahu terdislokasi ke arah anterior, lengan
berada dalam posisi sedikit abduksi dan exorotasi. Pada pasien yang
kurus, caput humerus yang menonjol dapat dirasakan berada di anterior
dan cekungan dapat dilihat posterior pada bahu. Rotator cuff seringkali
mengalami kerusakan dan harus diperiksa setelah dilakukan reduksi.
Penting untuk menilai fungsi neurovascular aksila dengan meraba nadi
dan melakukan uji sensasi pada daerah bahu. Gerakan biasanya sangat

Page | 11

menyakitkan akibat dari spasme otot. Lokasi dislokasi anterior yang


paling sering terjadi yaitu subkorakoid. Dapat juga terjadi dislokasi
subglenoid, subclavicula, dan yang sangat jarang yaitu intratorakal atau
b

retroperitoneal.
Dislokasi Posterior
Dislokasi bahu posterior mudah untuk terlewatkan dalam diagnosa,
karena lengan pasien biasanya terletak dalam keadaan endorotasi dan
adduksi (yaitu, pasien memegang lengannya dan meletakkannya pada
perutnya). Pasien tidak dapat melakukan supinasi pada tangannya. Pada
lengan tidak dapat dilakukan eksorotasi ke posisi netral. Pada pasien
yang kurus, caput humerus yang menonjol dapat dilihat dan teraba
diposterior dibawah prosesus acromion, bahu anterior menjadi rata, dan
processus coracoids lebihb menonjol. Dislokasi bahu posterior seringkali
terlewatkan,

karena

ekstremitasnya.
Sebelumnya,

pasien

dislokasi

ini

hanya
pernah

tampak

seperti

terlewatkan

memegang

atau

disalah

diagnosiskan sebagai frozen shoulder. Jika gambaran radiografi yang


tepat tidak dapat diperoleh, diagnosis akan terlewatkan. Cedera pada
c

saraf dan vaskuler tidak umum terjadi.


Dislokasi Inferior
Dislokasi inferior akan menjadi kondisi yang disebut sebagai luxato
erecta, yang menjelaskan mengenai presentasi klasik dimana lengan atas
abduksi 110-1600 dengan lengan bawah diistirahatkan pada atau
dibelakang kepala pasien. Pada pemeriksaan, ditemukan lengan yang
berada di atas kepala pada posisi yang tetap dengan siku yang fleksi.

Caput humerus teraba pada atau di bawah aksila.


Dislokasi Superior
Pada pemeriksaan dapat ditemukan caput humerus yang meninjol
yang dapat dirasakan berada di superior.

Diagnosis Banding
Diagnosis banding utama dari dislokasi anterior adalah fraktur kolum
humerus dan dislokasi fraktur. Frekuensi fraktur ini lebih kecil dibandingkan
dengan kasus dislokasi sederhana. Kesalahan fatal dapat terjadi saat
melewatkan kasus ini dan menganggapnya sebagai dislokasi sederhana lalu
menatalaksananya sesuai prosedur tatalaksana dislokasi sederhana. Jika
pemeriksa dapat membuat siku pasien menyentuh pinggang atau humerus

Page | 12

dapat bergerak pada scapula, maka kemungkinan adanya fraktur kolum


humerus atau dislokasi fraktur lebih besar. Selain itu adanya pembengkakan
yang hebat juga dapat menyingkirkan kemungkinan dislokasi sederhana.

BAB III

Page | 13

DISLOKASI ACROMIOCLAVICULAR JOINT


A Definisi
Dislokasi adalah cidera pada persendian yang mana kepala tulang lepas
atau bergeser dari mangkoknya. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi
adalah ligamen-ligamennya yang kendor akibat pernah mengalami cedera,
kekuatan otot yang menurun ataupun karena factor eksternal yang berupa
tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan
dalam tubuh (Stevenson et al, 2000).
Dislokasi Acromioclavicular Joint adalah dislokasi yang terjadi pada sendi
antara ujung distal clavicula dengan acromion. Dislokasi AC Joint dapat
terjadi karena adanya ruptur ligamen acromioclavicular dan ligamen
coracoclavicular (Apley, 1993).
B Epidemiologi
Dislokasi acromioclavucular joint kebanyakan terjadi pada usia 15 40
tahun karena aktivitas olah raga dan kecelakaan lalu lintas (Apley, 1993).
C Etiologi
Dislokasi acromioclavicular terjadi karena adanya strain pada ligamen
acromioclavicular yang disebabkan oleh trauma.
Ketika seseorang jatuh dengan bahu bagian anterior, maka akan ada
gaya yang mendorong bahu tersebut ke arah posterior sementara clavicula
tetap berada di posisi anatominya, sehingga menyebabkan ligamen
acromioclavicular tertarik dan terjadi ruptur.
D Patomekanisme
a Klasifikasi
Tipe dislokasi pada acromioclavicular joint antara lain (Allman and
Rockwood) :
1 Tipe I
Pada ligamen acromioclavicular terjadi stretch yang menyebabkan
ligamen

tersebut

mengalami

ketegangan

dan

dapat

juga

menyebabkan ruptur parsial.


Tipe II
Pada ligamen acromioclavicular terjadi ruptur total dan ligamen

coracoclavicular terjadi rupture parsial.


Tipe III
Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur

total, dan tulang clavicula terangkat ke atas.


Tipe IV
Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur

total, dan tulang clavicula terdorong kea rah posterior.


Tipe V

Page | 14

Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur


6

total, dan tulang clavicula mengalami ketidakstabilan.


Tipe VI
Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur
total, dan tulang clavicula masuk diantara kepala humerus dan tendon
otot biceps dan coracobrachialis.

Patofisiologi
Ruptur pada ligamen acromioclavicular yang disebabkan oleh trauma
yang dapat menyebabkan dislokasi acromioclavicular.
Ketika seseorang jatuh dengan bahu bagian anterior, maka akan ada
gaya yang mendorong bahu tersebut ke arah posterior sementara
clavicula tetap berada di posisi anatominya, sehingga menyebabkan
ligament acromioclavicular tertarik dan terjadi rupture.
Mekanisme yang paling umum untuk dislokasi acromioclavicular

adalah benturan langsung pada bagian acromion dengan lengan adduksi.


Prognosis
Tingkat kesembuhan pada kasus dislokasi acromioclavicular ini baik

jika ditangani dengan benar.


E Gambaran Klinis
Pasien mengalami nyeri di atas sendi acromioclavicular. Terjadi
F

pembengkakan, memar, dan clavicula menonjol secara jelas.


Diagnosis Banding
a Cedera rotators cuff
b Dislokasi bahu

Page | 15

BAB IV
DISLOKASI ELBOW
A Defenisi
Dislokasi elbow adalah suatu injuri berupa keadaan yang abnormal
pada regio elbow, dimana olekranon tidak berhubungan secara normal
dengan epicondilus humeri, atau bergesernya tulang ulna ke belakang
dari ujung bawah tulang humeri.

B Epidemiologi
Dislokasi elbow dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa
akibat suatu trauma tidak langsung.
C Etiologi

Page | 16

Dislokasi elbow terjadi karena trauma, misalnya jatuh lalu menumpu


dengan tangan dimana elbow dalam keadaan sedikit fleksi.
D Patomekanisme
a Klasifikasi
Klasifikasi didasarkan pada arah dari dislokasi tersebut :
1 Dislokasi posterior
2 Dislokasi posterolateral
3 Dislokasi posteromedial
4 Dislokasi lateral
5 Dislokasi medial
6 Dislokasi divergen
b Patofisiologi
Mekanisme traumanya yaitu jatuh lalu menumpu dengan tangan
dimana elbow dalam keadaan sedikit fleksi dan mekanisme
cederanya yaitu jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan dislokasi
sendi siku ke arah posterior.
Pada dislokasi yang paling besar terjadi kerusakan jaringan lunak
berupa kerobekan kapsul sendi bahkan arteri brachialis. Dan jika
dislokasi ke arah lateral atau medial, ligament akan terulur bahkan
c

ruptur, avulsi tendon pleksor dan epicondilus medial.


Prognosis
Tingkat kesembuhan pada kasus dislokasi elbow ini baik jika tidak
menimbulkan komplikasi. Adapun komplikasi yang terjadi pada
dislokasi, yaitu berupa kelumpuhan nervus medianus, hal ini kadang
terjadi namun prognosisnya sembuh adalah baik, maka dapat
diberikan elektrical stimulation. Selain itu komplikasi yang mungkin
terjadi adalah kerusakan nerve ulnaris, kerusakan arteri brachialis
(tetapi jarang terjadi), fraktur caput radii atau processus olecrani, m
yositis ossifican (kaku tidak bisa digerakkan), recurrent dislokasi, dan

deformitas yang menetap.


E Gambaran Klinis
a Gambaran klinis dari kasus dislokasi elbow yaitu terdapat rasa sakit
yang berulang di bagian luar lengan atas, tepat di bawah siku (lateral
epikondilus) dan kadang-kadang ada rasa sakit yg menjalar ke lengan
bawah menuju pergelangan tangan. Rasa sakit ini menyebabkan
karena adanya lipatan pada lengan. Biasanya rasa sakit ini
berlangsung selama 6 12 minggu. Selain itu pasien sulit untuk
memperpanjang lengan sepenuhnya, karena adanya peradangan
otot, tendon dan ligamen.

Page | 17

Diagnosis Banding

BAB V
DISLOKASI METACARPAL DAN INTERPHALANGEAL
A Definisi
Dislokasi metacarpal dan interphalangeal adalah dislokasi yang disebabkan
oleh gerakan hiperekstensi atau ekstensi persendian metacarpal dan
interphalangeal.

B Epidemiologi
C Etiologi
Dislokasi metacarpal disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak
langsung. Contoh jenis trauma langsung misalnya fraktur yang mendapat
ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
Sedangkan contoh jenis trauma tidak langsung misalnya penderita jatuh
dengan lengan dalam keadaan ekstensi, sehingga dapat terjadi fraktur pada
pergelangan tangan.
D Patomekanisme
a Klasifikasi
b Patofisiologi
1 Metacarpal
Dislokasi metacarpal dapat disebabkan oleh adanya perubahan
patologis

pada

metacarpophalangeal
2

rheumatoid
1

paling

arthritis

(RA)

memungkinkan

dan

dislokasi

pada
akibat

hiperekstensi injuri.
Interphalangeal

Page | 18

Dislokasi interphalangeal dapat disebabkan oleh adanya gerakan


hiperektensi yang dipaksa dan karena dislokasi intherphalangeal
tersebut direduksi.
c Prognosis
E Gambaran Klinik
F Diagnosis Banding

DAFTAR PUSTAKA

Page | 19

Subagyo. 2013. Dislokasi Sendi Shouldher. Jakarta : Klinik Jakarta


Orthopedic
Apley, A. Graham. 1995. Orthopedi dan Fraktur Sistem Apley. Edisi
Ketujuh. Jakarta: Widya Medika
Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Jakarta:
Yarsif Watampone
Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC
Anonim. 2005. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Bedah
RSCM. Jakarta

HALAMAN KONSULTASI

Page | 20

Catatan dosen fasilitator


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Makassar, 06 Februari 2014

_______________________

Page | 21

Page | 22

Anda mungkin juga menyukai