Laporan Limnologi
Laporan Limnologi
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Limnologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
sifat dan struktur dari perairan daratan yang meliputi mata air, sungai, danau,
kolam dan rawa-rawa; baik yang berupa air tawar maupun air payau. Selain itu,
dikenal oseanologi yang mempelajari tentang ekosistem laut. Limnologi dan
oskonologi yang mempelajari tentang ekosistem laut. Limnologi dan oksenologi
merupakan cabang ilmu ekologi yang khusus mempelajari tentang sistem
perairan yang terdapat dipermukaan bumi (Barus, 2001).
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup zat, energi, atau
komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter,
yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan sebagainya) dan
parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri dan sebaainya (Effendi, 2003).
1.3
2010, pukul 06.00 13.00 WIB di Waduk Karangkates, Kabupaten Malang. Dan
pada hari Selasa tanggal 30 November 2010 pukul 10.00 WIB 14.00 WIB di
2
laboratorium reproduksi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya, Malang.
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Limnologi
Limnologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
sifat dan struktur perairan daratan yang meliputi mata air, sungai, danau, kolam
dan rawa-rawa, baik yang berupa air tawar maupun air payau. Selain itu, dikenal
oseanologi yang mempelajari tentang ekosistem laut. Limnologi dan oseanologi
merupakan cabang ilmu ekologi yang khusus mempelajari tentang sistem
perairan yang terdapat di permukaan bumi (Barus, 2001).
Limnologi dari bahasa Inggris. Limnology dari bahasa Yunani = lymne
danau dan logos pengetahuan merupakan pedalaman bagi biologi perairan
darat terutama perairan tawar. Lingkup kajiannya kadang-kadang mencakup juga
perairan payau (estuary). Limnologi merupakan bagian menyeluruh mengenai
kehidupan di perairan darat, sehingga di golongkan sehingga bagian dari ekologi.
Dalam bidang perikanan, limnologi dipelajari sebagai dasar bagi budiaya
perairan (akulture) darat (Luarhadson, 2010).
2.2
Parameter Fisika
2.2.1 Suhu
a. Pengertian
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang
sering disebut proses metabolisme hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang
relatif sempit biasanya 0C 40C (Nybakken 1992 dalam Sembiring, 2008).
Menurut Hardjojo dan Djokosetianto (2005) dalam irawan (2009), suhu air
normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan
4
metabolisme dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat
penting di air.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutup oleh
vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi (Brehm & Meifering, 1990 dalam
Barus, 2001). Disamping itu pola temperatur perairan dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor anthropogen (faktor yang diakibatkan oleh aktifitas manusia) seperti
limbah panas yang berasal dari pendinginan pabrik, pengetahuan DAS yang
menyebabkan hilangnya perlindungan sehingga badan air terkena cahaya
matahari secara langsung. Hal ini terutama akan menyebabkan peningkatan
temperatur suatu sistem perairan (Barus, 2001).
Faktor-faktor mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan ini
adalah penyerapan panas chear fluy, curah hujan (resi protein) aliran sungai
(flux) dan pula sirkulasi arus (Hadiksumah, 2008).
2.2.2 Kecepatan Arus
a. Pengertian
Menurut Barus (2001), arus air adalh faktor yang mempunyai peranan
yang sangat penting baik pada perairan lotik maupu pada perairan lentik. Hal
ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terkait dan mineral
yang terdapat dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal.
Arus air pada perairan
bererak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari
perairan tersebut.
5
Menurut Hutabarat dan Stewart (2008), arus merupakan gerakan air
yang sangat luas terjadi pada seluruh larutan di dunia. Arus-arus ini
mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayanan
bagi kapal-kapal.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Barus (2001), pada ekosistem lentic arus dipengaruhi oleh
kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin
kuat dan semakin dalam mempengaruhi lapisan air, pada perairan lotic
umumnya kecepatan arus berkisar antara 3 m/detik. Meskipun demikian
sangat sulit untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus, karena
arus di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung
dari flukutasi debit dan aliran air dan kondisi substrat yang ada.
Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan, kadar
sungai, kedalaman dan keleburan sungai, sehingga kecepatan arus di
sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan
mempengaruhi substrat sungai (Odim, 1993 dalam suliati, 2006).
2.2.3 Kecerahan
a. Pengertian
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan dalam air dan
dinyatakan dengan persen (%), dari beberapa panjang gelombang di daerah
spektrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh
agak lurus pada permukaan air (Kordi dan Tancung, 2007).
Kecerahan air berkisar antara 40-85 cm, tidak melanjutkan perbedaan
yang besar. Kecerahan air pada musim kemarau (Juli September 2000)
adalah 40-85 cm, dan pada musim hujan (November dan Desember 2000)
6
antara 60-80 cm. Kecerahan air di bawah 100 cm, tergolong tingkat
kecerahan rendah (Alimi dan Subroto, 2002).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Menurut Effendi (2003), kecerahan air tergantung pada warna dan
kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang
ditentukan secara visual dnegan menggunakan secchidisk. Kekeruhan pada
perairan yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak disebabkan
oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus
sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak
disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar yang
berupa lapisan permukaan tanah yang terletak oleh aliran air pada saat hujan.
Kejernihan sangat ditentukan oleh partikel-partikel terlarut dan lumpur.
Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut maka kekeruhan akan
meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan
akan menurunkan efisiensi makan dari organisme (Sembiring, 2008).
2.2.4 Kedalaman Perairan
a. Pengertian
Kedalaman air merupakan parameter yang penting dalam memecahkan
masalah tertentu berbagai pesisir seperti erosi, pertambakan, stabilitas garis
pantai, pelabuhan dan konsekuensi pelabuhan dan konsekuensi pelabuhan,
evaluasi penyimpanan pasang surut, pengerukan, pemeliharaan dan lain-lain.
Ivte navigasi (Pourawala, et al, 2010).
Batimeteri (dari bahasa Yunani, berarti kedalaman, dan ukuran) adalah
ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi
lantai samudra atau danau sebuah peta batimetri umumnya menampilkan
7
reliet lantai atau dataran dengan garis-garis kontur (counter line) yang disebut
kountur kedalaman (dept countours atau sobath Avidianto 2010).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Ariana (2002), basimeteri adalah ukuran tinggi rendahnya dasar
laut. Perubahan kondisi hidrografi di wilayah perairan laut dan pantai
disamping disebabkan oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di
wilayah sungai. Terbawanya berbagai material partikel dan kandungan oleh
aliran sungai semakin mempercepat proses pendangkalan di perairan.
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada
lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadi pengadukan dasar akibat dari
pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari 3 m
dari dasar jaring (Setiawan, 2010).
2.2.5 Warna Perairan
a. Pengertian
Menurut Marindro (2008), kriteria warna air tambak yang dapat di
jadikan acuan standart dalam pengelolaan kualitas air adalah seperti di bawah
ini :
1. warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya dominasi
chlorophyceae dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan
dan cuaca karena mempunyai waktu mortalitas yang relatif panjang.
2. warna air tambak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya dominasi
diatome.
3. warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan dominasi
yang terjadi merupakan perpaduan antara chlorophyceae.
8
Warna air merupakan salah satu unsur dari parameter fisika terhadap
gelombang cahaya sejumlah material yang berada dalam air yang tertangkap
oleh material-material dalam air dapat berupa jumlah zat tersuspensi (TDS)
(Pamuji dan Anthonius, 2010).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Warna perairan pada umumnya disebabkan oleh partikel koloid
bermuatan negatif, sehingga penghilangan warna di perairan dapat dilakukan
dengan penambahan koagulan yang bermuatan positif. Misalnya aluminium
dan besi (Sawyer dan Melarty, 1978). Warna perairan juga dapat disebabkan
oleh peledakan (blooming) Fitoplankton (algae) (Effend, 2003).
Warna air pada kolom dan tambak, baik sistem tradisional semi intensif
maupun intensif bermacam- macam. Adanya warna air tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain hadirnya beberapa jenis plankton, baik
fitoplankton maupun zooplanktory larutan tersuspensi. Dekompensasi bahan
organik, mineral ataupun bahan-bahan lain yang terlarut dalam air (Kordi,
2009).
2.2.6 Substrat
a. Pengertian
Menurut Hamid (2010), bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia
yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan lalu hidup merupakan
medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan
tepat hidup.
Menurut Odum 1971 dalam Sahri et al 2000, substrat dasar yang berupa
bantuan merupakan habitat yang paling baik dibandingkan substat pasir dan
9
kerikil. Substrat pasir dan kerikil mudah sekali terbawa oleh arus air,
sedangkan substrat batuan tidak mudah terbawa oleh air.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kandungan
bahan
organik
menggambarkan
tipe
substrat
dan
Parameter Kimia
2.3.1 pH
a. Pengertian
Menurut Kordi dan tanjung (2007), derajat keasaman lebih dikenal
dengan istilah pH. pH (singkatan dari puissane negatif de H), yaitu logaritma
dari kepekaan ion-ion H (hidrogen) yang terlepas dalam satu cairan. Derajat
keasaman atau pH air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan
tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam nol per liter)
pada suhu tertentu atau dapat ditulis.
pH = -log (H+) (Kordi dan Tancung, 2007).
Suatu ukuran yang menunjukkan apakah air bersifat asam atau dasar
dikenal sebagai pH. lelah tepatnya, pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen
dalam air dan didefinisikan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion
hidrogen molar (-log (H+). Air dianggap asam bila pH dibawah 7 dan dasar
ketika pH di atas 7. Sebagai besar nilai pH ditemui jatuh antara O sampai 17.
pH yang baik adalah budidaya adalah 6,5-90 (Wurts, 1992).
10
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Peningkatan keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah
yang mengandung asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Keasaman
tinggi (pH rendah) juga dapat disebabkan adanya FeS2 dalam air akan
membentuk H2SO4 dan ion Fe2y (larut dalam air) (Manik, 2003).
Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif stabil dan berada dalam
kisaran yang sempat. Biasanya berkisar antara 7,7-8,4. pH mempengaruhi
oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan
bikarbonat yang dikandungnya (Boyd, 1982, Nybakken 1992 dalam Irawan et.
al, 2009).
2.3.2 DO
a. Pengertian
Oksigen terlarut (Dissolved oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di
samping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi dan anorganik dalam
proses aerobik (Salmin, 2005).
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
ekosistem akuatik, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi
sebagian besar organisme (Juin, 2002 dalam sembiring, 2008).
11
Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung dari beberapa faktor,
sepreti kekeruhan air, suhu, slainitas, pergerakan massa air dan udara, seprti
arus, gelombang dan pasang surut (Salmin, 2005).
Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tumbuhan air dan
proses fotosintesis tumbuhan air dan dari udara yang masuk ke dalam air.
Konsentrasi DO dalam air tergantung pada suhu dan tekanan udara. Pada
suhu 20 C tekanan udara satu atmosfer konsentrasi DO dalam keadaan
jenuh 9,2 ppm dan pada suhu 50 C (tekanan udara sama) konsentrasi DO
adalah 5,6 ppm (Manik, 2000).
2.3.3.CO2
a. Pengertian
Menurut Kordi dan Tancung (2007), karbondioksida (CO2) atau disebut
asam arang sangat mudah larut dalam suatu larutan. Pada umumnya perairan
alami mengandung karbondioksida sebesar 2 mg/L. karbondioksida (CO 2)
merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun
tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis.
Atmosfir kami mengandung karbondioksida dengan persentase yang
relatif kecil, yakni sekitar 0,033%. Akan tetapi, dari tahun ke tahun, kadar
karbondioksida memperlihatkan kecenderungan peningkatan, sebagai hasil
dari penggundulan hutan dan pembakaran bahan bakar fosil, misalnya minyak
bumi dan batu bara. Sekitar setengah dari karbondioksida yang merupakan
hasil pembakaran ini berada di atmosfir dan setengahnya lagi tersimpan di
laut akan digunakan dalam proses fotosintesis oleh diatom dan algae laut lain.
Small (1972) dalam Cole (1988) mengemukakan bahwa 88% hasil fotosintesis
di bumi ini merupakan sumbangan dari algae di lautan (Effendi, 2003).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
12
Adanya arus dan angin diduga menyebabkan bergeraknya massa CO 2
terlarut ini. Selain faktor cuaca seperti kecepatan angin, arah angin dan curah
hujan, salinitas dan pH juga mempengaruhi konsentrasi karbondioksida
terlarut (CO2 terlarut Bakker et al 1996 dalam Suratno dan Bayu, 2010).
Menurut Affandi (2009), karbondioksida yang terdapat di perairan
berasal dari berbagai sumber, yaitu sebagai berikut :
1. Difusi dan atmosfer
2. Air hujan
3. Air yang melewati tanah organik
4. Respirasi tumbuhan, hewan dan bakteri aerob.
2.3.4 Alkalinitas
a. Pengertian
Alkalinitas atau yang lebih dikenal total alkalinitas adalah konsentrasi
total dari unsur basa-basa yang terkandung dalam air dan biasa dinyatakan
dalam mg/L atau setara dengan kalsium karbonat (CaCo 3). Dalam air, basabasa yang terkandung biasanya dalam bentuk ion karbonat dan bikarbonat
(Kordi dan Tancung, 2007).
Alkalinitas adalah jumlah asam (ion hidrogen) air yang dapat menyerap
(buffer) sebelum mencapai pH yang diinginkan. Total alkalinitas diungkapkan
sebagai miligram per liter atau bagian per juta kalsium karbonat (mg/L atau
ppm CaCO3. Alkalinitas total 20 mg/l atau lebih banyak diperlukan untuk
tambak yang bereproduksi tinggi.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Kordi (2009), konsentrasi total alkalinitas sangat erat
hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan air. Di lahan, umumnya
tota alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama dengan total kesadahan
13
air. Hal ini disebabkan kesadahan atau yang disebut juga dengan konsentrasi
ion-ion logam bervalensi 2, seperti Ca2+ dan Mg2x dipasak dalam jumlah yang
sama dari lapisan tanah dengan HCO 3 dan CO32 yang merupakan unsur
pembentuk total alkalinitas.
Di lautan, alkalinitas total akan berubah karena adanya konsentrasi I on
Na+ dan ion Ci- dan lainnya (Eris et al. 2003). Selain itu yang dapat
mempengaruhi perubahan alkalinitas total adalah adanya proses biogeokimia
seperti pengendapan kalsium karbonat atau adanya produksi partikel
senyawa organik oleh mikroalga (Wolf. Gladrow et al, 2007 dalam Suratno
dan Bayu, 2010).
2.3.5 TOM
a. Pengertian
Menurut Effendi (2003), kalian permanganat (KmnOu) telah lama
dipakai
sebagai
mengoksidasi
oksidator
bahan
pada penentuan
organik,
yang
dikenal
konsumsi oksigen
sebagai
untuk
parameter
nilai
permanganat atau sering disebut sebagai kandungan bahan organik total atau
TOM (Total Organik Matter). Akan tetapi, tergantung pada senyawa-senyawa
yang terkandung dalam air.
Menurut Mulia (2002), bahan organik dibagi atas dua bagian, yaitu :
- Bahan organik terlarut yang berukuran < 0,5 m.
- Bahan organik yang tidak terlarut yang berukuran > 0,5 m.
Bahan organik terlarut (BOT) atau total organik Mattler (TOM)
menggambarkan kandungan bahan organik, total suatu perairan yang terdiri
dari bahan organik terlarut, tersuspensi (Particulate) dan koloid (Syafiuddin,
2004).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
14
Menurut Koesbiono (1985) dalam Syaifuddin (2004) terdapat empat
macam sumber penghasil bahan organik pelarut dalam air laut yaitu (1)
berasal dari daratan (2) proses pembusukan organisme yang telah mati (3)
perubahan metabolik-metabolik ekstraseluler oleh algae, terutama fitoplankton
dan (4) ekskresi zooplankton dan hewan-hewan lainnya.
Hampir seluruh organik karbon terlarut dalam air laut berasal dari
karbondioksida yang dihasilkan oleh fitoplankton. Konsentrasinya tergantung
pada keseimbangan antara rata-rata organik karbnon, rata-rata organik,
karbon terlarut yang dibentuk oleh hasil pembusukan, ekskresi dan rata-rata
hasil penguraian atas pemanfaatannya (Mulia, 2003).
2.3.6 Orthopospat
a. Pengertian
Orthofospat merupakan bentuk yang dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh tumbuh akuatik. Sedangkan poliposfat harus mengalami
hidroisis membentuk orthofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan
sebagai sumber fosfor. Setelah masuk ke dalam tumbuhan, misalnya
fitoplankton, fosfat organik mengalami perubahan menjadi orgarofosfat
(Effendi, 2003).
Ortofosfat merupakan nutrisi yang paling penting dalam menentukan
produktivitas perairan. Keberadaan fosfat di perairan dengan segera dapat
diserap oleh bakteri, phytoplankton dan makrofita (Sembiring, 2008).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Ketersediaan unsur untuk tanaman sangat ditentukan oleh pH tanah.
Pada tanah
15
tetapi diberikan dalam tarikan agar kontrak denan Al dengan Fe dapat ditekan
(Manik, 2009).
Menurut Fansuri (2009), distribusi bentuk yang beragam dari fosfat di air
laut dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik. Di permukaan air, fosfat
diangkut oleh fitoplankton sejak proses fotosintesis. Konsentrasi fosfat di atas
0,3 mm akan menyebabkan kecepatan pertumbuhan pada banyak spesies
fitoplankton.
2.3.7 Nitrat Nitrogen
a. Pengertian
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat
nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini
dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan.
Nitrifikasi yang merupakan proses yang penting dalam siklus nitrogen dan
berlangsung aerob (Effendi, 2003).
Nitrat adalah salah satu jenis senyawa kimia yang sering ditemukan di
alam, seperti dalam tanaman dan air. Senyawa ini terdapat dalam tiga bentuk,
yaitu ion nitrat (ion NO3). Ketiga bentuk senyawa nitrat ini menyebabkan efek
yang sama terhadap senyawa nitrat ini menyebabkan efek yang sama
terhadap ternak meskipun pada konsentrasi yang berbeda (Stohenow dan
Lardy, 1998; Cassel dan Barao 2000 dalam Yuningsih, 2007).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Dalam kondisi dimana konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah dapat
terjadi proses kebalikan dari nitrifikasi yaitu proses denitrifikasi dimana nitrat
melalui nitrit akan menghantarkan nitrogen bebas yang akhirnya akan lemas
16
ke udara atau dapat juga kembali membentuk amonium/amniak melalui
proses amnonifikasi nitrat (Barus, 2001).
Di perairan alami, nitrat (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah sangat
sedikit, lebih sedikit dari pada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan
keberadaan oksigen (Effendi, 2003).
2.3.8 BOD
a. Pengertian
Menurut Effendi (2003), segera tidak langsung BOD merupakan gambar
kadar garam organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba oleh
mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida
dan air (Davis dan Cornwell, 1991). Dengan kata lain, BOD menunjukkan
jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang
terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20 C selama
lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya.
BOD atau Biochemical Oksigen Demand adlaah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik (Umaly dan Luvin 1988, Met calt & Eddy 1991 dalam Hariyadi,
2004).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara
luar mencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas.
Konsentrasi air buangan/sampel tersebut yang harus berada pada suatu
tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut
selalu ada selama pemeriksaan.
17
kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar = 9 ppm pada suhu
20 C (Salmin, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD adalah jumlah senyawa organik
yang diuraikan, tersedianya mikroorganisme aerob dan tersedianya sejumlah
oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian tersebut (Barus, 1990
dalam Sembiring, 2008).
2.4
Proses Nitrifikasi
(Gambar 1.) Menurut Yuningsih (2007), proses nitrifiksi sebagai berikut :
Pupuk nitrogen
Kotoran ternak
Permukaan tanah
Bakteri
NH3
amonia
Bakteri
NO2
NO3
Nitrit
Proses nitrifikasi
mikroorganisme
di
dalam
air.
Mikroorganisme
tersebut
akan
mengoksidasi amonium menjadi nitrit dan akhirnya menjadi nitrat. Penguraian ini
dikenal sebagai proses nitrifikasi (Borneff, 1982, Schwoerbel 1987 & 1994),
Hufler 1990 dalam Barus, 2001).
18
2.5
dalam suatu ekosistem danau dengan nilai produktivitas suatu danau yang
bersifat digotropik (miskin zat hara) akan mempunyai nilai produktivitas rendah.
Peningkatan akumulasi zat biota dalam danau dapat mengubah kondisi
oligotropik menjadi kondisi eutropik dan itu juga berarti terjadi peningkatan
produktivitas (Barus, 2001).
Menurut Effendi (2003), berdasarkan tingkat kesuburan (tropic status
perairan tergenang, khususnya danau, dapat diklasifikasikan menjadi lima
sebagai berikut :
a. Oligotropik (miskin unsur hara dan produktivitasnya rendah) yaitu perairan
dengan produktivitas primer dan biomasa yang rendah.
b. Mesotropik (unsur hara dan produktivitasnya sedang) yaitu perairan dengan
produktivitas primer dan biasanya sedang.
c. Eutropik (kaya unsur hara dan produktivitas tinggi) yaitu perairan dengan
kadar unsur hara dan tingkat produktivitas primer tinggi.
d. Hyper eutrofik yaitu perairan dengan kadar unsur hara dan produktivitas yang
primer sangat tinggi
e. Distofik, yaitu jenis perairan yang banyak mengandung bahan organik
(misalnya asam humus dan puluik).
19
3 METODE KERJA
3.1
2. Kecepatan Arus
Alat untuk mengukur kecepatan arus perairan antara lain :
- 2 botol air mineral 600 mL : sebagai pelampung dan pemberat
- Stopwatch
- Tali rafia
3. Kecerahan
Alat untuk mengukur kecerahan perairan antara lain
- Secchi disk
5. Warna Perairan
Alat yang digunakan untuk mengukur warna perairan antara lain yaitu :
- Kamera digital : Sebagai alat untuk mengambil gambar warna perairan.
20
6. Substrat
Alat untuk mengukur warna perairan antara lain :
- Kamera digital : untuk mengambil foto substrat
B. Parameter Kimia
1. pH
Alat untuk mengukur pH antara lain :
- Kotak standart pH
2. DO (Oksigen terlarut)
Alat-alat yang digunakan untuk mengukur DO antara lain :
- Botol DO
- Pipet tetes 1 ml
- Buret
- Statif
- Corong
- Klem
3. CO2 (karbondioksida)
Alat-alat yang digunakan untuk mengukur karbondioksida
- Erlenmeyer 250 ml : sebagai tepat larutan yang akan dititrasi atau
sebagai tempat sampel yang akan diuji
- Pipet tetes 1 ml
- Gelas ukur 25 ml
- Buret
21
- Statif
- Corong
- Klem
4. Alkalinitas
Alat untuk mengukur alkalinitas antara lain :
Erlenmeyer 250 ml :
Kotak standard pH :
- pipet tetes
- buret
- statif
- corong
- kelm
- Buret
- Termometer Hg
- Statif
- Pipet tetes
- Hotplate
- Klem
6. Orthopospat
- Beaker glass 100 ml : untuk menampung sementara larutan yang akan
digunakan dan untuk mengukur volume larutan.
- Pipet tetes
22
- Spektofotometer
- Gelas ukur
7. Nitrat Nitrogen
- Cuvet
- Hot plate
- Spatula
- Gelas ukur
- Spektofotometer
- Pipet tetes
- Washing bottle
- Pipet tetes
- Buret
- Statif
- corong
- klem
23
9. Amonia
- Beaker glass 100 ml : untuk menampung sementara larutan yang akan
digunakan
- Pipet tetes
- Cuvet
sebagai
tempat
larutan
yang
akan
diukur
- Kertas saring
- Gelas ukur
- Spektofotometer
- Cuvet
sebagai
10. Turbiditas
tempat
larutan
yang
akan
diukur
panjang gelombangnya.
2. Kecepatan arus
- air sampel
perairan
3. Kecerahan
24
Air sampel
4. Kedalaman air
- Perairan
5. Warna perairan
- Perairan
6. Substrat
- Dasar perairan tawar : sebagai objek pengukuran substrat perairan
b. Parameter Kimia
1. pH
- air sampel
- pH paper
- Air sampel
- Larutan MnSO4
untuk mengikat O2
- Larutan NaOH+KI
2. DO (oksigen terlarut)
iodida
- Larutan H2SO4
- Amilum
- Na-thiosulfat
3. Karbondioksida (DO2)
25
- Air sampel
sebagai
bahan
untuk
diukur
kadar
karbondioksidanya
- Indikator PP
- Na2CO3
4. Karbondioksida (CO2)
- Air sampel
- pH paper
- Indikator PP
- Indikator MO
sebagai
indikator
warna
orange
dan
- larutan KMNO4
- larutan H2SO4
- Na oxalat
sebagai pereduksi
- Larutan omonium
- Larutan SnCI2
6. Orthopospat
warna biru
- Air sampel
26
- Aquadest
larutan
sebelumnya
dan
untuk
mengencerkan larutan.
7. Nitrat nitrogen
- Air sampel:
- Larutan NH4OH
- Tissue
untuk mengelap
- NaOH+KI
- Amilum
- H2SO4
- Air sampel
- kertas koran
- Nathiosulfat
- plastik hitam
- Tissue
27
9. Amonia
- Air sampel
sebagai
bahan
yang
akan
diukur
kadar
amoniaknya
- Nestler
- Aquadest
sebagai
kalibrasi
agar
tidak
terkontaminasi
10.Turbiditas
- Air sampel
Termometer Hg
- disiapkan
dimasukkan ke dalam perairan sekitar 10 cm dan
membelakangi matahari
ditunggu sampai berhenti di skala tertentu
dibaca nilai suhu pada skala pada saat termometer
masih di dalam air
Hasil
2. Kecepatan arus
Talirafia
-
28
3. Kecerahan
Secchi disk
-
Hasil
5. Warna perairan
Warna perairan
-
diamati
dicatat jenis plankton yang tumbuh berdasarkan
warna perairan
Hasil
6. Substrat
Substrat
- diambil dari dasar
- diamati
- dicatat
b.
Hasil
Parameter kimia
1. pH
pH paper
- dimasukkan ke dalam kolam
- ditunggu 10 menit
- diambil dan dibandingkan dengan kotak PH standart
- dicatat
Hasil
29
2. DO (oksigen terlarut)
Botol DO
-
Endapan coklat
-
ditambahkan 2 ml H2SO4
ditambah 3 4 tetes amilum
dihomogenkan
artitrasi dengan Na thiosulfat hingga bening pertama kali
dihitung dengan rumus = DO (mg/l) =
dicatat hasil
Hasil
Air sampel
diukur 25 ml
3. Karbondioksida
Hasil
dicatat hasil
30
4. Alkalinitas
Air sampel
-
dicatat hasil
Hasil
Air sampel
dicatat hasilnya
31
6. Orthofosfat
Air sampel
-
- dibuang aquadest
- dimasukkan air sampel 10 ml dalam cuvet
Spektrofotometer
- ditekan enter
7. Nitrat nitrogen
-- dilihat
ditekan
power
hasil
-
Hasil
-
Hasil
32
8.
Sampel
-
Hasil
9.Amonia
Air sampel
-
spektofotometer
-
Hasil
Ditekan power
Ditunggu hingga method
Ditekan panjang gelombang dan disesuaikan dengan bahan
Dienter
Dimasukkan aquadest 10 ml
Ditekan zero sampai 0,0
Diisi dengan larutan amonia
Dienter
33
10. Turbiditas
Air Sampel
-
Spektofotometer
-
Hasil
Dihitung spektofotometer
Ditekan power
Ditunggu hingga method
Ditentukan apa yang akan dicari
Ditekan angka yang diketahui
Diambil cuvet dari spektofotometer
Dikalibrasi dengan aquadest
Itekan zero
Dibuang aquadest
Dituang larutan sampel
Ditekan enter
Ditunggu beberapa saat
34
2.2.3 Analisa Prosedur
2.2.3.1
Parameter Fisika
a. Suhu
Dalam pengamatan suhu, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah disiapkan alat dan bahan. Lalu disiapkan termometer Hg yang
berfungsi untuk mengetahui suhu perairan. Pertama-tama posisikan
tubuh membelakangi cahaya matahari agar tidak mempengaruhi suhu
pada termometer, lalu termometer dimasukkan dalam perairan dan
ditunggu 2 3 menit. Setelah itu dilihat skalanya di dalam perairan dan
dicatat hasilnya.
b. Kecepatan arus
Dalam pengamatan kecepatan, langkah pertama adalah disiapkan
alat dan bahan. Selanjutnya botol aqua diikat dengan tali rafia dengan
jarak 30 cm antar botol aqua yang lainnya. lalu dihubungkan dengan tali
rafia lain yang panjangnya 2 m. langkah selanjutnya salah satu botol
aqua diisi dengan air lokal untuk menyamakan berat jenisnya. Setelah itu
botol agua yang sudah diisi air dimasukkan dalam perairan dengan
dihitung waktunya mulai awal botol aqua dimasukkan sampai tali rafinya
meregang dan dihitung waktunya sebagai t. selanjutnya dihitung
s
dengan
t
35
c. Kecerahan
Dalam pengamatan kecerahan, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Selannytnya, sechi disk
dimasukkan ke dalam perairan hingga tidak terlihat pertama kali dan
nilainya dicatat sebagai D1, lalu secchi disk diturunkan hingga tampak
sama sekali. Setelah itu dinaikkan secchi disk sampai terlihat pertama
kali dan ditandai sebagai d2. selanjutnya dihitung masing-masing yang
sudah ditandai dengan menggunakan penggaris kemudian dihitung nilai
d1 d 2
lalu dicatat hasilnya.
2
d. Kedalaman air
Dalam pengamatan kedalaman air, langkah pertama yang
dilakukan yaitu dimasukkan tongkat skala sepanjang 2 2 meter ke
dalam perairan sampai menyentuh dasar, lalu dilihat batas air permukaan
dari dasar perairan pada tongkat skala kemudian dicatat nilai yang
didapat.
e. Warna air
Dalam pengamatan warna air, langkah-langkah yang dilakukan
yaitu diamati warna perairan secara seksama. Kemudian dicatat jenis
plankton yang tumbuh diperairan tersebut berdasarkan warna perairan
yang diamati.
36
37
pertama
kali
dan
dihitung
dengan
rumus
DO
(mg/2)
pink
dan
dihitung
kadar
CO2
dengan
rumus
CO2
d. Alkalinitas
38
Langkah pertama yang dilakukan yaitu diukur air sampel 50 ml
dengan gelas ukur, kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer ukuran
250 ml dan diukur pH larutan dengan pH paper. ;lalu dimasukkan
indikator 2 tetes sampai berubah warna jika pH < 8.3 lalu ditambah
indictor 2 3 tetes
Dicatat hasilnya
f. Orthofasfat
39
Langkah awal yang dilakukan yaitu dimasukkan ke dalam gelas
ukur hingga 50 mL dan dimasukkan ke dalakm Erlenmeyer 250 mL. lalu
ditambahkan 5 tetes larutan SnCL2 lalu dikocok sampai berubah warna
biru 10 12 menit sesuai kadar fosfonya kemudian ditambahkan 40 tetes
(2 mL) amonium dan dikocok agar merata selanjutnya diukur di
spektrofotometer dengan panjang gelombang 50 m diambil awet dan
spektrofotometer
dan
diberi
aquades
sebanyak
10
mL sebagai
menghidupkan
spektrofotometer
lalu
dimasukkan
panjang
kadar
menggunakan
nitrogen
dgan
spectrometer
menggunakan
adalah
ditekan
spectrometer.
tombol
power
Cara
untuk
40
tekan panjang gelombang dan disesuaikan dengan bahan lalu dienter
dan dimasukkan aquadest 10 mL sebagai engkelibrasi. Selanjutnya
ditekan zero sampai 0.0 pada layar. Lalu diisi dengan larutan nitrat
nitrogen selanjutnya dienter dan didapatkan hasilnya.
h. BOD
Dalam praktikum limnologi materi pengukuran BOD,
langkah
pertama adalah disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan lalu
disiapkan air sampel dalam botol DO gelap dan terang. Kemudian diukur
O2 terlarut pada botol terang dan dicatat sebagai DO 2 dan botol DO gelap
yang sudah dinkubasi selama 7 hari dibuka ditambahkan MnSO 4
sebanyak 2 mL untuk mengikat O2 dan NaOH + KI untuk melepas I2 dan
membentuk endapan coklat. Botol DO dikocok secara perlahan untuk
menghomogenkan larutan dan ditunggu 30 menit. Lalu dibuang larutan
bening karena
ditambahkan
41
i. Amnonia
Dalam praktikum limnologi materi pengukuran amnonia langkah
pertama adalah disiapkan alat dan bahan langkah selanjutnya dukur air
sampel sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam beaker glass,
kemudian diendapkan (ditunggu sampai mengendap)kemudian diambil
larutan bening dan diukur panjang gelombang dengan spektrofotometer.
Cara menggunakan spektrofotometer adalah ditekan power pada
spektrofotometer untuk menghidupkan dan ditunggu hingga method dan
ditekan panjang gelombang dan disesuaikan dengan bahan dan dienter,
kemudian dimasukkan aquadest 10 ml dan ditekan zero sampai 0.0 dan
diisi dengan larutan amonia dan kemudian dienter maka didapat hasilnya.
j. Turbiditas
Pada
pengukuran
turbiditas
pertama
tama
dinyalakan
42
4 PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Praktikum dan Perhitungan.
Panom
Kelompok
eter
10
Suhu
370C
290c
300C
300C
290C
290C
310C
300C
290C
310C
Kecepa
0,024
0,02
0,02
0,025
0,0085
0,00278
0,000
0,097
0,0085
0,03
tan arus
m/s
m/s
m/s
m/s
m/s
m/s
625
m/s
m/s
m/s
74 cm
42,5
67 cm
Fisika
m/s
Kecera
58 cm
51 cm
41 cm
79,5
han
129 cm
76,5 cm
cm
Kedala
93 cm
100
man air
80 cm
102
cm
82,5
cm
145 cm
148 cm
cm
cm
175
171 cm
cm
Kehija
Coklat
Coklat
Hijau
Hijau
kehija
uan
kehija
kehija
kekunin
kekunin
kecokla
uan
uan
uan
gan
gan
tan
Coklat
Liat
Liat
Paris
Liat
Pasir
Liat
Lump
Lumpur
Lempu
Lumpu
bepasi
berpas
berbat
berpa
berlemp
berbatu
ur
berbatu
ng
ra
ir
sir
ung
berpasi
berbat
10
Kelompok
Panometer
Kimia
Hijau
cm
peraira
Substra
Hijau
100
cm
Warna
n
Hijau
133,5
43
pH
7,5
DO (Mg/l)
9,27
8,69
29,67
16.423
12,586
13,65
13,3
14,308
20,89
10,975
Karbohidrat
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
(CO2)
CO2
CO2
bebas
bebas
TOM
2,7176
0,5056
1,453
2,53
2,528
2,022
2,528
0,2528
1,45
Orthofosfat
0,021
0,14
0,028
0,002
0,003
0,025
0,002
0,001
0,014
0,001
Nitrat nitrogen
0,01
0,01
0,02
0,02
0,02
0,03
0,01
0,02
0,010
0,01
BOD
4,51
2,1
21,3
3,659
4,68
9,035
7,72
9,43
9,1
3,686
31
11
49
0,32
0,26
0,22
51,6
0,11
0,78
0,24
0,015
0,14
0,28
Turbiditas
(mg/l)
Amonia (mg/l)
Perhitungan
Parameter Fisika
a. Kecerahan
Diketahui : D1 = 52
D2 = 64
Ditanya : Kecerahan perairan ?
Jawaban :
Kecerahan
D1 D2 52 62 116
58cm
2
2
2
b. Kecepatan Arus
Diketahi : Panjang tali (s)= 2 cm
Waktu (t)
= 82 detik
Ditanya : Kecepatan Arus?
Jawaban :
44
V
s
2
0,024m / s
t 82
Parameter Kimia
a. DO
Diktahui : V awal = 15,3
V akhir = 1,3
V titrasi = 15,3-1,3 = 14,3
Ditanya : DO?
Jawaban :
Vtitran Ntitran 1000 8
DO
VbotolDO 4
14 0,025 1000 8
306 4
2800
302
9,27 mg / l
b. Alkalinitas
Diketahui : V HCl = 6,4 4,4 = 2 ml
3
0,14
V MO =
22
Ditanya : Alkalinitas?
Jawaban:
VHCl pp MO NHCl 100 1000
Alkalinitas
mlsampel 2
42,8
50 2
c. TOM
TOM mg / l
45
4,3 3,16
50
2,7176mg / l
d. BOD
4.2
4.2.1
Parameter Fisika
a) Suhu
Suhu yang didapatkan oleh kelompok 1 adalah sebesar 310C.
faktor-faktor yang mempengaruhi suhu antara lain musim, cuaca, waktu,
46
kedalaman perairan dan kegiatan perairan manusia (Nybakken, 1992
dalam Syaifudin, 2004).
Berdasarkan data yang didapatkan bila dibandingkan dengan
literatur terdapat hubungan kesesuaian. Karena pada waktu pengukuran
suhu dilakukan pada siang hari yang akan menyebabkan suhu perairan
menjadi tinggi.
b) Kecepatan Arus
Pada pengukuran kecepatan arus , pada kelompok 1 didapatkan
hasil 0,024 m/s. Menurut Hutabarat dan Steward (2008), arus merupakan
gerakan air sangat luas terjadi pada seluruh lautan di seluruh dunia. Arusarus mempengaruhi air yang sangat penting dalam menentukan arah
pelayaranbagi kapal-kapal. Berdasarkan data hasil dari kelompok 1
tentang pengukuran kecepatan arus dibandingkan dengan data literature
yang didapatkan terdapat kesesuaian.
Kecepatan arus sangat dipengaruhi oleh kemiringan,kesuburan,
badan sungai, kedalaman dan kelebaran sungai sehingga kecepatan arus
sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan
mempengaruhi jenis subtract sungai (Odum, 1993 dalam Suliati, 2006).
c) Kecerahan
Pada pengukuran kecerahan, didapatkan nilai pada kelompok 1
adalah 58 cm. Menurut Akimi dan Subroto, (2002), kecerahan air berkisar
antara 40-85 cm, tidak melanjutkan perbedaan yang besar. Kecerahan air
pada misim kemarau (Juli-September, 2000) adalah 40-85 cm dan pada
musim hujan (November-Desember, 2000) antara 60-80. Kecerahan air di
bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah. Menurut Sembiring
(2008), kejernihan sangat ditentukan oleh pertikel terlarut dan lumpur.
47
Semakin banyak atau bahan organic terlarut maka kekeruhan akan
meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam
perairan akan menurunkan efisiensi makan dari organisme.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kelompok 1 tentang
pungukuran
kecerahan
jika
dibandingkan
dengan
literature yang
e) Warna Perairan
Warna perairan yang terlihat di kawasan inlet adalah warna kehijauan.
Menurut Marindo (2008), kriteria warna tambak yang terdapat dijadikan
sebagai acuan standar dalam pengelolaan kualitas air. Warna perairan
48
tambak kehijauan tua yang berarti menunjukkan adanya dominansi
chorophyceae dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan dan
cuaca karena mempunyai waktu mortalitas yang relatif panjang.
Warna perairan pada umumnya disebabkan oleh partikel koloid
bermuatan negatif Sehingga penghilangan warna di perairan dapat dilakukan
dengan penambahan koagulasi yang bermuatan positif, misalnya alumunium
dan besi (Sowyer dan Mclary, 1978).
Berdasarkan data yang diperoleh dari kelompok 1 tentang penetapan
warna perairan bila di bandingkan dengan literatur yang telah di dapat,
terdapat kesesuaian yaitu warna perairan yang didapatkan adalah kehijauan,
diduga warna kehijauan didapatkan oleh kelimpahan fitoplankton.
f) Subtrat
Jenis subtrat yang ditemukan pada kawasan inlet adalah jenis subtrat
liat berpasir . Menurut Sembiring (2008), menyatakan bahwa kandungan
bahan organic menggambarkan 6 tipe subtrat dan kandungan nutrisi di dalam
perairan tipe subtrat berbeda-beda seperti pasir, lumpur, dan tanah liat.
Selanjutnya menurut Suciati (2006), menyatakan bahwa kecepatan arus
sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kekerasan kadar sungai, kedalaman dan
kelebaran sungai sehingga kecepatan arus disepanjang aliran sungai dapat
berdeda-beda yang selanjutnya akan dipengaruhi oleh subtrat dasar sungai.
Berdasarkan data dari pengukuran tentang subtrat pada kelompok 1 bila
dibandingkan dengan literatur yang didapatkan terdapat kesesuaian yaitu
jenis subtrat liat berpasir.
4.2.2
Parameter Kimia
a) pH
49
Hasil pengamatan pH pada kelompok 1 adalah sebesar 8, menurut
Soulisa (2009) menyatakan bahwa jika pH antara 1 dan 7 ini merupakan
kisaran asam dan kisaran alkalin adalah ph 7-14. Air permukaan biasanya
berkisar antara 6,0-9,0. Menurut Parkins (1974) dalam Syafiuddin (2004)
menyatakan bahwa nilai pH dapat dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesa,
suhu, serta buangan industry dan rumah tangga. Berdasarkan data yang
didapat tentang pengukuran ph diperairan bila dibandingkan dengan dengan
literatur yang didapatkan terdapat kesesuaian yaitu nilai ph berkisar antara
06-9,0.
b) DO (Dissolved Oxygen)
Pada praktikum pengukuran DO di dapatkan hasil sebesar 9,27 mg/l .
menurut Warsoyo (1975) dalam Syafiuddin (2004) menyatakan bahwa
oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen )DO) adalah sebagai parameter
hirobiologis dianggap sangat pentingkarena keberadaannya menentukan
hidup matinya organism. Kadar oksigen terlarut dalam suatu perairan
berbeda-beda sesuai dengan kedalamannya potensi cahaya, tingkat
kecerahan, jeniscdan jumlah tumbuhan hijau.
Menurut
Soulisa
(2009),
menyatakan
bahwa
oksigen
terlarut
dari
data
yang
didapatkan
tentang
pengukuran
50
Pada praktikum pengukuran kadar karbon dioksida, didapatkan pada
kelompok 1 adalah tidak terdapat kandungan karbon dioksida. Adanya arus
dan angin di duga menyebabkan bergerakknya massa CO 2 telarut ini, selain
faktor cuaca seperti kecepatan angin, curah hujan, salinitas dan ph juga
dapat
mempengaruhi
konsentrasi
karbondioksida
terlarut
(CO 2
laut)
(Bakker.et.al (1996) dalam Sufatho dan Bayu, 2010). Berdasarkan data yang
didapatkan tentang pengukuran kandungan karbondioksida bila dibandingkan
dengan literatur yang didapatkan tidak sesuai.
d) Alkalinitas
Pada pengukuran alkalinitas pada kelompok 1 didapatkan hasil 42,8
mg/l . Konsentrasi total akan berubah karena adanya konsentrasi ion Na + dan
ion Cl- dan lainnya. (Eris et.al, 2002). Serta yang mempengaruhi alkalinitas
total adalah proses geokimia seperti pengendapan kalsium karbonat atau
adanya produksi partikel senyawa organic oleh mikro alga. (Wolf.
Bladrowe.al, 2002 dalam Sunarto dan Bayu, 2010). Berdasarkan data yang
di peroleh dari hasil pengukuran alkalinitas bila dibandingkan dengan
literature terdapat kesesuaian.
e) TOM
Pada pengukuran kualitas air TOM yang didapatkan pada kelompok 1
adalah 2,7176 mg/l. menurut Koerbiono (1985) dalam Syafiuddin (2004),
menyatakan terdapat empat macam sumber penghasil bahan organic terlarut
dalam air yaitu (1) berasal dari daratan (2) proses pembentukan organism
yang telah mati (3) perubahan metabolik-metabolik elektro seluler oleh algae
51
terutama fitoplankton dan (4) ekspresi zooplankton dan hewan-hewan
lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh tentang pengukuran kandungan
TOM dibandingkan dengan literatur yang didapatkan, terdapat kesesuaian.
f) Orthoposphat
Pada pengukuran kualitas air tentang pengukuran orthoposphat
yang didapatkan oleh kelompok 1 adalah 0,021 mg/l.
orthoposphat
52
terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan
organik yang dapat diurai. (Ways, 1996). Berdasarkan data hasil yang
diperoleh pada kelompok 1 tentang pengukuran kandungan BOD
dibandingkan dengan literatur yang didapatkan terdapat kesesuaian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD adalah jumlah senyawa
organik yang diuraikan ketersediaannya. Mikroorganisme aerob dan
tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses tersebut.
(Barus, 1990, dalam Sembiring 2008).
4.3. Hubungan Antar Parameter Kualitas Air.
4.3.1. Hubungan pH dengan CO2 dan Alkalinitas.
Menurut Modereth et al dalam Effendi ( 2003 ), bahwa pH juga
berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas, pada pH < 5
alkalinitas dapat mencapai nol . Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi
pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas
terlarut yang bersifat asam ( pH rendah ) bersifat korosif.
4.3.2. Hubungan pH dengan senyawa amonia
Menurut Effendi ( 2003 ), berpendapat bahwa senyawa amonium
yang dapat berionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH
rendah. Amonium bersifat tidak toksik, namun pada suasana alkalis ( pH
tinggi ) lebih berionisasi dan bersifat toksik.
4.3.3. Hubungan DO dengan suhu dan Salinitas
Hubungan
antar
kadar
oksigen
terlarut
jenuh
dan
suhu
53
4.3.4. Hubungan Orthophospat dengan Suhu dan pH
Semua poliphospat mengalami hidrolisis membentuk orthophospat
perubahan ini tergantung pada suhu yang mendekati titik didih.
Perubahan poliphosphat terjadi orthophospat pada air limbah yang
mengandung bakteri lebih cepat dibandingkan dengan perubahan yang
terjadi pada air bersih ( Effendi, 2003 ).
4.3.5. Hubungan Kecerahan dengan Padatan tersuspensi.
Padatan
tersuspensi
berkolerasi
positif
dengan
kekeruhan
semakin tinggi. Akan tetapi tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti
dengan tingginya kekeruhan misalnya air memiliki nilai kepadatan terlalu
tinggi, tapi tidak berarti memiliki kekeruhan yang tinggi ( Effendi, 2003 ).
4.3.6. Hubungan nitrat nitrogen dengan DO dan Suhu.
Proses oksidasi tersebut akan menyebabkan konsentrasi oksigen
terlarut semakin berkurang terutama pada musim kemarau. Saat curah
hujan sangat sedikit dimana volume aliran air di sungai menjadi rendah.
Diiringi dengan tingginya temperatur dan apabila volume limbah tidak
berkurang akan menyebabkan laju oksidasi tersebut meningkat tajam.
Keadaan ini menyebabkan konsentrasi oksigen menjadi sangat rendah.
Sehingga menimbulkan kondisi yang kritis bagi organisme air.( Barus,
2001 ),
4.3.7. Hubungan Amonia dengan pH
Semakin tinggi nilai pH akan menyebabkan keseimbangan antara
amonium dengan amonia. Semakin bergeser kearah amonia berarti
54
kenaikan pH akan meningkatkan konsentrasi amonia yang diketahui
bersifat sangat toksik bagi organisme air ( Barus, 2007 ).
4.3.8. Hubungan Karbondioksida dengan pH.
Sebagian kecil karbondioksida yang terdapat di atmosfer larut
kedalam uap air membentuk asam karbonat, selanjutnya jatuh menjadi
hujan. Air hujan bersifat asam dengan pH 5,6 didalam perairan berbentuk
ion H+, sehingga pH perairan menurun ( Effendi, 2003 ).
4.4
55
4.5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum Limnologi didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Limnologi adalah ilmu yang mempelajari air tawar berdasarkan
parameter fisika, kimia, dan biologi.
Parameter fisika yang diukur dan diamati pada praktikum limnologi
adalah suhu, kecepatan arus, kecerahan, kedalaman air warna perairan,
dan substrat. Sedangkan parameter kimia yang diukur adapah pH, DO,
karbondioksida, alkalinitas TOM, orthofosfat, nitrat nitrogen BOD,
ammonia dan Turbiditas
56
Faktor-Faktor yang mempengaruhi suhu diantaranya adalah intensitas
cahaya matahari, pertukatan panas antara air dengan udara dan
ketinggian geografis
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan arus diantaranya kekuatan
angin, kemiringan, kedalaman dan keleburan sungai
Faktor-Faktor yang mempengaruhi kecerahan diantaranya adalah
partikel terlarut, bahan organik terlarut dan warna perairan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kedalaman perairan adalah tinggi
rendahnya dasar laut dan pengendapan di bagian dasar
Faktor-faktor yang mempengaruhi warna perairan adalah partikel koloid
dan peledakan (blooming) algae
Faktor-faktor yang mempengaruhi substrat adalah kandungan bahan
organik di dalam perairan, kedalaman dan kelebaran perairan,
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH adalah limbah yang mengandung
asam-asam mineral
Faktor-faktor yang mempengaruhi DO adalah kekeruhan air, suhu,
salinitas, pergerakan massa air dan udara
Faktor-faktor yang mempengaruhi CO2 adalah arus dan arah angin
Faktor-faktor yang mempengaruhi TOM adalah berasal dari kandungan
CO2 dari fitoplankton
Faktor-faktor yang mempengaruhi Orthofosfat adalah arah aliran sungai
dan pengendapan
Faktor-faktor yang mempengaruhi nitrat nitrogen adalah maonia yang
terkandung dalam air
Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD adalah jumlah senyawa organik
yang diuraikan
Proses nitrifikasi adalah proses perubahan nitrit menjadi nitrat oleh
bakteri nitrobacter dan nitrosemonas
Pembagian perairan menurut kesuburan perairan yaitu digotropik,
mesotropik, eutrofik, hiper eutrofik dan distropik
Data pengukuran parameter fisika dan kimia
Parameter Fisika
Parameter Kimia
Suhu
310C
pH
Kecepatan arus
0,027 m/s
DO
8,27 mg/l
Kecerahan
58 cm
CO2
Kedalaman air
93 cm
Alkalinitas
94,8 mg/l
57
Warna perairan
Kehijauan
TOM
0,5056 mg/l
Substrat
Liat berpasir
Orhtofosfat
0,014
Nitrat nitrogen
0,01
BOD
4,51
Turbiditas
Amonia
0,32
5.2
Saran
Pada praktikum limnologi saat berada di laboratorium diharapkan
dibagi menjadi shift per shift, agar pada setiap materi tidak terlalu banyak
praktikum, sehingga praktikan dapat menyimak dengan baik materi yang
diberikan oleh asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Sri. 2005. Manajemen Kualitas Air untuk Budidaya Perairan fakultas
Perikanan Universitas Brawijaya, Malang.
Aridianto.
2010.
Kecepatan
Arus
di
Perairan.
www.aridianto.blogspot.com pada 28 November 2010.
Diambil
dari
58
Ghufron, dan Kordi. 2005. Budidaya Ikan laut di karamba. Rineka Cipta, Jakarta.
Hamid.
2010.
Sistem
Koordinasi
Organisme.
www.zaifbio.wordpress.com pada 25 November 2010.
Diambil
dari
Hariyadi. 2004. BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air dan baku
Mutu Air Limbah. Diambil dari www.rudget.com pada 28 November 2010.
59
Irianto. 2005. Patologi Ikan Telestoi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kordi, M.G.; dan Andi T. 2002. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. Rineka Cipta, Jakarta.
Ivanhadgson.
2010.
Laporan
Praktikum
Limnologi.
Diambil
dari
www.ivanhadgson. Diakses pada 2 Desember 2010 pukul 21.00 WIB.
Marindro.
2008.
Karakterisitik
Perairan.
Diambil
www.marindro.wordpress.com pada 22 November 2010.
dari
Mulia.
dari
Diambil
Pamuji, dan Anthonacas. 2010. Ketika Kelimutu Berubah Warna. Diambil dari
www.lipi.go.id pada 28 November 2010.
Ponawala, et.al. 2010. Bahan Organik dalam Organik dalam Perairan. Diambil
dari www.punawala.wordpress.com pada 20 November 2010.
Roonawale, et. al. Studi Kualitas air. Diambil dari www.e-journal. blogspot.com
pada 22 November 2010.
Sahri, et. al. 2000. Keragaman makrobentos pada Berbagai Substrat Buatan di
Sungai Cilagak Cilacap. Diambil dari www.scribde.com pada 28
November 2010.
60
Sembiring.2008. Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan serta Kaitannya dengan
faktor Fisik Kimia. Diambil dari www.repository.usu.ac.id pada 28
November 2010.
Suratno dan Bayu. 2010. Distribusi Temporal Karbon Organik di Perairan Gugus
Pulau Pari. Diambil dari www.limnologi.lipi.go.id pada 28 November 2010.
Kualitas
air.
Diambil
dari
Yudha. 2005. Aplikasi Sistem Sirkulasi terhadap Peng elolaan Kualitas Air
Tambak. Diambil dari www.lipi.go.id pada 28 November 2010.