Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Mata Kuliah Analisis Zat Gizi Makro

Tanggal Mulai : 23 September 2011


Tanggal Selesai : 23 September 2011

PENETAPAN KADAR AIR


Metode Oven Biasa (Pemanasan Langsung)

Kelompok 2:
Yudhi Adrianto

I14104004

Nurul Fitriyani

I14104018

Sartika Theodora P.

I14104019

Wilda Haerul F.

I14104020

Ariane Monalisa

I14104021

Siti Nur Fauziah

I14104022

Asisten Praktikum:
Fitriani Azis R.
Rahmi Kholida

Penanggung Jawab Mata Kuliah:


Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimiawi
organisme hidup, sehingga sangat essensial. Kadar air merupakan banyaknya
air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar
air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan
karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan
mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan
terjadi perubahan pada bahan pangan
Pengukuran kadar air dalam suatu bahan sangat diperlukan dalam
berbagai bidang. Salah satu bidang yang memerlukan pengukuran kadar air
adalah bidang pertanian . Komoditi pertanian yang cukup penting untuk diketahui
kadar airnya adalah beras. Mutu beras terutama ditentukan oleh kadar airnya,
semakin tinggi kadar air beras, mutunya semakin jelek. Tingginya kadar air beras
dapat berakibat tumbuhnya jamur-jamur penghasil mikotoksin (racun) yang
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Kadar air juga perlu diketahui untuk
bahan serealia yang lain.
Praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kadar air dalam suatu bahan
makanan, yaitu bubur bayi. Metode yang digunakan adalah metode oven biasa.
Metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap
yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu.
Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung.
Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap
pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan
sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia.
Tujuan
Tujuan pada praktikum metode oven biasa adalah menganalisis kadar air
pada sampel. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk mengetahui cara kerja
penetapan kadar air dengan metode oven biasa.

TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip Metode Penetapan Kadar Air (Oven Biasa/Thermogavimetri)
Kandungan air dalam suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan zatzat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut. Kadar air dalam pangan
dapat diketahui dengan melakukan pemanasan terhadap bahan pangan yang
ingin diketahui kandungan airnya. Penetapan kandungan air dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Pada percobaan penetapan kadar air dengan
menggunakan metode oven biasa, pertama-tama bahan pangan dipanaskan
pada suhu 100oC. Biasanya pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan
dimasukkan kedalam desikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering hingga
mencapai berat yang konstan. Pengeringan merupakan proses mengurangi
kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan
kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti.
Semakin banyak kadar air dalam suatu bahan, maka semakin cepat
pembusukannya

oleh

mikroorganisme.

Dengan

demikian

bahan

yang

dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama dan kandungan
nutrisinya masih ada (Ihma 2010).
Menurut Sudarmadji tahun 2007, prinsip metode penetapan kadar air
dengan oevn biasa atau Thermogravimetri yaitu menguapkan air yang ada dalam
bahan dengan jalan pemanasan. Penimbangan bahan dengan berat konstan
yang berarti semua air sudah diuapkan dan cara ini relatif mudah dan murah.
Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang lain karena
pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan
vakum. Bahan yang telah mempunyai kadar gula tinggi, pemanasan dengan
suhu kurang lebih 100 C dapat mengakibatkan terjadinya pergerakan pada
permukaan bahan. Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan lebih
bersifat hidroskopis dari pada bahan asalnya. Oleh karena itu selama
pendinginan sebelum penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam ruangan
tertutup yang kering misalnya dalam eksikator atau desikator yang telah diberi
zat penyerapan air. Penyerapan air atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif,
asam sulfat, silica gel, kalium klorida, kalium hidroksid, kalium sulfat atau barium
oksida. Silika gel yang digunakan sering diberi warna guna memudahkan bahan
tersebut sudah jenuh dengan air atau belum, jika sudah jenuh akan berwarna
merah muda, dan bila dipanaskan menjadi kering berwarna biru.

Menurut Haryanto tahun 1992 kadar air merupakan banyaknya air yang
terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga
merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan karena air
dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran
dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya
bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi
perubahan pada bahan pangan.
Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung
dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan
dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan
oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat
bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini
terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang
agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan
glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC 1984).
Kelebihan dan Kekurangan Penetapan Kadar Air (Oven Biasa)
Metode oven biasa memiliki kelebihan yaitu suhu dan kecepatan proses
pengeringan dapat diatur seuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitisi dan
higiene dapat dikendalikan. Selain kelebihan metode ini juga memiliki
kekurangan yaitu memerlukan keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya
lebih tinggi dibanding pengeringan alami, Bahan lain di samping air juga ikut
menguap dan ikut hilang bersama dengan uap misalnya alkohol, asam asetat,
minyak atsiri, dan lain-lain. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang
menghasilkan air atau zat mudah menguap lain. Contoh gula mengalami
dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan sebagainya.
Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit
melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan hilang bersama uap air
misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain. Dapat terjadi reaksi
selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap, contoh
gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi, dan
sebagainya. Adanya bahan yang dapat mengikat air secara kuat sehingga
menyebabkan sulit melepaskan air meskipun sudah dipanaskan (Astuti 2007).
Menurut Astuti tahun 2007 adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pengeringan ada 2 golongan, yaitu Faktor yang berhubungan dengan udara

pengering yang termasuk golongan ini adalah suhu (semakin tinggi suhu udara
maka pengeringan akan semakin cepat), kecepatan aliran udara pengering
(semakin cepat udara maka pengeringan akan semakin cepat), kelembaban
udara (semakin lembab udara, proses pengeringan akan semakin lambat), arah
aliran udara (semakin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan, maka
bahan semakin cepat kering). Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan
yang termasuk golongan ini adalah ukuran bahan (semakin kecil ukuran benda,
pengeringan akan makin cepat), kadar air (semakin sedikit air yang dikandung,
pengeringan akan makin cepat).
Penetapan Kadar Air pada Tepung Sagu
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah
dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar
airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya.
Kadar air bahan ini disebut dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban
relatif tertentu dapat menghasilkan kadar air seimbang tertentu pula. Dengan
demikian dapat dibuat hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban
relatif (Astuti 2007).
Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat
halus tergantung pemakaiannya. Biasanya digunakan untuk keperluan penelitian,
rumah tangga, dan bahan baku industri. Tepung bisa berasal dari bahan nabati
misalnya tepung terigu dari gandum, tapioka dari singkong, maizena dari jagung
atau hewani misalnya tepung tulang dan tepung ikan. (Sofiya 2006)
Metode pemanasan langsung yang dipanaskan pada suhu tertentu
menyebabkan semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan
setelah periode pemanasan tertentu. Berat konstan ini dapat digunakan untuk
menghitung kadar air suatu bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak
tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan glukosanya
seperti tepung-tepungan dan serealia (Abrazky 2009).
Bahan-bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi,
minyak, daging, kecap, dan lain-lain pemanasan dilakukan dengan oven vakum
dengan suhu yang lebih rendah. Adapun bahan yang dipanaskan dengan
menggunakan oven vakum karena di dalam bahan terkandung sukrosa dan
glukosa. Dimana sukrosa dan glukosa ini tidak tahan terhadap pemanasan yang
tinggi. Pada pemansan yang tinggi sukrosa dan glukosa mudah menguap
sehingga kandungan air yang terkandung dalam bahan dapat berkurang

sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori yang seharusnya. Hal
ini membuktikan bahwa setelah pemanasan berkali-kali diperoleh penurunan
berat yang menandakan bahwa kadar air yang dikandung oleh bahan/sampel
menguap. Dengan menguapnya air pada bahan maka diperoleh berat kering dari
bahan (ilham 2010).
Penetapan Kadar Air pada Tepung Tapioka
Tepung tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan,
antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Dibandingkan
dengan tepung jagung, kentang, dan gandum atau terigu, komposisi zat gizi
tepung tapioka cukup baik sehingga mengurangi kerusakan tenun, juga
digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih. Tapioka juga banyak digunakan
sebagai bahan pengental, bahan pengisi dan bahan pengikat dalam industri
makanan. (Radiyati & Agusto 2008)
Tepung tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan,
antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Dibandingkan
dengan tepung jagung, kentang, dan gandum atau terigu, komposisi zat gizi
tepung tapioka cukup baik sehingga mengurangi kerusakan tenun, juga
digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih.
Tapioka yang diolah menjadi sirup glukosa dan destrin sangat diperlukan
oleh berbagai industri, antara lain industri kembang gula, penggalengan buahbuahan, pengolahan es krim, minuman dan industri peragian. Tapioka juga
banyak digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi dan bahan pengikat
dalam industri makanan, seperti dalam pembuatan puding, sop, makanan bayi,
es krim, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain-lain.
Ampas tapioka banyak dipakai sebagai campuran makanan ternak. Pada
umumnya masyarakat kita mengenal dua jenis tapioka, yaitu tapioka kasar dan
tapioka halus. Tapioka kasar masih mengandung gumpalan dan butiran ubi kayu
yang masih kasar, sedangkan tapioka halus merupakan hasil pengolahan lebih
lanjut dan tidak mengandung gumpalan lagi. Kualitas tapioka sangat ditentukan
oleh beberapa faktor, yaitu warna tepung, tepung tapioka yang baik berwarna
putih. kandungan air tepung harus dijemur sampai kering benar sehingga
kandungan airnya rendah. Banyaknya serat dan kotoran dengan mengusahakan
agar banyaknya serat dan kayu yang digunakan harus yang umurnya kurang dari
1 tahun karena serat dan zat kayunya masih sedikit dan zat patinya masih
banyak.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum pengujian penetapan kadar air dengan metode oven biasa
atau pemanasan langsung ini dilakukan pada tanggal 23 September 2011 pada
pukul 09.00-11.30 WIB. Tempat praktikum di Laboratorium Analisis Zat Gizi
Mikro lantai dua Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, IPB
Darmaga.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penetapan kadar air dengan metode
oven biasa atau pemanasan langsung adalah tepung sagu dan tepung tapioka.
Alat- alat yang adalah cawan logam, desikator, gegep besi, dan neraca analitik.
Prosedur Percobaan
Cawan logam dikeringkan dalam oven pada suhu 100o105oC dalam oven
Cawan logan didinginkan dalam desikator 30 menit

Cawan logam ditimbang

Sampel dalam cawan ditimbang sebanyak 2 g

Dikeringkan dalam oven pada suhu 100o-105oCsampai


tercapai berat tetap selama 1 jam

Didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang


Gambar 1 Prosedur percobaan penetapan kadar air dengan metode oven biasa
atau pemanasan langsung

PEMBAHASAN
Pada prinsipnya penentuan kadar air dengan metode gravimetri yaitu
menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian
menimbang bahan dengan sampai berat konstan yang berarti semua air sudah
diuapkan. Hal yang dapat dilakukan untuk mempercepat penguapan air serta
menghindari terjadinya reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat
dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Kadar air
adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan
mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air
bahan ini disebut dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu
dapat menghasilkan kadar air seimbang tertentu pula.
Pada praktikum penetapan kadar air dengan metode gravimetri, sampel
yang dianalisa ada dua yaitu tepung tapioka dan tepung sagu. Setiap kelompok
yang diberikan satu sampel. Pada penetapan kadar air dengan metode oven
berdasarkan gravimetri memiliki sifat yaitu terdapatnya selisih atau perbedaan
sebelum dan sesudah pemanasan. Pada metode ini bahan dipanaskan pada
suhu tertentu hingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh kehilangan berat
bahan yang konstan saat periode tertentu. Prinsip metode ini adalah berat bahan
yang hilang saat pemanasan menunjukkan jumlah air yang dikandung bahan.
Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang stabil pada pemanasan tertentu,
namun tidak dapat digunakan untuk produk dengan bahan yang banyak
mengandung sukrosa atau glukosa. Sebelum dilakukan analisa, terlebih dahulu
dilakukan penimbangan cawan yang akan dipergunakan untuk mengeringkan
sampel. Penimbangan dilakukan sampai berat cawan konstan yaitu dengan
memanaskan cawan dalam oven pada suhu 100-1050C selama satu jam. Pada
cawan yang digunakan saat praktikum tidak dipasangkan tutup. Hal ini dilakukan
karena apabila tutup dipasangkan maka proses penguapan air yang menjadi
tujuan utama tidak akan terpenuhi dan berat cawan konstan yang berisi sampel
akan sulit untuk diketahui.
Berat kosong dari cawan porselen sebelum dan sesudah dipanaskan
dihitung untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam tepung sampel.
Hasil uji statistik pada penetapan kadar air pada tepung tapioka dan tepung sagu
dapat dilihat pada pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil penetapan kadar air sampel


Sampel
Tapioka
Sagu

Kadar Air (%)


11,3675
11,8425

Standar Deviasi
0.59567
0.33410

Berdasarkan pengujian statistik yang dilakukan diperoleh kadar air pada


tepung tapioka sebesar 11,3675% dan kadar air pada tepung sagu sebesar
11,8425%. Standar deviasi pengujian t pada kedua sampel juga menunjukkan
angka yang berbeda. Pada sampel tapioka memiliki standar deviasi 0,59567 dan
standar deviasi sagu sebesar 0,33410. Berdasarkan hasil yang diperoleh,
terdapat perbedaan yang nyata pada persen kadar air antara kedua sampel.
Berdasarkan literatur yang digunakan sebagai bahan acuan laporan,
diperoleh bahwa kadar air sampel tapioka sebesar 13-15% dan kadar air dari
sampel sagu sebesar 14%. Hal tersebut sangat berbeda dengan hasil pada
parktikum yang telah dilakukan. Kadar air tepung tapioka yang diperoleh sebesar
11,3675% dan kadar air sagu sebesar 11,8425%. Terdapat faktor yang
menimbulkan perbedaan pada hasil tersebut antara lain tidak meratanya sampel
di dalam cawan, karena meskipun menggunakan cawan yang besar apabila
bahan atau sample tidak ditebar secara merata, maka proses penguapan pun
tetap saja terhambat dan tidak mencapai hasil yang maksimal atau nilai yang
seharusnya .Pada saat pemanasan cawan tidak diletakkan pada posisi yang
sama sehingga suhu panas yang didapatkan setiap cawan berbeda dan
memberikan hasil yang berbeda pula. Hal lain yang bisa menimbulkan
perbedaan yaitu adanya bahan lain yang ikut menguap karena terjadi penguraian
karbohidrat yang menghasilkan air yang ikut terhitung sedangkan air yang terikat
kuat pada bahan tidak terhitung.
Pada praktikum penetapan kadar air metode oven langsung gravimetri,
selain kadar air juga dihitung kadar padatan dari setiap sampel. Persen kadar
air diperoleh dengan cara hasil pengukuran berat sampel dikurangi hasil
perhitungan dari penentuan kadar air dan dikalikan dengan 100%. Persen kadar
padatan pada sampel tapioka dan sagu dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2 Total padatan sampel
Sampel
Tapioka
Sagu

Total Padatan (%)


87.78250
88.15500

Standar Deviasi
2.19299
0.33111

Total padatan dari sampel tapioka diperoleh sebesar 87,7825% dan total
padatan pada sampel sagu diperoleh sebesar 88,155%. Berdasarkan hasil yang
diperoleh, terlihat bahwa kedua sampel memiliki persen total padatan yang
berbeda. Pada perhitungan t test sampel diperoleh bahwa standar deviasi pada
kadar padatan tepung tapioka sebesar 2,19299 dan standar deviasi pada kadar
padatan sagu sebesar 0,33111. Nilai test pada kadar padatan kedua sampel ini
memiliki nilai <0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa kadar padatan kedua
sampel berbeda secara signifikan.
Berdasarkan literatur yang digunakan sebagai bahan acuan laporan,
diperoleh bahwa kadar air sampel tapioka sebesar 13-15%

sehingga kadar

padatan sebesar 85-87% dan kadar air dari sampel sagu sebesar 14% sehingga
kadar padatan sebesar 86%. Perbedaan kadar padatan yang sangat nyata ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bahan baku utama dalam sampel.
Bahan baku dari tepung tapioka dan sagu berbeda. Tepung tapioka dibuat dari
bahan ubi kayu atau singkong dan tepung sagu dibuat dari bahan pati. Suhu
yang diberikan saat pemanasan juga memiliki pengaruh terhadap perbedaan
kadar padatan. Lama pemanasan juga mempengaruhi karena pemanasan
dilakukan sebentar dan tidak berkali-kali.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Pada prinsipnya penentuan kadar air dengan metode gravimetri yaitu
menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Prinsip
metode ini adalah berat bahan yang hilang saat pemanasan menunjukkan jumlah
air yang dikandung bahan. Metode ini digunakan untuk bahan yang stabil pada
pemanasan tertentu, namun tidak dapat digunakan untuk bahan yang banyak
mengandung sukrosa atau glukosa.
Kadar air pada tepung tapioka sebesar 11,3675% dan kadar air pada
tepung sagu sebesar 11,8425%. Standar deviasi pengujian t pada kedua sampel
juga menunjukkan angka yang berbeda. Pada sampel tapioka memiliki standar
deviasi 0,59567 dan standar deviasi sagu sebesar 0,33410. Berdasarkan hasil
yang diperoleh, terdapat perbedaan yang nyata pada persen kadar air antara
kedua sampel dengan literatur dengan kadar air tapioca adalah 13-15% dan
kadar air dari sampel sagu sebesar 14%. Faktor yang mempengaruhi antara lain
tidak meratanya sampel di dalam cawan, posisi pemanasan cawan tidak
diletakkan pada posisi yang sama sehingga suhu setiap cawan berbeda, dan
adanya bahan lain yang ikut menguap karena terjadi penguraian karbohidrat.
Padatan tapioka diperoleh sebesar 87,7825% dan total padatan pada
sampel sagu diperoleh sebesar 88,155%. Pada perhitungan t test sampel
diperoleh bahwa standar deviasi pada kadar padatan tepung tapioka sebesar
2,19299 dan standar deviasi pada kadar padatan sagu sebesar 0,33111. Nilai
test pada kadar padatan kedua sampel ini memiliki nilai <0,05 sehingga dapat
dikatakan bahwa kadar padatan kedua sampel berbeda secara signifikan dengan
padatan tapioca adalah 85-87% dan kadar padatan sagu adalah 86%. Faktor
yang mempengaruhi antara lain bahan baku utama dalam sampel, suhu
pemanasan dan lama pemanasan.
Saran
Penetapan kadar air dan kadar padatan dipengaruhi banyak factor.
Factor dominan yang mempengaruhi adalah jenis sampel dan metode
pemanasan.

Oleh

karena

itu

sebelum

dilakukan

penelitian

haruslah

memperhatikan jenis sampel, metode dan lama pemanasan selain itu alat yang

digunakan sebagai pemanas (oven) haruslah dalam suhu yang stabil sehingga
dapat ditentukan kadar air dan kadar padatannya dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA
Abrazky. 2009. Kondensor Terhubung Berkala. http://bluekuthuq.blogspot.com/
2009/06/kondensor.html (27 September 2011)
AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical
Chemistry. 14th Ed. Virginia : AOC, Inc.
Astuti. 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Bahan Biologi. Yogyakarta : Jurdik
Biologi FMIPA UNY. http://www.ipteknet.com/ (27 September 2011)
Ilham, Hardiyanti. 2010. Laporan Penetapan Kadar Air dengan Metode Oven
Biasa. http://www.wordPress.com/ (29 September 2011).
Haryanto B. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Yogyakarta : Kanisius
Sofiya .2006. Jenis-Jenis Tepung dan Kegunaannya. terhubung berkala.
http://alkiram.net/salam/2006/08/31/jenis-jenis-tepung-dan
kegunaannya/ (27 Sepetmber 2011)
Sudarmadji S, Bambang H, Suhardi. 2007. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Tri Radiyati dan Agusto, W.M. 2008. Tepung tapioka (perbaikan). Subang :
BPTTG

Puslitbang

Fisika

Terapan

LIPI,

http://www.ipteknet.com/ (27 September 2011)

1990

Hal.

10-13.

LAMPIRAN

Rumus Perhitungan:
Berat contoh = B
Berat (sampel+cawan) sebelum dikeringkan = B1
Berat (sampel+cawan) setelah dikeringkan = B2
Persen kadar air (basis basah) =
Persen total padatan =

Tabel 3 Hasil Penelitian


Kelompok
1. Tapioka
2.

Tapioka

3.

Sagu

4.

Sagu

B Sampel
2,00
2,07
2,0087
2,0049
2,0522
2,0170
2,0704
2,0127

B1
8,89
8,39
7,7718
7,7039
7,9480
7,5347
8,8490
7,5137

B2
8,66
8,14
7,5582
7,4778
7,6956
7,2995
8,6033
7,2814

% Kadar
11,5
12,07
10,63
11,27
12,30
11,66
11,87
11,54

% Padatan
88,50
84,54
89,37
88,72
87,70
88,34
88,13
88,45

Tabel 4 Perhitungan Statistik Persen Kadar Air


One-Sample Statistics
Sampel

Tapioca
Sagu

Mean
4
4

Std. Deviation

11.3675
11.8425

Std. Error Mean

.59567
.33410

.29784
.16705

One-Sample Test
Test Value = 0

tapioka
sagu

Df

Sig. (2-tailed)

Mean
Difference

38.167
70.891

3
3

.000
.000

11.36750
11.84250

Tabel 5 Perhitungan Statistik Persen Padatan

95% Confidence Interval of the


Difference
Lower

Upper

10.4197
11.3109

12.3153
12.3741

One-Sample Statistics
N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

tapioka

87.7825

2.19299

1.09650

sagu

88.1550

.33111

.16555

One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the
Difference

Mean
t

df

Sig. (2-tailed)

Difference

Lower

Upper

tapioka

80.057

.000

87.78250

84.2930

91.2720

sagu

532.483

.000

88.15500

87.6281

88.6819

Gambar 2 Sampel dalam cawan logam

Gambar 3 Sampel dalam cawan logam didinginkan dalam desikator

Gambar 4 Sampel setelah dilakukan pendingingan dengan desikator ditimbang

Anda mungkin juga menyukai