Askep Variola
Askep Variola
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelasiakan tugas makalah matakuliah Sistem
Integumen yang berjudul Asuhan Keperawatan Variolla" tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas Sistem Integumen.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, maka
dari itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun, sehingga
makalah ini dapat bermanfaat dikemudian hari.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1
1.4 Implikasi Keperawatan ........................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI .......................................................................... 3
2.1
2.2
BAB 3. PATHWAY.......................................................................................... 20
3.1
Pengkajian ...................................................................................27
4.2
Diagnosa .......................................................................................54
4.3
Intervensi .....................................................................................56
4.4
Implementasi ...............................................................................64
4.5
Evaluasi ........................................................................................66
Kesimpulan ..................................................................................68
5.2
Saran ............................................................................................68
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan kulit perlu diperhatikan karena kulit merupakan bagian yang
paling vital dan mencerminkan kesehatan dan kehidupan. Penyakit kulit seperti
variola merupakan penyakit yang mengganggu penampilan.Variola adalah
penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh virus variola major atau
variola minor. Maka dari itu, agar tidak terjangkit penyakit tersebut, diharapkan
harus menjaga personal hygine dengan baik.
1.2
Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas pada makalah ini meliputi:
1)
2)
1.3
Tujuan
Tujuan dari pembahasan makalah ini meliputi:
1)
2)
1.4
Implikasi Keperawatan
Implikasi yang dapat dilakukan perawat adalah:
1)
2)
4)
2.1
dan beberapa derifasi kulit terspesialisasi tertentu antara lain rambut, kuku, dan
beberapa jenis kelenjar. Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian
luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit
bermuara
kelenjar
keringat
dan
kelenjar
mukosa.(Syaifuddin,
2006).
Menurut Syaifuddin (2006) Kulit manusia tersusun atas tiga lapisan, yaitu
epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis dan dermis dapat terikat satu sama lain
akibat adanya papilare dermis dan rabung epidermis.
1)
Epidermis
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal
yang berbeda-beda: 400-600 m untuk kulit tebal (kulit pada telapak
tangan dan kaki) dan 75-150 m untuk kulit tipis (kulit selain telapak
tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga
tersusun atas lapisan:
a.
b.
c.
d.
Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling
dalam terdiri dari Stratum Korneum, Stratum Lucidum, Stratum
Granulosum, Stratum Spinosum dan Stratum Basal/Germinativum.
2)
Dermis
Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang
bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di
daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak
nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular
a.
b.
Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun
atas jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I).
Lapisan Subkutan
Mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat
dibawahnya. Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak yang beragam,
bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak
pembuluh darah dan ujung saraf.
Fungsi Integumen antara lain sebagai berikut :
1)
Perlindungan;
2)
3)
Ekskresi;
4)
Metabolisme;
5)
2.2
2.2.2 Epidemiologi
Variola Major menyebabkan penyakit yang lebih serius dengan tingkat
kematian 3035%. V. minor menyebabkan penyakit yang lebih ringan (dikenal
juga dengan alastrim, cottonpox, milkpox, whitepox, dan Cuban itch) yang
menyebabkan kematian pada 1% penderitanya. Akibat jangka panjang infeksi V.
major adalah bekas luka, umumnya di wajah, yang terjadi pada 6585% penderita.
Cacar diyakini telah muncul pada populasi manusia sekitar 10.000 SM. Penyakit
menewaskan sekitar 400.000 orang Eropa setiap tahun selama abad ke-18
(termasuk lima raja), dan bertanggung jawab atas sepertiga dari semua kebutaan.
Dari semua yang terinfeksi, 20-60%-dan lebih dari 80% dari anak yang terinfeksimeninggal karena penyakit ini.
Selama abad ke-20, diperkirakan bahwa cacar bertanggung jawab atas 300500 juta kematian. Pada awal tahun 1950 diperkirakan 50 juta kasus cacar terjadi
di dunia setiap tahun. Pada tahun 1967, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan bahwa 15 juta orang terjangkit penyakit dan bahwa dua juta
meninggal pada tahun itu. Setelah sukses kampanye vaksinasi sepanjang abad 19
dan 20, WHO berhasil memberantasan penyakit cacar di Desember 1979. Sampai
hari ini, cacar adalah satu-satunya penyakit menular manusia telah dibasmi
2.2.3 Etiologi
Penyebab variola adalah virus variolae ada 2 tipe virus yang identik , tetapi
menimbulkan 2 tipe variola yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim).
Perbedaan kedua virus itu adalah bahwa penyebab variola mayor bila
dimokulasikan pada membrane karioalontrik tubuh pada suhu 38o C. Sedangkan
yang menyebabkan variola minor tumbuh dibawah suhu itu. Agent penyebab
penyakit cacar adalah virus Variola, anggota dari Genus Orthopoxvirus, Subfamili
Chordopoxviridae dari Famili Poxviridae.
Virus variola relatif stabil dalam lingkungan alam .Virus variola berukuran
150-260 nanometer dan berisi molekul DNA beruntai ganda sekitar 200 protein
yang berbeda, virus ini merupakan salah satu genom virus terbesar yang dikenal .
Ukuran genom yang besar membuatnya sangat sulit untuk membuat sintetis virus
tiruan. Virus cacar tidak tahan oleh sinar matahari dan panas. Dalam percobaan di
laboratorium, 90% virus cacar berupa aerosol mati dalam 24 jam setelah terkena
sinar matahari. Berikut ini gambar dan struktur dari virus Variola.
2.2.4 Patofisiologi
Variola (Smallpox)disebabkan oleh virus yang menyebar dari satu orang ke
orang lainnya melalui udara. Virus ini ditularkan dengan menghirup virus dari
orang yang terinfeksi. Selain itu, Smallpox juga bisa menyebar melalui kontak
langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi dan objek yang
terkontaminasi seperti baju.
Penularannya melalui kontak langsung ataupun tak langsung tapi infeksi
primernya selalu melalui hawa nafas. Virusnya yang terdapat di udara, berasal dari
debu pakaian, tempat tidur, dari keropeng yang jatuh ditanah ataupun dari hawa
nafas di penderita, terhirup bersama hawa pernafasan sehingga terjadi penularan.
Cacar adalah penyakit yang sangat menular.
Virus variola diperoleh dari inhalasi (pernafasan ke paru-paru). Partikel
virus cacar dapat tetap pada benda seperti pakaian, tempat tidur, dan permukaan
hingga 1 minggu. Virus dimulai di paru-paru, dari sana virus menyerang aliran
darah dan menyebar ke kulit, usus, paru-paru, ginjal, dan otak. Aktivitas virus
dalam sel-sel kulit menciptakan ruam yang disebut makula (karakteristik : datar,
lesi merah). Setelah itu vesikel (lepuh mengangkat) terbentuk. Kemudian, pustula
(jerawat berisi nanah) muncul sekitar 12-17 hari setelah seseorang menjadi
terinfeksi. Sembuh dari cacar sering meninggalkan bekas di kulit oleh karena
pustula.
Manusia adalah host natural dari smallpox. Penyakit ini tidak dapat
ditularkan oleh serangga maupun hewan. Jika seseorang pernah menderita cacar
air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi.
Gambar
4.
Fase
Kondisi
Stadium prodromal/invasi
Stadium ini berlangsung selama 3-4 hari yang ditandai dengan:
2)
a.
b.
Nyeri kepala
c.
Nyeri tulang
d.
e.
3)
4)
Stadium resolusi
Berlangsung dalam 2 minggu, stadium ini dibagi menjadi 3:
a.
Stadium krustasi
Suhu tubuh mulai menurun, pustule-pustula mengering menjadi krusta.
b.
Stadium dekrustasi
Krusta-krusta mengelupas, meninggalkan bekas sebagai sifakriks atrofi.
Kadang-kadang ada rasa gatal dan stadium ini masih menular.
c.
Gambar
Klinis
3.
Manifestasi
Penderita
Cacar
( Smallpox)
2.2.6 Komplikasi
1.
Bronkopneumania
2.
3.
Ulkus kornea
4.
Ensefalitis
5.
Effluvium
6.
10
nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya
gelembung cairan (blisters).
Pengobatan penyakit cacar berfokus pada keluhan yang timbul, misalnya
demam, menggigil, nyeri dipersendian, bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya
membentuk sebuah gelembung cair. Obat yang seharusnya diberikan:
a.
Paracetamol tablet
b.
Acyclovir tablet
c.
Bedak Talek
d.
Vitamin Neurobian/neuroboran
Pasien dengan cacar dapat dibantu dengan cairan intravena, obat-obatan
untuk mengontrol demam atau nyeri, dan antibiotik untuk infeksi bakteri sekunder
yang mungkin terjadi. Selain itu penderita harus dikarantina. Sistemik diberikan
obat antiviral (asiklovir atau valasiklovir) misalnya isoprinosin, dan interferon,
dapat pula diberikan globulin gama. Kecuali itu obat yang bersifat simtomatik,
misalnya analgetik/antipiretik. Diawasi pula kemungkinan timbulnya infeksi
sekunder, maupun infeksi nosokornial, serta cairan dan elektrolit . Jika dimulut
masih terdapat lesi diberikan makanan lunak. Pengobatan topikal bersifat
penunjang, misalnya kompres dengan antiseptik atau salep antibiotik.
2.2.9 Pencegahan
Kendati WHO telah menetapkan bahwa dunia dinyatakan bebas cacar sejak
tahun 1980, kita harus tetap waspada terhadap penyakit ini agar tidak terulang
kembali. Ada beberapa cara pencegahan yang dapat kita lakukan, diantaranya :
1) Melakukan vaksinasi
Vaksinasi merupakan salah satu cara terbaik untuk mencegah cacar. Jika
diberikan kepada seseorang sebelum paparan cacar, vaksin benar-benar
dapat melindungi mereka. Vaksinasi dalam waktu 3 hari setelah terpapar
akan mencegah atau sangat mengurangi keparahan penyakit cacar pada
kebanyakan orang. Vaksinasi 4 sampai 7 hari setelah pajanan dan
kemungkinan menawarkan beberapa perlindungan dari penyakit atau dapat
11
Gambar 5. Vaksinasi
2)
3)
1)
2)
1)
12
2)
3)
4)
5)
6)
Mengisolasikan penderita;
7)
Virus variola
27
4.1
Pengkajian
identitas
saling
2. Umur
3. Jenis kelamin :
4. Agama
Untuk
mengakaji
status
spiritual
sehingga
melihat
bagaimana
perkembangan
status
kesehatannya dari hari ke hari semakin baik atau buruk selama dilakukan
perawatan.
28
29
30
kembang anak.
B.
penyakit variola ini tidak dapat tertangani dengan baik sehingga menjadi
variola berat dengan komplikasi-komplikasi penyakit lain yang muncul
seperti bronkopneumania, infeksi kulit sekunder (furunkel, impetigo), ulkus
kornea, ensefalitis, effluvium, telogen dalam 3-4 bulan.
VI. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
Pemberian ASI pada setiap anak yang baru dilahirkan dapat membantu
untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dari serangan virus. Asi
eksklusif selama 6 bulan dapat mempengaruhi status nutrisi anak, karena
dalam asi juga terkandung zat nutrisi yang dibutuhkan oleh anak untuk
perkembangan yang sehat dan memberikan antibody terhadap penyakit.
B. Pemberian susu formula
Pemberian susu formula memang dapat memberikan nutrisi pada
anak, tetapi tidak dapat menandingi besarnya nutrisi yang di dapat dari ASI.
Sehingga perlu ditanyakan pula apakah anak telah mendapatkan ASI
ekslusif atau hanya diberikan susu formula saja
31
Nutrisi
Kondisi
1. Selera makan
Sebelum
Sakit
Normal
Saat Sakit
Adanya mual, muntah dan
anoreksia
menyebabkan
32
adekuat. BB mengalami
penurunan
B. Cairan
Sebelum
Kondisi
1. Jenis minuman
Sakit
Normal
Saat Sakit
Apabila
anak
disertai
2. Frekuensi minum
3. Kebutuhan cairan
saat
4. Cara pemenuhan
kemungkinan
terjadinya
berisiko
gejala,
anak
kekurangan
cairan.
C. Eliminasi (BAB&BAK)
Sebelum
Kondisi
Sakit
Normal
1. Tempat
pembuangan
Saat Sakit
Eliminasi
alvi
tidak
ada
gangguan.
2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
D. Istirahat tidur
Kondisi
1. Jam tidur
Sebelum Sakit
Normal
Saat Sakit
Mengalami
Siang
perubahan pola
Malam
tidur
2. Pola tidur
dikarenakan
3. Kebiasaan sebelum
terjadi
tidur
4. Kesulitan tidur
peningkatan
suhu
dan
adanya nyeri
33
E. Olah Raga
Pada anak yang menderita penyakit variola mengalami kelemahan akibat
penurunan kontraktilitas otot
F.Personal Hygiene
Kondisi
1. Mandi
Sebelum Sakit
Pada saat sebelum
Saat Sakit
Ketika
- Cara
sakit kemungkinan
sebaiknya
personal
kebersihan
Frekuensi
- Alat
mandi
2. Cuci rambut
- Frekuensi
hygine
sakit
anak
kurang
terpenuhi
dengan
baik
sehingga
dapat
mengurangi infeksi
terinfeksi
virus
virus
dalam tubuh
yang dapat
mempengaruhi
- Cara
kesehatannya
3. Gunting kuku
- Frekuensi
- Cara
4. Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara
G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi
1. Kegiatan
sehari-
hari
2. Pengaturan jadwal
harian
3. Penggunaan
alat
Bantu aktifitas
4. Kesulitan
pergerakan tubuh
Sebelum Sakit
Sebelum sakit
Saat Sakit
Pada
klien
anak
dengan
dapat
melakukan
penyakit
aktifitasnya
variola
sehari-hari tanpa
mengalami
adanya kesulitan
kelemahan
dalam
akibat
pergerakan
penurunan
34
tubuhnya.
kontraktilitas
otot.
: lemah
: Composmetis
:normal
: normal
4. Berat Badan : berat badan menurun apabila intake nutrisi
pada anak terganggu
5. Tinggi Badan
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala
a. Warna rambut
:
: hitam
: simetris
: tidak ada
35
d. Ekspresi wajah
: meringis kesakitan
Palpasi
Nyeri tekan / tidak
Data lain
:
8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra
b. Sclera
c. Conjungtiva : Anemis
d. Pupil : - Isokor
- Myosis / midriasis
- Refleks pupil terhadap cahaya : ada (+)
e. Posisi mata : Simetris
f. Gerakan bola mata : normal
g. Penutupan kelopak mata
: normal
: normal
j. Penglihatan : normal
Palpasi
Tekanan bola mata
Data lain
: Tidak ada
Inspeksi
a. Posisi hidung : simetris
b. Bentuk hidung: simetris
c. Keadaan septum
d. Secret / cairan :
: normal
terdapat
cairan,
:10. Telinga
jika
anak
36
Inspeksi
a. Posisi telinga : normal
b. Ukuran / bentuk telinga
c. Aurikel
: normal
: normal
d. Lubang telinga
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
-
Keadaan gigi
:-
b. Gusi
Merah / radang / tidak : tidak terjadi peradangan
c. Lidah
Kotor / tidak
Data lain
:-
Kemampuan bicara
:-
:12. Tenggorokan
37
: tidak ada
: Teraba
:-
c. Kelenjar limfe :
Data lain
:
14. Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada :simetris
b. Irama pernafasan
: teratur
mengembang sempurna
d. Tipe pernapasan
Data lain
: normal
:-
Palpasi
a. Vokal fremitus
: simetris bilateral
b. Massa / nyeri
: tidak ada
a. Suara nafas
:Vesikuler
b. Suara tambahan
: tidak ada
Auskultasi
15. Jantung
Palpasi
Ictus cordis
Perkusi
: tidak ada
simetris/
38
Pembesaran jantung
Auskultasi
a. BJ I
: normal
b. BJ II
: normal
: tidak ada
:16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit
: tidak membuncit
Palpasi
a. Hepar
: tidak teraba
b. Lien
: tidak teraba
c. Nyeri tekan
Auskultasi
Peristaltik
Perkusi
a. Tympani : tympani pada seluruh area abdomen
b. Redup
Data lain
:-
Ekstremitas atas
a. Motorik
39
pergerakan
tangan
lemah
Pergerakan abnormal
Koordinasi gerak
: tidak ada
: melemah
: menurun
b. Refleks
-
Nyeri
rangsang nyeri
-
Rasa raba
: normal
: normal
: normal
Konstriksi pupil
: simetris bilateral
: simetris/normal
: normal
: normal
d. Nervus V (Trigeminus)
-
Sensibilitas / sensori
nyeri
40
Refleks dagu
: positif
Fungsi pendengaran
: normal
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
Refleks menelan
Suara
: normal
: normal
h. Nervus XI (Assesorius)
-
Mengangkat bahu
Deviasi lidah
: normal
b. Kernig Sign
: negatif
c. Refleks Brudzinski
: negatif
:-
41
3. Bahasa
4. Personal social
samping.
b.
Histopatologis
c.
d.
Farmakokinetik :
-
Obat : Antivirus
Acyclovir
- Valacyclovir
- Simptomatik : Analgetik, antipiretik, antibiotic (krem/oral), kompres
- Profilaksis : vaksin dengan virus vaccinia dengan tehnik multiple puncture
- KI profilaksis, sedang terapi kortikosteroid, dan mengalami defisiensi
imunologi, atopi.
4.2
Diagnosa Keperawatan
42
2)
3)
4)
5)
6)
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit, adanya papula
43
4.3
Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan
kerusakan kulit/jaringan
1.
Intervensi
Kondisikan tempat
2.
3.
Kolaborasi pemberian
4.
analgesik.
Kaji keluhan nyeri.
Kriteria Hasil:
1. Nyeri klien berkurang.
2. Pasien tampak nyaman.
3. pasien tidak mengeluh
menurunkan nyeri.
2.
mungkin.
1.
atas nyerinya.
Perubahan suhu
dapat menyebabkan
nyeri hebat.
3.
Untuk menurunkan
nyeri.
4.
5.
Rasional
Membantu
Mengetahui
seberapa darajat
Ajarkan tehnik
nyeri yang
relaksasi.
dirasakan.
2.
1. Hipertermi
berhubungan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
1.
Observasi tanda-tanda
vital tiap 3 jam.
5.
Untuk mengurangi
1.
rasa nyeri.
Infeksi
mempengaruhi
tanda-tanda
reaksi inflamasi
sehingga
dapat
vital
tanda-
44
dan pelepasan
mediator kimia
Kriteria Hasil:
1.
liter/hari.
badan
dapat
mengakibatkan
stabil.
2.
penguapan
tubuh
meningkat sehingga
3.
Berikan kompres
perlu
hangat.
4.
banyak.
Membantu
menurunkan
tubuh
dilatasi
5.
diimbangi
Kolaborasi pemberian
obat antipiretik
4.
suhu
dengan
pembuluh
darah
Agar pasien lebih
nyaman dan tidak
semakin
5.
panas.
Obat
merasa
antipiretik
45
dapat
digunakan
untuk
mengurangi
Tujuan:
1.
Setelah dilakukan tindakan
1.
diharapkan
penyembuhan
2.
kulit.
2.
2.
prosedur balutan
tepat 3.
waktu
Menunjukan regenerasi
jaringan
terhadap kondisi
masalah
bisa teratasi
Kriteria Hasil:
1. Mencapai
hipotalamus.
Memberikan
informasi dasar
pada
penutupan luka
3.
bila mungkin/tepat
4.
Lakukan perawatan
luka pada pasien
Digunakan untuk
Menurunkan
pembekakan
4.
Menjaga kondisi
jaringan baru dan
menghindari adanya
infeksi
46
4.4
Implementasi
Diagnosa
Implementasi
1.
1.
2.
3.
mungkin.
Telah berkolaborasi pemberian
4.
5.
analgesik.
Telah mengkaji keluhan nyeri.
Telah mengajarkan tehnik
kerusakan kulit/jaringan
2.
Hipertermi berhubungan
dengan invasi virus, reaksi
inflamasi dan pelepasan
mediator kimia
relaksasi.
1. Telah mengobservasi tanda-tanda
vital tiap 3 jam.
2. Telah menganjurkan klien untuk
banyak minum 1.5-2 liter/hari.
3. Telah memberikan kompres
hangat.
4. Telah menganjurkan pasien untuk
memakai pakaian tipis.
5. Telah berkolaborasi pemberian
3.
obat antipiretik
1. Telah mengkaji ukuran, warna,
dan kedalaman luka.
2. Telah menyiapkan dan bantu
prosedur balutan
3. Telah meninggikan area graft bila
mungkin/tepat
4. Telah melakukan perawatan luka
pada pasien
4.5 Evaluasi
4.5.1 Evaluasi Keperawatan Variola
1. Dx 1:
S: Pasien mengatakan kini nyerinya mulai berkurang
O: Pasien tampak lebih nyama
47
48
BAB 5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertai keadaan umum
yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruang kulit yang
monomorf, terutama tersebar di bagian perifer tubuh. Variola Major menyebabkan
penyakit yang lebih serius dengan tingkat kematian 3035%. Penyebab variola
adalah virus variolae ada 2 tipe virus yang identik , tetapi menimbulkan 2 tipe
variola yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim). Gejala yang
ditimbulakan adalah suhu tubuh naik (40oC), nyeri kepala, nyeri tulang, sedih
dan gelisah, lemas dan muntah-muntah.
5.2
Saran
49
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A. , Hamzah M. , Aisah S. , 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jaya, Agung. 2010. Asuhan Keperawatan Abak dengan Varicella ( Cacar Air).
[Serial
Online]
http://www.scribd.com/doc/125081568/Asuhan-
gdl-sukmawatin-