Anda di halaman 1dari 38

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA VARIOLA DAN VARICELLA

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelasiakan tugas makalah matakuliah Sistem
Integumen yang berjudul Asuhan Keperawatan Variolla" tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas Sistem Integumen.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, maka
dari itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun, sehingga
makalah ini dapat bermanfaat dikemudian hari.

Jember, 10 November 2013

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1
1.4 Implikasi Keperawatan ........................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI .......................................................................... 3
2.1

Review Anatomi Fisiologi ........................................................... 3

2.2

Tinjauan Teori Variola ............................................................... 5

BAB 3. PATHWAY.......................................................................................... 20
3.1

Pathway Variola .......................................................................... 20

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................27


4.1

Pengkajian ...................................................................................27

4.2

Diagnosa .......................................................................................54

4.3

Intervensi .....................................................................................56

4.4

Implementasi ...............................................................................64

4.5

Evaluasi ........................................................................................66

BAB 5. PENUTUP .........................................................................................68


5.1

Kesimpulan ..................................................................................68

5.2

Saran ............................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................69

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kesehatan kulit perlu diperhatikan karena kulit merupakan bagian yang

paling vital dan mencerminkan kesehatan dan kehidupan. Penyakit kulit seperti
variola merupakan penyakit yang mengganggu penampilan.Variola adalah
penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh virus variola major atau
variola minor. Maka dari itu, agar tidak terjangkit penyakit tersebut, diharapkan
harus menjaga personal hygine dengan baik.
1.2

Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas pada makalah ini meliputi:

1)

Bagaimana konsep penyakit dari variola ?

2)

Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami variola ?

1.3

Tujuan
Tujuan dari pembahasan makalah ini meliputi:

1)

Mengetahui konsep penyakit dari variola.

2)

Mengetahui asuhan keperawatan pada klien yang mengalami variola.

1.4

Implikasi Keperawatan
Implikasi yang dapat dilakukan perawat adalah:

1)

Perawat sebagai edukator


Perawat memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai
variola dan varicella dengan bahasa yang mudah dipahami.

2)

Perawat sebagai konselor


a. Perawat memberikan konseling mengenai prosedur dalam menjalani
perawatan tuli toksik dan presbiakusis.

b. Perawat memberikan konseling kepada keluarganya mengenai peran


keluarga dalam menghadapi pasien.
c. Perawat membantu pasien dalam memecahkan masalah dengan
memberikan pilihan-pilihan yang terbaik guna mendapatkan pelayanan
dan penatalaksanaan untuk pasien variola dan varicella.
3)

Perawat sebagai advokasi


a. Perawat melindungi hak-hak pasien variola dan varicella, dalam
mendapatkan pelayanan dan penatalaksanaan yang sesuai.
b. Perawat memberikan saran - saran kepada pasien dan keluarganya jika
pasien dihadapkan pada suatu permasalahan, dengan membantu
menyelesaikannya dan tidak lupa menjelaskan tentang baik buruknya
dari setiap pilihan.

4)

Perawat sebagai care giver


Perawat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien yang
menderita penyakit variola dan varicella, dan memberikan pelayanan yang
tepat saat pasien dirawat.

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1

Review Anatomi dan Fisiologi


Integumen membentuk lapisan luar ke tubuh. Integumen terdiri dari kulit

dan beberapa derifasi kulit terspesialisasi tertentu antara lain rambut, kuku, dan
beberapa jenis kelenjar. Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian
luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit
bermuara

kelenjar

keringat

dan

kelenjar

mukosa.(Syaifuddin,

2006).

Menurut Syaifuddin (2006) Kulit manusia tersusun atas tiga lapisan, yaitu
epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis dan dermis dapat terikat satu sama lain
akibat adanya papilare dermis dan rabung epidermis.
1)

Epidermis
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal
yang berbeda-beda: 400-600 m untuk kulit tebal (kulit pada telapak
tangan dan kaki) dan 75-150 m untuk kulit tipis (kulit selain telapak
tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga
tersusun atas lapisan:
a.

Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses


melanogenesis.

b.

Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum


tulang, yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan
merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel
Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.

c.

Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris


dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.

d.

Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling
dalam terdiri dari Stratum Korneum, Stratum Lucidum, Stratum
Granulosum, Stratum Spinosum dan Stratum Basal/Germinativum.

2)

Dermis
Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang
bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di
daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak
nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular
a.

Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis,


terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast,
sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh
(ekstravasasi).

b.

Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun
atas jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I).

Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan


epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea.
3)

Lapisan Subkutan
Mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat
dibawahnya. Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak yang beragam,
bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak
pembuluh darah dan ujung saraf.
Fungsi Integumen antara lain sebagai berikut :

1)

Perlindungan;

2)

Pengatur suhu tubuh;

3)

Ekskresi;

4)

Metabolisme;

5)

Komunikasi ( Ethel, 2003).

Gambar 1. Anatomi Kulit

2.2

Tinjauan Teori Variola

2.2.1 Pengertian Variola


Variola (smallpox) adalah penyakit menular pada manusia yang disebabkan
oleh virus variola major atau variola minor. Penyakit ini dikenal dengan nama
Latinnya, variola atau variola vera, yang berasal dari kata Latin varius, yang
berarti berbintik, atau varus yang artinya jerawat. Variola muncul pada
pembuluh darah kecil di kulit serta di mulut dan kerongkongan
Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertai keadaan umum yang
sangat menular dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruang kulit yang
monomorf, terutama tersebar di bagian perifer tubuh.

Gambar 1. Penderita Cacar ( smallpox)

2.2.2 Epidemiologi
Variola Major menyebabkan penyakit yang lebih serius dengan tingkat
kematian 3035%. V. minor menyebabkan penyakit yang lebih ringan (dikenal
juga dengan alastrim, cottonpox, milkpox, whitepox, dan Cuban itch) yang
menyebabkan kematian pada 1% penderitanya. Akibat jangka panjang infeksi V.
major adalah bekas luka, umumnya di wajah, yang terjadi pada 6585% penderita.
Cacar diyakini telah muncul pada populasi manusia sekitar 10.000 SM. Penyakit
menewaskan sekitar 400.000 orang Eropa setiap tahun selama abad ke-18
(termasuk lima raja), dan bertanggung jawab atas sepertiga dari semua kebutaan.
Dari semua yang terinfeksi, 20-60%-dan lebih dari 80% dari anak yang terinfeksimeninggal karena penyakit ini.

Selama abad ke-20, diperkirakan bahwa cacar bertanggung jawab atas 300500 juta kematian. Pada awal tahun 1950 diperkirakan 50 juta kasus cacar terjadi
di dunia setiap tahun. Pada tahun 1967, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan bahwa 15 juta orang terjangkit penyakit dan bahwa dua juta
meninggal pada tahun itu. Setelah sukses kampanye vaksinasi sepanjang abad 19
dan 20, WHO berhasil memberantasan penyakit cacar di Desember 1979. Sampai
hari ini, cacar adalah satu-satunya penyakit menular manusia telah dibasmi
2.2.3 Etiologi
Penyebab variola adalah virus variolae ada 2 tipe virus yang identik , tetapi
menimbulkan 2 tipe variola yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim).
Perbedaan kedua virus itu adalah bahwa penyebab variola mayor bila
dimokulasikan pada membrane karioalontrik tubuh pada suhu 38o C. Sedangkan
yang menyebabkan variola minor tumbuh dibawah suhu itu. Agent penyebab
penyakit cacar adalah virus Variola, anggota dari Genus Orthopoxvirus, Subfamili
Chordopoxviridae dari Famili Poxviridae.
Virus variola relatif stabil dalam lingkungan alam .Virus variola berukuran
150-260 nanometer dan berisi molekul DNA beruntai ganda sekitar 200 protein
yang berbeda, virus ini merupakan salah satu genom virus terbesar yang dikenal .
Ukuran genom yang besar membuatnya sangat sulit untuk membuat sintetis virus
tiruan. Virus cacar tidak tahan oleh sinar matahari dan panas. Dalam percobaan di
laboratorium, 90% virus cacar berupa aerosol mati dalam 24 jam setelah terkena
sinar matahari. Berikut ini gambar dan struktur dari virus Variola.

Gambar 2. Struktur Virus Variola

2.2.4 Patofisiologi
Variola (Smallpox)disebabkan oleh virus yang menyebar dari satu orang ke
orang lainnya melalui udara. Virus ini ditularkan dengan menghirup virus dari
orang yang terinfeksi. Selain itu, Smallpox juga bisa menyebar melalui kontak
langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi dan objek yang
terkontaminasi seperti baju.
Penularannya melalui kontak langsung ataupun tak langsung tapi infeksi
primernya selalu melalui hawa nafas. Virusnya yang terdapat di udara, berasal dari
debu pakaian, tempat tidur, dari keropeng yang jatuh ditanah ataupun dari hawa
nafas di penderita, terhirup bersama hawa pernafasan sehingga terjadi penularan.
Cacar adalah penyakit yang sangat menular.
Virus variola diperoleh dari inhalasi (pernafasan ke paru-paru). Partikel
virus cacar dapat tetap pada benda seperti pakaian, tempat tidur, dan permukaan
hingga 1 minggu. Virus dimulai di paru-paru, dari sana virus menyerang aliran
darah dan menyebar ke kulit, usus, paru-paru, ginjal, dan otak. Aktivitas virus
dalam sel-sel kulit menciptakan ruam yang disebut makula (karakteristik : datar,
lesi merah). Setelah itu vesikel (lepuh mengangkat) terbentuk. Kemudian, pustula
(jerawat berisi nanah) muncul sekitar 12-17 hari setelah seseorang menjadi
terinfeksi. Sembuh dari cacar sering meninggalkan bekas di kulit oleh karena
pustula.
Manusia adalah host natural dari smallpox. Penyakit ini tidak dapat
ditularkan oleh serangga maupun hewan. Jika seseorang pernah menderita cacar
air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi.

Gambar

4.

Fase

Kondisi

Penderita Cacar ( Smallpox)

2.2.5 Gejala klinis


Masa tunas 10-14 hari terdapat 4 stadium :
1)

Stadium prodromal/invasi
Stadium ini berlangsung selama 3-4 hari yang ditandai dengan:

2)

a.

Suhu tubuh naik (40oC)

b.

Nyeri kepala

c.

Nyeri tulang

d.

Sedih dan gelisah

e.

Lemas dan Muntah-muntah

Stadium makulao papular /erupsi


Suhu tubuh kembali nomal, tetapi timbul makula-makula eritematosa
dengan cepat akan berubah menjadi papula-papula terutama dimuka dan
ektremitas (termasuk telapak tangan dan kaki) dan timbul lesi baru.

3)

Stadium vesikula pustulosa / supurasi


Dalam waktu 5 10 hari timbul vesikula-vesikula yang cepat berubah
menjadi pustule. Pada saat ini suhu tubuh akan meningkat dan lesi-lesinya
akan mengalami umblikasi.

4)

Stadium resolusi
Berlangsung dalam 2 minggu, stadium ini dibagi menjadi 3:
a.

Stadium krustasi
Suhu tubuh mulai menurun, pustule-pustula mengering menjadi krusta.

b.

Stadium dekrustasi
Krusta-krusta mengelupas, meninggalkan bekas sebagai sifakriks atrofi.
Kadang-kadang ada rasa gatal dan stadium ini masih menular.

c.

Stadium rekon valensensi.


Lesi-lesi menyembuh, semua krusta rontok, suhu tubuh kembali
normal, penderita betul-betul sembuh dan tidak menularkan penyakit
lagi.

Gambar
Klinis

3.

Manifestasi

Penderita

Cacar

( Smallpox)

2.2.6 Komplikasi
1.

Bronkopneumania

2.

Infeksi kulit sekunder (furunkel, impetigo)

3.

Ulkus kornea

4.

Ensefalitis

5.

Effluvium

6.

Telogen dalam 3-4 bulan.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang


2.2.8 Pengobatan
Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga
gelembung cairan tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan
masuk bagi kuman lain (infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak
talek yang membantu melicinkan kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan
kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi, karena bisa menimbulkan
shock.
Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk
mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan
paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir, famciclovir, valacyclovir,
dan penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri,
komplikasi serta melindungi seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh
melawan virus herpes. Sebaiknya pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa

10

nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya
gelembung cairan (blisters).
Pengobatan penyakit cacar berfokus pada keluhan yang timbul, misalnya
demam, menggigil, nyeri dipersendian, bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya
membentuk sebuah gelembung cair. Obat yang seharusnya diberikan:
a.

Paracetamol tablet

b.

Acyclovir tablet

c.

Bedak Talek

d.

Vitamin Neurobian/neuroboran
Pasien dengan cacar dapat dibantu dengan cairan intravena, obat-obatan

untuk mengontrol demam atau nyeri, dan antibiotik untuk infeksi bakteri sekunder
yang mungkin terjadi. Selain itu penderita harus dikarantina. Sistemik diberikan
obat antiviral (asiklovir atau valasiklovir) misalnya isoprinosin, dan interferon,
dapat pula diberikan globulin gama. Kecuali itu obat yang bersifat simtomatik,
misalnya analgetik/antipiretik. Diawasi pula kemungkinan timbulnya infeksi
sekunder, maupun infeksi nosokornial, serta cairan dan elektrolit . Jika dimulut
masih terdapat lesi diberikan makanan lunak. Pengobatan topikal bersifat
penunjang, misalnya kompres dengan antiseptik atau salep antibiotik.
2.2.9 Pencegahan
Kendati WHO telah menetapkan bahwa dunia dinyatakan bebas cacar sejak
tahun 1980, kita harus tetap waspada terhadap penyakit ini agar tidak terulang
kembali. Ada beberapa cara pencegahan yang dapat kita lakukan, diantaranya :
1) Melakukan vaksinasi
Vaksinasi merupakan salah satu cara terbaik untuk mencegah cacar. Jika
diberikan kepada seseorang sebelum paparan cacar, vaksin benar-benar
dapat melindungi mereka. Vaksinasi dalam waktu 3 hari setelah terpapar
akan mencegah atau sangat mengurangi keparahan penyakit cacar pada
kebanyakan orang. Vaksinasi 4 sampai 7 hari setelah pajanan dan
kemungkinan menawarkan beberapa perlindungan dari penyakit atau dapat

11

menurunkan keparahan penyakit. Pemberian vaksinasi setelah pasien sudah


memiliki ruam tidak akan melindungi pasien cacar.
Vaksin cacar saat ini berlisensi, yang terdiri dari strain laboratorium virus
vaccinia, sangat efektif dalam mencegah infeksi. Para ahli medis percaya
vaksin dapat mengurangi keparahan, atau bahkan mencegah, penyakit pada
orang yang belum divaksinasi jika diberikan dalam waktu 4 hari setelah
terpapar virus. Vaksin cacar membantu tubuh mengembangkan kekebalan
terhadap cacar. Vaksin ini terbuat dari "cacar"-jenis virus yang berhubungan
dengan cacar. Vaksin cacar mengandung virus vaccinia hidup-tidak seperti
vaksin lain yang menggunakan virus dibunuh.

Gambar 5. Vaksinasi

2)

Hindari kontak langsung atau tatap muka dengan penderita.

3)

Hindari bersentuhan atau kontak dengan benda-benda atau tempat yang


terkontaminasi virus seperti pakaian dan tempat tidur penderita.
Pada prinsipnya pencegahan penyakit cacar dilaksanakan dengan:

1)

Meningkatkan kekebalan masyarakat dengan melaksanakan vaksinasi


routine yang sebaik-baiknya. (setiap bayi di cacar pada umur 1 2 tahun).

2)

Menanggulangi wabah dengan menggunakan Team Gerak Cepat.


Tugas Team Gerak Cepat ini adalah :

1)

Mencari dan mengumpulkan laporan-laporan penderita cacar, baik secara


pasif maupun secara aktif;

12

2)

Mengadakan pengecekan laporan dan mendiagnosa penyakit cacar;

3)

Mengadakan penyelidikan untuk mendapatkan tambahan penderita baru;

4)

Memberikan vaksinasi pada semua golongan umur di sekitar penderita;

5)

Melakukan tindakan desinfeksi terhadap benda-benda yang mungkin


terkontaminasi virus dari penderita;

6)

Mengisolasikan penderita;

7)

Mengadakan pengawasan terhadap orang-orang yang lansung kontak dan


terhadap daerah-daerah yang telah dilakukan vaksinasi sampai tidak
terdapat lagi penderita baru.

Virus variola
27

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1

Pengkajian

4.1.1 Pengkajian Variola


I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama

Nama klien sangat dibutuhkan sebagai

identitas

klien dan untuk membangun hubungan

saling

percaya sehingga mempermudah dalam


melakukan asuhan keperawatan.

2. Umur

Umur berguna dalam pemberian dosis obat.

3. Jenis kelamin :

4. Agama

Untuk

mengakaji

status

spiritual

sehingga

kebutuhan fisik, psikis dan spiritual dapat dipenuhi.


5. Pendidikan

: Untuk mengkaji tingkat pengetahuan klien terkait

penyakit penyakit yang dideritanya.


6. Alamat

: Untuk mengkaji status lingkungan tempat tinggal yang

mungkin mempengaruhi keadaan sakitnya. Lingkungan yang padat


penduduk dapat memudahkan penyebaran virus ini, karena mudah menular
melalui udara atau kontak langsung. Selain itu, lingkungan dengan fasilitas
yang digunakan secara bersama-sama juga memudahkan penularan penyakit
ini,karena persentase terkontaminasi virus penderita menjadi semakin besar.
7.Tgl masuk : Untuk

melihat

bagaimana

perkembangan

status

kesehatannya dari hari ke hari semakin baik atau buruk selama dilakukan
perawatan.

28

8. Tgl pengkajian: Untuk memastikan perkembangan status kesehatan pada


saat itu.
10. Diagnosa medik: Mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pasien.
B. Identitas Orang tua
1) Ayah, meliputi: nama, usia, pedidikan, pekerjaan/sumber penghasilan,
agama, dan alamat.
2) Ibu, meliputi: nama, usia, pedidikan, pekerjaan/sumber penghasilan,
agama, dan alamat.
C. Identitas Saudara Kandung
Identitas saudara kandung sangat diperlukan karena saudara kandung
merupakan salah satu orang yang mungkin dekat dengan pasien. Status
kesehatan dari saudara kandung diperlukan untuk mengetahui keterkaitan
dan memungkinkan penularan penyakit-penyakit yang dapat menular
melalui infeksi virus.
II. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan Utama : Panas, pusing, tidak ada nafsu makan, nyeri diotot dan
tulang, ruam dikulit, berwarna kemerahan, bentol-bentol, terdapat cairan ,
nanah, dan darah
Riwayat Keluhan Utama : Hal yang perlu dikaji dari keluhan utama yang
muncul adalah sejak kapan keluhan itu muncul dan hal apa saja yang
membuat keluhan itu muncul, serta data-data lain yang mendukung untuk
mengkaji keluhan utama pasien.
Keluhan Pada Saat Pengkajian : Keluhan saat pengkajian yang sering
muncul adalah keluhan utama disertai keluhan lain yaitu adanya rasa gatal

29

B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 5 tahun)


1. Prenatal care
Merupakan keadaan anak atau bayi saat masih dalam kandungan. Penyakit
variola ini bermula dari infeksi virus Variolae. Meskipun kebanyakan
penyakit ini menyerang anak-anak, tidak menutup kemungkinan calon ibu
sudah mengalami infeksi virus Variolae tersebut.
2. Natal
Merupakan keadaan bayi saat dilahirkan. Data yang diperlukan meliputi:
tempat melairkan, jenis persalinan, penolong persalinan, dan komplikasi
yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan. Data ini
membantu dalam menegakkan etiologi dari penyakit ini, seperti tempat
melahirkan yang kurang steril yang memungkinkan bayi terinvasi oleh virus
varicella zoster.
3. Post natal
Keadaan bayi atau anak setelah dilahirkan. Penyakit variola ini masuk ke
dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari sekresi pernapasan (droplet
infection) ataupun kontak langsung dengan lesi kulit.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dibuat dalam bentuk genogram. Penyakit ini
bukan penyakit keturunan. Riwayat kesehatan keluarga dikaji dalam riwayat
anggota keluarga yang pernah terserang penyakit ini. Kemungkinan anak
terinfikesi melalui droplet pernapasan atau kontak langsung terhadap lesi
kulit penderita dari salah satu anggota keluarga sebelumnya.
.
IV.

Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)

Imunisasi berfungsi sebagai penunjang sistem pertahanaan tubuh, sehingga


apabila seorang anak tidak diberikan imunisasi tepat pada usianya maka
anak tersebut dapat beresiko tinggi terserang bakteri-bakteri patogen yang
dapat memicu terjadinya penyakit variola.Biasanya bayi yang berusia 1-2

30

tidak diberikan imunisasi campak sehingga dapat menimbulkan penyakit


variola tersebut.
V. Riwayat Tumbuh Kembang
A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : pada anak mengalami penurunan BB akibat
nafsu makan menurun dan juga dapat terjadi gejala mualmuntah, biasanya terjadi pada stadium prodromal/invasi.
2. Tinggi badan : pada anak yang tidak tertangani dengan
baik, mempunyai

resiko terjadinya gangguan tumbuh

kembang anak.
B.

Perkembangan Tiap tahap


Perkembangan tumbuh kembang anak dapat terganggu apabila

penyakit variola ini tidak dapat tertangani dengan baik sehingga menjadi
variola berat dengan komplikasi-komplikasi penyakit lain yang muncul
seperti bronkopneumania, infeksi kulit sekunder (furunkel, impetigo), ulkus
kornea, ensefalitis, effluvium, telogen dalam 3-4 bulan.
VI. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
Pemberian ASI pada setiap anak yang baru dilahirkan dapat membantu
untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dari serangan virus. Asi
eksklusif selama 6 bulan dapat mempengaruhi status nutrisi anak, karena
dalam asi juga terkandung zat nutrisi yang dibutuhkan oleh anak untuk
perkembangan yang sehat dan memberikan antibody terhadap penyakit.
B. Pemberian susu formula
Pemberian susu formula memang dapat memberikan nutrisi pada
anak, tetapi tidak dapat menandingi besarnya nutrisi yang di dapat dari ASI.
Sehingga perlu ditanyakan pula apakah anak telah mendapatkan ASI
ekslusif atau hanya diberikan susu formula saja

31

VII. Riwayat Psikososial


Riwayat psikososial pada anak-anak dengan penyakit variola perlu menjadi
perhatian, misalnya saja peran keluarga atau pola asuh dalam keluarga juga
dapat mempengaruhi perkembangan kesehatan anak, sehingga keluarga
seharusnya menjadi support system dalam proses pengobatan anak. Anak
yang tidak dibesuk oleh teman-temannya karena jauh dan lingkungan
perawatan yang baru serta kondisi kritis akan menyebabkan anak banyak
diam atau rewel.
VIII. Riwayat Spiritual
Spiritual yang baik dapat meningkatkan keyakinan keluarga terhadap
kesembuhan anak, hubungan yang baik dan saling mengasihi antar anggota
keluarga juga menjadi dukungan yang baik bagi kesembuhan anak.
IX. Reaksi Hospitalisasi
A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Pengalaman keluarga terhadap sakit dan hospitalisasi berpengaruh terhadap
perasaan cemas pada anak dan keluarga. Biasanya orang yang tidak pernah
menjalani hospitalisasi cenderung lebih cemas dibandingkan yang tidak
pernah. Anak paling dekat dengan keluarga atau orang tua, sehingga
mimiliki ikatan batin yang kuat. Sehingga perasaan orang tua yang cemas
juga berdampak pada ketenangan anak saat proses pengobatan di rumah
sakit.
X. Aktivitas sehari-hari
A.

Nutrisi
Kondisi
1. Selera makan

Sebelum
Sakit
Normal

Saat Sakit
Adanya mual, muntah dan
anoreksia

menyebabkan

intake nutrisi yang tidak

32

adekuat. BB mengalami
penurunan
B. Cairan
Sebelum

Kondisi
1. Jenis minuman

Sakit
Normal

Saat Sakit
Apabila

anak

disertai

2. Frekuensi minum

muntah dan demam tinggi

3. Kebutuhan cairan

saat

4. Cara pemenuhan

kemungkinan

terjadinya

berisiko

gejala,
anak

kekurangan

cairan.
C. Eliminasi (BAB&BAK)
Sebelum

Kondisi

Sakit
Normal

1. Tempat
pembuangan

Saat Sakit
Eliminasi

alvi

tidak

ada

gangguan.

2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
D. Istirahat tidur
Kondisi
1. Jam tidur

Sebelum Sakit
Normal

Saat Sakit
Mengalami

Siang

perubahan pola

Malam

tidur

2. Pola tidur

dikarenakan

3. Kebiasaan sebelum

terjadi

tidur
4. Kesulitan tidur

peningkatan
suhu

dan

adanya nyeri

33

E. Olah Raga
Pada anak yang menderita penyakit variola mengalami kelemahan akibat
penurunan kontraktilitas otot
F.Personal Hygiene
Kondisi
1. Mandi

Sebelum Sakit
Pada saat sebelum

Saat Sakit
Ketika

- Cara

sakit kemungkinan

sebaiknya

personal

kebersihan

Frekuensi
- Alat
mandi
2. Cuci rambut
- Frekuensi

hygine

sakit
anak

kurang

terpenuhi

perlu dijaga dengan

dengan

baik

baik supaya dapat

sehingga

dapat

mengurangi infeksi

terinfeksi

virus

virus

dalam tubuh

yang dapat

mempengaruhi

- Cara

kesehatannya

3. Gunting kuku
- Frekuensi
- Cara
4. Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara

G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi
1. Kegiatan

sehari-

hari
2. Pengaturan jadwal
harian
3. Penggunaan

alat

Bantu aktifitas
4. Kesulitan
pergerakan tubuh

Sebelum Sakit
Sebelum sakit

Saat Sakit
Pada
klien

anak

dengan

dapat

melakukan

penyakit

aktifitasnya

variola

sehari-hari tanpa

mengalami

adanya kesulitan

kelemahan

dalam

akibat

pergerakan

penurunan

34

tubuhnya.

kontraktilitas
otot.

XI. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum
2. Kesadaran

: lemah

: Composmetis

3. Tanda tanda vital :


a. Tekanan darah

:normal

b. Denyut nadi : normal


c. Suhu : suhu tubuh meningkat di atas 38o C
d. Pernapasan

: normal
4. Berat Badan : berat badan menurun apabila intake nutrisi
pada anak terganggu
5. Tinggi Badan

: tidak mengalami kelainan

6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala
a. Warna rambut

:
: hitam

b. Penyebaran : penyebaran rambut merata


c. Mudah rontok

: tidak mudah rontok

d. Kebersihan rambut :bersih/tergantung personal hygine yang di


lakukan
Palpasi: tidak ditemukan kelainan
7. Muka
Inspeksi
a. Simetris / tidak

: simetris

b. Bentuk wajah : normal


c. Gerakan abnormal

: tidak ada

35

d. Ekspresi wajah

: meringis kesakitan

Palpasi
Nyeri tekan / tidak
Data lain

: ada nyeri tekan

:
8. Mata

Inspeksi
a. Pelpebra

: tidak ada edema

b. Sclera

: tidak ikterus (putih)

c. Conjungtiva : Anemis
d. Pupil : - Isokor
- Myosis / midriasis
- Refleks pupil terhadap cahaya : ada (+)
e. Posisi mata : Simetris
f. Gerakan bola mata : normal
g. Penutupan kelopak mata

: normal

h. Keadaan bulu mata : normal


i. Keadaan visus

: normal

j. Penglihatan : normal
Palpasi
Tekanan bola mata
Data lain

: Tidak ada

:9. Hidung & Sinus

Inspeksi
a. Posisi hidung : simetris
b. Bentuk hidung: simetris
c. Keadaan septum
d. Secret / cairan :

: normal
terdapat

cairan,

mengalami infeksi saluran napas


Data lain

:10. Telinga

jika

anak

36

Inspeksi
a. Posisi telinga : normal
b. Ukuran / bentuk telinga
c. Aurikel

: normal

: normal

d. Lubang telinga

: Bersih / serumen, tergantung

dari personal hygiene anak


e. Pemakaian alat bantu : Palpasi
Nyeri tekan / tidak

: terdapat nyeri tekan pada area CVA

11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
-

Keadaan gigi

: meliputi kebersihan gigi, warna gigi yang

tergantung dari personal hygiene anak


-

Karang gigi / karies

: ada tidaknya karies, tergantung dari

personal hygiene anak


-

Pemakaian gigi palsu

:-

b. Gusi
Merah / radang / tidak : tidak terjadi peradangan
c. Lidah
Kotor / tidak

: tergantung dari kebersihan diri pasien


d. Bibir

Data lain

Cianosis / pucat / tidak : pucat

Basah / kering / pecah : -

Mulut berbau / tidak

:-

Kemampuan bicara

:-

:12. Tenggorokan

37

a. Warna mukosa: merah


b. Nyeri tekan

: tidak ada

c. Nyeri menelan : tidak ada


13. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid: normal/ tidak terjadi pembesaran
Palpasi
a. Kelenjar thyroid

: Teraba

b. Kaku kuduk / tidak

:-

c. Kelenjar limfe :
Data lain

:
14. Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada :simetris
b. Irama pernafasan

: teratur

c. Pengembangan di waktu bernapas

mengembang sempurna
d. Tipe pernapasan
Data lain

: normal

:-

Palpasi
a. Vokal fremitus

: simetris bilateral

b. Massa / nyeri

: tidak ada

a. Suara nafas

:Vesikuler

b. Suara tambahan

: tidak ada

Auskultasi

15. Jantung
Palpasi
Ictus cordis
Perkusi

: tidak ada

simetris/

38

Pembesaran jantung

: tidak ada, suara jantung redup

Auskultasi
a. BJ I

: normal

b. BJ II

: normal

c. BJ III : d. Bunyi jantung tambahan


Data lain

: tidak ada

:16. Abdomen

Inspeksi
a. Membuncit

: tidak membuncit

b. Ada luka / tidak

: tidak terdapat luka

Palpasi
a. Hepar

: tidak teraba

b. Lien

: tidak teraba

c. Nyeri tekan

: tidak ada nyeri tekan

Auskultasi
Peristaltik

: penurunan peristaltik usus (normal 12-30x/menit)

Perkusi
a. Tympani : tympani pada seluruh area abdomen
b. Redup
Data lain

:-

:17. Genitalia dan Anus : 18. Ekstremitas

Ekstremitas atas
a. Motorik

39

Pergerakan kanan / kiri :

pergerakan

tangan

lemah

dikarenakan metabolisme yang tidak optimal menyebabkan


otot tidak dapat melakukan fungsinya.
-

Pergerakan abnormal

Kekuatan otot kanan / kiri

Tonus otot kanan / kiri : menurun

Koordinasi gerak

: tidak ada
: melemah

: menurun

b. Refleks
-

Biceps kanan / kiri : normal

Triceps kanan / kiri : normal


c. Sensori

Nyeri

: lebih sensitif atau terjadi iritabilitas terhadap

rangsang nyeri
-

Rangsang suhu : normal

Rasa raba

: normal

19. Status Neurologi.


Saraf saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu

: normal

b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan

: normal

c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis,


Abducens)
-

Konstriksi pupil

Gerakan kelopak mata

: simetris bilateral

Pergerakan bola mata

: simetris/normal

Pergerakan mata ke bawah & dalam

: normal

: normal

d. Nervus V (Trigeminus)
-

Sensibilitas / sensori
nyeri

: lebih sensitif terhadap rangsang

40

Refleks dagu

Refleks cornea : positif

: positif

e. Nervus VII (Facialis)


-

Gerakan mimik : normal

Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : normal


f. Nervus VIII (Acusticus)

Fungsi pendengaran

: normal
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)

Refleks menelan

Refleks muntah : normal

Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : normal

Suara

: normal

: normal

h. Nervus XI (Assesorius)
-

Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : dapat dilakukan/


normal

Mengangkat bahu

: dapat dilakukan/ normal

i. Nervus XII (Hypoglossus)


-

Deviasi lidah

: normal

Tanda tanda perangsangan selaput otak


a. Kaku kuduk

: tidak ada kelainan

b. Kernig Sign

: negatif

c. Refleks Brudzinski

: negatif

d. Refleks Lasegu : negatif


Data lain
pemeriksaan reflek

:-

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 6 Tahun )

41

Dengan menggunakan DDST


1. Motorik kasar
Pada motorik kasar, umumnya anak dengan penyakit variola akan
mengalami kelemahan, sehingga aspek dari motorik kasar mungkin akan
terlambat untuk dilalui (delayed) atau mungkin tidak dapat dilalui (failed)
jika telah masuk ke tahap kronis.
2. Motorik halus

Pada umumnya tidak mengalami kemunduran yang

3. Bahasa

berarti dalam ketercapaian dari masing-masing aspek di

4. Personal social

samping.

XII. Test Diagnostik


a.

Inokulasi pada korioalantoik

b.

Histopatologis

c.

Tes Antigen, deteksi antigen virus pada agar gel

d.

Tes Serologis (tes ikatan komplemen)

XIII. Terapi saat ini


a. Non farmakokinetik : Karantina, jaga higien
b.

Farmakokinetik :
-

Obat : Antivirus

Acyclovir

- Valacyclovir
- Simptomatik : Analgetik, antipiretik, antibiotic (krem/oral), kompres
- Profilaksis : vaksin dengan virus vaccinia dengan tehnik multiple puncture
- KI profilaksis, sedang terapi kortikosteroid, dan mengalami defisiensi
imunologi, atopi.

4.2

Diagnosa Keperawatan

42

4.2.1 Diagnosa Keperawatan Variola


1)

Hipertermi berhubungan dengan invasi virus, reaksi inflamasi dan pelepasan


mediator kimia

2)

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma, erupsi pada kulit

3)

Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan

4)

Resiko infeksi berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan kulit/luka


terbuka

5)

Resiko penularan infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit

6)

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit, adanya papula

43

4.3

Intervensi

4.3.1 Intervensi Variola


No.
1.

Diagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan

Tujuan dan Kriteria Hasil


Tujuan:

kerusakan kulit/jaringan

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 2x24

1.

Intervensi
Kondisikan tempat

2.

tidur yang nyaman.


Tutup luka sesegera

3.

Kolaborasi pemberian

4.

analgesik.
Kaji keluhan nyeri.

Kriteria Hasil:
1. Nyeri klien berkurang.
2. Pasien tampak nyaman.
3. pasien tidak mengeluh

menurunkan nyeri.
2.

mungkin.

jam diharapkan nyeri klien


berkurang.

1.

atas nyerinya.

Perubahan suhu
dapat menyebabkan
nyeri hebat.

3.

Untuk menurunkan
nyeri.

4.
5.

Rasional
Membantu

Mengetahui
seberapa darajat

Ajarkan tehnik

nyeri yang

relaksasi.

dirasakan.

2.

1. Hipertermi
berhubungan

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan

1.

Observasi tanda-tanda
vital tiap 3 jam.

5.

Untuk mengurangi

1.

rasa nyeri.
Infeksi
mempengaruhi

dengan invasi virus, keperawatan selama 2x24

tanda-tanda

reaksi inflamasi

sehingga

jam diharapkan suhu tubuh

dapat
vital
tanda-

44

dan pelepasan
mediator kimia

pasien dapat kembali dalam


kondisi normal 36-370C.

Tanda vital setiap


2.

banyak minum 1.5-2

Kriteria Hasil:
1.

Anjurkan klien untuk


2.

liter/hari.

Suhu tubuh kembali

badan

dapat

mengakibatkan

stabil.
2.

saat dpat berubah.


Peningkatan
suhu

penguapan

Pasien tampak nyamn

tubuh

meningkat sehingga
3.

Berikan kompres

perlu

hangat.

asupan cairan yang


3.

4.

banyak.
Membantu

Anjurkan pasien untuk

menurunkan

memakai pakaian tipis.

tubuh
dilatasi

5.

diimbangi

Kolaborasi pemberian
obat antipiretik

4.

suhu
dengan

pembuluh

darah
Agar pasien lebih
nyaman dan tidak
semakin

5.

panas.
Obat

merasa
antipiretik

45

dapat

digunakan

untuk

mengurangi

demam dengan aksi


sentralnya
3.

Gangguan integritas kulit


berhubungan dengan trauma,
erupsi pada kulit

Tujuan:
1.
Setelah dilakukan tindakan

Kaji ukuran, warna,

1.

dan kedalaman luka.

diharapkan

penyembuhan
2.

kulit.
2.

Siapkan dan bantu

2.

prosedur balutan
tepat 3.

waktu
Menunjukan regenerasi
jaringan

terhadap kondisi

masalah

bisa teratasi
Kriteria Hasil:
1. Mencapai

hipotalamus.
Memberikan
informasi dasar

keperawatan selama 224


jam

pada

Tinggikan area graft

penutupan luka
3.

bila mungkin/tepat
4.

Lakukan perawatan
luka pada pasien

Digunakan untuk
Menurunkan
pembekakan

4.

Menjaga kondisi
jaringan baru dan
menghindari adanya
infeksi

46

4.4

Implementasi

4.4.1 Implementasi Variola:


No

Diagnosa

Implementasi

1.

Nyeri berhubungan dengan

1.

Telah mengkondisikan tempat

2.

tidur yang nyaman.


Telah menutup luka sesegera

3.

mungkin.
Telah berkolaborasi pemberian

4.
5.

analgesik.
Telah mengkaji keluhan nyeri.
Telah mengajarkan tehnik

kerusakan kulit/jaringan

2.

Hipertermi berhubungan
dengan invasi virus, reaksi
inflamasi dan pelepasan
mediator kimia

relaksasi.
1. Telah mengobservasi tanda-tanda
vital tiap 3 jam.
2. Telah menganjurkan klien untuk
banyak minum 1.5-2 liter/hari.
3. Telah memberikan kompres
hangat.
4. Telah menganjurkan pasien untuk
memakai pakaian tipis.
5. Telah berkolaborasi pemberian

3.

Gangguan integritas kulit


berhubungan dengan trauma,
erupsi pada kulit

obat antipiretik
1. Telah mengkaji ukuran, warna,
dan kedalaman luka.
2. Telah menyiapkan dan bantu
prosedur balutan
3. Telah meninggikan area graft bila
mungkin/tepat
4. Telah melakukan perawatan luka
pada pasien

4.5 Evaluasi
4.5.1 Evaluasi Keperawatan Variola
1. Dx 1:
S: Pasien mengatakan kini nyerinya mulai berkurang
O: Pasien tampak lebih nyama

47

A: Masalah Teratasi sebagian


P : Lanjutkan tindakan keperawatan
2. Dx 2:
S: Pasien mengatakan kini sudah agak nyaman dengan kondisinya
O : Suhu tubuh pasien mulai stabil
A: Masalah Teratasi sebagian.
P : lanjutkan tindakan keperawatan
3. Dx 3:
S: Keluarga mengatakan bahwa luka pasien sudah mulai membaik
O : Pasien tampak merasakan adanya perubahan terhadap kulitnya
A: Masalah Teratasi sebagian.
P : lanjutkan tindakan keperawatan

48

BAB 5. PENUTUP
5.1

Kesimpulan
Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertai keadaan umum

yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruang kulit yang
monomorf, terutama tersebar di bagian perifer tubuh. Variola Major menyebabkan
penyakit yang lebih serius dengan tingkat kematian 3035%. Penyebab variola
adalah virus variolae ada 2 tipe virus yang identik , tetapi menimbulkan 2 tipe
variola yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim). Gejala yang
ditimbulakan adalah suhu tubuh naik (40oC), nyeri kepala, nyeri tulang, sedih
dan gelisah, lemas dan muntah-muntah.
5.2

Saran

Semoga dengan adanya makalah ini, mahasiswa keperawatan dapat menambah


pengetahuan dan mengembangkan penelitian terkait variola dan varicella.

49

DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A. , Hamzah M. , Aisah S. , 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jaya, Agung. 2010. Asuhan Keperawatan Abak dengan Varicella ( Cacar Air).
[Serial

Online]

http://www.scribd.com/doc/125081568/Asuhan-

Keperawatan-Anak Dengan Varicella-Cacar-Air) ( 4 November 2013).


Kurniawan, Martin, dkk. 2009. Varicela Zoster Pada Anak. [Serial Online].
3http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-

gdl-sukmawatin-

6300-4-daftarp-a.pdf ( 7 November 2013).


Lubis D. Ramon. 2008. Varicella dan Herpes Zoster [Serial Online]
http://repository.usu.
ac.id/bitstream/123456789/3425/1/08E00895.pdf. ( 7 November 2013).
Rampengan. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Victoria Group. 2005. Cacar Air Varisela Informasi Imunisasi [ Serial Online]
http://docs.health.vic.gov.au/docs/doc/517E32F61726CE8CCA2579060002
53D2/$FILE/chicpox_indonesian.pdf. ( 7 November 2013).

Anda mungkin juga menyukai