MODUL 1
PERMASALAHAN DAN WAWASAN PERLINDUNGAN TANAMAN
I Wayan Mudita
PENDAHULUAN
Pokok-pokok Isi dan Manfaat
Manusia membudidayakan tanaman untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya,
mulai dari pangan, kemudian pakaian dan perumahan , bahkan sampai pada kebutuhan
lainnya seperti obat-obatan, kosmetika, dan bahan bakar. Untuk memenuhi kebutuhan
yang sangat beragam tersebut, berbagai jenis tanaman dibudidayakan di berbagai
belahan dunia. Namun tanaman juga merupakan makanan bagi berbagai mahluk hidup
lain, baik organisme golongan binatang maupun organisme golongan mikroba. Di
tempat tanaman dibudidayakan juga tumbuh berbagai jenis tumbuhan lain yang
menyaingi tanaman dalam memperoleh ruang, sinar matahari, air, unsur hara, dan
sebagainya. Manusia berkepentingan terhadap hasil tanaman, demikian juga dengan
berbagai organisme lain yang hidup dari memakan atau bersaing dengan tanaman
sehingga tanaman menjadi terganggu, mengalami kerusakan, atau bahkan mati. Oleh
karena itu, untuk memperoleh hasil yang diharapkan, petani harus melindungi
tanamannya dari berbagai organisme yang merusak, mengganggu kehidupan, dan/atau
mematikan tanaman tersebut. Untuk mengantarkan kepada pemahaman mengenai
berbagai permasalahan tersebut dan upaya yang perlu dilakukan untuk melindungi
tanaman dari berbagai jenis organisme lain, pada modul ini diuraikan dua kegiatan
belajar sebagai berikut:
1) Permasalahan dan arti penting perlindungan tanaman
2) Pengertian, perkembangan, dan ruang lingkup perlindungan tanaman
Kedua kegiatan belajar tersebut diharapkan bermanfaat untuk memahami permasalahan
perlindungan tanaman yang sebenarnya dan memberikan wawasan untuk memahami
berbagai aspek perlindungan tanaman yang akan diuraikan pada modul-modul
selanjutnya.
Kompetensi Khusus
Setelah tuntas mempelajari kedua kegiatan belajar pada modul ini mahasiswa
diharapkan mampu:
1) Mengidentifikasi dan menjelaskan permasalahan perlindungan tanaman yang
disebabkan oleh berbagai organisme pengganggu tumbuhan dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor
2) Memahami pengertian, arti penting, perkembangan, dan ruang lingkup
perlindungan tanaman yang perlu dilakukan untuk melindungi tanaman dari
berbagai jenis organisme pengganggu tumbuhan
Indikator dan Petunjuk Belajar
Uraian kedua kegiatan belajar pada modul ini dimaksudkan untuk dibaca dengan kritis
sehingga dapat dipahami, bukan untuk dihapalkan. Keberhasilan memahami tersebut
digunakan sebagai indikator keberhasilan belajar yang diukur dengan keberhasilan
mengerjakan latihan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada tes
formatif. Untuk dapat memahami uraian pada kedua kegiatan belajar, mahasiswa
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
diharapkan membaca uraian kedua kegiatan belajar secara berurutan dengan kritis.
Kemudian mahasiswa diharapkan mengerjakan sendiri latihan yang disertakan pada
setiap kegiatan belajar dan kemudian mendiskusikannya dengan kawan mahasiswa
lainnya. Untuk mengukur sejauh mana mahasiswa mampu mensintesis isi uraian pada
setiap kegiatan belajar, mahasiswa dapat membandingkan pemahamannya dengan isi
ringkasan dan glosarium yang disertakan pada bagian akhir setiap kegiatan belajar.
Waktu yang diperlukan untuk menuntaskan setiap kegiatan belajar adalah 100 menit
sehingga untuk menuntaskan mempelajari modul ini diperlukan waktu 200 menit.
KEGIATAN BELAJAR 1:
PERMASALAHAN DAN PENGERTIAN PERLINDUNGAN TANAMAN
Uraian
Manusia memerlukan tanaman untuk memenuhi berbagai kebutuhannya, tetapi pada
tempat dan waktu yang bersamaan berbagai jenis organisme lain juga memerlukan
tanaman untuk tujuan yang sama. Hal ini menyebabkan kepentingan manusia menjadi
merasa dirugikan dan oleh karena itu perlu melakukan berbagai upaya agar tanamannya
tidak diganggu, dirusak, atau bahkan dimatikan oleh berbagai organisme lain. Akan
tetapi permasalahan perlindungan tanaman timbul bukan sekedar karena gangguan,
kerusakan, atau kematian tanaman yang disebabkan oleh berbagai organisme lain
tersebut merugikan manusia, tetapi juga karena terjadinya gangguan, kerusakan, dan
kematian tanaman oleh berbagai jenis organisme lain dipengaruhi oleh berbagai faktor
dan untuk melakukan upaya yang diperlukan untuk melindungi tanaman dihadapi
berbagai kendala. Tanaman, sebagaimana juga organisme lain yang mengganggu
kehidupan, merusak, dan/atau menyebabkan kematiannya, dan juga manusia sendiri,
merupakan bagian dari ekosistem yang berkaitan dengan berbagai jenis organisme lain
melalui jejaring makanan (food web). Upaya perlindungan tanaman yang ditjukan
terhadap jenis-jenis organisme yang merusak, mengganggu kehidupan, dan/atau
mematikan tanaman pada akhirnya bukan hanya berdampak pada organisme tersebut,
tetapi juga organisme lain yang justeru bermanfaat, dan bahkan juga terhadap manusia
sendiri.
Kebutuhan manusia akan hasil tanaman akan terus meningkat seiring dengan terus
semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia. Menurut Departemen Urusan Ekonomi
dan Penduduk PBB (1999), penduduk dunia tahun 2010 yang berjumlah 6.890.700.000
jiwa diperkirakan akan terus meningkat menjadi 8.011.533.000 jiwa pada 2025 dan
9.149.984.000 jiwa pada 2050. Penduduk yang terus meningkat, disertai dengan
perubahan pola konsumsi penduduk negara-negara maju ke arah bahan pangan yang
lebih berkualitas dan kebutuhan biji-bijian sebagai bahan pakan untuk memenuhi
kebutuhan pangan berkualitas tersebut, akan menyebabkan kebutuhan bahan pangan
akan meningkat lebih dari dua kali dari yang dibutuhkan saat ini. Sekalipun tanpa
gangguan, kerusakan, dan kematian tanaman yang disebabkan oleh berbagai jenis
organisme lain, kebutuhan bahan pangan tersebut sulit dapat dipenuhi karena berbagai
faktor, di antaranyaketerbatasan lahan, konversi lahan pertanian, kesulitan memperoleh
air irigasi, dan sebagainya, dan bahkan konversi bahan pangan menjadi bahan bakar
(biofuel) sebagaimana yang dilakukan di negara-negara maju (kunjungi misalnya:
http://news.mongabay.com/bioenergy/2007/03/indonesia-and-brazil-sign-agreementto.html). Upaya untuk mencukupi kebutuhan pangan tersebut akan menjadi semakin
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
sulit mengingat berbagai jenis organisme lain akan menyebabkan produksi tanaman
pangan yang benar-benar dapat dicapai akan senantiasa lebih rendah daripada yang
seharusnya.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk melindungi tanaman dari gangguan, kerusakan,
maupun kematian yang disebabkan oleh berbagai jenis organisme lain yang terdiri atas
golongan binatang, jamur dan bakteria, virus, dan tumbuhan lain. Meskipun demikian,
produksi yang benar-benar dapat dicapai tetap saja lebih rendah daripada produksi yang
seharusnya. Kehilangan hasil, yaitu perbedaan antara produksi yang benar-benar dapat
dicapai dengan produksi yang seharusnya, tetap saja besar. Untuk tanaman pangan,
kehilangan hasil potensial, yaitu perbedaan produksi antara yang berhasil dicapai
dibandingkan dengan produksi yang seharusnya, mencapai 67,4%, sedangkan kehasilan
hasil aktual, yaitu perbedaan perbedaan produksi antara yang berhasil dicapai dengan
berbagai upaya perlindungan tanaman dibandingkan dengan produksi yang seharusnya,
masih tetap tinggi sebesar 32,1%. Tanpa upaya perlindungan tanaman, kehilangan hasil
tertinggi disebabkan oleh tumbuhan lain yang tumbuh bersaing dengan tanaman
(31,8%), sedangkan dengan perlindungan tanaman, kehilangan hasil tertinggi
disebabkan oleh virus (10,1%). Dengan kata lain, perlindungan tanaman paling berhasil
mengurangi kehilangan hasil potensial yang disebabkan oleh berbagai jenis tumbuhan
lain yang tumbuh bersaing dengan tanaman.
Tabel 1.1. Penurunan produksi yang disebabkan oleh berbagai jenis organisme pada
tanaman pangan dan kemampuan perlindungan tanaman untuk mengatasi
12.9
42.6
70.4
52.4
1)
Persentase terhadap hasil yang seharusnya dapat dicapai bila tidak terjadi gangguan,
kerusakan atau kematian tanaman yang disebabkan oleh berbagai jenis organisme lain
2)
Persentase kehilangan hasil potensial yang dapat dicegah melalui berbagai upaya
perlindungan tanaman
Sumber: Oerke & Dehne (2004)
Uraian suram di atas mencakup hanya tanaman pangan, belum kelompok tanaman lain
seperti tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan yang diperlukan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan manusia lainnya di luar kebutuhan pangan. Kehilangan hasil pada
berbagai kelompk tanaman lain juga tidak jauh berbeda. Kehilangan hasil besar yang
disebabkan oleh organisme yang merusak, mengganggu kehidupan, dan/atau mematikan
tanaman dapat terjadi karena berbagai faktor yang berkaitan dengan budidaya tanaman
sendiri, dengan organisme perusak, pengganggu kehidupan, dan/atau penyebab
kematian tanaman, maupun dengan upaya perlindungan tanaman yang perlu dilakukan.
Budidaya tanaman sendiri masih dilakukan secara ekstensif dan manual di negaranegara sedang berkembang sampai secara sangat intensif dan mekanis di negara-negara
maju. Budidaya tanaman yang padat teknologi di negara-negara maju, bukan hanya
dapat lebih dapat membuat kondisi lingkungan menjadi lebih sesuai untuk pertumbuhan
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
dan perkembangan tanaman, tetapi juga lebih dapat mengurangi gangguan, kerusakan,
maupun kematian tanaman yang disebabkan oleh berbagai organisme lain, daripada
budidaya padat tenaga kerja di negara-negara sedang berkembang. Kemampuan negaranegara maju untuk melakukan hal tersebut tidak terlepas dari peran pemerintah yang
memberikan perhatian penuh terhadap permasalahan perlindungan tanaman, baik
melalui kebijakan yang dibuat, maupun melalui dukungan terhadap penelitian dan
pengembangan teknologi perlindungan tanaman.
Faktor yang juga menjadikan permasalahan perlindungan tanaman menjadi kompleks
adalah kenyataan bahwa organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan,
dan/atau merusakan tanaman terdiri atas berbagai jenis yang kemampuannya untuk
menyebabkan kehilangan hasil sangat beragam. Sebagaimana disajikan pada Tabel 1.1,
jenis organisme yang sangat banyak dan beragam tersebut mencakup golongan
binatang, janur dan bakteria, virus, dan tumbuhan pesaing tanaman. Jenis-jenis
organisme organisme perusak, pengganggu kehidupan, dan/atau penyebab kematian
tanaman dari golongan binatang lazim disebut hama (pests), dari golongan jamur,
bakteria, dan virus disebut patogen (pathogens), dan dari golongan tumbuhan pesaing
tanaman disebut gulma (weeds). Binatang hama, patogen, dan gulma secara keseluruhan
juga disebut hama, dalam hal ini hama dalam arti luas (pests sensu latto), sedangkan
hama golongan binatang atau binatang hama merupakan hama dalam arti sempit (pests
sensu stricto). Khusus di Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku, hama dalam arti luas sekarang disebut Organisme Pengganggu
Tumbuhan atau lazim disingkat OPT, yang didefinisikan sebagai semua organisme
yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan.
Perhatikan bahwa dalam definisi ini digunakan istilah tumbuhan, bukan hanya tanaman
sebagai jenis-jenis tumbuhan yang dibudidayakan, dan istilah pengganggu, yang
dimaksudkan untuk mencakup pengertian merusak, mengganggu kehidupan, atau
menyebabkan kematian.
(a)
(b)
(c)
Gambar 1.1. Golongan OPT pada tanaman padi: (a) Hama: wereng cokelat Nilaparvata
lugens, (b) Patogen: virus penyebab penyakit tungro (hopper burn), (c) Gulma: berbagai
jenis tumbuhan lain yang tumbuh bersaing dengan tanaman padi
Berbagai jenis binatang, jamur, bakteria, dan virus, maupun tumbuhan memperoleh
status sebagai OPT melalui berbagai cara untuk menyebabkan kehilangan hasil:
1) Memakan bagian-bagian tanaman dengan berbagai cara. Organisme pengganggu
tumbuhan dari jenis binatang merusak dan/atau mengganggu kehidupan tanaman
atau hasil tanaman dengan cara ini. Bagian-bagian tanaman yang dimakan akan
mengalami kerusakan secara mekanik sehingga bila terjadi pada bagian yang
merupakan hasil maka akan mengurangi berat atau mutu.
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
(a)
(b)
(c)
Gambar 1.2. OPT golongan binatang merusak tanaman dengan cara memakan, antara
lain dengan menggerek: (a) penggerek batang, Ostrinia nubilalis, (b) penggerek
tongkol, Helicoverpa zea, dan (c) penggerek pucuk, Spodoptera frugiperda
Meskipun terdapat berbagai cara organisme dapat menyebabkan kehilangan hasil,
kemampuan satu jenis organisme untuk merusak, mengganggu tanaman, dan/atau
mematikan tanaman sebenarnya berbeda-beda, bergantung terutama pada kemampuan
merusak yang dimiliki oleh setiap individu jenis organisme yang bersangkutan, jumlah
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
individu jenis organisme yang bersngkutan, dan kepentingan manusia terhadap jenis
tanaman yang dirusak oleh jenis organisme yang bersangkutan. Kombinasi ketiga faktor
ini dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan dan berbagai aktivitas yang dilakukan
manusia sendiri, yang pada kelanjutannya akan berpengaruh terhadap tanaman, terhadap
organisme yang berpotensi merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan
kematian tanaman, dan terhadap lingkungan hidup. Kemampuan suatu individu jenis
organisme tertentu untuk merusakkan tanaman ditentukan terutama oleh sifat-sifat
bawaan jenis organisme yang bersangkutan, sedangkan pertumbuhan dan
perkembangan populasinya, yaitu jumlah individu-individu jenis organisme tersebut
pada tempat dan waktu tertentu, dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan aktivitas
manusia. Pada pihak lain, kepentingan manusia terhadap setiap jenis tanaman juga tidak
sama sehingga kerusakan yang terjadi pada satu jenis tanaman dan pada jenis tanaman
lain, meskipun keparahannya sama, tidak akan bernilai sama. Oleh karena itu,
organisme lain berstatus sebagai hama dalam arti luas atau sebagai OPT bukan karena
bawaan, atau karena kelahiran, melainkan karena keadaan. Status sebagai OPT, dengan
demikian bukan merupakan status obyektif, melainkan subyektif. Status subyektif
tersebut terjadi karena pengaruh faktor lingkungan, pengaruh manusia terhadap
organisme lain dan lingkungan hidupnya, dan kepentingan manusia terhadap hasil
tanaman. Status sebagai OPT yang bersifat subyektif ini merupakan satu di antara
berbagai faktor yang menyebabkan permasalahan perlindungan tanaman menjadi
kompleks.
(a)
(b)
Gambar 1.3. Faktor yang menentukan kemampuan organisme merusak, menggangu,
atau mematikan tanaman: (a) jenis atau fase pertumbuhan dan jumlah organisme dan (b)
jenis tanaman yang dirusak: padi sawah (kiri), jagung (tengah), dan labu kuning (kanan)
Untuk melindungi tanaman dari gangguan berbagai jenis OPT, petani perlu melakukan
perlindungan tanaman. Menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia, perlindungan tanaman merupakan: segala upaya untuk mencegah
kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh organisme pengganggu
tumbuhan. Perlindungan tanaman tersebu, sebagaimana ketentuan peraturan
perundang-undangan, ... dilaksanakan melalui kegiatan berupa (a) pencegahaan
masuknya OPT ... atau tersebarnya ke area lain ... (b) pengendalian OPT, (c) eradikasi
OPT. Sebagaimana juga yang diatur dalam peraturan perundang-undangan,
Pelaksanaan perlindungan tanaman ... menjadi tanggung jawab masyarakat dan
Pemerintah. Karena merupakan kewajiban maka petani perlu melaksanakan
perlindungan tanaman. Akan tetapi, bagaimana dapat melaksanakan perlindungan
tanaman bila tidak menyadari bahwa OPT dapat menimbulkan kehilangan hasil
sedemikian besar. Kalaupun menyadari, bagaimana dapat melaksanakan perlindungan
tanaman kalau tidak tahu perlindungan tanaman harus diprioritaskan terhadap OPT
yang mana. Sementara itu, berbeda dengan di negara-negara maju yang pemerintahnya
menyediakan informasi yang sangat lengkap mengenai OPT yang perlu mendapat
prioritas melalui situs Internat, pemerintah negara-negara berkembang membuat situs
Internet lebih banyak hanya untuk menunjukkan wajah para pejabatnya daripada untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakatnya. Meskipun mengetahui perlindungan
tanaman harus dilakukan OPT yang mana, petani sering tidak melaksanakannya karena
mengalami kesulitan biaya. Pemerintah memang membantu melaksanakan perlindungan
tanaman, tetapi menurut ketentuan peraturan perundang-undangan, hal itu dilakukan
terutama dilakukan apabila terjadi eksplosi.
Uraian di atas menunjukkan bahwa kerumitan permasalahan perlindungan tanaman
terjadi bukan semata-mata karena banyaknya jenis organisme yang berpotensi menjadi
OPT, tetapi juga karena banyaknya kepentingan manusia yang diharapkan dapat
dipenuhi dari tanaman. Dalam melindungi tanaman dari OPT guna mewujudkan
kepentingan yang diharapkannya dari tanaman, kegiatan yang dilakukan manusia
justeru dapat menimbulkan permasalahan baru. Intensifikasi pertanian sebagai bagian
dari Revolusi Hijau pada awalnya memang seakan-akan dapat mengatasi permasalahan,
tetapi hal itu ternyata bersifat hanya sementara. Pembudidayaan satu jenis tanaman
dalam areal yang luas secara monokultur dan terus menerus, yang disertai dengan
pemupukan dalam dosis tinggi dan penggunaan pestisida yang pada mulanya dipandang
sebagai obat untuk melindungi tanaman, ternyata kemudian justeru menimbulkan
eksplosi OPT. Eksplosi (explosion), yang juga lazim disebut ledakan (outbreak),
tersebut terjadi karena budidaya monokultur secara terus menerus dengan pemupukan
dosis tinggi menguntungkan pertumbuhan populasi OPT, sedangkan penggunaan
pestisida secara sembarangan dapat menyebabkan OPT menjadi resisten, yaitu menjadi
tahan terhadap herbisida dengan bahan aktif tertentu. Penggunaan pestisida, yang
sesungguhnya bukan obat melainkan racun, selain membunuh OPT sasaran, juga dapat
membunuh berbagai organisme bermanfaat, termasuk organisme yang menjadi musuh
alami (natural enemies) bagi OPT sasaran. Sebagaimana dengan manusia yang
menghadapi OPT sebagai musuh, dalam ekosistem alami OPT menghadapi berbagai
organisme lain sebagai musuh. Hal ini terjadi karena dalam ekosistem, berbagai jenis
organisme berinteraksi dalam proses makan memakan yang disebut jejaring makanan.
OPT merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tanaman,
sementara berbagai organisme lain juga melakukan hal yang sama terhadap OPT
sendiri. Namun dalam ekosistem pertanian, yang juga lazim disebut agroekosistem,
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
penggunaan herbisida menyebabkan sebagian besar musuh alami mati sehingga OPT
dapat berkembang biak dengan cepat karena tidak ada yang memakannya sebagaimana
yang terjadi pada ekosistem alami.
Kerumitan permasalahan perlindungan tanaman sebenarnya belum selesai sampai di
sini. Berbagai permasalahan lain akan diuraikan lebih lanjut pada modul-modul
selanjutnya. Namun sebelum mengakhiri kegiatan belajar ini, perlu dipahami bahwa
kerusakan, gangguan kehidupan, atau kematian yang disebabkan oleh OPT terhadap
tanaman dapat terjadi setiap saat, mulai sejak benih ditugal sampai dengan ketika hasil
panen telah disimpan. Kerusakan, gangguan kehidupan, atau kematian tanaman
tanaman yang terjadi menjelang panen atau lebih-lebih lagi ketika hasil sudah disimpan
akan menyebabkan semua biaya produksi, pengangkutan, dan penyimpanan menjadi
sia-sia. Hal ini berbeda dengan produksi rendah yang terjadi karena petani lalai
mengolah tanah, mengairi, atau memupuk, yang karena tidak dilakukan maka petani
tidak perlu mengeluarkan biaya. Dalam hal terjadi eksplosi OPT, bukan hanya produksi
menjadi rendah atau bahkan benar-benar gagal, tetapi semua biaya produksi yang telah
dikeluarkan untuk mengolah tanah, membeli benih, melakukan pengairan, memupuk,
dan sebagainya, akan hilang sia-sia. Bila petani memperoleh biaya tersebut dari
meminjam, dari orang lain atau dari bank, maka pinjaman tetap harus dilunasi. Dalam
hal petani tidak mengolah tanah dengan semestinya, tidak mengairi, atau tidak
memupuk, petani tidak perlu mengembalikan apa-apa kepada siapapun.
(a)
(b)
(c)
Gambar 1.3. Perkembangan resistensi OPT karena penggunaan pestisida secara
berlebihan: A, individu rentan dominan, B, individu resisten bertambah, dan C, individu
resisten dominan, Sumber:
http://www.omafra.gov.on.ca/english/environment/hort/basics3.htm
(a)
(b)
(c)
Gambar 1.4. Pengaruh penggunaan pestisida terhadap musuh alami: Penggunaan
pestisida untuk melindungi tanaman dari OPT A (a) juga menyebabkan kematian musuh
alami organisme B sehingga organisme B yang semula berstatus bukan OPT atau OPT
sekunder berubah menjadi OPT utama (b), keterangan pada (c). Fenomena isi disebut
ledakan OPT sekunder, tetapi bila yang berkembang setelah musuh alaminya mati
karena penyemprotan insektisida adalah OPT B maka fenomenanya disebut resurgensi.
Sumber: http://www.omafra.gov.on.ca/english/environment/hort/basics3.htm
Latihan
Carilah berita media masa mengenai permasalahan OPT, setidaknya sepuluh berita dari
lima media masa yang berbeda. Bacalah berita tersebut dengan seksama dan tentukan
apakah permasalahan tersebut terjadi terutama berkaitan dengan kepentingan manusia
yang sangat beragam terhadap tanaman, beragam jenis OPT yang memperoleh status
secara subyektif, manusia yang melakukan upaya perlindungan tanaman secara kurang
tepat, atau kombinasi ketiganya.
Rangkuman
Tanaman dibudidayakan untuk menghasilkan berbagai kebutuhan manusia yang
semakin bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Budidaya tanaman
yang dilakukan dalam skala luas secara intensif menguntungkan perkembangan
populasi berbagai jenis organisme sehingga berstatus sebagai OPT. Perlindungan
tanaman yang dimnaksudkan untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang
diakibatkan oleh OPT dapat menimbulkan berbagai permasalahan baru. Di negaranegara berkembang permasalahan perlindungan tanaman menjadi rumit bukan hanya
karena persoalan teknis yang berkaitan dengan tanaman, OPT, dan lingkungannya,
tetapi juga karena masyarakat belum benar menyadari permasalahan yang sebenarnya
dan pemerintah belum sepenuhnya dapat melayani masyarakat sebagaimana yang
dilakukan oleh pemerintah negara-negara maju.
Glosarium
eksplosi OPT: meningkatnya populasi OPT menjadi jauh lebih tinggi dan pada areal
yang jauh lebih luas daripada biasanya
eradikasi: tindakan pemusnahan terhadap tanaman, organisme pengganggu tumbuhan,
dan benda lain yang menyebabkan tersebarnya organisme pengganggu
tumbuhan di lokasi tertentu
hama: (1) dalam arti sempit merupakan binatang yang merusak, mengganggu
kehidupan, atau menyebabkan kematian tanaman, (2) dalam arti luas mencakup
binatang, jamur, bakteria, dan virus serta tumbuhan lain yang merusak,
mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tanaman
jejarring makanan: peristiwa makan memakan yang melibatkan seluruh organisme
dalam suatu ekosistem, merupakan gabungan dari beberapa rantai makanan
(food chain).
muduh alami: berbagai jenis organisme yang memakan OPT, dalam jejaring makanan
sebagai konsumen sekunder terhadap binatang hama dan patogen serta
konsumen primer terhadap gulma
organisme pengganggu tumbuhan (OPT): semua organisme yang dapat merusak,
mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan
patogen: organisme golongan jamur, abkteria, dan virus yang merusak, mengganggu
kehidupan, atau menyebabkan kematian tanaman dengan cara menimbulkan
penyakit, juga disebut penyebab penyakit
pencegahan OPT masuk, menyebar, atau keluar: kegiatan/tindakan perlindungan
tanaman yang dilakukan untuk mencegah introduksi, penyebaran di dalam, atau
penyebaran keluar suatu OPT dari luar, di dalam, atau ke luar dari suatu
hamparan, area, atau suatu negara
penduduk: seluruh orang yang tinggal di suatu tempat pada waktu tertentu; untuk
mahluk hidup lain disebut populasi; bila dinyatakan per satuan luas tempat
tinggal disebut kepadat penduduk
pengendalian: kegiatan/tindakan perlindungan tanaman yang dilakukan dalam rangka
pencegahan maupun penanggualangan OPT
perlindungan tanaman: segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman
yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan
permasalahan perlindungan tanaman: berbagai kerugian yang ditimbulkan oleh OPT,
faktor yang dapat menyebabkan kerugian menjadi lebih besar, maupun dampak
lanjutan dari kerugian yang terjadi serta berbagai kendala yang dihadapi untuk
melakukan perlindungan tanaman yang diperlukan
populasi: jumlah seluruh individu jenis organisme tertentu pada tempat dan waktu
tertentu; bila dinyatakan per sayuan luas tempat pada satu waktu tertentu disebut
padat populasi atau kepadatan populasi; untuk manusia disebut penduduk
upaya perlindungan tanaman: kegiatan berupa (a) pencegahaan masuknya OPT atau
tersebarnya ke area lain, (b) pengendalian OPT, maupun (c) eradikasi OPT
KEGIATAN BELAJAR 2:
RUANG LINGKUP, ARTI PENTING, DAN PERKEMBANGAN
PERLINDUNGAN TANAMAN
Uraian
Pada Kegiatan Belajar 1 telah disebutkan bahwa pengertian perlindungan tanaman
didefinisikan sebagai segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman
yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan, sedangkan organisme
pengganggu tumbuhan didefinsikan sebagai semua organisme yang dapat merusak,
mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan. Dari kedua definisi
ini, yang sebenarnya merupakan definisi yang kurang baik karena bersifat bolak balik,
dapat diapahami bahwa perlindungan tanaman tidak mencakup gangguan yang bukan
disebabkan oleh organisme. Dengan demikian, perlindungan tanaman tidak mencakup
gangguan yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan unsur hara maupun
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
10
11
negara asing tetapi belum terdapat di Indonesia, yang karena potensi bahaya yang
ditimbulkannya ditetapkan sebagai OPT melalui peraturan perundang-undangan,
perlindungan tanaman terhadap OPT kategori ini dilakukan melalui tindakan
pencegahan masuk, menyebar, atau keluar oleh instansi karantina.
Definisi perlindungan tanaman maupun organisme pengganggu tumbuhan sebagaimana
yang telah diuraikan merupakan definisi menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku, sehingga meskipun agak rancu dan membingungkan, tetap harus diterima
karena bersifat mengikat. Termasuk misalnya, apakah dengan definisi OPT
sebagaimana yang telah dijelaskan maka hama dalam arti luas bermakna sama dengan
OPT sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
bahwa Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama
terpadu? Pada penjelasan salah satu peraturan perundang-undangan disebutkan:
Sistem pengendalian hama terpadu adalah upaya pengendalian populasi atau
tingkat serangan organisme pengganggu tumbuhan dengan menggunakan satu
atau lebih dari berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam suatu
kesatuan, untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan
lingkungan hidup.
Dari penjelasan ini tersirat bahwa hama adalah populasi atau tingkat serangan
organisme pengganggu tumbuhan. Dengan kata lain, bila hanya satu individu maka
OPT bukan termasuk hama, padahal sapi lepas, apalagi gajah, hanya satu ekor sekalipun
dapat menimbulkan kerusakan, gangguan terhadap kehidupan, atau bahkan sangat
menyebabkan kematian terhadap tanaman. Penjelasan di atas juga menyiratkan bahwa
pengendalian hama terpadu hanya mencakup kegiatan pengendalian, padahal
perlindungan tanaman dilaksanakan melalui kegiatan pencegahan masuk atau
menyebar, pengendalian, dan eradikasi.
Organisme yang tercakup di dalam perlindungan tanaman merupakan sasaran
perlindungan tanaman. Bila perlindungan tanaman perlu dilakukan terhadap wereng
cokelat maka wereng cokelat merupakan sasaran perlindungan tanaman. Namun untuk
melakukan perlindungan tanaman terhadap wereng cokelat, juga terhadap berbagai OPT
lainnya, diperlukan lebih dari sekedar mengetahui yang mana yang disebut wereng
cokelat, organisme apa yang menjadi musuh alami wereng cokelat, kapan tanaman
harus mulai diberi perlindungan terhadap wereng cokelat, apa yang perlu dilakukan
untuk melindungi tanaman dari wereng cokelat, dan seterusnya. Dengan kata lain, untuk
berhasil melindungi tanaman dari wereng cokelat diperlukan lebih dari sekedar
mengetahui berapa jumlah kaki dan sayap wereng cokelat, sebagaimana dikatakan
oleh Prof. Ian Falk, seorang sosiolog dari Charles Darwin University, Australia, bahwa
science and technology are important, but simply not enough atau oleh oleh Prof.
Andrew P. Vayda, seorang ekologiwan manusia dari Rutgers University, AS, seeing
natures complexity but not peoples. Biologi dan ekologi memang merupakan ilmu
dasar yang sangat diperlukan untuk dapat mengerti OPT dan kerusakan, gangguan
kehidupan, atau kematian yang disebabkannya terhadap tanaman. Namun untuk dapat
melindungi tanaman terhadap OPT, selain diperlukan pengetahuan mengenai biologi
dan ekologi OPT sasaran, juga diperlukan pengetahuan mengenai kebijakan pemerintah
dalam bidang perlindungan masyarakat, keperdulian masyarakat terhadap permasalahan
perlindungan tanaman, kesanggupan petani untuk melaksanakan perlindungan tanaman
sebagai tanggung jawab sebagaimana diamatkan oleh peraturan perundang-undangan,
dan seterusnya. Pada dasarnya, karena perlindungan tanaman merupakan upaya maka
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
12
akan membutuhkan tenaga, waktu, dan biaya sehingga pada akhirnya, apakah petani
akan melakukan atau tidak, akan bergantung pada perhitungan untung rugi.
Oleh karena itu, sejauh mana kemudian perlindungan tanaman menjadi penting, akan
bergantung pada bagaimana seseorang dapat memahami permasalahan perlindungan
tanaman secara mendalam, utuh, dan menyeluruh. Mereka yang mengatakan
perlindungan tanaman penting hanya atas dasar pertimbangan biologi dan ekologi akan
sulit dapat diterima oleh mereka yang, karena keterbatasan pendidikannya, tidak
menyadari bahwa OPT menyebabkan kehilangan hasil yang sedemikian besar.
Kalaupun menyadari bahwa OPT dapat menyebabkan kehilangan hasil yang merugikan,
mereka tidak dapat melakukan upaya perlindungan yang diperlukan karena kesulitan
biaya atau karena sungkan melanggar kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Petani
jeruk keprok di Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU, karena kurang diberikan
informasi mengenai OPT jeruk keprok yang sebenarnya, mengatakan kutu hitam
adalah anak semut yang digendong oleh induknya untuk sampai ke pucuk jeruk untuk
diisap. Petani kakao di Kabupaten Sika tidak bersedia membungkus buah kakao
dengan plastik sebagaimana yang direkomendasikan pemerintah karena tidak
mempunyai cukup tenaga untuk melakukannya dan karena memanjat pohon kakao
tinggi di lereng gunung berisiko jatuh masuk ke jurang.
Perlindungan tanaman penting karena kehilangan hasil yang disebabkan oleh OPT,
sebagaimana telah diuraikan pada Kegiatan Belajar 1, begitu tinggi. Perlindungan
tanaman yang dilakukan dengan benar akan dapat menurunkan kehilangan hasil
sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh OPT dapat dikurang. Kemampuan
menurunkan kehilangan hasil tersebut sangat bervariasi antar tanaman dan antar
kawasan. Kemampuan mengurangi kehilangan hasil gandum, padi, jagung, barley,
kentang, kedelai, bit gula, dan kapas pada 1996-1998 misalnya, adalah tertinggi di
kawasan Eropah Barat Laut dan terendah di kawasan Afrika Tengah. Hal ini
dimungkinkan karena, selain karena peran teknologi, juga karena peran pemerintah
negara-negara di kawasan tersebut menempatkan perlindungan tanaman sebagai
kebijakan prioritas. Di kawasan Asia Timur misalnya, kemampuan menurunkan
kehilangan hasil melampau kemampuan menurunkan kehilangan hasil rerata dunia
karena pemerintah Jepang, meskipun Jepang dikenal sebagai negara yang
perekonomiannya berbasis teknologi tinggi, tetap menempatkan pembangunan
pertanian, terutama pertanian tanaman pangan, sebagai prioritas. Hal ini berbeda
misalnya dengan di negara-negara berkembang yang pemerintahnya, meskipun
memberikan perhatian pada pembangunan pertanian, perhatian yang diberikan masih
kalah prioritas dibandingkan dengan perhatian terhadap sektor lain. Bandingkan
misalnya, besar anggaran seluruh pemilihan umum secara langsung yang dilaksanakan
di Indonesia, untuk legislatif, presiden/wakil presiden, gubernur/wakil gubernur,
bupati/wakil bupati, dan walikota/wakil walikota dengan besar anggaran perlindungan
tanaman.
13
14
Keamanan Pangan
dan Kesehatan
Tidak, OPT tertentu
menghasilkan racun
yang membahayakan kesehatan
manusia
Kaitan karena Ya
Risiko
Konvensi atau CAC (Codex
Lembaga
Alimentarius
Internasional Commission di
bawah WHO dan
FAO)
Kesehatan Ternak
Perlindungan
Tanaman
Ya
Kehutanan dan
Lingkungan Hidup
Ya, OPT asal
tanaman tertentu
sebagai pengganggu
tumbuhan liar
Ya
Ya
Ya
OIE (World
Organisation for
Animal Health)
IPPC (International
Plant Protection
Convention dengan
CPM, Commission
on Phytosanitary
Measures)
CITES (Convention
on International
Trade of Endangered
Species) dan CBD
(Convention on
Biological Diversity)
15
Dalam konsep pengendalian hama terpadu tersebut pestisida digunakan hanya bila
benar-benar diperlukan dan harus digunakan sedemikian rupa sehingga menimbulkan
gangguan sesedikit mungkin terhadap pengendalian dengan menggunakan musuh alami.
Konsep pengendalian hama terpadu tersebut pada perkembangan selanjutnya berubah
menjadi pengelolaan hama terpadu (intehrated pest management, IPM) yang
didefinisikan sebagai:
... a decision support system for the selection and use of pest control tactics,
singly or harmoniously coordinated into a management strategy, based on
cost/benefit analyses that take into account the interests of and impacts on
producers, society, and the environment (Kogan, 1998).
Pengelolaan hama terpadu bukan lagi sekedar penggabungan berbagai cara
pengendalian atau penggunaan pestisida sebagai pilihan terakhir sebagaimana pada
pengendalian hama terpadu, melainkan merupakan sistem pendukung pengambilan
keputusan perlindungan tanaman.
Indonesia mulai menerapkan pengendalian hama terpadu pada tahun 1980-an setelah
penggunaan pestisida secara besar-besaran yang dilakukan sebagai bagian dari program
BIMAS untuk mewujudkan swasembada beras ternyata justeru mengancam
keberlanjutan swasembada itu sendiri. Penerapan pengelolaan hama terpadu tersebut
dinamakan Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu, disingkat PHT, meskipun
yang dilakukan sebenarnya adalah pengelolaan hama terpadu. Berkat dukungan politik
pemerintah Orde Baru ketika itu, dan juga dukungan FAO, Indonesia mendapat
pengakuan dunia sebagai negara berkembang yang berhasil menerapkan pengelolaan
hama terpadu. Atas dasar keberhasilan tersebut, PHT kemudian ditetapkan sebagai
sistem perlindungan tanaman sebagaimana diatur dalam Undang-undang (UU) No. 12
Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan kemudian dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman. Mengenai kedua
peraturan perundang-undangan ini dan peraturan perundang-undangan lainnya, uraian
lebih lanjut akan diberikan pada Modul 3. Dengan menetapkan PHT sebagai sistem
perlindungan tanaman. kedua peraturan perundang-undangan ini merupakan pilar
penting dalam perkembangan perlindungan tanaman di Indonesia. Sebagai sistem
perlindungan tanaman penerapan PHT juga terus berkembang sebagaimana akan
diuraikan pada Modul 4.
Latihan
Perhatikan alamat: http://ipm.ifas.ufl.edu/ yang ternyata merupakan alamat blog. Di
dunia maya sekarang tersedia berbagai fasilitas untuk mempromosikan perlindungan
tanaman, sebagaimana yang dilakukan oleh University of Florida tersebut. Membuat
blog mungkin belum terlalu populer di Indonesia, tetapi bukankah Facebook juga dapat
digunakan untuk tujuan yang sama? Diskusikan dengan kawan-kawan sesama
mahasiswa mengenai kemungkinan menggunakan blog untuk membantu menyadarkan
semua pihak mengenai ancaman OPT pada tanaman jeruk keprok soe. Untuk
memperoleh foto-foto yang akan ditayangkan, silahkan kunjungi blog
http://citrusbiosecurity.blogspot.com dan blog http://ipm.ifas.ufl.edu/. Atau, silahkan
Anda membuat foto sendiri dengan menggunakan kamera ponsel. Isnt that cool?
Rangkuman
Perlindungan tanaman di Indonesia merupakan upaya untuk mencegah kerugian pada
budidaya tanaman yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan. Di dalam
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
16
pengertian ini tidak termasuk perlindungan tumbuhan yang tergolong gulma dari
kerusakan, gangguan kehidupan, atau kematian yang disebabkan oleh musuh alami.
Juga tidak mencakup perlindungan tanaman liar terhadap OPT, tetapi mencakup
perlindungan tanaman terhadap satwa liar, ternak, dan manusia. Perlindungan tanaman
tidak hanya mencakup dimensi biologi dan ekologi, tetapi juga dimensi sosial-ekonomi,
sosial-politik, dan sosial-budaya. Dengan dimensi lintas bidang tersebut, perlindungan
tanaman berkembang dari sekedar bagian teknik budidaya menjadi berfokus pada
penggunaan musuh alami, kemudian pada penggunaan pestisida, dilanjutkan dengan
pengendalian hama terpadu dan pengelolaan hama terpadu, dan di beberapa negara maju
kini diintegrasikan dengan kegiatan perlindungan pada sektor lain menjadi ketahanan
hayati.
Glosarium
pengelolaan hama terpadu: sistem pendukung pengambilan keputusan untuk melakukan
pemilihan dan penggunaan cara pengendalian opt, secara tunggal atau dipadukan
secara harmonis ke dalam suatu strategi pengelolaan, yang didasarkan atas
analisis nisbah biaya/manfaat dengan mempertimbangkan kepentingan dari dan
dampak terhadap produsen, masyarakat, dan lingkungan hidup
Pengelolaan Hama Terpadu (PHT): sistem perlindungan tanaman di indonesia yang
secara konseptual adalah pengelolaan hama terpadu
pengendalian hama terpadu: pengendalian opt yang mengkombinasikan dan
memadukan pengendalian kimiawi dengan pengendalian hayati. pengendalian
kimiawi dilakukan sedemikian rupa sehingga mengganggu seminimal mungkin
pengendalian hayati. pengendalian hayati dapat dilakukan agen pengendali yang
tersedia secara alami (pengendalian alami) maupun agen pengendali yang
dimanipulasi oleh manusia.
sistem pengendalian hama terpadu: upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan
organisme pengganggu tumbuhan dengan menggunakan satu atau lebih dari
berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam suatu kesatuan, untuk
mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup
PENUTUP
Tes Formatif
1) Apakah kehilangan hasil aktual di negara-negara maju yang lebih rendah daripada
kehilangan hasil aktual di negara-negara sedang berkembang semata-mata karena
kemampuan teknologi negara-negara maju lebih hebat daripada kemampuan
teknologi negara-negara sedang berkembang?
2) Mengapa manusia justeru dapat menimbulkan permasalahan perlindungan
tanaman?
3) Mengapa meskipun sudah dilakukan upaya perlindungan tanaman masih bisa terjadi
kehilangan hasil?
4) Bila hama dalam arti luas atau merupakan konsep subyektif, apakah berarti tidak
ada organisme yang benar-benar berstatus sebagai hama atau OPT secara universal?
5) Dari segi OPT, di manakah sebenarnya permasalahan perlindungan tanaman
bersifat lebih mendesak, di negara-negara tropik atau di negara-negara sub-tropik?
6) Mengapa perlindungan tanaman tidak perlu dilakukan terhadap binatang pemakan
gulma tidak dapat digolongkan sebagai OPT padahal definisi OPT adalah semua
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
17
7)
8)
9)
10)
18
19