PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
A.
UMUM
sekolah penduduk berusia 15 tahun keatas yaitu dari 6,7 tahun pada
tahun 2000 menjadi 7,1 tahun pada tahun 2003, dan meningkatnya
proporsi penduduk berusia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SMP
ke atas menjadi 36,2 persen pada tahun 2003. Sejalan dengan itu
angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas juga mengalami
peningkatan dari 89,5 persen pada tahun 2002 menjadi 89,8 persen
pada tahun 2003. Membaiknya tingkat pendidikan penduduk sangat
dipengaruhi oleh meningkatnya partisipasi pendidikan untuk semua
kelompok usia sekolah dan untuk semua jenjang pendidikan. Pada
tahun 2003 data Depdiknas dan Depag menunjukkan bahwa angka
partisipasi sekolah (APS) penduduk usia 7-12 tahun mencapai 99,29
persen, penduduk usia 13-15 tahun mencapai 80,43 persen, dan
penduduk usia 16-18 tahun mencapai 50,65 persen. Pada tahun yang
sama angka partisipasi kasar (APK) SD/MI/SDLB mencapai 114,53
persen, APK SMP/MTs/SMPLB mencapai 78,43 persen, APK
SMA/SMK/MA/MAK mencapai 48,79 persen dan APK PT mencapai
14,25 persen.
Upaya memperbaiki tingkat pendidikan penduduk telah dilakukan
melalui Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang telah
berhasil meningkatkan jumlah lulusan SMP-MTs per tahun secara
signifikan dalam lima tahun terakhir yaitu dari 2,78 juta orang pada
tahun 1999/00 menjadi 3,04 juta orang pada tahun 2003/04. Hal
tersebut lebih lanjut berdampak pada meningkatnya jumlah lulusan
SMP-MTs yang melanjutkan ke jenjang menengah. Apabila pada
tahun ajaran 1999/2000 jumlah murid baru tingkat SM sebanyak 1,86
juta orang, maka pada tahun 2003/2004 jumlahnya meningkat menjadi
2,2 juta orang. Penambahan tersebut meningkatkan jumlah seluruh
siswa SLTA menjadi 6,2 juta orang, sehingga APK SLTA juga
meningkat dari 41,26 persen menjadi 48,79 persen. APK tersebut telah
melampaui sasaran yang direncanakan dalam Propenas yang akan
dicapai pada tahun 2004 yaitu sebesar 42,3 persen.
Pada kurun waktu yang sama jumlah mahasiswa meningkat dari
3,2 juta pada tahun ajaran 1999/2000 menjadi 3,55 juta pada tahun
ajaran 2003/2004. Penambahan jumlah mahasiswa tersebut berhasil
meningkatkan APK pendidikan tinggi dari 12,40 persen menjadi 14,25
persen.
VII-2
VII-8
VII-11
Program
Pendidikan
Dasar
dan
Prasekolah
a.
Pelaksanaan
i.
VII-14
VII-20
2.
Pelaksanaan Program
i.
juta pada tahun 2000/01, 5,72 juta pada tahun 2001/02, 5,94
juta pada tahun 2002/03, dan menjadi 6,195 juta pada tahun
2003/04.
Upaya peningkatan akses dan pemerataan pendidikan
pada jenjang SMA sampai dengan tahun 2004 dilakukan
melalui antara lain pembangunan 1.369 unit gedung,
rehabilitasi dan pembangunan 2.012 ruang MA, imbal
swadaya pembangunan 4.487 UGB, pembangunan 786 RKB,
872 ruang teori, 612 ruang praktek, 235 ruang perpustakaan
dan 124 ruang laboratorium. Selain itu juga dilakukan
rehabilitasi 8.135 ruang kelas SMA Negeri, pembangunan
802 ruang perpustakaan SMAN, pengadaan 2.064 unit alat
pendidikan, serta pengadaan 6.498.720 eksemplar buku SMA
dan 4.305.218 eksemplar buku MA. Pada Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), peningkatan daya tampung dilakukan
melalui pembangunan 94 unit gedung SMK, pembangunan
3.582 RKB SMK, rehabilitasi 125 ruang kelas SMK Negeri,
pengadaan 957.600 eksemplar buku SMK, pengadaan guru
bantu sementara untuk jenjang SMA dan SMK sebanyak
24.418 orang guru dan pemberian subsidi untuk 41.234
sekolah SMK.
Upaya meningkatkan akses juga dilakukan dengan
pemberian beasiswa melalui program bakat prestasi bagi
384.014 siswa SMA dan 183.000 siswa MA dan partisipasi
lembaga swasta bagi 3.000 siswa. Melalui program Jaring
Pengaman Sosial (JPS) juga telah dilakukan pemberian
beasiswa dan dana bantuan operasional (DBO) untuk SMA,
SMK, MA dan sekolah menengah luar biasa (SMLB) negeri
dan swasta.
Meskipun demikian, berdasarkan data Susenas tahun
2003 terungkap bahwa pada jenjang SLTA masih terdapat
ketimpangan partisipasi pendidikan yang signifikan
antarkelompok masyarakat seperti dilihat dari wilayah tempat
tinggal (perdesaan vs. perkotaan), kondisi ekonomi keluarga,
dan jenis kelamin. APK SLTA di perkotaan (70,63 persen)
VII-23
sekolah/masyarakat
dengan
memberdayakan
atau
membentuk Komite Sekolah di seluruh SMA, SMK dan MA.
Sampai dengan semester 2 tahun ajaran 2002/2003
diperkirakan 41,7 persen sekolah/madrasah aliyah telah
memiliki komite sekolah.
Di samping itu, walaupun jumlah siswa SMK
meningkat, jenis dan mutu pendidikan kejuruan belum
sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Sehubungan dengan masalah tersebut, sejak tahun 2000
dilakukan reposisi pendidikan kejuruan dengan kegiatan
antara lain sosialisasi kebijakan dan reposisi pendidikan
kejuruan menjelang 2020 dalam kerangka otonomi daerah,
pemberian subsidi jaringan internet bagi 300 SMK dan
pengembangan unit produksi sekolah pada 150 SMK negeri
dan swasta. Selain itu ditingkatkan upaya pemanfaatan
potensi lingkungan (out sourcing) untuk kemandirian
sekolah, penerapan model pembelajaran berbasis kompetensi
(competency based training), dan pemberlakuan kurikulum
berbasis kompetensi (competency based curriculum).
Kegiatan tersebut didukung dengan penambahan ruang teori,
praktik, dan penunjang, pengadaan buku pelajaran dan
bacaan, penyediaan peralatan pendidikan yang sesuai,
peningkatan kualitas tenaga kependidikan, dan peningkatan
sistem evaluasi hasil belajar siswa.
Dalam rangka pengembangan madrasah berbasis iptek
telah dilakukan pembinaan terhadap 32 madrasah (MA Insan
Cendekia Serpong, MA Insan Cendekia Gorontalo dan 30
MA yang ada di Pondok Pesantren).
ii.
Kemampuan
ekonomi
penduduk
merupakan
permasalahan yang sangat dominan dalam peningkatan
kinerja pendidikan menengah. Mengingat penduduk usia 15
tahun secara hukum sudah diperkenankan untuk bekerja,
VII-26
VII-27
VII-29
b.
Pelaksanaan
i.
Tindak Lanjut
Pelaksanaan
i.
VII-39
VII-41
kinerja
VII-43
Pelaksanaan
i.
VII-48
VII-51
Program
Penelitian,
Peningkatan
Kapasitas, dan Pengembangan Kemampuan Sumber Daya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
a.
Arah Kebijakan
VII-53
b.
Pelaksanaan
i.
Pelaksanaan
i.
VII-61
VII-62
VII-65