TINJAUAN PUSTAKA
karakteristik pangsit
Kriteria Uji
1.
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
2.
Keadaan :
Bau
Rasa
Warna
Kenampakan
Keutuhan
Benda-benda asing
3.
4.
5.
5.1
Air
Abu tanpa garam
Bahan tambahan
makanan
Pewarna
5.2
6.
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
7.
8.
8.1
8.2
8.3
Boraks
Cemaran logam :
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Timah (Sn)
Seng (Zn)
Raksa (Hg)
Arsen (As)
Cemaran Mikroba :
Angka Lempeng Total
E. Coli
Kapang
Satuan
%b/b
%b/b
%b/b
-
Persyaratan
Mentah
Digoreng
normal
normal
normal
renyah
min. 95
tidak boleh ada
maks. 12
maks. 1
normal
normal
normal
renyah
min. 85
tidak boleh ada
maks. 8
maks. 1
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Maks. 2,0
Maks. 30,0
Maks. 40,0
Maks. 40,0
Maks. 0,03
Maks. 1,0
Maks. 2,0
Maks. 30,0
Maks. 40,0
Maks. 40,0
Maks. 0,03
Maks. 1,0
Koloni/g
APM/g
Koloni/g
Maks. 106
<3
Maks. 105
Maks. 105
<3
Maks. 104
orang di halaman dan di ladang. Ketinggian yang sesuai untuk tanaman ini
sekitar 1200 meter dari permukaan laut (Kuntarsih, 2006). Jambu biji yang
digunakan UD Putra Jambu dapat dilihat pada gambar Gambar 4.1.
Kriteria Uji
1.
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
2.
Keadaan :
Bau
Rasa
Warna
Kenampakan
Keutuhan
Benda-benda asing
3.
4.
5.
5.1
Air
Abu tanpa garam
Bahan tambahan
makanan
Pewarna
5.2
6.
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
7.
8.
8.1
8.2
Boraks
Cemaran logam :
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Timah (Sn)
Seng (Zn)
Raksa (Hg)
Arsen (As)
Cemaran Mikroba :
Angka Lempeng Total
E. Coli
Satuan
%b/b
%b/b
%b/b
-
Persyaratan
Mentah
Digoreng
normal
normal
normal
renyah
min. 95
tidak boleh ada
maks. 12
maks. 1
normal
normal
normal
renyah
min. 85
tidak boleh ada
maks. 8
maks. 1
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Maks. 2,0
Maks. 30,0
Maks. 40,0
Maks. 40,0
Maks. 0,03
Maks. 1,0
Maks. 2,0
Maks. 30,0
Maks. 40,0
Maks. 40,0
Maks. 0,03
Maks. 1,0
Koloni/g
APM/g
Maks. 106
<3
Maks. 105
<3
8.3 Kapang
Koloni/g
Maks. 105
Maks. 104
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Uraian
Keadaan
- Warna
- Bentuk
- Bau
- Rasa
Benda Asing
Serangga dalam bentuj stadia dan
potongan-potongannya
Air
Abu
Protein
Keasaman
Besi (Fe)
Zeng (Zn)
Vitamin B1 (Thiamin)
Vitamin B2 (Riboflavin)
Asam Folat
Cemaran Logam
- Timbal
- Raksa
- Tembaga
Persyaratan
Putih Khas Terigu
Serbuk
Normal, tidak berbau apek
Normal
Tidak boleh ada
Tidak boleh ada
Maks 14,5 % (b/b)
Maks 0,6 % (b/b)
Min 7,0 % (b/b)
Maks 50/100g contoh
(mgKOH/100g)
Min 50 (mg/kg)
Min 30 (mg/kg)
Min 2,5 (mg/kg)
Min 4 (mg/kg)
Min 2 (mg/kg)
Maks 1,10 (mg/kg)
Maks 0,05 (mg/kg)
Maks 10 (mg/kg)
Kandungan Gizi dalam 100 gram buah jambu biji dapat dilihat pada
Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Komposisi Gizi Jambu Biji (100 gram)
Komposisi
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Serat
Kalsium
Fosfor
Zat Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
Air
Jumlah
49 kal
0,9 g
0,3 g
12,2 g
5,6 g
14 mg
28 mg
1,1 mg
25 IU
0,02 mg
87 mg
86 g
juga bisa digunakan sebagaai penguat rasa (falvour enhancer). Penguat rasa
(falvour enhancer) adalah bahan tambahan pangan untuk memperkuat atau
memodifikasi rasa dan/atau aroma yang telah ada dalam bahan pangan
tersebut tanpa memberikan rasa dan/atau aroma tertentu (BPOM, 2013).
Garam turunan glutamat yang memiliki glutamat bebas akan membentuk rasa
gurih, sehingga semakin tinggi glutamat bebas maka semakin kuat rasa
gurihnya (Wiratmini, 2011).
Standar mutu garam yang baik untuk dikonsumsi maupun untuk
proses pengolahan bahan pangan yaitu berwarna putih, bersih, murni, dan
kering. Adapun syarat mutu garam untuk konsumsi menurut SNI 3556-2010
dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Syarat Mutu Garam Konsumsi (SNI 3556-2010)
N
o
1
2
3
4
5
Uraian
Satuan
Persyarata
n
Kadar air
Kadar NaCl (dihitung dari
jumlah klorida)
Bagian yang tidak larut dalam air
Yodium dihitung dari kalium
yodat (KIO3)
Cemaran logam
- Kadmium
- Timbal
- Raksa
Arsen
% b/b
% b/b
Maks. 7.0
Min. 94.7
% b/b
mg/kg
Maks. 0,5
Min. 30
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks. 0,5
Maks. 10
Maks. 0,1
Maks. 0,1
4. Gula Pasir
Gula pasir adalah istilah umum yng sering diartikan bagi setiap
karbohidrat yang dapat memberikan rasa manis terhadap makanan atau
minuman, tetapi dalam industri pangan biasanya digunakan untuk menyatakan
sukrosa, gula yang diperoleh berasal dari tebu atau bit yang mengalami proses
pemurnian sampai kadar sukrosa 99,3 % (Buckle et al., 1987).
Parameter uji
1
1.1
1.2
2
3
4
5
6
6.1
7
7.1
7.2
7.3
Warna
Warna kristal
Warna larutan (ICUMSA)
Besar jenis butir
Susut pengeringan (b/b)
Polarisasi (oZ,20oC)
Abu konduktivitas (b/b)
Bahan tambahan pangan
Belerang dioksida (SO2)
Cemaran logam
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Arsen (As)
Satuan
Persyaratan
GKP 1
GKP 2
CT
IU
Mm
%
Z
%
4,0-7,5
81-200
0,8-1,2
Maks. 0,1
Maks. 99,6
Maks. 0,10
7,6-10,0
201-300
0,8-1,2
Maks. 0,1
Maks. 99,5
Maks. 0,15
mg/kg
Maks. 30
Maks. 30
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks. 2
Maks. 2
Maks. 1
Maks. 2
Maks. 2
Maks. 1
5. Telur
Telur adalah sumber makanan protein hewani yang bernilai gizi tinggi.
Untuk dunia kuliner telur mempunyai peranaan sangat penting kena banyak
kegunaan dalam masak memasak. Fungsi telur dalam penyelenggaraan gizi
kuliner sebagai perekat, pengikat dan sebagai pengental (Tarwotjo, 1998).
Peranan utama telur atau protein dalam pengolahan pada umumnya
adalah memberikan fasilitas terjadinya koagulasi, pembentukan gel, emulsi
dan pembentukan struktur. Telur banyak digunakan untuk mengentalkan
berbagai saus dan custard karena protein terkoagulasi pada suhu 62C
(Winarno, 1994). Syarat mutu telur ayam konsumsi berdasarkan SNI 01-39261995 dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Faktor Mutu
Tingkatan Mutu
Mutu I
1.
Kerabang
Keutuhan
Bentuk
Kelicinan
Kebersihan
2.
Kantong Udara
Kedalaman
Kebebasan
3.
4.
5.
Utuh
Normal
Licin
(halus)
Bersih
bebas dari
kotoran
maupun
noda
Kurang dari
0,5 cm
Tetap
ditempat
Mutu II
Mutu III
Utuh
Normal
Boleh ada
bagian yang
kasar
Bersih bebas
dari kotoran,
boleh ada
sedikit noda
Utuh
Boleh abnormal
Boleh kasar
0,5-0,9 cm
1 cm atau lebih
Bebas
bergerak
Bersih bebas
dari kotoran,
boleh ada noda
Bebas bergerak
dan mungkin
seperti busa
Keadaan putih telur (dilihat dengan peneropongan)
Kebersihan
Bebas dari
Bebas dari
Boleh ada
noda (darah, noda (darah, sedikit noda
daging, atau daging, atau
tetapi tidak
benda asing benda asing
boleh ada benda
lainnya)
lainnya)
asing lainnya
Kekentalan
Kental
Sedikit encer Encer, tetapi
kuning telur
belum
tercampur
dengan putih
telur
Keadaan kuning telur (dilihat dengan peneropongan)
Bentuk
Bulat
Agak gepeng Gepeng
Posisi
Ditengah
Ditengah
Agak kepinggir
Bayangan
Tidak jelas
Agak jelas
Jelas
Kebersihan
Berzih
Bersih
Boleh ada
sedikit noda
Bau
Khas
Khas
Khas
6. Air
Air dalam industri pangan memegang peranan penting karena dapat
mempengaruhi mutu makanan yang dihasilkan. Jenis air yang digunakan
berbeda-beda tergantung dari jenis bahan yang diolah, oleh karena itu perlu
adanya suatu standar untuk masing-masing jenis pengolahan. Adapun standar
mutu air yang lain berdasarkan SNI 01-3553-1994 terdapat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Standar Mutu Air Berdasarkan SNI 01-3553-1994
No
1
2
3
4
Kriteria mutu
Bau
Rasa
pH
Cemaran benda asing
Persyaratan
Tidak berbau
Normal
6,5-9
Tidak ada
Air adalah salah satu bahan yang penting dalam pembuatan adonan
makanan. Fungsi dari air itu sendiri adalah melarutkan bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan adonan, mengontrol suhu adonan, mengontrol
kepadatan adonan (Paran, 2009).
7. Minyak Goreng
Minyak goreng terbuat dari berbagai jenis bahan sumber minyak
seperti kelapa, kelapa sawit, jagung, kedelai, dan lain-lain. Setiap jenis
minyak memiliki aroma khas yang dapat mempengaruhi kualitas produk,
gorengan. Pemilihan jenis minyak untuk menghasilkan mutu produk pangan
gorengan yang baikharus memperhatikan beberapa hal yaitu: stabilitas
minyak,
kualitas
minyak,
biaya,
kemudahan
penanganan,
waktu
Kriteria Uji
1
1.1
1.2
7
7.1
7.2
Keadaan
Bau
Warna
Kadar air dan bahan
menguap
Bilangan asam
Bilangan peroksida
Minyak pelikan
Asam lonolenat (C18:3)
dalam komposisi asam
lemak minyak
Cemaran logam
Kadmium (Cd)
Timbal (Pb)
7.3
Timah (Sn)
mg/kg
7.4
8
Merkuri (Hg)
Cemaran arsen (As)
mg/kg
mg/kg
2
3
4
5
6
Satuan
Persyaratan
Normal
Normal
%bb
maks 0,15
mg KOH/g
mek O2/kg
maks. 0,6
maks. 10
Negatif
maks. 2
mg/kg
mg/kg
maks. 0,2
maks. 0,1
maks.
40,0/250,0
maks. 0,05
maks. 0,15
dihasilkan oleh perusahaan atau produsen untuk memenuhi kesesuaian mutu yang
dibutuhkan konsumen. Untuk ilustrasi sederhana, suatu kegiatan pengendalian
mutu yang dilakukan suatu pasar swalayan, yaitu melakukan sortasi berulangulang terhadap sayur dan buah-buahan yang diperoleh dari pemasok sebelum siap
dijual. Misalnya penerimaan diidentifikasikan oleh kondisi daun hijau segar dan
tidak kekuningan atau coklat, daun tidak berlubang, batang/tangkai daun tidak
lecet/luka atau patah, tidak berbau yang tidak enak, warna cerah dan mengkilap,
tidak layu dan tidak berserangga/berulat; dan untuk buah-buahan dicirikan oleh
tingkat kematangan optimum, ukuran dan bentuk relatif seragam, tidak berlubang,
tidak cacat fisik dan permukaan menarik (Hubeis, 1999)
Menurut Assauri (2008), pengawasan mutu adalah kegiatan untuk
memastikan apakah kebijakan dalam hal mutu (standar) dapat tercermin dalam
hasil akhir. Dengan perkataan lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk
mempertahankan mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai
dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan
perusahaan. Dengan demikian, dalam hal pengawasan mutu semua produk yang
dihasilkan harus diawasi sesuai dengan standar dan penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi harus dicatat serta dianalisis agar dapat digunakan untuk tindakantindakan perbaikan produksi pada masa yang akan datang.
Pengendalian
mutu
mencakup
kegiatan
menginterpretasikan
dan
memperkirakan resiko yang akan terjadi dan menentukan prosedur operasi untuk
prosedur control yang efektif (Pierson and Corlett, 1993).
Menurut Thaheer (2005) sistem HACCP terdiri dari tujuh prinsip yang
berfungsi untuk mengidentifikasi bahaya tertentu dan tindakan pencegahan yang
perlu dilakukan untuk pengendaliannya.
a. Prinsip 1 : Mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan
produksi pangan pada semua tahapan, mulai dari usaha tani, penanganan,
pengolahan di pabrik dan distribusi, sampai kepada titik produk pangan
dikonsumsi. Peningkatan kemungkinan terjadinya bahaya dan menentukan
tindakan pencegahan, untuk pengendaliannya.
b. Prinsip 2 : Menentukan titik atau tahap prosedur operasional yang dapat
dikendalikan untuk menghilangkan bahaya atau mengurangi kemungkinan
terjadi bahaya tersebut. CCP (Critical Control Point) berarti setiap tahapan di
dalam produksi pangan dan / atau pabrik yang meliputi sejak bahan baku
yang diterima, dan/atau diproduksi, panen, diangkut, formulasi, diolah,
disimpan dan lain sebagainya.
c. Prinsip 3 : Menetapkan batas kritis yang harus dicapai untuk menjamin
bahwa CCP berada.
d. Prinsip 4 : Menetapkan sistem pemantauan pengendalian (monitoring) dari
CCP dengan cara pengujian atau pengamatan.
e. Prinsip 5 : Menetapkan tindakan perbaikan yang dilaksanakan jika hasil
pemantauan menunjukkan bahwa CCP tertentu tidak terkendali.
f. Prinsip 6 : Menetapkan prosedur verifikasi mencakup dari pengujian
tambahan dan prosedur penyesuaian yang menyatakan bahwa sistem HACCP
berjalan efektif.
g. Prinsip 7 : Mengembangkan dokumentasi mengenai semua prosedur dan
pencatatan yang tepat untuk prinsip-prinsip ini dan penerapannya.
Menurut Bahri, dkk (2002), selain 7 prinsip penting yang perlu diketahui
pada penerapan HACCP, ada 12 langkah penting yang perlu dipahami pada
waktu pelaksanaannya (operasional), yaitu:
a. Pembentukan Tim HACCP yang terdiri dari staf dengan berbagai keahlian.
b. Penjelasan produk secara lengkap termasuk komposisi pangan dan
pendistribusiannya.
c. Identifikasi sasaran pengguna makanan atau konsumen.
d. Penetapan bagan alir yang menguraikan proses produksi.
e. Penerapan, pemeriksaan bagan alir operasional.
f. Identifikasi bahaya pada setiap mata rantai serta menentukan cara
pencegahan dan pengawasannya.
g. Penetapan dan identifikasi titik tindak pengawasan.
h. Penetapan batas kritis CCP, yaitu batas toleransi yang harus dipenuhi untuk
menjamin bahwa CCP secara efektif mengendalikan bahaya.
i. Penetapan sistem monitoring/pemantauan untuk setiap CCP.
j. Melakukan tindakan koreksi jika terjadi penyimpangan pada waktu
monitoring.
k. Recording/pencatatan dan dokumentasi program HACCP.
l. Penetapan prosedur verifikasi program HACCP.
Manfaat dari sistem HACCP adalah sebagai berikut:
a. Menjamin keamanan pangan
b. Mencegah kasus keracunan pangan, sebab dalam penerapan sistem HACCP
bahaya-bahaya dapat diidentifikasi secara dini, termasuk bagaimana tindakan
pencegahan dan tindakan penanggulangannya.
c. Mencegah/mengurangi terjadinya kerusakan produksi atau ketidakamanan
pangan, yang tidak mudah bila hanya dilakukan pada sistem pengujian akhir
produk saja.