Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

Pengembangan Model Pembelajaran Fisika


Pendekatan, Metode, dan Model Pembelajaran

Oleh:
FUJA NOVITRA
15175015

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. FESTIYED, M.S

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


1

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa selalu
melimpahkan berkat rahmat dan hidayahNya, hingga akhirnya penyusunan makalah yang
berjudul Pendekatan, Metode, dan Model Pembelajaran ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Shalawat beriring salam tak lupa buat Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW,
Rahmatan Lilalamin.
Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada semua pihak, terutama pada dosen
pembimbing Prof. Dr. Festiyed, M.s yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa kendala yang cukup
berarti . Dan semua pihak yang telah membantu dan memberi dorongan penulis dalam
penyusunan makalah ini yag tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna, karena keterbatasan
pada penulis. Untuk itu, penulis dengan ikhlas menerima semua saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tulisan ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak.
Padang ,

Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan
1

.
i
ii
1
1
2

Masalah....................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI........................................................................................... 3
A. Landasan
3
Agama......................................................................................
B. Pendekatan Pembelajaran........................................................................
C. Metode Pembelajaran..............................................................................
D. Model Pembelajaran................................................................................
BAB III PEMBAHASAN .........................................................................................
BAB IV PENUTUP....................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................

4
22
29
39
41
41

.
B. Saran........................................................................................................ 41
.
DAFTAR

42

PUSTAKA....................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan
dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman yang semakin global. Peningkatan
sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Keberhasilan
suatu negara dapat dilihat dari mutu pendidikan di negara tersebut. Karena kemajuan
pembangunan suatu negara tidak lepas dari dukungan mutu pendidikan yang baik.
Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari tujuan tersebut tercermin bahwa pendidikan
merupakan faktor yang sangat strategis sebagai dasar pembangunan bangsa.
Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah
dengan meningkatkan sumber daya manusia melalui proses belajar mengajar di sekolah,
maka dapat dikatakan pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kemajuan bangsa.
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa supaya mampu
menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya berfungsi dalam
kehidupan bermasyarakat (Hamalik, 2001).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010). Pembelajaran mengandung makna
adanya kegiatan belajar dan mengajar, dimana pihak yang mengajar adalah guru yang
akan mengajarkan materi atau sebagai fasilitator dalam upaya pengembangan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa yang merupakan sasaran pembelajaran.
Menurut Warsono dan Hariyanto (2012) menyatakan bahwa, Pada abad XXI ini,
banyak orang semakin menyadari bahwa sekedar mengetahui pengetahuan (knowing of
knowledge) terbukti tidak cukup berhasil menghadapi hidup dan kehidupan yang semakin
kompleks, semakin cair, dan berubah dengan cepat. Dalam hal ini guru berperan sebagai
ujung tombak di dalam dunia pendidikan yang akan menentukan bagaimana proses
belajar mengajar di dalam kelas. Guru harus dapat mengkondisikan metode belajar agar
siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir
tentang apa yang akan dilakukan selama proses belajar-mengajar dan dapat membentuk
generasi muda yang terampil memecahkan masalah, bijak dalam menentukan sebuah
keputusan, berpikir kritis dan kreatif, suka bermusyawarah, berkomunikasi secara efektif

dalam mengemukakan gagasan, dan mampu berkerja secara efisien secara individu dan
kelompok dalam pembangunan bangsa.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang
saling berkaitan yaitu kurikulum, guru, pembelajaran, peserta. Guru adalah orang
memberikan kontribusi yang besar bagi kualitas pendidikan. Untuk itu, dibutuhkan guru
yang berkompetensi untuk mengelola pembelajara, Menurut Undang-Undang no 14
tahun 2005, salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah
kompetensi pedagogik.
Kompetensi pedagogik

seorang

guru

ditandai

dengan

kemampuannya,

pemahamannya tentang peserta didik dan kemampuannya menyelenggarakan proses


pembelajaran yang bermutu, serta sikap dan tindakan yang dapat dijadikan teladan.
Kompetensi pedagogik seorang guru akan terbagun dengan baik, jika guru tersebut
menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, memahami teori belajar, menguasai model,
strategi, pendekatan, metode, teknik dan taktik pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam makalah
ini adalah mengenai:
1. Apakah pengertian pendekatan pembelajaran?
2. Apakah jenis pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran?
3. Apakah pengertian metode pembelajaran?
4. Apakah jenis metode dalam pembelajaran?
5. Apakah pengertian model pembelajaran?
6. Apakah jenis model-model dalam pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan:
1. Mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran
2. Mengetahui jenis pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran
3. Mengetahui pengertian metode pembelajaran
4. Mengetahui jenis metode dalam pembelajaran
5. Mengetahui pengertian model pembelajara
6. Mengetahui jenis model-model dalam pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Agama
Q.S. Az Zumar ayat 8 dan 9 Allah SWT berfirman:





*




2


*



*
Al Imam Al Fairuz Abadi dalamTafsirul Quran menjelaskan ayat ini bahwa ketika
seorang hamba seperti Abu Jahal dan para pengikutnya ditimpa kemadharatan (kesusahan
dan bencana), ia berharap kepada Allah agar menghilangkan kesusahan dan musibah
tersebut darinya. Kemudian jika musibah dan kesusahan itu diganti dengan nikmat, orang
itu lupa atas apa yang telah dilakukannya dahulu sebelum diberi nikmat (yaitu berdoa
kepada Allah), dan melakukan perbuatan syirik lagi menyimpang lalu menyesatkan orang
lain dari jalan yang benar. Dalam ayat berikutnya Allah mengabarkan bahwa tidaklah

sama keberuntungannya antara orang-orang (yaitu nabi dan Abu Bakar Ash Shidiq
juga para sahabat ) yang mentaati Allah siang dan malam, melakukan ibadah, mengingat
kehidupan akhirat yang mereka mengetahui tauhidullah, perintah dan laranganNya
dengan orang yang tidak mengetahui hal tersebut (seperti Abu Jahal dan pengikutnya).
Dan yang dapat mengambil pelajaran tersebut hanyalah orang-orang yang berakal dan
mau berfikir lah yang mendapat nasehat agung dari Al Quran.
Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa diantara faedah dari ayat ini
adalah:
1. Salah satu metodologi pendidikan Qurani adalah menyelesaikan problem peserta
didik yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan memberikan perumpamaan
yang mudah dipahami oleh anak didik.
2. Diperbolehkan bagi setiap pendidik untuk menguji peserta didik dalam menentukan
pilihan atas dua permasalahan yang sama kuat.
3. Sepantasnya bagi seorang pendidik untuk mengajak anak didik agar mampu
mengidentifikasi keistimewaan waktu dan amal perbuatan tertentu.
4. Termasuk metodologi pendidikan yang terkandung dalam ayat ini adalah
diperbolehkannya seorang pendidik memberikan punishment kepada siswa yang
tidak mengikuti rambu-rambu syariat dan tata tertib.
5. Salah satu cara mengembalikan perhatian siswa kepada tema materi pembelajaran
adalah dengan memanggil mereka dengan panggilan yang lembut seperti wahai
anak-anakku dan sebagainya.
6. Memberikan sebuah instruksi/perintah kepada siswa sebaiknya dibarengi dengan
reward sebagai bentuk motivasi dan membangkitkanpositif thinkingbahwa siswa
pasti mampu menyelesaikan tugas yang diberikan.

B. Pendekatan Pembelajaran
1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Menurut Wahjoedi (dalam ahmad:2011) bahwa, pendekatan pembelajaran adalah
cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku peserta didik agar ia dapat aktif melakukan
tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal. Menurut
Syaifuddin Sagala (dalam ahmad 2005: 68) bahwa, Pendekatan pembelajaran
merupakan jalan yang akan ditcmpuh oleh pendidik dan peserta didik dalam mencapai
tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu.
Pendekatan pembelajaran juga dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu.
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke
dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera
masyarakat yang memerlukannya.
b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling
efektif untuk mencapai sasaran.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh
sejak titik awal sampai dengan sasaran.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
a. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil
perilaku dan pribadi peserta didik.
b. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang
paling efektif.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan
teknik pembelajaran.
d. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan
ukuran baku keberhasilan.
Adapun ciri-ciri pendekatan pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut:
a. Sesuai dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran,
b. Tidak kaku,
4

c. Lugas dan Terencana.


2. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran
Jenis-jenis pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut :
a. Pendekatan Inquiri
Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri beriorientasi pada,
keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan
kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, mengembangkan sikap
percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Ada tiga ciri pembelajaran inkuiri, yaitu pertama, Strategi Inquiry
menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan
(siswa sebagai subjek belajar). Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti
dari sesuatu yang sudah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sifat percaya diri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry
adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
Menurut Sanjaya (2009), penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa
prinsip, yaitu berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan
kemampuan berfikir), prinsip interaksi (interaksi antara siswa maupun interaksi
siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan), prinsip bertanya (guru
sebagai penanya), prinsip belajar untuk berfikir (learning how to think), prinsip
keterbukaan (menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis
yang diajukan).
Adapun prinsip prinsip penggunaan pendekatan inkuiri adalah:
1) Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.
Dengan demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar
juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses
pembelajaran dengan menggunkan strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana
siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa
beraktivitas mencari dan menemukan.
2) Prinsip Interaksi
5

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara
siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan
lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur
interaksi itu sendiri.
3) Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inkuiri adalah guru
sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan
pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
4) Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh
otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5) Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru
adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis
yang diajukan.
Berdasarkan tingkat kematangan siswa, pendekatan inkuiri dapat dilakukan
dalam lima tingkatan, yaitu inkuiri tradisional, inquiri terbimbing, inkuiri mandiri,
keterampilan prosedur ilmiah, Penelitian siswa. Terdapat tiga aspek yang sama
penting dalam pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran, Kegiatan Belajar/Mengajar
dan materi, hasil evaluasi. Proses yang baik diasumsikan akan mendapatkan hasil
yang baik. Proses belajar yang efektif harus melibatkan sebanyak mungkin alat
indera. Pendekatan inkuiri, melibatkan semua indera sehingga pengetahuan siswa
akan menjadi tahan lama. Perumusan indikator, harus memikirkan efek samping
terutama pada tahapan perkembangan psikologi siswa. Kelemahan pendekatan
inkuiri (kekacauan pembelajaran), dapat terjadi kalau guru tidak melakukan
pembimbingan secara terarah dan bertanggung jawab. Guru penting melakukan
monitoring atau pengontrolan terhadap aktivitas siswa.
b. Pendekatan Saintifik
Abidin (2014) secara terperinci menjelaskan keterampilan-keterampilan
belajar yang membangun pendekatan ilmiah dalam belajar sebagai berikut:
1) Mengamati
6

Metode Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik. Dengan mengamati, peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan
antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh
guru.
2) Menanya
Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula guru dapat membimbing atau
memandu peserta didiknya dengan baik. Begitu pula ketika guru menjawab
pertannyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong anak didiknya
untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
3) Menalar
Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta kata
empiris

yang

dapat

diobservasi

untuk

memperoleh

simpulan

berupa

pengetahuan.
4) Mencoba
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar, maka:
a. Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

peserta didik.
Guru bersama peserta didik mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan
Perlu memperhitungkan tempat dan waktu.
Guru menyediakan kerja untuk pengarahan kegiatan peserta didik.
Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen.
Membagi kertas kerja kepada peserta didik.
Peserta didik melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru.
Guru mengumpulkan hasil kerja peserta didik dan mengevaluasinya, bila

dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.


5) Menganalisis data dan menyimpulkan
Kemampuan menganalisis data merupakan kemampuan mengkaji data yang
telah dihasilkan dengan menggunakan sumber atau pengetahuan yang sudah ada.
Kemampuan menyimpulkan merupakan kemampuan membuat ringkasan atas
kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan yang mana simpulan tersebut harus
bisa menjawab rumusan masalah yang diajukan sebelumnya.
6) Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan merupakan kemampuan menyampaikan hasil kegiatan
yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan dengan bahasa yang
komunikatif dan efektif.
c. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
7

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of
Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa
akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti.
Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan
berusaha untuk menggapainya.
Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya

dalam

kehidupan

mereka

sebagai

anggota

keluarga

dan

masyarakat.pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen


komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar
yang penting, yaitu :
1) Mengaitkan

adalah

strategi

yang

paling

hebat

dan

merupakan

inti

konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep


baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan
apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2) Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui
sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi
peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3) Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan
yang realistik dan relevan.
4) Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan
yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat
mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama
tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan
dunia nyata.

5) Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan


focus

pada

pemahaman

bukan

hapalan

Doantara

Yasa

(dalam

web

http://ipotes.wordpress.com)
Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual: 1) Menekankan pada pentingnya
pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks 3)
Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4)
Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara
mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbedabeda. 6) Menggunakan penilaian otentik.
d. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang
lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru
yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada
pengetahuan.Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam
peningkatan dan

pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa

keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik
dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing
dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu, guru lebih
mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan unutk
meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Jadi, pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih
mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi
seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas
individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun
terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus
dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti
Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan
pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat
konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu).
1) Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu,
kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut
9

konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi


manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif
dan strateginya
2) Konstruktivisme sosial
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara
sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat
secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan
berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat
budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar
individual.
Peran guru dalam konstruktivisme bukan memberikan dan menstransfer
pengetahuan tetapi membangkitkan kemampuan berfikir siswa dan belajar. Guru
sebagai promotor pembelajaran yang mempromosikan fasilitas belajar agar siswa
terbiasa belajar dan berlatih sendiri.
Menurut pandangan konstruktivisme, proses pembelajaran didasarkan bahwa
anak membangun sendiri pengetahuannya dan banyak memperoleh pengetahuan
diluar sekolah (dahar,1996:160) Sementara itu Piaget (dahar,1989:151) menyatakan
bahwa pertumbuhan intelektual manusia karena ada proses yang terus menerus. Pada
saat menerima informasi dilanjutkan dengan proses akomodasi yang merupakan
proses regulasi struktur kognisi.
Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
1) Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan
mereka.
2) Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses
saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran
terbaru.
3) Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya
secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya
yang sudah ada.
4) Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor
ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak
konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
5) Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan
pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
10

e. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif

(deductive

approach)

adalah

pendekatan

yang

menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion)


berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang
kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum kesesuatu
yang khusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan
umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan
menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh contoh khusus atau
penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus. Pembelajaran deduktif
adalah model pembelajaran yang merupakan imbangan yang sangat dekat bagi
model pembelajaran induktif. Keduanya dirancang untuk mengajarkan konsep dan
generalisasi, mengandalkan contoh dan bergantung pada keterlibatan guru secara
aktif dalam membing siswa. Perbedaan terletak pada urutan kejadian selama
pembelajaran, keterampilan berbipir termasuk proses berpikir, cara memotivasi dan
waktu yang diperlukan serta biasanya pada pembelajaran pendekatan deduktif
seorang guru harus lebih aktif daripada siswanya. Pembelajaran dilakukan dengan
cara ceramah, Tanya jawab, dan simulasi.
Ciri-ciri pembelajaran deduktif adalah:
1) Berorientasi pada materi
2) Berstruktur tinggi
3) Penggunaan waktu yang lebih
4) Efisien
5) Kurang memberi kesempatan untuk belajar sewaktu-waktu.
f. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai
sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Model
berfikir induktif dirancang dan dikembangkan oleh Hilda Toba dengan tujuan untuk
mendorong para pelajar menemukan dan mengorganisasikan informasi, menciptakan
nama suatu konsep dan menjajagi berbagai cara yang dapat menjadikan para pelajar
lebih terampil dalam menyingkap dan mengoraganisasikan informasi dan dalam
melakukan pengetesan hipotesis yang melukiskan antar hal. Pada pendekatan
induktif dimulai dengan memberikan bermacam-macam contoh. Dari contoh-contoh
11

tersebut siswa mengerti keteraturan dan kemudian mengambil keputusan yang


bersifat umum.
Pendekatan induktif adalah suatu strategi yang direncanakan untuk membantu
sisiwa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kreatif melalui
observasi, membandingkan, penemuan pola, dan menggeneralisasikannya. Guru
biasanya menciptakan suasana aktif belajar dengan mendorong siswa mengadakan
pengamatan dan memfokuskan pengamatan melalui pertanyaan-pertanyaan. Pada
pendekatan induktif ini seorang siswa harus lebih aktif. Biasanya pembelajaran
dilakukan dengan cara eksperimen, diskusi, dan demonstrasi. Ciri-ciri pembelajaran
induktif adalah sebagai berikut:
1) Penekanan pada keterampilan berpikir dan tujuan-tujuan afektif
2) Berstruktur rendah
3) Penggunaan waktu yang kurang efisien
4) Memberi kesempatan yang banyak untuk belajar sewaktu-waktu

Pendekatan

induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju
keadaan umum.
g. Pendekatan Konsep
Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan
batu-batu pembangun (building blocks) berpikir (Dahar,1989). Konsep-konsep
merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan
prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang
siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan
pada konsep-konsep yang diperolehnya.
Pendekatan konsep merupakan bentuk instruksional kognitif yang memberi
kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan menemukan
prinsip sendiri (Arifin, Mulyati, dkk., 2000). Selain itu, Pendekatan konsep diartikan
juga sebagai pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara
benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep
adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep
merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman. Jadi,
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam merencanakan
pembelajaran dengan pendekatan konsep (Dahar, 2003) :
1) Konsep-konsep yang akan diajarkan harus dinyatakan secara tegas dan lengkap.
12

2) Prasyarat atau konsep-konsep yang telah diketahui dan diperlukan dapat


digunakan dalam proses pembelajaran.
3) Urutan kegiatan pembelajaran seharusnya memberikan pengalaman yang
memadai, sesuai dengan konsep yang akan dipelajari maupun konsep yang telah
ada.
h. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses
adalah suatu cara untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang menjadi
roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan
sikap dan nilai (Conny Semiawan, 1992: 16).
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan
hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses.
Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan
berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta
didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan
percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup
kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerrja dan sebagainya.
Dalam pembelajaran pendekatan keterampilan proses dilaksanakan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Observasi
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang gejala
atau fenomena sehingga mampu membedakan yang sesuai dan yang tidak sesuai
dengan pokok permasalahan. Pengamatan di sini diartikan sebagai penggunaan
indera secara optimal dalam rangka memperoleh informasi yang lengkap atau
memadai.
2) Mengklasifikasikan
Kegiatan ini bertujuan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat
tertentu.
3) Menginterpretasikan atau menafsirkan data
Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen,
atau penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam berbagai bentuk,
seperti tabel, grafik, diagram.
4) Meramalkan (memprediksi)
Hasil interpretasi dari suatu pengamatan digunakan untuk meramalkan atau
memperkirakan kejadian yang belum diamati atau kejadian yang akan datang.
13

Ramalan berbeda dari terkaan, ramalan didasarkan pada hubungan logis dari hasil
pengamatan yang telah diketahui sedangkan terkaan didasarkan pada hasil
pengamatan.
5) Membuat hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu
kejadian atau pengamatan tertentu. Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci
pembuka tabir penemuan berbagai hal baru.
6) Mengendalikan variabel
Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Pengendalian variabel adalah suatu
aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit yang kita
bayangkan. Hal ini tergantung dari bagaimana guru menggunakan kesempatan
yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan variabel.
7) Merencanakan penelitian/eksperimen
Eksperimen adalah melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan apakah
hipotesis yang diajukan sesuai atau tidak.
8) Menyusun kesimpulan sementara
Kegiatan ini bertujuan untuk menyimpulkan hasil dari percobaan yang telah
dilakukan berdasarkan pada pola hubungan antara hasil pengamatan yang satu
dengan yang lainnya.

9) Menerapkan (mengaplikasikan) konsep


Mengaplikasikan konsep adalah menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam
situasi baru atau dalam menyelesaikan suatu masalah, misalnya sesuatu masalah
yang dibicarakan dalam mata pelajaran yang lain.
10) Mengkomunikasikan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan proses dari hasil perolehan
kepada berbagai pihak yang berkepentingan, baik dalamnbentuk kata-kata, grafik,
bagan maupun tabel secara lisan maupun tertulis. Praktik pengajaran dengan PKP
menuntut perencanaan yang sungguh-sungguh dan berkeahlian, kreatif dalam
pelaksanaan pengajaran, cakap mendayagunakan aneka media serta sumber
belajar. Jadi guru bersama siswa semakin dituntut bekerja keras agar praktik PKP
berhasil efektif dan efisien.
Untuk menggunakan pendekatan keterampilan proses ini, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan :
1) Dalam menyusun silabus, keterampilan proses perlu dikembangkan bersamasama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip IPA.

14

2) Kedelapan keterampilan proses tsb diperkirakan sesuai dengan tingkat


perkembangan siswa dari sekolah dasar hingga menengah.
3) Dalam pembelajaran sains, keterampilan proses diatas tidak perlu sesuai urutan.
4) Setiap metode dan pendekatan pada pembelajaran dapat digunakan untuk
mengembangkan keterampilan proses
5) Kemungkinan pengembangan keterampilan proses pada metode ceramah lebih
sedikit dibanding metode eksperimen
i. Pendekatan Berbasis Masalah
Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John
Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah
adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa
bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu
secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis,
serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi teori konstruktivis. Pada
model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan masalah nyata yang
penyelesaiannya membutuhkan kerjasama antara siswa, guru memandu siswa
menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru
memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan
supaya tugas-tugas tersebut dapat diselessaikan. Guru menciptakan suasana kelas
yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
Menurut Arends dalam Trianto, karakteristik pembelajaran berbasis masalah
adalah:
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya
secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.
2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Masalah yang akan diselidiki telah
dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu
dari banyak mata pelajaran.

15

3) Penyelidikan autentik. Siswa dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan


masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan
menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat
inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
4) Menghasilkan produk dan memamerkannya. Produk itu dapat berupa laporan,
model fisik, video maupun program komputer.
5) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang
bekerjasama satu dengan yang lainnya, secara berpasangan atau dalam kelompok
kecil.
Berdasarkan karekteristik tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah
memiliki tujuan:
1) membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan
pemecahan masalah
2) belajar peranan orang dewasa yang autentik
3) menjadi pebelajar yang mandiri.
j. Pendekatan Belajar Tuntas
Pembelajaran tuntas (mastery learning) diartikan sebagai suatu strategi
pembelajaran, dimana keberhasilan peserta ditentukan oleh pencapaian tingkat
penguasaan kompetensi minimal yang dipersyaratkan untuk dinyatakan menguasai
(mastery). Jadi peserta hanya boleh pindah topik atau program, jika topik atau
program yang sedang dipelajarinya telah dikuasai secara tuntas sampai standar
minimal yang dipersyaratkan.
Pendekatan ini bertujuan untuk Memberi kesempatan kepada peserta untuk
menguasai bahan pelajaran dan kompetensi yang dipelajarinya dengan terstandar,
melalui langkah-langkah pembelajaran secara bertahap, utuh, dan tuntas, sehingga
memberikan pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar prinsip pembelajaran tuntas
dapat dilaksanakan dengan baik, antara lain:
1) ditetapkan batas minimal tingkat kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta;
2) menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) untuk menilai
keberhasilan belajar peserta mencapai standar minimal;
3) peserta tidak diperbolehkan pindah ke topik atau pekerjaan berikutnya, jika topik
atau pekerjaan yang sedang dipelajarinya belum dikuasai sampai standar minimal;
4) memberikan kemampuan yang utuh, mencakup aspek pengetahuan, keterampilan,
dan sikap;
5) setiap peserta diberi kesempatan untuk mencapai standar minimal, sesuai dengan
irama dan kemampuan belajarnya masing-masing (individualized learning);
16

6) disediakan program bimbingan remedial bagi peserta yang lambat, dan program
pengayaan bagi peserta yang lebih cepat menguasai kompetensi.
3. Implementasi Pendekatan Dalam Proses Pembelajaran Fisika
Pendekatan mengajar merupakan titik tolak bagi guru dalam menggunakan
metode mengajar. Penggunaan metode mengajar akan berhasil baik apabila disertai
dengan pendekatan mengajar yang baik dalam arti sesuai atau tepat. Ada beberapa
pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika misalnya:
a. Pendekatan Konsep
Ilmu fisika tumbuh dan berkembang berdasarkan eksperimen-eksperimen.
Sebagai ilmu yang tumbuh secara eksperimental, maka ilmu fisika mengandung
baik pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural. Seperti halnya
pengetahuan deklaratif pada umumnya, pengetahuan fisika juga disusun oleh
konsep-konsep dalam suatu jaringan proposisi. Untuk mengikuti perkembangan
ilmu fisika yang sangat pesat, belajar konsep fisika merupakan kegiatan yang
paling sesuai bagi pembentukan pengetahuan fisika dalam diri siswa
(Dahar,1989)
Menurut hasil penelitian, fakta-fakta yang terlepas-lepas tentang pelajaran
fisika akan cepat dilupakan, tetapi konsep ilmiah akan lebih lama diingat. Selain
itu, bila siswa benar-benar memahami suatu konsep maka siswa akan dapat
menerapkan konsep itu pada situasi baru.
b. Pendekatan Proses
Hakikat ilmu fisika mencakup dua hal, yaitu fisika sebagai produk dan
fisika sebagai proses. fisika sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan
yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip . fisika sebagai
proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh
para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan fisika.
Keterampilan-keterampilan tersebut disebut keterampilan proses, dan sikapsikap yang dimiliki para ilmuwan disebut sikap ilmiah.
Oleh karena itu, pembelajaran fisika tidak boleh mengesampingkan proses
ditemukannya konsep-konsep fisika. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk
menjelaskan konsep-konsep fisika ditempuh dengan pendekatan proses.
Dalam pendekatan proses pendekatan pembelajaran didasarkan pada
anggapan bahwa ilmu fisika itu terbentuk dan berkembang akibat diterapkannya
suatu proses, yang dikenal dengan metode ilmiah, dengan menerapkan
keterampilan-keterampilan proses Sains, yaitu mulai dari menemukan masalah
17

hingga mengambil keputusan. Dalam perkembangan selanjutnya pendekatan ini


lebih dikenal dengan Pendekatan Keterampilan Proses.
c. Pendekatan induktif
Pendekatan induktif bertitik tolak dari suatui proses berfikir secara
induktif yaitu rangkaian beberapa faktor atau informasi yang kemudian dapat
ditarik kesimpulan yang dapat berlaku secara umum dan merupakan suatu
generalisasi. Dengan menggunakan pendekatan induktif, guru mengajak siswa
mengadakan pengamatan atau percobaan untuk mendapatkan keterangan atau
data. Dari data dan keterangan tersebut siswa dengan bimbingan guru berusaha
mengolah dan menghasilkan suatu kesimpulan. Dengan menggunakan
pendekatan induktif siswa dapat melakukan aktivitas, karena siswa diajak ikut
serta atau diikut sertakan dalam menganalisis, menyimpulkan data atau
keterangan yang mereka peroleh sendiri melalui pengamatan atau percobaan.
d. Pendekatan deduktif
Pendekatan deduktif bertitik tolak dari suatu hukum atau kesimpulan
umum yang telah dianggap benar untuk sampai kepada suatu hukum yang baru
atau suatu kesimpulan yang khusus. Pada pendekatan deduktif ini, guru
mengajak atau membimbing siswa untuk merumuskan suatu kesimpulan yang
khusus dari pendapat atau hukum yang berlaku umum dan dianggap betul.
Sebagai

contoh

kita

memperoleh

hukum

Boyle-Gay-Lussac

dengan

menganggap bahwa hukum Boyle adalah benar dan hukum Gay-Lussac adalah
benar. Contoh lain kita memperoleh hukum Keppler III dengan menganggap
bahwa hukum II Newton dan hukum Newton tentang gravitasi adalah benar.
e. Pendekatan inquiry
Pendekatan inquiry adalah pendekatan dengan cara menyelidiki atau
mencari. Menurut Kuslan dan Stone dalam bukunya Teaching Children
Science an Inquiry Approach, Inquiry teaching as that teaching by which
teacher and children study scientific phenomena with approach and spirit of
scientist Kutipan di atas dapat diartikan bahwa: pengajaran dengan pendekatan
inquiry adalah pengajaran dimana guru dan siswa mempelajari gejala-gejala
ilmiah dengan pendekatan jiwa ilmuwan. Dalam menyajikan pelajaran dengan
pendekatan inquiry, guru membimbing siswa untuk beraktivitas melalui
penyelidikan dan mencari atau mendapatkan data secara eksperimen. Data
tersebut kemudian diolah dan dianalisis atau disimpulkan menjadi suatu hukum
atau rumusan, sehingga diharapkan siswa dapat memperoleh konsep konsep
pengatahuan dari hasil eksperimennya sendiri. Ilmu pengetahuan atau
18

kesimpulan yang didapat siswa, sebagian besar harus berdasarkan atas hasil
usaha siswa itu sendiri. Pengamatan, penyelidikan maupun percobaan, dan
analisis datanya harus dilakukan siswa sendiri dengan mendapatkan bimbingan
dari guru.
Di dalam membelajarkan IPA/Fisika guru dituntut sejauh mungkin
menggunakan pendekatan inquiry (inquiry approach) atau pendekatan dengan
menyelidiki. Dengan pendekatan inquiry, siswa dituntut sebanyak-banyaknya
melakukan eksperimen atau pengamatan. Dengan demikian sekolah harus
memiliki sejumlah alat alat pelajaran IPA yang memadai baik secara kualitas
maupun kauantitas. Apabila alat-alat tersebut tidak ada, guru dituntut untuk
mengadakan alat-alat tersebut dengan menggunakan bahan yang sesederhana
mungkin namun dapat mempunyai fungsi yang sama dengan alat-alat buatan
pabrik. Pengamatan dan eksperimen tidak merupakan satu-satunya cara untuk
mempelajari IPA/Fisika, dalam berbagai hal cara-cara menggunakan teori juga
harus dibahas. Untuk itu guru harus mempunyai konsep yang jelas mengenai
teori dalam IPA/Fisika. Percobaan atau eksperimen jangan dipandang sebagai
pelengkap atau penyerta pelajaran, melainkan sebagai bagian yang terintegrasi
dengan pelajaran.
Metode penyampaian dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
bahan yang akan diajarkan. Metode ceramah sebaiknya dikurangi. Proses
pembelajaran sebaiknya menjadikan siswa lebih aktif, guru hanya sebagai
pembimbing atau fasilitator sedangkan siswa aktif melakukan kegiatan-kegiatan.
Siswa hendaknya dituntut keaktifannya baik fisik maupun mental ( intelectualemotional). Metode yang sekiranya baik untuk pembelajaran IPA/Fisika adalah
metode eksperimen, metode demonstrasi, metode tanya jawab, diskusi, metode
tugas, metode proyek, dll.
Pendekatan inquiry dalam pembelajaran IPA-Fisika bertolak dari
perkataan inquiry (inquire) berarti menanyakan, menyelidiki, memeriksa.
Proses-proses mental dalam inquiry meliputi : merumuskan problema,
mendesain

eksperimen,

melaksanakan

eksperimen,

mengorganisir

data,

menaganalisis data, menarik kesimpulan. Selain itu juga adanya sikap jujur,
objektif, hasrat ingin tahu, terbuka, mau menerima gagasan-gagasan baru atau
pendapat orang lain, dsb. Sehubungan dengan hal tersebut maka pembelajaran
dengan pendekatan inquiry harus meliputi pengalaman-pengalaman yang
menjadikan siswa dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan inquiri.
19

Pembelajaran dengan pendekatan inquiry dapat menggunakan berbagai


macam metode. Apapun metode yang dipilih hendaknya tetap mencerminkan
ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan inquiry. Ada beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran dengan pendekatan
inquiry, anatara lain : tanya jawab, diskusi, demosntrasi, eksperimen, dll.

C. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara
kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi
metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para
pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau
tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Metode belajar yang mampu membangkitkan motif, minat atau gairah belajar
peserta didik dan menjamin perkembangan kegiatan kepribadian peserta didik adalah
metode diskusi. Metode diskusi merupakan suatu cara mengajar yang bercirikan oleh
suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pertanyaan atau problem. Di mana para
anggota diskusi dengan jujur berusaha mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau
pendapat yang disepakati bersama
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.

a.

Jenis-jenis Metode Pembelajaran


Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk

mengimpelementasikan strategi pembelajaran.


Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini
senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat
dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya. Metode
ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau
instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya
faktor kebiasaan baik dari guru atau pun siswa. Guru biasanya belum merasa puas
manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian
20

juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi
pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses
belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.

b.

Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa
untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar.
Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak
terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi
peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan
bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat

c.

digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.


Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat
yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk
menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru yang
merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran.
Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi: (1) diskusi merupakan metode yang sulit
diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga
hasil dan arah diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya memerlukan waktu yang
cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga
keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya
hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang
matang kejadian semacam itu bisa dihindari.
Dilihat dari pengorganisasian materi pembelajaran, ada perbedaan yang sangat
prinsip dibandingkan dengan metode sebelumnya, yaitu ceramah dan demonstrasi.
Kalau metode ceramah dan demonstrasi materi pelajaran sudah diorganisir sedemikian
rupa sehingga guru tinggal menyampaikannya, maka pada metode ini bahan atau materi
21

pembelajaran tidak diorganisir sebelumnya serta tidak disajikan secara langsung kepada
siswa, matari pembelajaran ditemukan dan diorganisir oleh siswa sendiri, karena tujuan
utama metode ini bukan hanya sekadar hasil belajar, tetapi yang lebih penting adalah
proses belajar.
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses
pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas.
Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara
keseluruhan. Pengatur jalannya diskusi adalah guru. Kedua, diskusi kelompok kecil.
Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok.
Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai
dari guru menyajikan masalah dengan beberapa submasalah. Setiap kelompok
memecahkan submasalah yang disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan
d.

laporan setiap kelompok.


Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat
seakan-akan.

Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian

pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang


konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode
mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara
langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh
simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan
untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga
untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa,
penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.
Metode simulasi bertujuan untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik bersifat
profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pemahaman tentang
suatu konsep atau prinsip, (3) melatih memecahkan masalah, (4) meningkatkan
keaktifan belajar, (5) memberikan motivasi belajar kepada siswa, (6) melatih siswa
untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok, (7) menumbuhkan daya kreatif
e.

siswa, dan (8) melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.


Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas
dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu
atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di
perpustakaan dan tempat lainnya.

22

Jenis-jenis tugas sangat banyak tergantung pada tujuan yang akan dicapai,
f.

seperti tugas meneliti, menyusun laporan, dan tugas di laboratorium..


Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi
dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru
menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara

g.

langsung antara guru.


Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung
pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok)

h.

tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (subsub kelompok).


Metode Percobaan (Experimental method)
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik
perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.
Syaiful Bahri Djamarah, (2000) Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang
menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar,
di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke
kelas dan dievaluasi oleh guru.
Penggunaan metode ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan
menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya
dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir
yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu

i.

yang sedang dipelajarinya.


Metode Problem Solving
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar
metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem
solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data
sampai kepada menarik kesimpulan.

j.

Metode Sistem Regu (Team Teaching)


Team Teaching pada dasarnya ialah metode mengajar dua orang guru atau lebih
bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru.
Sistem regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara

23

formal saja, tetapi dapat melibatkan orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan
keahlian yang dibutuhkan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan metode Team Teaching:
1) Harus ada program pelajaran yang disusun bersama oleh team tersebut, sehingga
betul-betul jelas dan terarah sesuai dengan tugas masing-masing dalam team
tersebut.
2) Membagi tugas tiap topik kepada guru tersebut, sehingga masalah bimbingan pada
siswa terarah dengan baik.
3) Harus dicegah jangan sampai terjadi jam bebas akibat ketidak hadiran seseorang
k.

guru anggota tim.


Metode Latihan (Drill)
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memeperoleh suatu
ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini
kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpiki, maka hendaknya
guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill.
1) Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis,
permainan, pembuatan, dan lain-lain.
2) Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus- rumus,
dan lain-lain.
3) Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta,
dan lain-lain.

l.

Metode Karyawisata (Field-Trip)


Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda
dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar
kelas dalam rangka belajar.
Contohnya mengajak siswa ke gedung pengadilan untuk mengetahui sistem
peradilan dan proses pengadilan, selama satu jam pelajaran. Jadi, karyawisatadi atas
tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang
lama. Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.

m.

n.

Metode Perancangan (project method)


Metode perancangan adalah suatu metode mengajar dimana pendidik harus
merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
Metode Pembelajaran Penemuan
Menurut Ruseffendi (1988) metode penemuan adalah metode mengajar yang
mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang
sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan: sebagian atau
seluruhnya ditemukan sendiri.
24

Ruseffendi juga menyatakan belajar penemuan itu penting, sebab matematika


adalah bahasa yang abstrak : konsep dan lain-lainnya itu akan lebih melekat bila
melalui penemuan dan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
2. Implementasi Metode dalam Pembelajaran
Untuk mencapai kompetensi dasar sains yang terdapat dalam KTSP kegiatan
pembelajaran sains di SMP/MTs lebih diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang
mendorong siswa belajar aktif baik secara fisik, mental, maupun sosial, dengan
penekanan pada pengalaman belajar dan memperhatikan fasilitas-fasilitas yang terdapat
di sekolah. Untuk itu, dapat digunakan variasi metode pembelajaran antara lain
Eksperimen, Demonstrasi, Diskusi, Ceramah/Tanya jawab, Karya wisata, dan Proyek.
a. Eksperimen
Dengan mempertimbangkan fasilitas alat/bahan yang tersedia di sekolah,
metode ini umumnya dilakukan di dalam ruang laboratorium sains secara
berkelompok antara 4-5 orang. Metode eksperimen dilengkapi dengan Lembar
Kegiatan Siswa (LKS). Ayo bereksperimen dalam buku Inspirasi Sains merupakan
contoh-contoh LKS. Metode ini sangat tepat untuk melatihkan sejumlah kemampuan
dan keterampilan, antara lain dalam:
- mengajukan hipotesis
- mengendalikan variabel
- merancang percobaan untuk menguji hipotesis
- menggunakan alat/bahan untuk melakukan percobaan
- mengamati objek dan perubahan-perubahan yang terjadi
- mencatat dan mengolah data hasil percobaan
- menerapkan konsep
- mengkomunikasikan perolehannya, secara lisan, tertulis, atau dengan perbuatan.
b. Demonstrasi
Metode ini dilakukan jika alat/bahan yang tersedia tidak cukup untuk
eksperimen kelompok, atau jika percobaan berbahaya bagi siswa. Dalam melakukan
metode ini, guru harus mengatur agar demonstrasi dapat diamati oleh seluruh siswa.
Jika demonstrasi dilakukan karena keterbatasan jumlah alat, sebaiknya percobaan
dilakukan oleh seorang atau sekelompok siswa. Siswa lain mengamati dan mencatat
hasil percobaan, kemudian menjawab pertanyaan berdasarkan data hasil percobaan.
Jadi, pada metode demonstrasi, tidak semua siswa berkesempatan mengembangkan
25

keterampilan menggunakan alat/bahan. Jika percobaan berbahaya bagi siswa,


demonstrasi dilakukan oleh guru. Sama seperti pada metode eksperimen, umumnya
demonstrasi juga dilengkapi dengan LKS.
c. Diskusi
Metode diskusi merupakan cara pemecahan masalah dengan melakukan
pembahasan dan musyawarah dalam kelompok-kelompok kecil (4-5 orang) untuk
mendapatkan keputusan bersama. Dalam metode ini terutama dikembangkan
kemampuan berkomunikasi yang meliputi kemampuan menyatakan pendapat dan
memahami serta menghormati pendapat orang lain. Pada metode ini, guru
memberikan masalah. Mula-mula siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk mendiskusikan pemecahan masalah itu. Kemudian setiap kelompok
melaporkan hasil diskusinya kepada seluruh kelas yang ditanggapi oleh kelompok
lain. Guru bertindak sebagai moderator dalam diskusi kelas.
d. Ceramah/Tanya Jawab
Metode ceramah dalam pembelajaran sains tidak berjalan satu arah, di mana
hanya guru yang aktif memberikan informasi dan siswa pasif sebagai pendengar.
Ceramah dalam sains umumnya menggunakan alat peraga, misalnya model rangka,
carta/gambar dinding penampang daun, diagram jaring-jaring makanan, grafik
pertumbuhan, data percobaan yang dilakukan oleh orang lain, slaid, atau OHP, dan
transparansi. Pada metode ini terjadi tanya jawab yang berjalan multi arah seperti
diagram berikut:

e. Karya wisata
Metode karya wisata bertujuan memahami penerapan konsep-konsep sains
dalam kehidupan nyata, dengan membawa siswa ke objek penelitian secara
langsung, misalnya mengamati ekosistem alami seperti laut/pantai, meninjau ke
pabrik/industri makanan/minuman kaleng, dan sebagainya. Karena metode karya
wisata dilakukan di luar sekolah, metode ini memerlukan waktu yang cukup lama
sehingga harus dilakukan sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang harus diprogramkan
26

dengan baik. Pada metode ini, guru dapat memberikan lembar tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa berdasarkan pengamatan di lapangan. Metode ini melatih
siswa melakukan pengamatan, wawancara dengan narasumber dan menyusun
laporan atau berkomunikasi secara lisan dan tertulis.
f. Proyek
Metode proyek dapat diberikan sebagai tugas akhir semester baik tugas
individual maupun tugas kelompok. Siswa diminta mengajukan proposal untuk
melakukan penelitian mengenai masalah-masalah sains terkini yang terdapat di
lingkungannya. Dalam proposal harus dicantumkan alasan mengapa siswa
melakukan penelitian tersebut, bagaimana siswa mengumpulkan dan mengolah
data/informasi, serta instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan dan mengolah
data/informasi. Metode ini melatih siswa melakukan penelitian serta mengkaitkan
antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (salingtemas).
D. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Instructional models is merely a set of strategy components; it is a complete
method with all of its parts (elementary components) described in detail. An instructional
models usually an integrated set of strategy component has betters (for desired
outcomes) than any other set under given conditions (Reigeluth, 1983;21). Model
pembelajaran adalah seperangkat lengkap komponen strategi, yang merupakan metode
lengkap dengan semua bagiannya yang dijelaskan secara rinci. Atau, model pembelajaran
adalah seperangkat lengkap komponen strategi yang dapat memberikan hasil lebih baik
di bawah kondisi tertentu.
Models of Teaching merupakan perencanaan yang dapat digunakan sebagai pola
face to face/saling berhadapan dalam pengajaran di kelas, atau pengaturan dalam tutorial
atau bentuk dari bahan-bahan instruksional. Termasuk buku-buku. Film, tapes, computer,
kurikulum . setiap models di desian untuk membantu siswa mendapatkan bermacammacam hasil.
Menurut Joyce, dkk, Models of teaching atau model pembelajaran adalah model
pelajaran, untuk membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai,
kemampuan berfikir, dan dapat mengaktualisasi diri, juga diajarkan kepada siswa
bagaimana belajar yang efektif dan sistematis sehingga kedepan dihasilkan siswa yang
dapat meningkatkan kemampuannya belajar lebih mudah dan efektif dalam keilmuan dan
keterampilan, karena mereka sudah memdapat proses pembelajaran yang tuntas. Models
of teaching are really models of learning. As we help students acquire information ,
27

ideas, skills, values, ways of thingking, and means of expressing themselves, we are olso
teaching them how to learn. In fact the most importand long term out come of instruction
may be the students increased capabilities to learn more easily, and effectively in the
future, both because of the knowledge and skill they have acquired and because they
have mastered learning process".
Berdasarkan pengertian tersebut, Joyce & Weil (1982) mendefinisikan model
pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Makna yang sama tentang definisi model pembelajaran dikemukakan oleh
Zainsyah, A.E., dkk. (1984) yaitu suatu rencana atau pola yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, mengatur pengajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di
kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.
Jadi keberadaan model pengajaran adalah berfungsi membantu siswa memperoleh
informasi, gagasan, keterampilan, nilai-nilai, cara berfikir, dan pengertian yang
diekspresiakan mereka. Karena itu posisi guru adalah mengajar siswa bagaimana cara
belajar . Untuk jangka panjang sebenarnya pembelajaran harus menciptakan iklim yang
memungkinkan siswa meningkatkan kemampuan pembelajaran yang lebih mudah dan
efektif pada masa depan. Sebab pengertian dan keterampilan diperoleh mereka dengan
baik apabila mereka sudah melakukan pembelajaran tuntus(mastering learning), Jadi
pembelajaran tuntas merupakan salah satu metode pembelajaran seperti halnya model
pembelajaran bersama (cooperative learning).
Model pembelajaran ini membutuhkan guru yang berpengalaman mengarahkan
siswanya, didukung oleh sumber pengetahuan yang memadai seperti buku,
perpustakaan ,internat sehingga dapat membuka wawasan siswa , memotivasi mereka
untuk mencari, menggali informasi, dan saling bekerja sama dengan temannya, sehingga
timbul kreatifitas yang dapat menambah pengetahuan dan keterampilannya dikemudian
hari dalam masyarakat
2. Komponen Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil, 1982), yaitu:
a. Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran,
b. Social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran,
c. Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang,
memperlakukan, dan merespon siswa,
28

d. Support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang
mendukung pembelajaran, dan
e. Instructional dan nurturant effectshasil belajar yang diperoleh langsung
berdasarkan tujuan yang ditetapkan (instructional effects) dan hasil belajar di luar
yang ditetapkan (nurturant effects).
3. Ciri Model Pembelajaran yang Baik
Adapun ciri-ciri model pembelajaran yang baik adalah:
a. Adanya keterlibatan intelektual emosional peserta didik melalui kegiatan
mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap
b. Adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan
model pembelajaran
c. Guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator dan motivator kegiatan
belajar peserta didik
d. Penggunaan berbagai metode, alat dan media pembelajaran
4. Fungsi dan Peran Model Pembelajaran
Seperti sudah kita ketahui bahwa model pembelajaran bermaksud menolong para
guru dalam proses belajar mengajar dan memegang peranan dalam beberapa hal yaitu:
a. Membimbing. Suatu model pembelajaran sangat berguna dalam menolong guru
menentukan apa yang harus dilakukannya dalam rangka pencapaian tujuan
pembelajaran.
b. Mengembangkan

kurikulum.

Suatu

model

pembelajaran

menolong

pengembangan kurikulum bagi kelas-kelas pada tingkat pendidikan yang berbeda.


c. Penentuan materi pelajaran.

Suatu model pembelajaran menyebutkan secara

mendetail macam-macam jenis materi pengajaran yang akan digunakan oleh guru
demi terjadinya perubahan-perubahan pada kepribadian para siswa.
d. Peningkatan dalam mengajar. Suatu model menolong proses belajar mengajar
dalam hal peningkatan efektifitas mengajar.
5. Efektifitas dalam Pemilihan Model Pembelajaran
Tidak ada model pembelajaran yang paling efektif untuk semua mata pelajaran
atau untuk semua materi. Dalam pemilihan model pembelajaran untuk diterapkan
guru di dalam kelas mempertimbangkan beberapa hal:
1. Tujuan pembelajaran
2. Sifat materi pelajaran
29

3. Ketersediaan fasilitas
4. Kondisi peserta didik
5. Alokasi waktu yang tersedia
6.

Teori Model Pembelajaran


Ada banyak terdapat macam-macam model pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran. Yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran. Joyce dalam Abdul (2013: 14) menyatakan bahwa Setiap model
pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Jadi, model pembelajaran
dapat didefenisikan sebagai desain pembelajaran yang dapat membantu guru dalam
membelajarkan siswanya untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara maksimal.
Joyce dan Weil (2009: 31) mengetengahkan 4 kelompok model pembelajaran,
yaitu :
a. Model Proses Informasi
Model pembelajaran ini menekankan peserta didik agar memilih
kemampuan untuk memproses informasi sehingga peserta didik yang berhasil
dalam belajar adalah yang memiliki kemampuan dalam memperoleh informasi.
Menurut Ratna (2011: 27) Model pemrosesan informasi dapat digambarkan
sebagai kumpulan kotak yang dihubungkan dengan garis-garis. Kotak-kotak itu
menggambarkan

fungsi-fungsi

atau

keadaan

istem,

dan

garis-garis

menggambarkan transformasi yang terjadi dari satu keadaan ke keadaan yang


lain.
Dalam rumpun model pembelajaran ini terdapat 7 model pembelajaran,
yaitu:
1) Pencapaian konsep (concept attainment), bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir induktif, mengembangkan konsep, dan kemampuan
analisis.
2) Berpikir induktif (inductive thinking), yaitu untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan membentuk teori.
3) Latihan penelitian (inquiry training), yaitu untuk mencari dan menemukan
informasi yang memang diperlukan.
4) Pemandu awal (advance organizer), menurut Ausubel dalam Ratna (2011:
100) Pengatur awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka
30

pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang


berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan
pengetahuan baru. Jadi, pengatur awal dapat dijadikan sebagai titik tolak
dalam mengkomunikasikan informasi baru dalam kegiatan pembelajaran.
5) Memorisasi (memorization), untuk meningkatkan kemampuan mengingat.
6) Pengembangan
intelek
(developing
intelect),
bertujuan
untuk
mengembangakn intelegensi umun, terutama berpikir logis, aspek sosial dan
moral.
7) Penelitian ilmiah (scientic inquiry), bertujuan untuk mengajarkan sistem
penelitian dalam disiplin ilmu, dan diharapkan akan memperoleh pengalaman
dalam domain-domain disiplin ilmu lainnya.
Tabel 1. Rumpun Model Pemprosesan Informasi
No

Model
Model

Tokoh
berpikir

induktif

Model

latihan

inkuiri

Tujuan
Dirancang untuk pengembangan

Hilda Taba

proses

mental

induktif

penalaran

akademik/

pembetukan teori
Pemecahan masalah
Richard Suchman

terutama

dan

melalui

sosial,

penemuan

sosial dan penalaran logis.


Dirancang untuk mengajar
sistem penelitian dari suatu
disiplin, tetapi juga diharapkan
untuk mempunyai efek dalam

Inkuiri Ilmiah

Joseph.J. Schwab

kawasan-kawasan lain (metodemetode

sosial

diajarkan

mungkin

dalam

meningkatkan

upaya

pemahaman

sosial dan pemecahan masalah


sosial).
Dirancang

terutama

mengembangkan
4

Penemuan konsep

Jerome Bruner

induktif,
perkembangan
konsep.

31

untuk

penalaran

juga
dan

untuk
analisis

Dirancang untuk memengaruhi


Jean Piaget
Irving Sigel
Edmund Sullvan
Lawrence Kohlberg

Pertumbuhan

Kognitif

siswa agar menemukan nilainilai pribadi dan sosial. Perilaku


dan nilai-nilainya diharapkan
anak

menjadi

sumber

bagi

penemuan berikutnya.
Dirancang untuk meningkatkan
Model

Lanjutan

Penata

efisiensi
David Ausubel

menyerap

Harry Lorayne
Jerry Lucas
Sumber : (Rusman, 2012: 141-142)
7

pemrosesan

Memori

kemampuan
informasi
dan

untuk

mengaitkan

bidang-bidang pengetahuan.
Dirancang untuk meningkatkan
kemampuan meningkat

b. Model Personal
Model pembelajaran ini lebih memusatkan perhatian pada pandangan
perseorangan dan berusaha menggalakan kemandirian yang produktif sehingga
manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggungjawab atas tujuannya.
Dalam rumpun model personal ini terdapat 4 model pembelajaran, yaitu;
1) Pengajaran tanpa arahan (non directive teaching), bertujuan untuk membentuk
kemampuan dan perkembangan pribadi (kesadaran diri, pemahaman, dan
konsep diri).
2) Model sinetik (synectics model), untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan
memecahkan masalah secara kreatif.
3) Latihan kesadaran (awareness training), bertujuan meningkatkan kemampuan
interpersonal atau kepedulian siswa.
4) Pertemuan kelas (classroom meeting), perkembangan pemahaman diri dan
tanggungjawab kepada diri sendiri dan kelompok sosial.
Tabel 2. Rumpun Model Personal
No
1

Model
Pengajaran

Tokoh
non- Carl Rogers

Direktif

Tujuan
Penekanan pada pembentukan
kemampuan

untuk

perkembangan pribadi dalam


arti kesadaran diri, pemahaman
diri, kemandirian, dan konsep
32

diri.
Meningkatkan

kemampuan

seseorang untuk eksplorasi diri


2

Latihan
Kesadaran

Firtz Perls
Willian Schultz

dan kesadaran diri. Banyak


menekankan

pada

perkembangan kesadaran dan


pemahaman antar pribadi.
Perkembangan pribadi dalam
3

Sinektik

Sistem-sistem
konseptual

Pertemuan Kelas

William Gordon

kreativtas

dan

pemecahan

masalah kreatif.
Dirancang untuk meningkatkan
David Hunt

kekompleksan dan keluwesan


pribadi.
Perkembangan pemahaman diri

William Glasser

dan tanggungjawab kepada diri


sendiri dan kelompok sosial.

Sumber : (Rusman, 2012: 143)


c. Model Interaksi Sosial
Model pembelajaran ini menitikberatkan pada pengembangan kemampuan
kerjasama dari peserta didik dengan mengembangkan sikap demokratis, artinya
sesama mereka mampu saling menghargai, meskipun mereka memiliki
perbedaan. Dalam rumpun model interaksi sosial ini terdapat 5 model
pembelajaran, yaitu;
1) Investigasi kelompok (group investigation), bertujuan mengembangkan
keterampilan berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara
mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery skills dalam bidang
akademik.
2) Bermain peran (role playing), bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik menemukan niai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.
3) Penelitian yurisprudensial (jurisprudential inquiry), dirancang terutama untuk
mengajarkan kerangka acuan yurisprudensial sebagai cara berpikir dan
penyelesaian isu-isu sosial.
4) Latihan laboratoris (laboratory training), perkembangan keterampilan
antarpribadi dan kelompok melalui kesadaran dan keluwesan pribadi.

33

5) Penelitian ilmu sosial. Dirancang untuk membantu siswa mengalami


bermacam-macam proses dan kenyataan sosial, dan untuk menguji reaksi
mereka, serta untuk memperoleh konep keterampilan pembuatan keputusan.

Tabel 3. Rumpun Model Interaksi Sosial


No

Model

Tokoh

Tujuan
Perkembangan

keterampilan

untuk partisipasi dalam proses


sosial

demokratis

melalui

penekanan yang dikombinasikan


1

Penentuan

Herbert

Telen

Kelompok

John Dewey

&

pada keterampilan-keterampilan
antarpribadi

(kelompok)

dan

keterampilan-keterampilan
penentuan

akademik.

perkembangan

Aspek
pribadi

merupakan hal yang penting

Inkuiri Sosial

Metode
Laboratori

Jurisprudensial

Bermain Peran

Byron Massialas &


Benjamin Cox
Bethel
(National

Maine
Taching

Library)

Donal

Oliver

James P.Shaver

&

dalam model ini.


Pemecahan masalah
terutama

melalui

sosial,

penemuan

sosial dan penalaran logis.


Perkembangan
keterampilan
antarpribadi
melalui

dan

kelompok

kesadaran

dan

keluwesan pribadi.
Dirancang
terutama

untuk

mengajarkan kerangka acuan


yurisprudensial

sebagai

cara

berpikir dan penyelesaian isu-

isu sosial.
Faiinnie Shatel & Dirancang untuk memengaruhi
George Fhatel

siswa agar menemukan nilainilai pribadi dan sosial. Perilaku


dan nilai-nilainya diharapkan
anak

34

menjadi

sumber

bagi

penemuan berikutnya.
Dirancang untuk membantu
siswa mengalami bermacammacam proses dan kenyataan
6

Simulasi Sosial

Sarene Bookock &

sosial, dan untuk menguji reaksi

Harold Guetzkov

mereka,

serta

untuk

memperoleh

konep

keterampilan

pembuatan

keputusan.
Sumber : (Rusman, 2012: 138)

d. Model Sistem Perilaku


Model ini menekankan bahwa tugas-tugas yang harus diberikan dalam suatu
rangkaian kecil, berurutan, dan mengandung perilaku tertentu. Dalam rumpun
model sistem perilaku ini terdapat 5 model pembelajaran, yaitu;
1) Belajar tuntas (mastery learning);
2) Pembelajaran langsung (direct instruction);
3) Belajar kontrol diri (learning self control);
4) Latihan pengembangan keterampilan dan konsep (training for skill and
concept development);
5) Latihan assertif (assertive training).
Tabel 4. Rumpun Model Modifikasi Tingkah Laku (Behavioral)
No

Model
Manajemen
Kontingensi
Kontrol Diri

Relaksasi (santai)

Rimm &
Wolpe

Masters

Pengurangan
Ketegangan

Rimm &
Wolpe

Masters

Latihan
Asertif Wolpe,
Desensiatsi
Salter

Tokoh
B. F Skinner
B.F. Skinner

Gagne,
Smith
Sumber : (Rusman, 2012: 144)
Latihan Langsung

35

Lazarus,
Smith

&

Tujuan
Faktafakta,
konsep,
keterampilan
Perilaku/ keterampilan sosial
Tujuan-tujuan
pribadi
(mengurangi ketegangan dan
kecemasan)
Mengalihkan kesantaian kepada
kecemasan dalam situasi sosial
Ekspresi
perasaan
secara
langsung dan spontan dalam
situasi sosial
Pola-pola
perilaku,
keterampilan

BAB III
PEMBAHASAN
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke
dalam strategi pembelajaran. Adapun ciri-ciri pendekatan pembelajaran yang baik, yaitu
Sesuai dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran,
Tidak kaku, Lugas dan Terencana.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Keberadaan model pengajaran adalah berfungsi membantu siswa memperoleh
informasi, gagasan, keterampilan, nilai-nilai, cara berfikir, dan pengertian yang
diekspresiakan mereka. Karena itu posisi guru adalah mengajar siswa bagaimana cara
belajar . Untuk jangka panjang sebenarnya pembelajaran harus menciptakan iklim yang
memungkinkan siswa meningkatkan kemampuan pembelajaran yang lebih mudah dan
efektif pada masa depan. Sebab pengertian dan keterampilan diperoleh mereka dengan
baik apabila mereka sudah melakukan pembelajaran tuntus(mastering learning),
Model pembelajaran memiliki lima unsur dasar, yaitu (a) Syntax, yaitu langkahlangkah operasional pembelajaran, (b) Social system, adalah suasana dan norma yang
berlaku dalam pembelajaran, (c) Principles of reaction, menggambarkan bagaimana
seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (d) Support system,
segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan
(e) Instructional dan nurturant effectshasil belajar yang diperoleh langsung
berdasarkan tujuan yang ditetapkan (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang
ditetapkan (nurturant effects).
Adapun ciri-ciri model pembelajaran yang baik adalah (a) Adanya keterlibatan
intelektual emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat,
dan pembentukan sikap, (b) Adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif
selama pelaksanaan model pembelajaran, (c) Guru bertindak sebagai fasilitator,
koordinator, mediator dan motivator kegiatan belajar peserta didik, (d) Penggunaan
berbagai metode, alat dan media pembelajaran.
Model pembelajaran bermaksud menolong para guru dalam proses belajar
mengajar dan memegang peranan dalam beberapa hal, yaitu (a) Membimbing. Suatu
36

model pembelajaran sangat berguna dalam menolong guru menentukan apa yang harus
dilakukannya dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran, (b) Mengembangkan
kurikulum. Suatu model pembelajaran menolong pengembangan kurikulum bagi kelaskelas pada tingkat pendidikan yang berbeda, (c) Penentuan materi pelajaran. Suatu
model pembelajaran menyebutkan secara mendetail macam-macam jenis materi
pengajaran yang akan digunakan oleh guru demi terjadinya perubahan-perubahan pada
kepribadian para siswa, (d) Peningkatan dalam mengajar. Suatu model menolong proses
belajar mengajar dalam hal peningkatan efektifitas mengajar.
Dalam pemilihan model pembelajaran untuk diterapkan guru di dalam kelas
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
ketersediaan fasilitas, kondisi peserta didik, dan lokasi waktu yang tersedia.
Adapun Kedudukan Pendekatan, Metode, dan Model Dalam Hirarki Pembelajaran:

Berdasarkan hirarki tersebut terlihat bahwa model pembelajaran merupakan kerangka


konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran.
37

2. Ada beberapa macam pendekatan pebelajaran yang kita gunakan dalam kegiatan
pembelajaran : pendekatan inkuiri, pendekatan konseptual, pendekatan kontruktivsme,
pendekatan induktif, pendekatan deduktif, pendekatan berbasis masalah, dan
pendekatan belajar tuntas.
3. Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pendekatan pembelajaran
yang efektif adalah dengan mempertimbangkan aspek-aspek berikut ini: Identifikasi
tujuan, Analisis tujuan, Penetapan tujuan, Spesifikasi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap, Identifikasi kebutuhan pendidikan dan latihan, Evaluasi, Organisasi sumbersumber belajar.
4. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang didisain berisi prosedur
dan pengorganisasian kegiatan pembelajaran sehingga terjadi perubahan atau
perkembangan pada siswa.
6. Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan model pembelajaran yang
efektif adalah dengan mempertimbangkan aspek-aspek berikut; tujuan pembelajaran,
sifat materi pelajaran ketersediaan fasilitas, kondisi peserta didik dan alokasi waktu
yang tersedia.

B. Saran
Dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran di kelas, guru harus mengunakan
pendekatan, metode, dan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Hal ini betujuan agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan
berkesan bagi siswa. Siswa akan meraakan bahwa belajar itu adalah salah satu kebutuhan
pokok dari hidupnya. Dengan demikian, peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
dengan mudah dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, S. 2008. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/ 02/02/teori-teori-belajar (diakses pada
tanggal 10 Oktober 2015).
Bruce Joyce, Masha Weil , with Beverly Shower, Models of teaching, 4 th edition, Allyn and
Bacon. USA.

38

Depdiknas. 2003. Pendekatan Konteksual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta:


Depdiknas.
Joice,B. ,Weil, M., & Calhoun, E. (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Kasihani. 2008. Model Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang.
Muhibbin, Syah. 1995. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja
Rosda Karya.
Ratna Wilis Dahar. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi
Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan,
danImplementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana
Warsono & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif. Bandung: Rosda.
Wina, Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group. Hal:147-162.

39

Anda mungkin juga menyukai