Anda di halaman 1dari 19

PRINSIP PERBEDAAN INDIVIDUAL DALAM PEMBELAJARAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Teori Belajar dan Pembelajaran yang diampu oleh Dr. Deni Kurniawan, M.Pd.

Disusun oleh;
Ahmad Fauzi Mulyana 2002168
Handrianita A.M. 2002078

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
PRAKATA

Pembelajaran merupakan sebuah proses menuju tercapainya tujuan pendidikan. Proses


pembelajaran sangat menentukan akan dibawa ke mana peserta didik. Berbagai macam model
pembelajaran pun dilaksanakan untuk meraih tujuan yang ideal karena proses pembelajaran
merupakan bagian yang integral dari pendidikan. Dalam konteksnya dengan prinsip-prinsip
belajar dan pembelajaran yang diintegrasikan ke dalam pendidikan, beberapa prinsip-prinsip
belajar dan pembelajaran yang dipelajari melalui mata kuliah Teori Belajar dan
Pembelajaran ini antara lain Prinsip perhatian dan motivasi, prinsip keaktifan, prinsip
keterlibatan, prinsip pengulangan, prinsip tantangan, prinsip balikan dan penguatan, serta
prinsip perbedaan individual dalam pembelajaran.
Dalam makalah ini, khusus membahas prinsip perbedaan individual dalam
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru tidak cukup hanya dengan menyampaikan
materi pelajaran saja atau yang biasa disebut dengan transfer ilmu. Dalam pembelajaran
terdapat beberapa aspek penilaian yang harus dilakukan guru terhadap siswanya yaitu: aspek
kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Oleh karena itu, demi terwujudnya tujuan
belajar dengan hasil yang optimal, maka guru perlu mengenal karakteristik masing-masing
peserta didik.
Terima kasih kepada dosen Bapak Dr. Deni Kurniawan, M.Pd yang memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyusun materi ini. Kami menyadari ada banyak
kekurangan di dalamnya. Meskipun demikian, kami berharap semoga makalah yang ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

PRAKATA.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. Prinsip Perbedaan Individual.....................................................................................5
B. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individual...................................................6
C. Cara Mengatasi Perbedaan Individual dalam Pembelajaran.....................................6
D. Implikasi Perbedaan Individual dalam Pembelajaran...............................................8
E. Program-Program Pembelajaran Individual............................................................11
BAB III KESIMPULAN.........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan secara
umum disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor bawaan dan faktor lingkungan. Faktor
bawaan merupakan faktor biologis yang diturunkan melalui pewaris genetik oleh orang
tua. Faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya perbedaan individual diantaranya
status sosial ekonomi orang tua, budaya, dan urutan kelahiran.
Kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu menunjukan kedudukan
seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat
yang berkaitan dengan orang perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda
dengan yang yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan
individual. Maka “perbedaan” dalam “perbedaan individu” menurut Landgren (1980)
dalam Turhusna et al. (2020) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek
fisik maupun psikologis. Di lingkungan pendidikan, ditemukan perbedaan individual
anak didik cukup banyak, yang semuanya merupakan ciri kepribadian anak didik
sebagai individu. Suharsimi Arikunto (1986) dalam Turhusna et al. (2020) melihat
kepribadian anak didik itu mencakup aspek jasmani, agama, intelektual, sosial, etika,
dan estetika.

B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran yang
diampu oleh Bapak Dr. Deni Kurniawan, M.Pd.,
2. Memberikan penjelasan mengenai prinsip perbedaan individual dalam
Pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Perbedaan Individual


Garry (1963) dalam dalam Sunarto dan Hartono (2008:10) juga mengkatagorikan
perbedaan individual ke dalam bidang-bidang sebagai berikut: 1) Perbedaan fisik: usia,
tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan
bertindak; 2) Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga,
dan suku; 3) Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap; 4)
Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar; dan 5) Perbedaan kecakapan atau
kepandaian di sekolah.
Di sisi lain, menurut pendapat Lindgren dalam Subini (2012: 26-27) menyatakan
bahwa jenis-jenis perbedaan individual yang terdapat pada diri individu dapat
dibedakan sebagai berikut: 1) Perbedaan Latar Belakang; 2) Perbedaan Kognitif; 3)
Perbedaan Kecakapan Bahasa; 4) Perbedaan Kecakapan Motorik; 5) Perbedaan Bakat;
6) Perbedaan Kesiapan Belajar. Perbedaan individual membawa implikasi imperatif
terhadap setiap layanan pendidikan untuk memperhatikan karakteristik peserta didik
yang unik dan bervariasi. Perbedaan individual dalam berbagai karakteristik oleh Asrori
(2009) dijabarkan sebagai berikut:
1) Karakteristik aspek fisik, misalnya ada yang cepat tingi, tetapi ada pula yang
lambat;
2) karakteristik intelek, misalnya ada yang cerdas, tetapi ada pula yang tidak cerdas;
3) karakteristik emosional, misalnya ad ayang mudah marah, tetapi ada pula yang
penyabar;
4) karakteristik sosial, misalnya ada yang mudah bergaul, tetapi ada pula yang sulit
bergaul;
5) karakteristik bahasa, misalnya, ada yang lancar berbahasa, tetapi ada pula yang
mudah gugup;
6) karakteristik bakat, misalnya da yang begitu cepat belajar menyanyi sejak kecil,
tetapi ada pula yang sulit belajar bernyanyi mesikupun telah berulang-ulang
berlatih;
7) karakteristik nilai, moral, dan sikap, misalnya ada anak yang taat terhadap tata
tertib sekolah, tetapi ada pula yang mudah melanggar.

B. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individual


Setiap individu pasti memiliki perbedaan yang unik. Perbedaan inilah yang
nantinya akan membedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya sehingga
dapat dijadikan sebagai ciri khas yang dapat membedakan individu tersebut. Akan
tetapi, pada dasarnya perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi adanya perbedaan individual yang terdapat pada setiap individu.
Menurut Oemar Hamalik (2011:181), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jenis-
jenis perbedaan individual adalah (1) Kecerdasan (Inteligence); (2) Bakat (Aptitude);
(3) Keadaan Jasmaniah (Physical Fitness); (4) Penyesuaian Sosial dan Emosional
(Social And Emotional Adjusment); (5) Latar Belakang Keluarga (Family
Background).

C. Cara Mengatasi Perbedaan Individual dalam Pembelajaran


Untuk mengatasi perbedaan individu yang terjadi di dalam kelas, guru melakukan
metode penanggulangan dengan beberapa cara. Di antaranya adalah: memberikan
bimbingan konseling kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk mencari tahu
permasalahan yang mungkin akan mampu diselesaikan demi kelancaran dalam proses
pembelajaran. Selanjutnya, guru memodifikasi berbagai jenis metode mengajar.
Memvariasikan metode belajar memungkinkan siswa yang berbeda gaya belajarnya
dapat memperoleh tujuan pembelajaran sesuai dengan yang ditentukan.
Menurut Conny Semiawan (1984) dalam Asrori (2009) penciptaan kondisi
lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kemampuan intelektual anak yang di
dalamnya menyangkut keamanan psikologis dan kebebasan psikologis merupakan
faktor yang amat penting. Kondisi psikologis yang perlu diciptakan agar peserta didik
merasa aman secara psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan
kognitifnya adalah:
1. Pendidik menerima peserta didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat
(unconditional positive regard).
2. Pendidik menciptakan suasana agar peserta didik tidak terlalu merasa dinilai oleh
orang lain. Telalu memberikan penilaian terhadap peserta didik dapat dirasakan
sebagai ancaman sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri.
3. Pendidik harus bisa berempati. Memahami pemikiran, perasaan, dan perilaku
peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi peserta didik, serta melihat
sesuatu dari sudut pandang mereka,
4. Penting bagi pendidik untuk mengetahui ciri-ciri dari setiap tahap perkembangan
kognitif peserta didik sehingga dapat mengambil keputusan tindakan edukatif
yang tepat sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang benar-benar
memahami pengalaman belajar yang diterima.
5. Model pembelajaran yang aktif adalah tidak menunggu sampai peserta didik siap
sendiri, tetapi guru menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga
dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi
edukatif sehingga mendorong percepatan perkembangan kognitifnya.
Menurut Eggen dan Kauchak (1997) dalam Khodijah (2014), strategi yang
dapat digunakan guru untuk mengakomodasi perbedaan yang dapat
diimplementasikan dalam pembelajaran:
1. Mempelajari pola-pola interaksi peserta didik. Guru perlu mempelajari budaya
siswa. Ketika berinteraksi dengan peserta didik guru harus mendengar dari
budaya yang berbeda-beda untuk memahami bagaimana mereka berinteraksi
dengan teman sebaya dan orang dewasa lainnya.
2. Merencanakan keterlibatan dan kesuksesan peserta didik, (a) menggunakan
representasi isi pelajaran berkualitas tinggi sebagai point penting untuk
didiskusikan; (b) menggunakan pertanyaan terbuka untuk memancing
keterlibatan siswa.
3. Dalam strategi pengelompokkan kemampuan, guru menempatkan atau
mengelompokkan peserta didik sesuai dengan tingkat kemampuan yang sama.

D. Implikasi Perbedaan Individual dalam Pembelajaran


Setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Adanya
perbedaan ini seharusnya membuat setiap peserta didik menyadari bahwa dirinya
berbeda dengan teman-nya, hal ini akan membantu diri peserta didik dalam
menentukan cara belajarnya sendiri. Sebagai implikasi dari prinsip perbedaan
individual bagi peserta didik adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun
jadwal belajar dan sebagainya (Saefudin, 2008).
Guru menghadapi peserta didik secara klasikal dalam kelas tentunya harus
mempertimbangkan latar belakang atau karakteristik masing-masing peserta didik.
Jadi, guru harus dapat melayani peserta didiknya sesuai karakteristik mereka orang
per orang. Sistem pembelajran klasikal kurang memperhatikan masalah perbedaan
imdividual, umumnya pembelajaran di kelas melihat siswa sebagai individu dengan
kemampan rata-rata, kebiasaan kurang lebih sama, demikian pula pengetahuannya.
Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual menurut Rusman
(2017) dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:
1. Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi.
2. Penggunaan metode instruksional.
3. Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan bagi siswa pandai dan
memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang.
4. Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan
kemampuan siswa.
Wahidah (2019) menuliskan beberapa pengaturan dan pelayanan yang dapat
dilakukan oleh kepala sekolah dan guru-guru dalam kelas untuk pengembangan
pembelajaran individual (Individualized Instruction) tanpa melupakan peranan yang
seharusnya dilakukan oleh pembuat kebijaksanaan tingkat lokal atau pusat. Ini
dimaksudkan agar kepala sekolah atau guru-guru dalam kelas terdorong untuk lebih
berusaha dalam batas kewenangannya mengadakan pelayanan kepada peserta didik
sesuai dengan perbedaan individualnya, di antaranya:
1. Pengaturan atau pelayanan sekolah.
Pelayanan sekolah ini meliputi penyediaan perpustakaan, program khusus dan
alat pengajaran yang memadai. Untuk mengembangkan pengaturan atau
pelayanan sebagai berikut:
a) Perpustakaan yang memadai untuk studi individual. Untuk
mengembangkan Individualized Instruction maka perlu sekali tersedianya
fasilitas perpustakaan yang cukup, yang memberi kemungkinan setiap
anak dapat belajar secara individual. Dalam program belajar mandiri
(Independent Study) atau aktivitas program pengayaan bagi anak cepat.
Perpustakaan merupakan tempat dan fasilitas penting, tanpa ada
perpustakaan yang memadai maka sangat sulit untuk dapat melaksanakan
program Independent Study atau pengayaan itu.
b) Penyediaan alat pengajaran dan program pelayanan yang memberi
fasilitas Individualized Instruction, meliputi; Laboratorium atau workshop
yang memadai. Jadwal pelajaran yang fleksibel, yang memungkinkan
beberapa murid tingkat II misalnya mengikuti pelajaran tingkat III dalam
mata pelajaran tertentu. Pengembangan program Independent Study.
Pengembangan program penyuluhan dan bimbingan. Pengembangan
team-teaching.
2. Pengaturan atau pelayanan dalam kelas.
Kebijakan ini dapat dilakukan oleh guru. Beberapa usaha yang dapat dilakukan
oleh guru dalam kelas adalah meliputi: program perbaikan (Remidial),
program pengayaan (Enrichment), program percepatan (Acceleration),
Achievement Grouping, Independent Study, dan mengembangkan program
individual.
1) Bagi anak lambat, program yang dapat dikembangkan adalah program
Remidial (perbaikan). Program Remidial adalah pemberian layanan
pendidikan kepada siswa yang mengalami kesulitan atau hambatan
dengan memberikan pelajaran atau tugas tambahan secara individual
sehingga mereka dapat mengikuti pembelajaran secara klasikal dan
menyelesaikan program sesuai dengan waktu yang ditentukan serta
mencapai hasil belajar secara optimal.
2) Bagi anak sedang, program yang dapat dikembangkan, yaitu Enrichment
(Pengayaan). Program pengayaan ialah pemberian program tambahan bagi
anak sedang untuk pedalaman, perluasan bahan yang telah dikuasai atau
lebih jauh untuk pengembangan kemampuan analisis, pemecahan masalah
atau penerapan ilmu yang telah mereka kuasai. Ini berarti bahwa tujuan
program pengayaan tidak hanya bersifat penambahanbahan pelajaran saja,
akan tetapi lebih jauh mengembangkan kemampuan anak untuk
melakukan analisis, pemecahan masalah, atau menggunakan ilmu dalam
kehidupan sehari-hari. Bentuk program pengayaan bermacam-macam
seperti mempelajari bahan diatasnya, diselenggarakan kelas khusus untuk
pengayaan, penambahan pelajaran melalui mencari bahan di surat kabar,
artikel-artikel, melakukan percobaan, penelitian, dan lain-lain.
3) Bagi anak cepat, program yang dikembangkan yaitu acceleration
(percepatan). Program percepatan adalah pemberian pelayanan pendidikan
sesuai potensi kecerdasan dan bakal istimewa yang dimiliki siswa, dengan
memberi kesempatan kepada mereka untuk dapat menyelesaikan program
dalam jangka waktu yang lebih singkat dibanding teman-temannya.
4) Pengelompokan anak atas prestasi belajarnya (achievement grouping).
Ada dua macam pengelompokan, yaitu homogen (pengelompokan
menjadi satu anak-anak yang sama prestasi belajarnya), dan
pengelompokan heterogen (setiap kelompok justru dari anak-anak yang
berbeda prestasi belajarnya).
5) Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar mandiri (Independent
Study). Guru dalam kelas seharusnya memberi kesempatan dan melatih
anak untuk dapat belajar sendiri. Belajar di perpustakaan atau di
laboratorium merupakan aktivitas penting untuk Independent Study.
6) Mengembangkan Program pembelajaran Individu.
Guru dalam kelas dapat mencoba mengembangkan program paket untuk
program mini seperti menyediakan modul modul tertentu yang bermanfaat
bagi pengembangan individu. Pembelajaran individu berorientasi pada
individu dan pengembangan diri. Fokusnya adalah pada proses di mana
individu membangun dan mengorganisasikan dirinya secara realitas yang
bersifat unik satu sama lainnya. Hal ini memungkinkan setiap siswa dapat
belajar sesuai dengan kemampuan potensinya, juga memungkinkan setiap
siswa menguasai seluruh bahan pelajaran secara penuh atau disebut juga
dengan “mastery learning“ atau belajar tuntas. Strategi pengajaran yang
menganut konsep belajar tuntas, sangat mementingkan perhatian terhadap
perbedaan individual. Atas dasar ini sistem penyampaian pengajaran
dilakukan dengan mengarah kepada siswa belajar secara individual.

E. Program-Program Pembelajaran Individual


Terdapat beberapa program pembelajaran yang telah dirancang untuk memenuhi
kebutuhan masing-masing individu yang berbeda-beda. Di antara beberapa program
tersebut antara lain pengajaran terprogram, belajar dengan bantuan komputer,
pengajaran modul, sistem kontrak, dan sistem Keller (Nasution, 2005).

1. Pengajaran Terprogram
Program ini diciptakan oleh Skinner dan kemudian dimodifikasi oleh
Crowder. Pengajaran terprogram ialah pengajaran tertulis terdiri atas langkah-langkah
berdasarkan analisis keseluruhan bahan yang akan disampaikan, yaitu tujuan belajar
untuk memperoleh bentuk perilaku yang diinginkan yang dapat dipelajari sendiri,
kapan saja dan sesuai dengan kecepatannya berdasarkan langkah – langkah itu. Tiap
langkah dituangkan dalam bentuk “frame” atau bingkai berisi suatu pertanyaan yang
harus dijawab oleh pelajar. Terdapat dua macam pembelajaran terprogram, yaitu:
a. Program linier (Skinner), yang mengharuskan siswa melalui semua langkah
dari awal sampai akhir.
b. Program bercabang (Crowder), yang memberi kemungkinan kepada siswa
untuk melampaui bagian-bagian yang telah dikuasainya dan membimbing
mereka yang mengalami kesukaran tertentu untuk melakukan latihan tertentu.
Langkah – langkah pengajaran terprogram antara lain:
1) Mengkaji dan menyusun indikator.
2) Menentukan jenis diagram pengajaran.
3) Menggambar diagram yang telah ditentukan.
4) Menuangkan materi dalam sekatan – sekatan dan disertai dengan cara
Kelebihan dan kekurangan pengajaran terprogram.

Kelebihan Kekurangan
 Mendorong siswa belajar aktif.  Lebih menjurus pada pembentukan
 Mendorong siswa berpikir kritis. manusia mesin
 Memperoleh penguatan jawaban  Kesempatan bekerja dalam
secara langsung kelompok antar siswa lebih kecil
 Terjadi kebosanan, apalagi bila
tidak menarik
 Siswa terus menerus belajar sendiri
monoton dengan tanya jawab.

2. Pengajaran dengan Bantuan Komputer (Computer Assisted Instructions)


Dalam kaitannya membantu pembelajaran, komputer dapat dimanfaatkan dalam
berbagai hal, yakni dengan penemuan dan pemanfaatan mesin mengajar (teaching
machine) untuk menerapkan pengajaran berprogram pada 1950-1060-an hingga
kemudian kemajuan bidang teknik komputer mampu menerjemahkan aplikasi ke
dalam program CAL (Computer Assisted Learning), CBL (Computer Based
Learning), CAI (Computer Assisted Instruction), CBT (Computer Based Training),
dan sebagainya. Semua program tersebut bertujuan sebagai bantuan dalam
pembelajaran. Secara umum potensi komputer dalam bidang pendidikan melalui 3
(tiga) perspekif, yaitu:
1) Komputer sebagai subjek
Dalam pengajaran dan pembelajaran, pelajar boleh diberikan pengetahuan tentang
teknologi komputer itu sendiri. Ini merupakan langkah pertama yang harus
dipelajari sebelum seseorang itu dapat memahami dan menggunakan komputer
secara baik. Inilah yang dinalamakan sebagai Literasi Komputer (melek
komputer). Pengetahuan tentang literasi komputer adalah sangat perlu untuk
memberdayakan seseorang berperan dengan baik dengan perkembangan
teknologi informasi.
2) Komputer sebagai alat
Aktifitas yang paling menarik untuk memanfaatkan kecanggihan komputer adalah
dengan menggunakan komputer sebagai alat untuk membantu pekerjaan kita
sehari-hari.
3) Komputer sebagai tenaga pengajar
Perspektif pekerja adalah komputer sebagai tenaga pengajar/buruh sebagaimana
guru dalam kelas. Pengajaran ini dapat terjadi dalam bentuk pengujian bahan
kuliah, tanya jawab dengan pelajar dalam bentuk dialog, memeriksa jawaban
ujian, mengulang bahan pengajaran dan sebagainya. Satu kelebihan sistem
komputer yang berfungsi sebagai guru adalah proses pengajaran dan
pembelajaran dapat berlangsung secara individu. Bahkan di tingkat yang lebih
ekstrim, komputer dapat diprogram dengan memasukkan ciri kepintaran di
dalamnya. Dengan cara ini, komputer tersebut bukan saja dapat bertindak sebagai
guru tetapi juga berupaya menambah ilmu pengetahuannya ketika komputer
berinteraksi dengan pelajar.
Pengajaran Berbantuan Komputer (PBK) adalah aplikasi komputer sebagai
bagian integral dalam system pembelajaran terhadap proses belajar dan mengajar yang
bertujuan membantu siswa dalam belajar, bisa melalui pola intereaksi dua arah yaitu
melalui terminal komputer maupun multi-arah yang diperluas melalui jaringan
komputer (baik lokal maupun global) dan juga diperluas fungsinya melalui antar
muka (interface) multimedia. Program ini memungkinkan siswa untuk maju dengan
langkah mereka sendiri dan bekerja secara individu atau memecahkan masalah dalam
komputer.
Secara konsep Pengajaran Berbantuan Komputer (PBK) adalah hal-hal yang
berkaitan dengan pembagian bahan pengajaran dan keahlian dalam satuan kecil agar
mudah dipelajari serta difahami. Satuan terkecil ini pula akan dipresentasikan lagi
dengan gaya yang memikat di dalam bingkai (frame) untuk ditayangkan di layar
monitor. PBK sebenarnya sangat mudah memahaminya karena hanya didasari oleh
bagaimana peran komputer dalam hal pembelajaran.
Yang penting diperhatikan bahwa komputer harus mampu berperan sebagai
tenaga pengajar dalam proses pembelajaran dan yang perlu diingat bahwa PBK bukan
sebagai penggangti manusia dalam proses pembelajaran melainkan untuk membantu
pemahaman dan perhatian dalam pembelajaran dan PBK harus bersifat “user friendly”
maksudnya komputer tersebut mampu memberikan kenyaman. PBK juga bukanlah
satu-satunya jalan pintas dalam proses pembelajaran. PBK juga buakanlah cara untuk
menghidar dari melakukan hal yang bisa dilakukan dalam proses pengajaran.
Walaupun konsep PBK tidak sulit untuk difahami, tetapi tugas untuk mengembangkan
perangkat lunak pengajaran yang baik dan berfaedah begitu rumit. Pengembangan
perangkat lunak PBK meliputi aspek keahlian dalam menyusun bahan dan
pemrograman. Pengajaran berbantuan computer (PBK) memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Siswa berinteraksi langsung dengan komputer
2. Siswa menyimad dan berkomunikasi melalui layar monitor
3. Siswa menampilkan materi (pertanyaan)
4. Siswa berhubungan secara intensif seperti pembelajaran konvesional
Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran meliputi:
1. Penggunaan multimedia presentasi
2. Multimedia interaktif dalam bentuk CD
a. Model Drill, bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih
kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang
mendekati suasana yang sebenarnya. Biasanya dalam bentuk latihan soal-
soal.
b. Model tutorial, menggunakan perangkat lunak berupa program komputer
yang berisi tujuan, materi pelajaran dan evaluasi pembelajaran.
c. Model simulasi, bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih
kongkrit melalui penciptaan simulasi-simulasi dalam bentuk pengalaman
yang mendekati suasana yang sebenarnya.
d. Model games, berdasarkan atas “pembelajaran yang menyenangkan”,
dimana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan
permainan.
Kelebihan dan kekurangan pengajaran berbantuan komputer.
Kelebihan Kekurangan
 Meningkatkan interaksi.  Hardware yang spesifik.
 Mendukung pembelajaran individual  Tergantung pada kemampuan membaca
sesuai kemampuan siswa. dan visual.
 User friendly.  Grafik tidak realistik.
 Meningkatkan motivasi belajar siswa.  Butuh ketrampilan dalam
 Dapat digunakan sebagai penyampai pengembangan tambahan.
balikan langsung.  Butuh waktu pengembangan yang lama.
 Keutuhan belajar.  Sering siswa mempunyai jalan pikiran
 Materi dapat diulang-ulang sesuai yang belum tentu dapat terancang dan
keperluan, tanpa menimbulkan rasa diungkapkan dengan tepat melalui
jenuh. komputer.
 Pembelajaran berbantuan komputer  Keterbatasan bentuk dialog atau
bila dirancang dengan baik, komunikasi.
merupakan media pembelajaran yang  Keterseringan menggunakan komputer
efektif, dapat memudahkan dan dapat menyebabkan ketergantungan
meningkatkan kualitas pembelajaran yang berakibat kurang baik.
 Mengurangi sikap interaksi sosial yang
seharusnya merupakan bagian penting
dalam pendidikan.

2. Pengajaran Modul
Pengajaran modul adalah pengajaran yang sebagian atau seluruhnya didasarkan
atas modul. Modul itu sendiri adalah suatu unit lengkap berupa suatu paket kurikulum
yang berdiri sendiri dan terdiri atas rangkaian kegiatan belajar untuk membantu siswa
dalam belajar mandiri guna mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus
dan jelas. Modul juga didefinisikan sebagai satu unit program belajarmengajar terkecil
yag menggariskan: Tujuan pengajaran yag akan dicapai; Topik yang akan dijadikan
dasar proses belajar mengajar; Pokok-pokok materi yang dipelajari; Kedudukan dan
fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas; Peran guru dalam proses
belajar mengajar; Alat-alat dan sumber yang akan digunakan; Kegiatan-kegiatan
belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan; Lembaran kerja
siswa yang harus diisi; dan Program evaluasi yang akan dilaksanakan.
Modul pengajaran individual memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a) Berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap.
b) Berisi rangkaian kegiatan yang dirancang secara sistematis.
c) Berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus.
d) Memungkinkan siswa belajar mandiri.
e) Merupakan realisasi perbedaan individu.
f) Perwujudan pegajaran individual.
Tujuan dari pengajaran modul antara lain:
 Memberikan kesempatan untuk memilih di antara sekian banyak topic dalam
rangka suatu program.
 Mengadakan penilaian secara berkala tentang kemajuan dan kelemahan siswa.
 Memberikan modul remedial untuk mengolah kembali seluruh bahan yang
telah diberikan guna pemantapan dan perbaikan, atau mengulangi bahan
pelajaran untuk lebih memantapkannya dengan menggunakan cara-cara lain
dari modul semula, sehingga lebih mempermudah pemahaman siswa.
Pengajaran modul yang baik memberikan aneka ragam kegiatan instruksional,
seperti membaca buku pelajaran, buku perpustakaan, majalah dan karangan-karangan
lainnya, mempelajari gambar-gambar, foto, diagram, melihat film, slide,
mendengarkan audio tape, mempelajarai alat-alat demonstrasi, turut serta dalam
proyek dan percobaan-percobaan serta mengikuti berbagai kegiatan ekstrakulikuler.
Pengajaran modul yang ideal dimulai dengan suatu pre-test pada siswa untuk
mengetahui apakah ia memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk mengikuti
modul tersebut. Jika tidak, maka ia diberi pengajaran remedial. Sebaiknya jika ia telah
menguasai modul itu dan memilih modul yang lebih tinggi tarafnya. Bila ia telah
menyelesaikan suatu modul, ia diberikan post-test untuk menilai sampai manakah ia
menguasai modul itu. Bila hasilnya baik, ia dapat maju ke modul berikutnya, bila ia
tidak memenuhi tingkat penguasaan yang diharapkan, maka ia diberi modul remedial
yang mengulangi dan mengolah kembali bahan pelajaran tersebut. Setelah itu
diambilnya kembali post-test yang diharapkan akan dapat dilaluinya dengan hasil
baik.
3. Sistem Kontrak
Program ini diuraikan dalam sejumlah tugas yang harus dilakukuan oleh siswa.
Untuk itunsiswa harus menandatangani suatu kontrak tentang tugas-tugas yang akan
diselesaikan dalam waktu tertentu. Tugas-tugas tersebut misalnya berupa, membaca
satu buku atau lebih dari sejumlah buku yang dianjurkan, membuat 1-2 karangan
tentang topic-topik tertentu, mengikuti 10 pertemuan dari 25 pertemuan yang akan
diadakan, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang ingin dicapai. Untuk setiap
tugas ditentukan jumlah kredit yang dapat diperolehnya. Keseluruhan kredit itu akan
menentukan angka akhirnya. Dengan mengaitkan tugas dengan kredit dan angka
akhir, maka siswa akan mendapatkan dorongan untuk belajar dengan baik.
Dalam mengikuti program ini siswa harus mengetahui apa yang diharapkan dari
mereka. Tugas yang kurang baik harus diberi kesempatan untuk diulangi tanpa
mendapatkan hukuman atas pekerjaannya semula. Siswa juga harus tahu taraf mutu
pekerjaan yang diharapkan dari mereka dan juga kapan pekerjaan itu harus
diselesaikan. Jika siswa melampaui batas waktu menyelesaikan tugas akan diberi
hukuman berupa pengurangan kredit. Hal ini dilakukan agar pekerjaan tidak
bertumpuk-tumpuk pada akhir semester, yang mengakibatkan adanya tugas yang tidak
lengkap dan akan membuat banyak siswa mengalami kegagalan memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan.
4. Sistem Keller
Sistem Keller termasuk sistem pengajaran individual yang biasa digunakan pada
tingkat perguruan tinggi. Sitem Keller memberi perhatian khusus pada setiap
mahasiswa, memberi kesempatan kepada mereka untuk maju menurut kecepatan
masing-masing dan diharuskan menguasai suatu satuan pelajaran sebelum
diperkenankan untuk mempelajari pelajaran berikutnya. Komunikasi antara pengajar
dengan mahasiswa kebanyakan dilakukan secara tertulis. Tutorial dan penilaian
dilakukan oleh mehasiswa senior. Peranan dosen sebagai manager instruksional dan
terutama memberikan motivasi dan stimulasi kepada mahasiswa dalam belajar. Hal-
hal yang harus diperhatikan dalam sistem Keller ini adalah:
a. Tujuan akhir yang harus dicapai dalam tiap satuan pelajaran ditentukan secara
jelas dalam bentuk perilaku yang dapat dinilai secara objektif.
b. Bahan yang harus dipelajari dipecahkan dalam bagian-bagian kecil yang dapat
dikuasai sepenuhnya secara tuntas.
c. Penilaian sebagai reinforcement sering diberikan segera setelah suatu bagian
diselesaikan oleh mahasiswa.
d. Kepada setiap mahasiswa diberikan perhatian pribadi, jika bantuan tersebut
diperlukan.
e. Gagal dalam tes tidak diberi hukuman dan tes tersebut dapat diulangi sampai
tercapai penguasaan tuntas serta dihargai dengan angka tinggi.
f. Kuliah tak diharuskan untuk dihadiri, oleh sebab kuliah itu terutama dimaksudkan
untuk memberikan dorongan atau motivasi kepada mahasiswa untuk belajar
Pengajaran model Keller Plan ini sebenarnya pengembangan dari pengajaran
terprogram yang diciptakan oleh skinner (dalam Sulaiman, 1988), pada prinsipnya
terdiri atas langkah-langkah yang tersusun menurut urutan yang membawa mahasiswa
dan apa yang telah diketahuinya sampai kepada apa yang harus diketahuinya, yaitu
tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran individu Keller Plan ialah
membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar menurut kecepatan masing-
masing, dengan cirinya adalah:
a) memungkinkan mahasiswa belajar sendiri;
b) memperhatikan perbedaan kecepatan belajar mahasiswa;
c) terdapat kejelasan tujuan yang harus dipahami;
d) memungkinkan mahasiswa berpartisipasi aktif;
e) secara optimal menerapkan belajar tuntas.
Prinsip-prinsip pada model Keller Plan (Sudjoko, 1985) meliputi:
1) Satu Course dibagi atas beberapa unit yang berurutan.
2) Tiap unit berisi tujuan, prosedur kerja dan dan beberapa persoalan.
3) Mahasiswa belajar sendiri atas petunjuk kerja dari unit satu ke unit berikutnya
secara berurutan.
4) Mahasiswa bisa mengambil ujian untuk masingmasing unit kapan saja merasa
telah siap.
5) Tiap kuliah dan demonstrasi hanya digunakan untuk sekedar member motivasi
belajar dan bukan merupakan sumber informasi.
6) Tidak harus ada media seperti audio visual, tape dan slide.
7) Staf yang terlibat adalah instruktur (dosen) dan Proctor (undergraduate
students) yaitu siswa yang dianggap mampu menguasai seluruh unit.
Kritik untuk sistem ini adalah pengajaran disusun terlampau ketat dengan
menentukan secara persis apa yangharus dipelajari, bagaimana harus mempelajarinya
dalam urutan yang telah ditentukan. Apa yang dipelajari terbatas pada apa yang
dicantumkan dalam pelajaran itu. Namun demikian dengan menentukan secara jelas
bahan yang harus dikuasai memungkinkan siswa untuk belajar dengan efisien dan
oleh karena itu mempunyai waktu yang lebih banyak untuk mempelajari hal-hal yang
dianggap perlu.
BAB III
KESIMPULAN
Aspek-aspek perbedaan individual meliputi perbedaan fisik-motorik, perbedaan
intelegensi, perbedaan kecakapan bahasa, dan perbedaan psikologis.
Perbedaan individual (individualized differences) merupakan pengajaran yang
memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan individual anak. Pembelajaran
individual (individualized instruction) bukanlah pengajaran harus berdasar atas jalannya satu
orang guru dengan satu orang murid, akan tetapi pengajaran dengan guru memberikan
pelayanan yang berbeda pada setiap anak sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual itu.
Individualized instruction merupakan usaha melengkapi kondisi belajar yang optimum bagi
setiap individu murid.
Pihak sekolah memberikan pengaturan dan pelayanan sekolah untuk memaksimalkan
pembelajaran individu. Pengaturan di dalam kelas dilakukan oleh guru dengan pengaturan
program Terdapat tiga jenis program yang terbanyak dilaksanakan, yaitu: (a) program
Remidial (perbaikan); (b) Enrichment (Pengayaan), (c) yaitu acceleration (percepatan); (d)
Pengelompokan anak atas prestasi belajarnya (achievement grouping); (e) Memberikan
kesempatan kepada anak untuk belajar bebas (Independent Study); dan (f) Mengembangkan
program individual.
Terdapat beberapa program yang dirancang untuk pembelajaran individual di
antaranya: pengajaran terprogram, belajar dengan bantuan komputer, pengajaran modul,
sistem kontrak, dan sistem Keller.
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, Mohammad. (2009). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Hamalik, Oemar. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Khodijah, Nyanyu. (2014). Psikologi Pendidikan.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Nasution, M. N. (2005). Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Management,. Edisi
Kedua. Bogor: Ghalia.
Rusman. (2017). Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Saefudin Udin Sa’ud. Inovasi Pendidikan. Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2008.
Subini, Nini, dkk. (2012). Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka.
Sunarto, & Hartono, Agung. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Turhusna, D., & Solatun, S. (2020). Perbedaan individu dalam proses pembelajaran. As-
Sabiqun : Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 2, Nomor 1, Maret 2020; 28-
42, diakses dari https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/assabiqun
Wahidah. (2019). Memahami perbedaan individu pebelajar dalam proses belajar
mengajar..At-Tarbawi: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Kebudayaan Volume 11 Nomor 2, hal.
86-96.

Anda mungkin juga menyukai