Topik :
Tanggal Kasus :
12 Februari 2016
Nama Pasien :
Ny. E
Nomor RM :
15/
Tanggal Presentasi :
Pendamping :
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatu Bayi
s
Deskripsi :
Anak
Re
De
Lansia
Bumil
maja
wasa
Wanita dewasa berusia 44 tahun, mengeluh cepat lelah dan kurang semangat.
Tujuan :
Audit
:
Cara
Pos
No. Reg:
15/
Membahas :
Data Pasien
Pustaka
Diskusi Presentasi dan Diskusi
Nama :
Ny. E
Terdaftar sejak :
Sawit
Data Utama untuk bahan diskusi :
Diagnosis / Gambaran Klinis :
Pasien datang dengan keluhan cepat lelah dan kurang semangat. Keluhan ini sudah diraskan sejak 3
bulan yang lalu. Keluhan berlangsung terus menerus dan kadang mengganggu pekerjaan dan
aktivitas sehari-hari pasien. Saat bekerja pasien kadang tidak menyelesaikan pekerjaannya atau tidak
dikerjakan. Nafsu makan pasien berkurang. Tidur terganggu, di mana selalu terbangun tengah
malam dan tidak dapat tidur lagi hingga pagi. Sehari-hari pasien merasa sedih sejak ditinggal oleh
suami 4 bulan yang lalu. Ide bunuh diri disangkal. Riwayat penggunaan obat-obatan terlarang
disangkal, riwayat gejala sedih yang berlebihan sebelumnya disangkal, riwayat gejala senang dan
semangat berlebihan disangkal.
1. Riwayat Pengobatan :
Diazepam 2mg 1x1, Antasida 3x1
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Riwayat hipertensi: disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat trauma kepala : disangkal
Riwayat kejang : disangkal
3. Riwayat Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita gangguan seperti pasien.
4. Riwayat Pekerjaan :
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Bekerja juga berjualan ketupat sayur saat pagi. Sudah 2
bulan lebih jarang berjualan
Lain-lain:
Pasien merupakan anak pertama dari dua saudara. Tidak terdapat riwayat gangguan pertumbuhan,
perkembangan, sosial, maupun psikoseksual. Pasien tumbuh sejak kecil dengan ayah dan ibunya
serta adiknya dan tidak ada gangguan selama masa kecilnya hingga dewasa. Pasien sudah menikah
selama 17 tahun dan memiliki dua anak laki-laki usia 8 tahun dan 15 tahun.
Oktober 2015 suami pasien pergi meninggalkan pasien secara mendadak dan kontak yang dilakukan
terhadap suaminya tidak dibalas. Alasan kepergian suami tidak diketahui pasien.
Sejak ditinggal oleh suami sehari-hari pasien dibantu oleh keluarga adiknya.
Status Generalisata :
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Nafas
Suhu
36,9 oC
Fungsi intelektual:
Baik
Pengendalian impuls: baik
Daya nilai: baik
Tilikan: derajat 6
Realibilitas: dapat dipercaya
:
:
:
:
:
:
Pe
A
Paru
:I
Anus
Ekstremitas
:
:
Diagnosis Kerja
A :bunyi nafas dasar vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/- Inspeksi : perut datar
- Palpasi : supel, nyeri tekan -, hepar dan lien dalam batas normal
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus +
Tidak dilakukan
Akral hangat, edema (-)
Diagnosa banding:
Chronic Fatigue Syndrome
Pemeriksaan Penunjang : Daftar Pustaka :
a. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Jiwa di
Indonesia III (PPDGJ III). Cetakan pertama. Jakarta: Depkes RI, 1993.
b. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan and Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry 9th ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins, 2003.
c. Maslim, R. (Ed) Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ III.
Hasil Pembelajaran :
1.
2.
3.
4.
5.
definisi depresi
patofisiologi depresi
kriteria dan diagnosis depresi
terapi non dan farmakologis depresi
prognosis depresi
Menurut PPDGJ III, kasus ini termasuk depresi sedang karena memenuhi:
Kriteria Mayor depresi : perasaan depresif, kehilangan minat, dan kehilangan semangat
atau energi
Kriteria minor:
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga dan kepercayaan diri berkurang
Merasa bersalah dan tidak berguna
Pesimis
Terdapat ide bunuh diri
Gangguan ttidur
Nafsu makan berkurang
Gejala berlangsung lebih dari 2 minggu dan menggangu aktivitas sehari-hari
Pada kasus termasuk depresi sedang karena kriteria mayor yang didapat perasaan
depresif dan kehilangan minat dan ada minimal 3 gejala minor yaitu konsentrasi
berkurang, gangguan tidur dan nafsu makan berkurang.
Pemeriksaan fisik masih dalam batas normal dan bertujuan untuk mengeliminasi
diagnosis banding
Assesment
Penyebab spesifik dari gangguan depresi belum diketahui. Patofisiologi gangguan depresi
juga belum dimengerti secara tepat. Sebagai gangguan kejiwaan yang paling sering ditemukan,
gangguan depresi tampaknya memiliki penyebab multifaktorial dan heterogen. Faktor biologi,
psikologi, dan sosial memiliki peranan penting dalam patogenesis gangguan depresi. Gangguan
depresi melibatkan baik aspek genetik maupun faktor lingkungan. Bukti dari studi keluarga dan
anak kembar menunjukkan bahwa depresi yang berkembang pada anak usia dini lebih
dipengaruhi oleh pengaruh psikososial daripada genetik. Onset depresi pada remaja atau
dewasa, meskipun lebih bersifat herediter daripada depresi prepubertas, tetaplah mencerminkan
interaksi antara faktor genetik dan stresor lingkungan.
Hipotesis monoamin telah menjadi fondasi teori neurobiologis terhadap depresi dalam 50
tahun terakhir. Berdasarkan observasi terhadap kerja antidepresan, dapat diketahui bahwa
depresi disebabkan oleh defisit serotonin atau noradrenalin pada celah sinaps pada beberapa
sirkuit yang penting dalam patofisiologi depresi.
Alterasi pada aksis HPA telah lama diketahui berhubungan dengan gangguan depresi mayor.
Efek biologis dari paparan stres akan memediasi sekresi CRH (corticotropin-releasing
hormone).
Sekresi
CRH
tersebut
juga
akan
meningkatkan
pelepasan
ACTH
mengalami trauma masa kecil. Pasien depresi yang disebabkan oleh trauma masa kecil pun
ternyata lebih responsif terhadap psikoterapi dibandingkan dengan terapi antidepresan saja.
Plan :
Diagnosis :
Sesuai PPDGJ III untuk menegakkan diagnosis depresi sedang ditegakkan dengan adanya
minimal 2 kriteria mayor dan minimal 3 kriteria minor atau lebih.
Pengobatan :
Memberikan pengobatan : antidepresan amitriptilin 25mg 3x1
Berbagai macam pengobatan yang efektif telah tersedia untuk gangguan depresi. Antidepresan
dapat meringankan gejala. Psikoterapi singkat (misalnya, terapi kognitif-perilaku, terapi
interpersonal), baik sebagai pengobatan tunggal atau dikombinasi dengan obat-obatan, juga
telah terbukti efektif untuk pengobatan akut depresi ringan sampai sedang, serta untuk
mencegah kekambuhan.
Biasanya setelah 2-12 minggu dalam dosis terapi, respons klinis sudah dapat dinilai. Pemilihan
pengobatan haruslah berdasarkan keselamatan dan toleransi pasien agar dapat meningkatkan
kepatuhan mereka terhadap pengobatan.
Berdasarkan pedoman ACP, pengobatan untuk gangguan depresi mayor harus diubah jika
pasien tidak memiliki respons yang memadai untuk farmakoterapi dalam waktu 6-8 minggu.
Setelah respons yang memuaskan tercapai, pengobatan harus dilanjutkan selama 4-9 bulan pada
pasien episode depresi berat pertama yang tidak berhubungan dengan ide bunuh diri ataupun
akibat bencana. Pada mereka yang memiliki dua atau lebih episode depresi, diperlukan waktu
perawatan yang lebih lama untuk mendapatkan bukti manfaat.
Pengobatan farmakologis pilihan pertama untuk depresi adalah SSRI, karena SSRI efektif
mengurangi gejala depresi dan efek samping yang rendah dan aman bagi penderita penyakit
jantung.
Efek Samping
Semua SSRI dapat
menimbulkan insomnia, agitasi,
sedasi, gangguan saluran cerna,
dan disfungsi seksual
Escitalopram
10-60
Fluoksetin
10-40
Sertralin
50-150
Fluvoksamin
Trisiklik/Tetrasiklik
150-300
Amitriptilin
75-300
Maprotilin
100-225
Imipramin
SNRI
75-300
Duloksetin
40-60
Venlafaksin
150-375
150-300
RIMA
Moklobemid
Pengobatan haruslah memaksimalkan fungsi pasien dalam tujuan spesifik dan realistis.
Modalitas awal harus dipilih atas dasar berikut:
Penilaian klinis
Stresor
Keinginan pasien
interpersonal mungkin berguna dalam pengobatan fase akut pada remaja dengan gangguan
depresi mayor. Tingkat kekambuhan relatif rendah setelah terapi interpersonal pada fase akut.
Banyak dokter percaya psikoterapi psikodinamik berguna dalam pengobatan depresi.
Psikoterapi psikodinamik dapat membantu melakukan hal berikut: (1) mengubah pola perilaku
maladaptif, (2) mengatasi konflik yang sedang berlangsung dan juga konflik masa lalu, (3)
mengenali perasaan, (4) meningkatkan wawasan, (5) meningkatkan harga diri, (6)
meningkatkan kekuatan ego, (7) berinteraksi lebih efektif dengan orang lain, dan (8)
memahami diri sendiri.
Terapi elektrokonvulsif adalah pengobatan yang sangat efektif untuk depresi. Onset aksi
mungkin lebih cepat daripada perawatan dengan obat, dengan keuntungan yang sering sudah
dapat terlihat dalam waktu 1 minggu sejak awal pengobatan. Satu seri terapi elektrokonvulsif
(biasanya sampai 12 sesi) adalah pengobatan pilihan untuk pasien yang tidak merespons
terhadap terapi obat, pada pasien dengan gejala psikotik, ide bunuh diri, atau membahayakan
diri mereka sendiri.
Dengan demikian, indikasi untuk penggunaan terapi elektrokonvulsif adalah sebagai berikut:
Keinginan pasien
Pendidikan :
Menjelaskan pasien tentangefek samping yang mungkin terjadi. Seringkali kegagalan
pengobatan disebabkan oleh ketidakpatuhan, durasi terapi yang tidak memadai, atau dosis yang
tidak memadai.
Memotivasi keluarga yang dekat untuk mendukung terapi dan kegiatan pasien sehari-hari
Konsultasi:
Konsultasi terhadap dokter ahli jiwa dijelaskan kepada keluarga dengan upaya agar pengobatan
dan perkembangan gangguan jiwa pasien teratasi dengan baik
Prognosis :
Pencegahan depresi dapat dilakukan dengan membangun suasana perasaan yang baik, nyaman,
dan menyenangkan bagi pasien. Beberapa macam kegiatan yang dapat dilakukan sebagai
pencegahan, antara lain:
Berpikir positif
Olahraga
Bersyukur
Bagi banyak pasien, gangguan depresi mayor dapat menjadi penyakit yang kronis dan dapat
relaps. Relaps dalam 6 bulan masa penyembuhan terjadi pada 25% pasien. Relaps depresi
dalam waktu 5 tahun terjadi pada 58% pasien. Relaps depresi dalam waktu 15 tahun terjadi
pada 85% pasien.
Dalam sebuah studi terhadap pasien yang telah 1 tahun terdiagnosis depresi, 40%
mengalami kesembuhan tanpa gejala. Sebanyak 20% pasien akan terus mengalami gejala
depresi, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnosis gangguan depresi mayor. Sebanyak 40%
pasien sisanya tetap mengalami episode depresi mayor.
Dukungan sosial yang kurang, fungsi keluarga yang buruk, dan lemahnya keadaan
ekonomi keluarga