Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Berbagai macam aktivitas baik ringan maupun berat akan memicu sekresi
keringat dalam badan. Sekresi keringat merupaan metabolisme yang normal.
Keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat yang bernama kelenjar ekrin dan
apokrin. Kelenjar ekrin terdapat di hampir seluruh permukaan kulit. Kelenjar
ekrin sudah ada sejak kecil di mana keringat yang dihasilkannya tidak hanya
berfungsi sebagai alat pengeluaran sisa metabolisme tubuh namun juga
berfungsi untuk mengatur suhu tubuh. Kelenjar apokrin akan berfungsi aktif
setelah remaja dan keringat yang akan dihasilkan dipengaruhi oleh rangsangan
emosi. Keringat apokrin mengandung banyak lemak dan protein, yang apabila
diuraikan oleh bakteri akan menimbulkan bau yang tidak enak. Bau inilah yang
kemudian dikenal sebagai bau badan.
Bau badan akan sangat mengganggu sekali. Terlebih lagi bagi mereka yang
memiliki profesi yang menuntut penampilan dan harus selalu berinteraksi
dengan publik. Tidak hanya itu, bau badan akan sangat mengganggu orang yang
ada di dekat kita sehingga menjadikan orang di sekitar menjadi tidak nyaman.
Ada banyak cara untuk mengatasi bau badan. Cara yang termudah adalah
mandi 2 kali sehari untuk menghilangkan keringat dan bakteri. Mengingat
kebersihan adalah musuh utama bakteri, pastikan seluruh tubuh terutama ketiak
dan lipatan tubuh dibersihkan dengan optimal. Namun untuk yang memiliki
aktivitas tinggi, mndi hanya akan menghilangkan keringat saja sehingga saat
beraktivitas keringat akan muncul kembali dan menimbulkan bau badan.1
Cara yang paling umum digunakan adalah menggunakan deodorant dan
antiperspirant. Deodorant mengandung antispetik yang menekan pertumbuhan
bakteri, sedangkan antiprespirant mengandung bahan yang dapat mengurangi
keringat yang keluar. Sekarang tersedia banyak produk yang sekaligus
mengandung deodorant dan antipespirant. Selain itu terdapat pula berbagai
macam pilihan aroma wangi dari masing-masing deodorant dan antiprespirant
yang mampu menjadikan kita lebih percaya diri. Hal yang perlu dilakukan
adalah memilih produk yang cocok dan aman bagi kulit.
I.2. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :


1 Mahasiswa mampu memahami mengenai deodorant
2 Memenuhi tugas dari mata kosmetologi
I.3. Manfaat
Deodorant digunakan untuk mengurangi bau badan yang biasanya dipakai pada
ketika untuk menghindari keringat
I.4. Rumusan Masalah
Adapun rumusan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah memformulasikan sediaan kosmetik deodorant sesuai standar
CPKB?
2. Formula apa sajakah yang digunakan untuk membuat sediaan tersebut dan
bagaimana cara evaluasi sediaan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Anatomi Kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan
memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan
rangsangan luar.2
Ketiak atau dalam bahasa Latin disebut axilla adalah daerah lipatan
tubuh manusia yang menghubungkan lengan atas dengan bahu. Ketiak
dikenal sebagai salah satu bagian tubuh yang sensitif saat digelitik dan
sebagai salah satu bagian tubuh yang agak tersembunyi.1
Secara anatomis, ketiak diikat pada bagian anterior oleh otot pectoralis

major dan otot pectoralis minor, dan bagian posterior oleh otot subscapularis
dan tulang belikat. Kemudian di bagian medialnya oleh otot serratus anterior
serta bagian lateral oleh otot coracobrachialis dan bagian caput brevis dari
otot biceps brachii.1
KULIT TERBAGI MENJADI 3 LAPISAN :

Gambar. Anatomi Kulit (http://www.wikipedia.org)

1. EPIDERMIS
Terbagi atas 5 lapisan :
a. Stratum korneum / lapisan tanduk
Terdiri atas beberapa sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak
mengalami metabolisme, tidak berwarna dan sedikit mengandung air.
- Terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati dan tidak berinti
- Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).3
b. Stratum lusidum
Terletak di bawah stratum corneu.
- Lapisan sel gepeng tanpa inti
- Protoplasma berubah menjadi protein (eleidin)
- Biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan
- Tidak tampak pada kulit tipis. 3
c. Stratum granulosum / lapisan granular
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal.
- Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng

Sitoplasma berbutir kasar yang terdiri atas keratohialin dan terdapat

inti diantaranya
- Mukosa tidak mempunyai lapisan inti.3
d. Stratum spinosum / lapisan malphigi
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri.
- Lapisan epidesmis yang paling tebal
- Terdiri dari sel polygonal, besarnya berbeda-beda karena ada proses
-

mitosis
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti

terletak ditengah
Terdapat jembatan

protoplasma dan tonofibril


Perlekatan antar jembatan membentuk nodulus Bizzozero
Terdapat juga sel langerhans yang berperan dalam respon-respon

antarsel

(intecelluler

bridges)

yang

tdd:

antigen kutaneus. 3
e. Stratum basale
- Terdiri dari sel-sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis
- Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade
- Lapisan terbawah dari epidermis
- Mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif
- Terdapat melanosit (clear cell) yaitu sel dendritik yang membentuk
melanin melindungi kulit dari sinar matahari. Dengan sitoplasma
yang

basofilik

dan

inti

gelap,

mengandung

butir

pigmen

(melanosomes)3

Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu fibrous insoluble
yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:
1. Mengusir mikroorganisme patogen.
2. Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh.
3. Unsur utam yang mengeraskan rambut dan kuku.

Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3-4 minggu. Epidermis akan
bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara
epidermis dan dermis disebut rete ridge yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan disebut fingers prints.
2. DERMIS (korium)
Merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri
dari 2 lapisan :
1. Pars papilare
- Bagian yang menonjol ke epidermis
- Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah
2. Pars retikulare
- Bagian yang menonjol ke subkutan
- Terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin, retikulin),
matriks (cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta
-

fibroblast)
Terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan retikularis
yang terdapat banyak banyak darah, limfe, akar rambut, kelenjar

keringat dan kelenjar sebaseus.


3. JARINGAN SUBKUTAN ATAU HIPODERMIS / SUBCUTIS
- Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya.
- Pada lapisan ini terdapat ujug-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan
getah bening
Sel lemak
-

Sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa


Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang
menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adipose yang

berfingsi sebagai cadangan makanan


Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan struktur internal
seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur
tubuh dan penyekatan panas. Sebagai bantalan terhadap trauma.
Tempat penumpukan energy. 3

Vaskularisasi dikulit diatur oleh 2 pleksus :

II.2.

- Pleksus superfisialis
- Pleksus profunda
Kelenjar Keringat dan Fungsinya

Keringat yang disekresikan tubuh adalah hal yang bersifat alamiah


untuk menjaga keseimbangan tubuh agar tetap sehat. Keringat disekresikan
lewat kelenjar ekrin dan apokrin. Keringat bersifat steril, tidak berbau dan
tidak berwarna. Namun, akibat adanya aktifitas bakteri yang terdapat pada
kulit menjadikan keringat menjadi bau. Bau badan yang timbul tergantung
pada banyaknya keringat yang di sekresikan. Selain itu juga tergantung dari
emosi dan makanan.1
Kelenjar Sekresi
Kelenjar yang menghasilkan keringat adalah kelenjar apokrin dan ekrin,
keduanya mempunyai beberapa perbedaan :
1. Kelenjar ekrin adalah kelenjar tubular, yang mempunyai saluran sekresi
yang langsung ke permukaan kulit. Kelenjar apokrin strukturnya mirip
dengan kelenjar ekrin tetapi ukurannya lebih besar dan pembuluh
sekresinya berakhir pada folikel rambut.4
2. Jumlah dan distribusi kedua kelenjar tersebut juga berada. Kelenjar ekrin
praktis terdapat hampir diseluruh permukaan kulit kecuali bibir dan alat
genital. Diperkirakan jumlahnya lebih dari dua juta kelenjar terutama
pada kulit telapak tangan, kaki dan kepala. Kelenjar apokrin terdapat di
ketiak, sekitar puting sus, daerah anal dan genital. Perbedaan lain kedua
kelenjar ini meliputi fungsi, jumlah dan susunan kimia sekresinya.4
3. Kelenjar ekrin sudah ada sejak lahir, berfungsi mengatur suhu tubuh. Jika
suhu kamar naik, keringat akan keluar,suhu badan akan kembali normal
akibat penguapan keringat tersebut. Pada orang sehat kejadian ini
berlangsung secara otomatis. Kelenjar ekrin berfungsi melengkapi ginjal.
Kelenjar apokrin dianggap mempunyai sifat seksual sekunder. Meskipun
telah ada sejak lahir, tapi perkembang lambat padaa masa anak-anak,
mulai berfungsi setelah meningkat remaja. Perkeembangannya lebih
cepat wanita daripada pria, danaktifitasnya mencapai puncak jika
kehidupan seks telah matang, kemudian menurun setelah menopause
(putus haid).4
4. Kelenjar ekrin dianggap berperan kontinyu, sedangkan kelenjar apokrin
II.3.

makin lama perannya makin lambat. 4


Penyebab Bau Badan
Mengeluarkan
keringat merupaka

cara

yang

alami

untuk

mendinginkan tubuh. Dengan berkeringat maka akan terbentuk lingkungan

yang sempurna bagi pertumbuhan bakteri karena bakteri berkembang dengan


baik di lingkungan panas dan lembab seperti ketiak manusia. Pada dasarnya,
keringat hanya terdiri dari air dan garam, sehingga tidak memiliki bau yang
istimewa. Bau dari badan kita sbenarnya disebabkan oleh bakteri yang
menguraikan keringat dengan melepaskan asam-3-methyl-2-hexonic, yang
mempunyai bau yang sangat kuat (BPOM, 2009).
Masalah bau badan dapat dialami oleh setiap orang dan dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti faktor genetik, kondisi kejiwaan, faktor
makanan, faktor kegemukan dan bahan pakaian yang dipakai. Keringat yang
dikeluarkan seseorang sangat terlibat dlam proses timbulnya bau badan,
dimana kelenjar apokrin yang menghasilkannya telah terinfeksi oleh bakteri
yang berperan dalam proses pembusukan (Jacob, 2007). Beberapa bakteri
yang diduga menjadi penyebab bau badan tersebut diantaranya ialah
Staphylococcus

epidermidis,

Corynebacterium

acne,

Pseudomonas

aeruginosa dan Sterptococcus pyogenes (Endarti, et al.,2002). Penggunaan


antibiotik yang tidak benar biasanya akan membuat bakteri menjadi bersifat
resisten dan tetap memperbanyak diri dalam inangnya. Menurut Bartlett
(2007) bakteri S. epidermidis umumnya telah resisten terhadap antibiotik
penisiin dn metisilin, sehingga perlu diketahui bahan alternatif yang dapat
membasmi atau menghambat pertumbuhan bakteri tersebut (Hamdiyati dkk,
2007). Bau badan muncul karena penguraian lemak sebelum pada kulit
menjadi asam lemak bebas (Endarti, dkk, 2004)
II.4.

Definisi Deodorant dan Antiperspirant serta mekanisme kerja


Antiprespirant
Antiperspiran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
mempersempit pori sehingga mengurangi keluarnya keringat. Deodoran
adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap keringat dan
mengurangi bau badan. Meningkatnya penggunaan antiperspirant dan
deodorant disebabkan pergaulan modern. Sehingga dirasa perlu untuk
mengurangi atau menghilangkan bau badan, yang disebabkan perubahan
kimia keringat oleh bakteri. Perkembangannya tidak disangsikan lagi setelah
disajikan betuk deodorant aerosol, yang penggunaannya mudah cepat
mengering dikulit.1

Deodorant adalah zat diterapkan ke tubuh untuk mempengaruhi bau


badan yang disebabkan oleh bakteri pertumbuhan dan bau terkait dengan
rincian bakteri keringat di ketiak, kaki dan area lain dari tubuh. Sebuah
subkelompok deodoran, antiperspiran, mempengaruhi bau serta mencegah
berkeringat dengan mempengaruhi kelenjar keringat. Antiperspirant biasanya
diterapkan pada ketiak, sementara deodoran juga dapat digunakan pada kaki
dan daerah lain dalam bentuk semprotan tubuh. Di Amerika Serikat,
deodoran diklasifikasikan dan diatur sebagai kosmetik oleh US Food and
Drug Administration (FDA). Antiperspirant diklasifikasikan sebagai obat
oleh FDA.1
Jejak jumlah racun yang dikeluarkan melalui keringat. Syarat dari
deodorant adalah:

Dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara

Tidak merangsang kulit atau tidak iritasi pada kulit


Dapat membunuh atau mengrangi aktivitas bakteri yang tidak

menguntungkan
Tidak beracun

Deodorant tidak mencegah kita dari keringat. Tapi kerja deodorant itu
mencegah bau dengan cara membunuh bakteri. bahan deodorant Triclosan
bikin suasana di ketiak terlalu asin dan terlalu asam. kondisi ini sama sekali
bukan kondisi yang disenangi bakteri (sabun juga mengandung triclosan kan
untuk membunuh bakteri).

Sebagian kecil orang alergi untuk aluminium dan mungkin mengalami


dermatitis kontak bila terkena deodoran yang mengandung aluminium.
Aluminium garam dari penggunaan deodoran menyebabkan dermatitis

kontak pada kulit. Setelah menggunakan deodoran yang mengandung


zirkonium, kulit dapat mengembangkan alergi, ketiak granuloma respon.
Deodoran yang mengandung kristal sintetis dibuat tawas potasium ditemukan
menjadi lemah iritasi pada kulit. Alkohol deodoran bebas tersedia untuk
mereka yang memiliki kulit sensitif.. Aluminium adalah salah satu elemen
berlimpah beberapa yang tampaknya tidak memiliki fungsi bermanfaat bagi
sel-sel hidup (non-esensial logam). Sering menggunakan deodoran dikaitkan
dengan konsentrasi darah musk sintetis galaxolide.
Mekanisme kerja Antiprespirant
Untuk

mengerti

bagaimana

mekanisme

kerja

deodorant

antiprespirant, kita harus mengerti mengapa kita memerlukan deodorant dan


antiprespirant. Seseorang membeli deodorant atau antiprespirant bertujuan
untuk mengurangi atau menutupi bau badan yang tidak enak (BOPM, 2009).
Deodorant

bekerja

dengan

menghambat

pertumbuhan

mikroorganisme yang ditemukan pada axial sedangkan antiprespirant bekerja


dengan cara membatasi jumlah sekresi kelenjar keringat yang dikirim ke
permukaan kulit melalui pembentukan hilangan atau sumbatan pada saluran
keringat. Sebagai akibatnya, mekanisme kerjanya akan mengurangi produksi
kelenjar keringat.
Perbedaan antara antiprespirant dan deodoran yaitu :

Deodorant memberikan pengeluaran keringat tetapi mencegah bau


melalui cara melawannya dengan bahan antiseptik yang membunuh
bakteri penyebab bau juga menutup bau dengan bahan parfum.

Antiprespirant mengandung parfume dan bahan kimia yang menghambat


atau menyumbat pori-pori untuk menghentikan pengeluaran keringat
(BPOM, 2009)

II.5.

Macam-macam jenis Deodorant5


1. Deodorant Stick
Deodoran stick umumnya mengandung natrium stearat sebagai
thickening/gelling agent. Selain itu terkandung zat antimikroba, humektan,
dan parfum. Terkadang juga ditambahkan emollient untuk memberikan rasa
halus dan meningkatkan kelinciran. Ada dua kategori stick yaitu stick
berbasis etanol dan stick berbasis propilenglikol. Stick berbasis etanol
digunakan apabila produsen ingin deodoran memberikan sensasi dingin pada
konsumen. Hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih basis ini adalah
penguapan alkohol yang besar yang dapat menyebabkan penyusutan stick.
Stick berbasis propilenglikol cenderung lebih tahan terhadap penyusutan dan
kelarutan beberapa zat aktif lebih mudah.

Contoh sediaan Deodorant Stik


2. Deodorant Roll - On
Salah satu sediaan dari deodorant yang paling serbaguna dan populer
secara global dari antiperspirant adalah Roll-On. Beberapa jenis roll on yang
berbeda dari basis formulasi tediri dari air, alkohol, sistem hidro-alkohol,
ester, dan silikon yang telah digunakan selama bertahun-tahun sebagai basis
dari Roll-on. Hal ini dapat diterima dengan baik dalam sejarah yang panjang,
dikarenakan kemudahan dalam proses penggunaan dan pengaplikasiannya.
a) Air berbasis minyak (minyak dalam air)
Air berbasis gulungan minyak, biasanya minyak di emuslion dalam
air daripada air dalam sistem minyak karena terjadi penurunan efisiensi
ke arah yang lebih buruk. Minyak dalam emulsi air menyajikan bahanbahan aktif dalam larutan mudah diakses di dalam fase eksternal. Karena
bahan aktif berakhir bebrapa negara bagian membubarkannya, para
formulasi dapat menggunakan baik cair atau padat aktif antiprespirant.
b) Basis alkohol dan hidroalkohol roll on
Alkohol merupakan bahan dasar roll dikarenakan waktu
pengeringan yang lebih cepat ketika digunakan hanya aktif dengan
kelarutan

alkohol

chlorohydrex

propilen

glikol,

aluminium

sesquichlorohydrate dan aluminium zirkonium pentachlorohydrate. Jika

dirumuskan dengan benar, produk anhidrat jelas dapat dibuat, karena


bahan aktif dilarutkan dalam formulasi, ukuran partikel awal tidak
penting.
c) Suspensi Roll On
Pada akhir tahun 1970, suspensi Roll-on diperkenalkan di Amerika
Serikat. formulasi anhidrat ini pada dasarnya suspensi fisik garam
antiperspiran di volatil silikon. Hal ini Roll-on paling populer di Amerika
Serikat karena penggunaan yang langsung kering, tidak merasa norak,
dan efektivitas. Namun, karena biaya volatil silikon, jenis formulasi tidak
populer di Eropa. Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan
produk suspensi, pengaturan masalah penggunaan "kocok" yang
merupan instrukri label yang tertera pada produk ini.

Contoh sediaan Deodorant Roll-on


3. Deodoran Aerosol
Deodoran aerosol merupakan produk semprot yang mengandung larutan
antimikroba dalam pembawa etanol dan/atau propilen glikol dengan propelan
khusus untuk deodoran aerosol. Deodoran semprot memberikan rasa kering
pada kulit ketiak karena diformulasikan secara anhidrat. Propelan yang paling
banyak digunakan adalah propana, butana, dan isobutana. Propelan tersebut
tidak mudah terbakar dengan adanya udara atau oksigen. Parameter yang
harus dioptimasi dalam merancang produk deodoran aerosol agar diperoleh
produk deodoran yang kering antara lain:
laju semprot
bentuk seprotan
ukuran partikel
rasio fragrans deodorizer
rasio konsntrat/propelan
tekanan kaleng aerosol

Contoh sediaan Deodorant Aerosol


4. Deodoran Pump Spray
Hydroalcoholic Pump Spray
Pump spray adalah alternatif aerosol. Dalam penggunaannya pump spray
mampu menghantarkan dosis yang tepat secara higienis pada kulit ketiak.
Deodoran pump spray mengandung zat aktif dan parfum dalam larutan
hidroalkohol dengan viskositas rendah. Biasanya solubilizer seperti PEG-40
hydrogenated castor oil ditambahkan ke dalam formula untuk menjaga
homogenitas dan kejernihan larutan.
PIT-Emulsion Pump Spray
Kekurangan hydroalcoholic pump spray adalah kandungan alkohol
dalam formula yang dapat menyebabkan efek samping yang tidak diharapkan
terutama terhadap ketiak yang dicukur. Pada tahun 1995 sebuah perusahaan
Jerman meluncurkan produk pump spray berbasis emulsi. Deodoran tersebut
didasarkan pada teknologi phase inversion temperature (PIT). Campuran
surfaktan teretoksilasi, minyak, dan air dengan zat aktif deodoran dipanaskan
sampai 60C - 90C. Pendinginan emulsi A/M yang diperoleh hingga suhu
kamar dilakukan secara PIT. Dari proses tersebut diperoleh emulsi M/A yang
terdispersi sempurna. Distribusi ukuran droplet emulsi PIT bervariasi antara
80 nm sampai 250 nm. Pump spray yang ramah terhadap kulit ini
mengandung kombinasi glyceryl monocaprinate dan wool wax acid dalam
sistem penghantaran yang bebas alkohol.
Microemulsion Pump Spray
Hydroalcoholic pump spray biasanya transparan sedangkan emulsi PIT
berwarna putih atau putih kebiruan. Pump spray bebas alkohol dan transparan
baru-baru ini diluncurkan di Eropa. Transparansi suatu emulsi diperoleh
apabila ukuran partikel droplet di bawah 100 nm. Mikroemulsi M/A ini dapat

diperoleh baik melalui teknologi PIT maupun tanpa teknologi PIT namun
pemilihan bahan-bahan dan penyesuaian parameter-parameter harus tepat.

Contoh Deodorant Pump Spray

II.6.

Karateristik Sediaan yang baik


Karateristik Sediaan yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara.
2. Dapat membunuh atau mengurangi aktivitas bakteri yang tidak
menguntungkan.
3. Tidak merangsang kulit atau tidak terjadi iritasi kulit.
4. Tidak beracun.

II.7.

Komponen Zat Aktif dan Tambahan


Bahan aktif :

Antimikroba seperti triklosan

Dengan logam chelant senyawa bahwa pertumbuhan bakteri yang


lambat.

Garam-garam logam bekerja dalam cara lain untuk mencegah keringat


dari mencapai permukaan kulit: garam-garam aluminium berinteraksi

dengan fibril keratin dalam saluran keringat dan membentuk plug fisik
yang mencegah keringat dari mencapai permukaan kulit.. Aluminium
garam juga memiliki sedikit zat berpengaruh pada pori-pori;.
menyebabkan mereka kontrak, lanjut mencegah keringat dari mencapai
permukaan kulit

Penyumbatan sejumlah besar kelenjar keringat

mengurangi jumlah keringat yang diproduksi di ketiak, meskipun hal ini


dapat bervariasi dari orang ke orang.
Bahan Tambahan :

Deodoran mungkin mengandung parfum wewangian atau alam minyak


esensial dimaksudkan untuk menutupi bau keringat.

Body Spray sebagai Pewangi Tubuh

Alkohol awalnya merangsang berkeringat, tetapi juga dapat membunuh


bakteri sementara

II.8.

Bahan pensuspensi (Jungerman, 1974)

Bahan-bahan Deodorant dan Antiperspiran


Bahan kosmetik yang sering digunakan sebagai deodorant yaitu :
a. Parfume
Campuran dari minyak esensial dari komponen aroma, fiksatif dan
pelarut digunakan untuk memberikan wangi yang menyenangkan pada
tubuh manusia.
b. Triclosan
Bahan antifungi dan antibakteri spektrum luas yang poten. Antibakteri
ini menghambat pertumbuhan bakteri gram (+) pada ketiak, yang
menyebabkan bau tidak sedap. Triklosan digunakan pada sabun (0,1 %1%), deodorant, shaving creams, mouth washes, dan peralatan
kebersihan. Triklosan menunjukkan efektifitas dalam mengurangi dan
mengontrol bakteri. Pada konsentrasi yang lebih tinggi. Triklosan bekerja
sebagai biosida sedangkan pada kadar yang lebih rendah bersifat

bakteriostatik. Mekansime kerja triklosan dalam membunuh bakteri


terutama dengan cara menghambat sintesis fatty acids. Beberapa spesies
bakteri dapat membangun resistensi dalam tingkat rendah terhadap
triklosan, yaitu Eshericia coli dan Staphylococcus aureus. Sedangkan
bakteri yang mempunyai resistensi bawaan terhadap triklosan yaitu
Pseudomonas aeruginosa (BPOM, 2009).
Beberapa bahan antiprespirant yang biasa digunakan dalam sediaan
kosmetik diantaranya yaitu :
a. Aluminium chlorohydrate
Adalah kelompok garam yang mempunyai rumus umum AlnCl (3nm) (OH)m, biasa digunakan dalam deodorant dan antiprespirant serta
flokulan pada permunian air. Aluminium chlorhydrate digunakan
dalam antiprespirant dan pada treatment normal lebih dari yang
diperlukan untuk pengaturan suhu tubuh.
b. Aluminium suphate (Tawas)
Tawas adalah semacam bau putih agak bening yang bisa digunakan
untuk membeningkan air. Selain manfaatnya untuk menjernihkan air,
ternyatatawas juga dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan
khususnya di daerah ketiak. Tawas merupakan salah satu bahan aktif
dari antiprespirant, walaupun demikian, awal tahun 2005 US Food
and Drug Administration tidak lagi mengakuinya sebagai pengurang
keringat.
c. Potasium aluminium suphate (Potasium alum)
Potassium aluminium sulfate adalah bahan kimia yang sesuai dengan
rumus kimia KAI(SO4)212H2O, juga dikenal sebagai Aluminium
Potassium Sulfate. Potasium alum adalah astringent dan antiseptic,
oleh karena itu Potassium alum dapat digunakan sebagai deodorant
dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri penyebab bau badan
sekaligus mengurangi keluarnya keringat.
d. Aluminium Zirconium Tetrachlorohydrx gly
Anhydrous

aluminium

zirconium

tetrachlorohydrex

gly

atau

sinonimnya Aluminum Zirconium Chloride Hydroxide; Aluminum


Zirconium tetrachlorohydtare; Aluminum zirconium chlorhydrate,

mempunyai dua fungus utama sebagai antiprespirant yaitu :


1. Ion aluminium dan zirconium membentuk gel yang menyumbat
pori-pori pada kulit, sumbatan yang mencegah keluarnya keringat
dari pori-pori. Kemampuan menyumbat ini biasa terjadi pada
antiprespirant berbasis aluminium.
2. Anhydrous aluminium zirconium tetrachlorohydrex gly bersifat
higroskopik sehingga menyerap keringat yang dihasilkan poripori yang tidak tersumbat pada tempat pertama.
Kedua fungsi inilah yang dapat mengurangi keringat sehingga
aluminium

zirconium

tetrachlorohydrex

gly

dikatakan

dapat

megurangi bau badan. Dalam Peraturan Kepala Badan POM RI No.


HK.00.05.42.1018 Tahun 2008, penggunaan Aluminium zirconium
tetrachlorohydrex gly dalam kosmetik dibatasi 20% sebagai
Anhydrous aluminium zirconium

chloride hydroxide atau 5,4%

sebagai zirconium serta mencantumkan peringatan Jangan digunakan


pada kulit yang teriritasi/luka (
BPOM , 2009)
II.9.

Metode Pembuatan
Produk kosmetika dalam bentuk gel dapat berkisar mulai dari lotion yang
kental seperti misalnya roll-ball antiperspirant sampai ke gel thixotropik
yang sangat kental dan tidak bisa mengalir, yang dapat digunakan sebagai
kosmetika hairdressing dan hair setting.
Lotion kental lebih mudah dibuatnya, yaitu dengan menambahkan sedikit
demi sedikit gellant padat ke dalam fase cair yang diaduk terus menerus
dengan cepat memakai propeller yang digerakkan turbin.
Gel kental yang tidak bisa mengalir cara pembuatannya lebih sulit, karena
pada produk akhirnya udara tidak bisa melarikan diri dari dalamnya
seperti pada lotion kental. Gel kental harus dibuat dalam ruang tanpa
udara atau perlu diadakan proses pembuangan udara yang rumit.
Pemakaian carboxyvinyl polymers (misalnya karbopol) mempermudah
pengeluaran udara dari dalam gel.
Deodorant stik. Agak berbeda cara pembuatannya daripada lipstik karena
merupakan gel sabun dan pembuatannya mirip dengan pembuatan emulsi,

suatu fase minyak (fatty acid) diadukkan ke dalam suatu fase larutan dalam
air pada suhum sekitar 70OC. Gel panas yang terbentuk diisikan ke dalam
cetakan pada suhu sekitar 60-65OC dan dibiarkan memadat. (Jugerman,
1974).
II.10. Evaluasi Efektivitas sediaan Deodorant
Evaluasi efektivitas dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu :
1. Metode Noda (Semi Kuantitatif terbaik)
Bebagai metode noda telah dilakukan untuk mendeteksi dan
mengukur jumlah keringat yang keluar di permukaan kulit. Pada
pemeriksaan klinik dilakukan merode berdasarkan reaksi Iodium Pati. Di
samping itu metode yang sangat sederhana dan cepat berdasarkan reaksi
biru Bromfenol yang disuspensikan ke dalam minyak silikon, akan
memberikan noda kebiruan pada permulaan keluarnya keringat, yang
dapat diamati pada tiap terbentunya pembuluh keringat melalui lapisan
transparan larutan indikator.
Dengan mengkombinasikan kedua metode tersebut di atas diperoleh
catatan permanen oda hitam biru pada kertas tolilet yang mengabsorpsi
keringat. Kemudian dapat diulang dengan meletakkan pada ketiak bola
pingpong yang disalut dengan campuran serbuk Biru Bromfenol yang
dibalut degan kain kassa. Salutan berubah menjadi biru dengan sedikit
keringat, kepekatan warna yang dihasilkan menunjukkan kecepataan
sekresi ketiak.
2. Metode Pencatatan Kontinyu Gravitasi
Metode gravitasi
Metode gravitasi ini lebih baik untuk mengetahui efektivitas
deodorant dan antiprespirant. Dalam metode ini bahan absorben yang
telah mengabsorbsi keringat ditimbang, sebagai bahan absorben
digunakan kain kassa yang telah ditarra.
Metode Pencatatan Kontinyu
Metode ini paling teliti karena menggunakan Higrometer elektronik.
Prinsip yang digunakan adalah sama, yakni dengan membuang terus
menerus uap lembab yang dihasilkan oleh bagian kulit yang tertutup
dengan menggunakan udara kering.
Tiap metode memiliki perbedaan dalam menggunakan tiap detektor uap
lembab. Beberapa metode menggunakan Higrometer resisten dan

kapasitan, lainnya ada yang menggunakan analisa gas infra merah, dan
3.
4.
5.
6.
7.
8.

analisa air elektrolit.


Karasteristik deodorant
Keefektifan gelatin
Kemampuan menahan keringat
Kemampuan untuk menahan lemak
Keharuman yang menyenangkan
Kemampuan untuk tidak lengket.

II.11. Uji Evaluasi Deodorant


A. Uji organoleptik
Hasil uji organoleptik deodorant yang baik adalah jika sampel sediaan
memiliki bentul, warna dan bau yang baik.

Deodorant roll-on dilakukan terhadap homogenitas, antara 3,6 (agak

homogen) -4,07 (sangat homogen


kelembutan, antara 3,9 (agak lembut)-4 (sangat lembut).
kesan lengket dikulit dan penerimaan panelis terhadap produk3,07

(agak lengket)-3,53 (tidak lengket).


Nilai rata-rata tingkat homogenitas produk yang dinilai oleh panelis

berkisar
Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap produk berkisar antara

3,33 (biasalnetral)-3,5 (suka).


B. Uji stabilitas
Dilakukan terhadap pH
dan viskositas dengan pengarnatan setiap tujuh hari sekali selama 35

hari.
Laju perubahan pH reJatif terhadap kondisi.
Laju perubahan viskositas relatif terhadap kondisi awal.

C. Uji Iritasi

Iritasi kulit

Ketebalan pada kulit

D. Uji Kosmomikrobiologi

Kosmetika peka terhadap mikroba

Rusak , berubah warna, dan encer

Kontaminasi selama prose pembuatan

Kontaminasi selama proses penyimpanan

Kontaminasi saat pemakaian

Nilai batas cemaran

E. Uji Pengawetan

Bahan pengawet yang digunakan

Ketahanan dari pengawet

Reaksi pengawet apabila dicampur dengan bahan lain.

F. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan pada suatu sediaan dengan
membandingkan keseragaman zat yang tersebar merata ke seluruh
sediaan. Biasanya digunakan preparat dan diamati dengan mikrroskop
untuk melihat tingkat kehomogenan sediaan tersebut.
G. Uji Titik Potong
Pada pengujian titik potong sediaan deodorant akan diamati berat air
berbanding dengan variabel hari pengujian. Semakin rendah titik potong
maka massa deodorant akan semakin lunak dan sebaliknya apabila titik
potong tinggi. Titik potong deodorant adalah 100 ml berdasarkan
literatur.
H. pH
pH derajat keasamaan digunakan untuk menyatakan tingkat keasamaan
atau konsentrasi H+ dalam suatu sediaan. Nilai pH berdasarkan dari 0
hingga 14. Suatu sediaan dikatakan netral apabila memiliki nilai Ph = 7.
Nilai pH > 7 menunjukkan memiliki sifat basa, sedangkan nilai <7
adalah asam. pH deodorant yag dianjurkan oleh literatur yaitu berkisar 78.
I. Uji Keamanan Sediaan Deodorant
Uji keamanan dilakukan untuk memastikan apakah sediaan tersebut
aman digunakan pada manusia atau

tidak. Pada pengujian sediaan

deodorant. Sediaan tersbut diujikan pada sukarelawan. Kemudian, dicatat


respon sukarelawan terhadap timbulnya rasa panas, eritema, gatal-gatal,
atau perih. Jika respon negatif, maka dianggap aman.
II.12.
Contoh Formulasi Deodorant

No.
1.

Bahan
Sereh

F1
30 %

F2

F3

F4

F5

Ket.
Bahan aktif, bertindak sebagai
antibakteri.
Karena terdapat kandungan
saponin, flavonoid, dan sitral
yang dapat menyebabkan sereh

Aquades

Qs

Propilen Glikol

5%

memiliki aktivitas antibakteri.


Sebagai bahan pelarut
Humektan
Berupa cairan jernih tdk
berwarna, kental, praktis tdk
berbau dgn rasa yg manis, sdikit
berbau tajam mirip gliserin, tpi
memiliki rasa yg lbh baik saat
digunakan krna viskositasnya lbh
rendah dr gliserin.
Dpt bercampur dgn aseton,
kloroform, etanol 95 %, gliserin
dan air, larut 1:8 dlm eter, tdk dpt
bercampur dgn minyak mineral/
minyak tertentu, tpi dpt
melarutkan bbrapa minyak
essensial
Propilen glikol (10 %) dpt
menguatkan aktivitas mikroba
paraben ketika trdpt surfaktan
non ionik, dn mencegah interaksi

Alkohol 95 %

metil paraben dan polisorbat 80.


sebagai pelarut

65%

pemerian, cairan jernih mudah


menguap dan mudah bergerak,
tidak berwarna dan berbau khas,
rasa terbakar pada lidah, mudah
terbakar (FI IV, hal 65)
2.

Lendir Daun

10-

Lidah Buaya (Aloe

15

vera Linn)
Alkohol

Bahan Aktif, sebagai antibakteri

sebagai pelarut

pemerian, cairan jernih mudah


menguap dan mudah bergerak,
tidak berwarna dan berbau khas,
rasa terbakar pada lidah, mudah
terbakar (FI IV, hal 65)
Antioksidan

Bronidox

Senyawa yang tahan panas,


sehingga lendir dan daun lidah
3
dan

Daun kenikir

5%

(Tagetes erecta)

10

buaya tidak mudah rusak.


Bahan Aktif

kemampuan ekstrak daun kenikir


(Tagetes erecta) untuk
menurunkan aktivitas bakteri
Staphylococcus epidermidis yang
menyebabkan bau badan.
Alkohol 96%

60

20

sebagai pelarut

pemerian, cairan jernih mudah


menguap dan mudah bergerak,
tidak berwarna dan berbau khas,
rasa terbakar pada lidah, mudah

Propilen glikol

5%

5%

terbakar (FI IV, hal 65)


Humektan
Berupa cairan jernih tdk
berwarna, kental, praktis tdk
berbau dgn rasa yg manis, sdikit
berbau tajam mirip gliserin, tpi
memiliki rasa yg lbh baik saat
digunakan krna viskositasnya lbh
rendah dr gliserin.
Dpt bercampur dgn aseton,
kloroform, etanol 95 %, gliserin
dan air, larut 1:8 dlm eter, tdk dpt
bercampur dgn minyak mineral/
minyak tertentu, tpi dpt
melarutkan bbrapa minyak
essensial
Propilen glikol (10 %) dpt
menguatkan aktivitas mikroba

paraben ketika trdpt surfaktan


non ionik, dn mencegah interaksi
metil paraben dan polisorbat 80
Akuades

40

Sebagai pelarut

Pemerian : cairan jernih, tidak


berwarna dan tidak berbau serta
tidak memiliki rasa. (FI III, hal
96)

5.

Air dionisasi
Mullbery
Propylene glycol

Qs

Sebagai Pelarut

35%

Bahan aktif

15%

Humektan
Berupa cairan jernih tdk
berwarna, kental, praktis tdk
berbau dgn rasa yg manis, sdikit
berbau tajam mirip gliserin, tpi
memiliki rasa yg lbh baik saat
digunakan krna viskositasnya lbh
rendah dr gliserin.
Dpt bercampur dgn aseton,
kloroform, etanol 95 %, gliserin
dan air, larut 1:8 dlm eter, tdk dpt
bercampur dgn minyak mineral/
minyak tertentu, tpi dpt
melarutkan bbrapa minyak
essensial
Propilen glikol (10 %) dpt
menguatkan aktivitas mikroba
paraben ketika trdpt surfaktan
non ionik, dn mencegah interaksi

Irgasan / triclosan

0,30

metil paraben dan polisorbat 80.


Antibakteri

Mekansime kerja triklosan dalam


membunuh bakteri terutama
dengan cara menghambat sintesis
fatty acids.

Sodium stearat

8%

Zat pengemulsi.
Merupakan sinonim dari poloxyl
2 stearyl ether.
Merupakan padatan berwarna,
putih atau krem dan sedikit
berbau. Tidak larut dalam air dan
propilen glikol dlm etanol.
Fungsi : digunakan dlm formulasi
farmasetik topikal dan kosmetik
sbg pengemulsi dlm emulsi A/M
atau M/A

Karakteristik bahan
1. Air
a.

Sifat kimia :
Bereaksi dengan karbon menghasilkan metana, hidrogen, karbon
dioksida, monoksida membentuk gas sintetis ( dalam proses gasifikasi
batubara )
Bereaksi dengan kalsium, magnesium, natrium dan logam logam
reaktif lain membebaskan H2
Air bersifat amfoter
Bereaksi dengan kalium oksida, sulfur dioksida membentuk basa
kalium dan asam sulfat
Bereaksi dengan trigliserida (minyak/lemak) menghasilkan asam
lemak dan gliserol (rekasi hidrolisis trigliserida)
Air dapat berfungsi sebagai media reaksi dan atau katalis, misalnya
dalam rekasi substitusi garam garam padat dan perkaratan
permukaan logam logam
Dengan anhidrid asam karboksilat membentuk asam karboksilat

b.

Sifat fisika :

Berupa zat cair pada suhu kamar

Berbentuk heksagonal

Tidak berbau, berasa, dan tidak berwarna

Berat molekul, gr/gr-mol : 18


2. Mulberry
Memberikan khasiat pemutih yang telah terbukti dengan kandungan
ekstrak Mulberry yang efektif mencerahkan kulit sehingga kulit tampak
menawan dan cerah berseri. Dapat menghilangkan bau badan serta
mencerahkan daerah kulit yang gelap. Membantu masalah keringat yang
berlebihan dan menjaga kulit tetap kering sepanjang hari dengan kandungan
garam mineral yang alami, cepat, kering, tidak kotor, dan tidak lengket di
badan.
3. Propylenglicol
a. Sifat Kimia
Sinonim
: Metil etilen glikol
Rumus kimia
: C3H8O2
Nama kimia
: 1,2-propanadiol
CAS
: [57-55-6]
Berat molekul
: 76,09
b. Sifat Fisika
Organoleptis
Bentuk
: Cairan kental, jernih
Warna
: Tidak bewarna
Bau
: Tidak berbau
Rasa
: agak manis
Kelarutan
: Dapat campur dengan air dan dengan etanol
(95 %) p dan dengan kloroform P, larut dalam 6M bagian eter P, tidak
dapat bercampur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak

lemak.
Bobot/ml
OTT
Indeks bias
Stabilitas

: 1,035 g -1,037 g
: reagen pengoksidasi
: 1,431-1,433
: Stabil dalam campuran dengan etanol 95%,

gliserin atau air.


Konstanta dielektrik
: 33
Konsentrasi yang digunakan dalam eliksir : 10-25%
c. Sifat farmakologi
Khasiat
: pelarut, humektan
d. Penyimpanan
: Dalam wadah tetutup baik, di tempat yang kering
dan sejuk.
4. Irgasan / triclosan

Triclosan yaitu antifungi dan antibakteri spektrum luas yang poten.


Antibakteri ini menghambat pertumbuhan bakteri gram positif pada ketiak,
yang menyebabkan bau tak sedap. Triklosan digunakan pada sabun (0,1 % - 1
%), deosorant, saving creams, mouth washes, dan peralatan kebersihan.
Triklosan menunjukan efektifitas dalam mengurangi dan mengontrol bakteri.
Pada konsentrasi tinggi, triklosan bekerja sebagai biosida sedangkanpada
kadar rendah bersifat bakteriostatik.
5. Sodium stearat
Zat pengemulsi, Merupakan sinonim dari poloxyl 2 stearyl ether. Merupakan
padatan berwarna, putih atau krem dan sedikit berbau. Tidak larut dalam air
dan propilen glikol dlm etanol.

BAB III
PEMBAHASAN
Keringat yang diekskresikan tubuh adalah hal yang bersifat alamiah
untuk menjaga keseimbangan tubuh agar tetap sehat. Keringat diekskresikan
melewati kelenjar ekrin dan apokrin. Dikarenakan terdapat adanya aktivitas
bakteri yang terdapat pada kulit menjadikan keringat menajdi bau. Ada
banyak cara untuk mengatasi bau badan, cara paling umum digunakan adalah
menggunakan

deodorant

dan

antiperspirant.

Deodoran

mengandung

antispetik yang menekan pertumbuhan antibakteri, sedangkan antiprespirant


mengandung bahan yang dapat mengurangi keringat yang keluar. Sekarang
tersedia banyak produk yang sekaligus mengandung deodorant antiprespirant
serta terdapat pula macam pilihan aroma wangi dari masing-masing.
Yang terpenting karateristik sediaan deodorant yang baik harus
memenuhi persyaratan antara lain : dapat menghilangkan bau badan
walaupun sifatnya sementara, dapat mengurangi pertumbuhan aktivitas
antibakteri, tidak mengurangi kulit atau tidak iritasi pada kulit, dapat
mengurangi keringat. Kami akan menguraikan apa saja kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing formula yang sudah di paparkan pada bab II.
Untuk Formula I, yaitu Proses pembuatan Deodorant parfume spray

dengan bahan dasar ekstrak sereh (Cymbopogon nardus L). Tahapan awal
yang dilakukan adalah membersihkan dan memotong sereh kecil-kecil. Hal
ini berfungsi memperluas penampang permukaan sereh sehingga dapat
mempercepat terpisahnya minyak atsiri saat dilakukan destilasi uap. Hasil
destilasi uap diperole hasil untuk 1 kg sereh sebanyak 1 ml minyak atsiri.
Tahap selanjutnya adalah mengisolasi bakteri Staphylococcus
epidermidis, kemudian tahapan selanjutnya yaitu pembuatan Deodorant
Parfume Spary. Tahapan yang dilakukan antara lain, mencuci bersih botol
spray yang akan digunakan kemudian membilasnya dengan menggunakan
alkohol 95% pada bilasan terakhir. Hal ini dilakukan agar botol bebas dari
kontaminan. Langkah selanjutnya untuk membuat parfum dengan konsentrasi
5% yaitu mengambil alkohol 95% menggunakan gelas ukur sebanyak 90 ml
kemudian memasukannya ke dalam botol. Mengambil 30 ml ekstrak sereh
menggunakan gelas ukur kemudian memasukkan kedalam botol yang sama
lalu menggojog hingga homogen. Lalu mengambil propilen glikol sebanyak
5 ml dan memasukkan ke dalam botol kemudian digojog lagi hingga
homogen. Penggojogan berfungsi untuk mencampur semua bahan menjadi
satu. Dalam proses ini peneliti tidak menggunakan aquades dikarenakan pada
saat percobaan yang ditambahkan aquades hasilnya menjadi keruh. Hal ini
disebabkan aquades tidak dapat melarutkan minyak atsiri sereh. Propilen
glikol yang digunakan berfungsi untuk membantu deodorant parfume spray
terikat pada kulit sehingga fungsi deodorant menjadi tahan lama. Kemudian
dilakukan proses pengujian efektivitas deodorant parfum spray terhadap
aktifitas

bakteri

Staphylococcus

epiermidis.

Hasil

yang

diperoleh

menunjukkan bahwa deodorant parfume spray dengan bahan dasar ekstrak


sereh Cymbopogon nardus L dengan konsentrasi 30% sangat efektif dalam
mengurangi aktifitas bakteri Staphylococcus epidermis yaitu sebanyak 14
mm. Hasil ini bahkan lebih baik jika dibandingkan dengan sampel deodorant
parfume spray yang beredar dipasaran yang hanya dapat menghambat
sebanyak 8 mm. Sedangkan untuk konsentrasi 5 % dan 15 % belum
memberikan pengaruh sama sekali. Hal ini dimungkinkan terjadi karena zat
aktif pada ekstrak sereh belum cukup kuat untuk mengurangi aktifitas
bakteri. Selanjutnya mengetahui penerimaan masyarakat terhadap deodorant

parfum spray yang dihasilkan peneliti melakukan uji khalayak terbatas.


Kelebihan dari metode percobaan ini adalah prosedur pembuatan
yang relatif mudah dan ekonomis, namun tetap terjaga higienisnya. Dari 10
orang probandus semua menyatakan tampilan produk sudah bagus, namun
aroma teralalu menyengat seperti minyak angin. Mengenai sensasi yang
dirasakan di kulit semua menyatakan dingin dan cepat kering untuk
konsentrasi 5 % dan 10 %.
Kekurangan dalam metode pembuatan ini menyatakan untuk
konsentrasi 30 % kecepatan keringnya produk pada kulit lebih lambat dan
kulit terlihat mengkilat. Hal ini dimungkinkan terjadi karena minyak tidak
larut secara sempurna bersama bahan-bahan lain yang digunakan. Akan tetapi
ketika semua probandus diberi pertanyaan apakah mau membeli jika kelak
produk dipasarkan, semua probandus menyatakan tidak dengan alasan yang
hampir sama yaitu aroma masih kurang menarik untuk digunakan dalam
keseharian.
Untuk formula II, Yaitu Formulasi Deodoran Bentuk Batang (Stick)
dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.). Telah dilakukan
formulasi deodoran batang tipe alkohol gel dan tipe lemak dengan zat aktif
lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) konsentrasi 12 , 15 dan 18%.
Lendir daun lidah buaya mempunyai aktivitas antibakteri Staphylococcus
epidermidis yang diduga menjadi penyebab bau badan, dengan Konsentrasi
Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) 15% v/v. Tipe alkohol gel dengan lendir
daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) konsentrasi 15 dan 18% serta tipe lemak
konsentrasi 18% memberikan zona hambat tumbuh terhadap bakteri
Staphylococcus epidermidis. Uji stabilitas fisik sediaan deodoran batang
yang dibuat memperlihatkan adanya kestabilan bentuk, warna, bau dan
homogenitas selama waktu penyimpanan.
Kelebihan dari metode formulasi deodoran bentuk batang dengan
Lendir Daun Lidah Buaya memberikan hasil uji keamanan yang
menunjukkan bahwa deodoran batang tipe alkohol gel dan tipe lemak dengan
daun lendir lidah buaya (Aloe vera Linn.) konsentrasi terbesar (18%) tidak
memperlihatkan adanya iritasi, sehingga aman untuk digunakan.
Untuk Formula III, yaitu pemanfaatan ekstrak daun kenikir (Tagetes
erecta) sebagai alternatif ntibakteri Staphylococcus epidermidis pada
dedorant Parfum Spray. Deodoran perfume spray berbahan ekstrak daun

kenikir merupakan produk yang digunakan untuk mengatasi bau badan yang
disebabkan bakteri Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini bertujuan
mengetahui efektifitas deodoran perfume spray dan ekstrak daun kenikir
terhadap aktivitas bakteri dan konsentrasi optimum deodoran perfume spray
dalam mengurangi aktivitas bakteri tersebut.
Metode yang dilakukan terdiri atas 5 tahap, yaitu 1) Pembuatan
ekstrak daun kenikir, 2)Pembuatan deodoran perfume spray (2 formula
dengan komposisi berbeda), 3) Isolasi bakteri, 4) Uji produk terhadap
aktivitas bakteri dan 5) Uji khalayak terbatas. Penentuan kualitas produk
(kontrol, konsentrasi 5%, 10%, 15% dan deodoran perfume spray
konvensional) hal tampilan, aroma dan sensasi di kulit menggunakan metode
angket.
Penelitian yang berjudul Pemanfaatan Ekstrak Daun Kenikir (Tagetes
erecta) sebagai Alternatif Anti Bakteri pada Deodoran Perfume Spray
bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan deodoran parfume spray
dengan ekstrak daun kenikir terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus
epidermidis dan mengetahui konsentrasi optimum deodoran parfume spray
dalam mengurangi aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis. Daun
kenikir mengandung saponin dan flavonoida (Cowan, M.M. (1999). Plant
Products as AntimicrobialAgents.AmericanSociety for Microbiology. 12,
(4), 564-582.)
Pembuatan deodoran dilakukan sebanyak 2 kali dengan variasi
komposisi yang berbeda.

Formula 1 menggunakan metode pengenceran

dengan pelarut alkohol 96% hingga didapat konsentrasi 5%, 10% dan 15%,
untuk formula 1 deodoran : 60 ml alkohol 96%, 30 ml ekstrak daun kenikir
(5%,10%, 15%), 5 ml akuades dan 5 ml propilen glikol. Pengujian deodorant
perfume spray terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis
dilakukan di BLK dengan uji daerah hambat. Hasil analisis keefektifan
deodoran terhadap aktivitas bakteri sebagai berikut,

deodoran pasaran

13mm, alkohol 96% (kontrol) 10mm, deodoran ekstrak kenikir konsentrasi


5% 10mm, konsentrasi 10% 9mm, konsentrasi 15% 9mm.
Konsentrasi 5% dan deodoran pasaran merupakan konsentrasi
optimum dalam mengurangi aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis.
Hasil uji khalayak terbatas menunjukkan bahwa para pencoba kurang

berminat pada produk ini karena komposisi alkohol yang terlalu banyak dan
menusuk hidung. Dari hasil uji daya hambat, deodoran pasaran memiliki
tingkat keefektifan paling tinggi dalam menghambat bakteri, yaitu dengan
rata-rata 16 mm, dilanjutkan dengan kontrol (alkohol 96%) dengan daya
hambat 11,75 mm, kemudian deodoran perfume spray 5% dengan daya
hambat 10,25 mm, deodoran perfume spray 10% dengan daya hambat
11,1875 mm dan deodoran perfume spray 15% dengan daya hambat 9,75 mm
untuk formula III. Konsentrasi deodoran kenikir 10% merupakan konsentrasi
paling efektif dalam menghambat bakteri. 2 konsentrasi terbaik pada formula
III dan IV di atas belum lebih baik dari deodoran konvensional, namun
deodoran konvensional yang dijadikan sampel untuk diuji mengandung
Aluminium klorohidrat (ACH) yang berbahaya bagi tubuh.
Kelebihan dan kekurangan hasil metode percobaan ini adalah untuk
formula III, diperoleh uj daya hambat sebesar 10 mm, dengan konsentrasi
minimum 5 %, warna yang diperoleh hijau dengan bau menyengat, sensasi
yang ditimbulkan adalah dingin, kelebihannya adalah keawetan betahan
selama 2 bulan. Kekurangan Formula III minat dari para relawan pencoba
mendapatkan respon kurang berminat dan memiliki daya tahan selama 2
jam.
Kelebihan hasil metode pembuatan deodorant Formula IV ini adalah
terdapat hasil daya hambat terbaik serta banyak diminati. Uji daya tahan
diperoleh daya tahan berkisar 4-5 jam setelah pemerian. Warna yang
diperoleh adalah kuning, aroma yang dihasilkan adalah tidak menyengat
seperti formula III. Memberikan hasil dingin setelah di aplikasikan pada
anggota badan. Kekurangannya untuk formula IV ini kurang awet, yaitu
hanya berkisar kurang dari 3 minggu dengan indikator warna dan bau.
Konsentrasi

optimum

dalam

menghambat

bakteri

Staphylococcus

epidermidis adalah 10% pada formula.


Formula V adalah formula sendiri adapun metode pembuatannya
pertama, Panaskan air pada 75 C lalu tambahkan mullbery aduk sampai larut
hingga suhu 60C. Campurkan propylene glicol dan dengan irgasan panaskan
pada suhu 75 C, tambahkan sodium stearat, aduk campuran selama 15 menit,
dan aduk sampai merata tambahkan perasa & pengaroma. Dinginkan pada
suhu 62-65 C. Kami mencoba menggunakan bahan alam dikarenakan lebih

aman dibandingkan dengan bahan-bahan kimia. Zat aktif Mulberry


Memberikan khasiat pemutih yang telah terbukti dengan kandungan ekstrak
Mulberry yang efektif mencerahkan kulit sehingga kulit tampak menawan
dan cerah berseri. Dapat menghilangkan bau badan serta mencerahkan daerah
kulit yang gelap. Membantu masalah keringat yang berlebihan dan menjaga
kulit tetap kering sepanjang hari dengan kandungan garam mineral yang
alami, cepat, kering, tidak kotor, dan tidak lengket di badan.
Evaluasi dilakukan untuk Formula V meliputi Uji organoleptik, Hasil
uji organoleptik deodorant yang baik adalah jika sampel sediaan memiliki
bentul, warna dan bau yang baik. Uji stabilitas, Uji Iritasi, Uji
Kosmomikrobiologi, Uji Pengawetan, Uji Homogenitas, Uji homogenitas
adalah uji yang dilakukan pada suatu sediaan

dengan membandingkan

keseragaman zat yang tersebar merata ke seluruh sediaan. Biasanya


digunakan preparat dan diamati dengan mikrroskop untuk melihat tingkat
kehomogenan sediaan tersebut , pH dan Uji Keamanan Sediaan Deodorant.
Karateristik sediaan deodorant yang baik antara lain dapat
menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara. Dapat membunuh
atau mengurangi aktivitas bakteri yang tidak menguntungkan. Tidak
merangsang kulit atau tidak terjadi iritasi kulit. Serta tidak beracun.

BAB V
KESIMPULAN
Dari Formula I deodoran spray ekstrak sereh diperoleh Kelebihan
dari metode percobaan ini adalah prosedur pembuatan yang relatif mudah dan
ekonomis, namun tetap terjaga higienisnya. Dari 10 orang probandus semua
menyatakan tampilan produk sudah bagus, namun aroma teralalu menyengat
seperti minyak angin. Mengenai sensasi yang dirasakan di kulit semua
menyatakan dingin dan cepat kering untuk konsentrasi 5 % dan 10 %.
Kekurangan dalam metode pembuatan ini menyatakan untuk konsentrasi 30
% kecepatan keringnya produk pada kulit lebih lambat dan kulit terlihat
mengkilat aroma masih kurang menarik untuk digunakan dalam keseharian.
Untuk Formula II, Yaitu Formulasi Deodoran Bentuk Batang (Stick)
dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.). Kelebihan dari metode
formulasi deodoran bentuk batang dengan Lendir Daun Lidah Buaya
memberikan hasil uji keamanan yang menunjukkan bahwa deodoran batang
tipe alkohol gel dan tipe lemak dengan daun lendir lidah buaya (Aloe vera
Linn.) konsentrasi terbesar (18%) tidak memperlihatkan adanya iritasi,
sehingga aman untuk digunakan.
Untuk Formula III, yaitu pemanfaatan ekstrak daun kenikir (Tagetes
erecta) sebagai alternatif antibakteri Staphylococcus epidermidis pada
dedorant Parfum Spray. Kelebihan dan kekurangan hasil metode percobaan
ini adalah untuk formula III, diperoleh uj daya hambat sebesar 10 mm,
dengan konsentrasi minimum 5 %, warna yang diperoleh hijau dengan bau
menyengat, sensasi yang ditimbulkan adalah dingin, kelebihannya adalah
keawetan betahan selama 2 bulan. Kekurangan Formula III minat dari para
relawan pencoba mendapatkan respon kurang berminat dan memiliki daya
tahan selama 2 jam.
Kelebihan hasil metode pembuatan deodorant Formula IV ini adalah
terdapat hasil daya hambat terbaik serta banyak diminati. Uji daya tahan
diperoleh daya tahan berkisar 4-5 jam setelah pemerian. Warna yang
diperoleh adalah kuning, aroma yang dihasilkan adalah tidak menyengat

seperti formula III. Memberikan hasil dingin setelah di aplikasikan pada


anggota badan. Kekurangannya untuk formula IV ini kurang awet, yaitu
hanya berkisar kurang dari 3 minggu dengan indikator warna dan bau.
Konsentrasi

optimum

dalam

menghambat

bakteri

Staphylococcus

epidermidis adalah 10% pada formula.


Formula V adalah formula sendiri Kami mencoba menggunakan
bahan alam dikarenakan lebih aman dibandingkan dengan bahan-bahan
kimia. Zat aktif Mulberry Memberikan khasiat pemutih yang telah terbukti
dengan kandungan ekstrak Mulberry yang efektif mencerahkan kulit
sehingga kulit tampak menawan dan cerah berseri. Dapat menghilangkan bau
badan serta mencerahkan daerah kulit yang gelap. Membantu masalah
keringat yang berlebihan dan menjaga kulit tetap kering sepanjang hari
dengan kandungan garam mineral yang alami, cepat, kering, tidak kotor, dan
tidak lengket di badan. Kami pun menambahkan Triclosan sebagai antifungi
dan antibakteri spektrum luas yang poten. Dikarenakan triclosan dapat
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif pada ketiak, yang
menyebabkan bau tak sedap.
Evaluasi dilakukan untuk Formula V meliputi Uji organoleptik, Hasil
uji organoleptik deodorant yang baik adalah jika sampel sediaan memiliki
bentul, warna dan bau yang baik. Uji stabilitas, Uji Iritasi, Uji
Kosmomikrobiologi, Uji Pengawetan, Uji Homogenitas, Uji homogenitas
Serta, pH dan Uji Keamanan Sediaan Deodorant.
Karateristik sediaan deodorant yang baik antara lain dapat
menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara. Dapat membunuh
atau mengurangi aktivitas bakteri yang tidak menguntungkan. Tidak
merangsang kulit atau tidak terjadi iritasi kulit. Serta tidak beracun.

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi ke IV,
Jakarta. 1995.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi ke III,
Jakarta. 1979

3. Rohman, apriana. Formulasi dan Mekanisme Kerja Antiperspiran, Universitas


Ahmad Dahlan. Yogyakarta. 2011.
4. Jungerman, Eric, Ph.D. Antiprespirant : News Trends In Formulation and
Testing Technology. Presented December1 1, 1973,N ew York City
5. J Heritage E,G,V, Evans , R,A Killington. Human Fisiologi. Cambrige
University Press. 1999
6. Tranggono, Retno. I, Latifah, Fatma. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2007
7. Formularium Kosmetika Indonesia, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1985.
8. Klepak, Philip dan Walkey, Jack. Antiprespirants and Deodorants. International
Federation Of Cosmetic Chemists (IFSCC). London. 2000 Edn., 69-100.
9. Atun, khasanah, dkk. Pemanfaatan Ekstrak Sereh (Chymbopogon nardus L)
Sebagai Alternatif Antibakteri Staphylococcus epidermidis Pada Deodoran
Parfum Spray . Universitas Negeri Yogyakarta. 2010
10. Soeryati, Sri, dkk. Formulasi Deodoran Bentuk Batang (Stick) dengan Lendir
Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn). Universitas Padjajaran, JatinangorSumedang. 2010
11. Salma, Atika. Dkk. Pemanfaatan Ekstrak Daun Kenikir (Tagetes erectus)
sebagai alternatif antibakteri Staphylococcus epidermidis Pada Deodoran
Parfume Spray. Universitas Negeri Yogyakarta. 2012.

Anda mungkin juga menyukai