PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Anatomi Kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan
memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan
rangsangan luar.2
Ketiak atau dalam bahasa Latin disebut axilla adalah daerah lipatan
tubuh manusia yang menghubungkan lengan atas dengan bahu. Ketiak
dikenal sebagai salah satu bagian tubuh yang sensitif saat digelitik dan
sebagai salah satu bagian tubuh yang agak tersembunyi.1
Secara anatomis, ketiak diikat pada bagian anterior oleh otot pectoralis
major dan otot pectoralis minor, dan bagian posterior oleh otot subscapularis
dan tulang belikat. Kemudian di bagian medialnya oleh otot serratus anterior
serta bagian lateral oleh otot coracobrachialis dan bagian caput brevis dari
otot biceps brachii.1
KULIT TERBAGI MENJADI 3 LAPISAN :
1. EPIDERMIS
Terbagi atas 5 lapisan :
a. Stratum korneum / lapisan tanduk
Terdiri atas beberapa sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak
mengalami metabolisme, tidak berwarna dan sedikit mengandung air.
- Terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati dan tidak berinti
- Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).3
b. Stratum lusidum
Terletak di bawah stratum corneu.
- Lapisan sel gepeng tanpa inti
- Protoplasma berubah menjadi protein (eleidin)
- Biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan
- Tidak tampak pada kulit tipis. 3
c. Stratum granulosum / lapisan granular
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal.
- Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng
inti diantaranya
- Mukosa tidak mempunyai lapisan inti.3
d. Stratum spinosum / lapisan malphigi
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri.
- Lapisan epidesmis yang paling tebal
- Terdiri dari sel polygonal, besarnya berbeda-beda karena ada proses
-
mitosis
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti
terletak ditengah
Terdapat jembatan
antarsel
(intecelluler
bridges)
yang
tdd:
antigen kutaneus. 3
e. Stratum basale
- Terdiri dari sel-sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis
- Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade
- Lapisan terbawah dari epidermis
- Mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif
- Terdapat melanosit (clear cell) yaitu sel dendritik yang membentuk
melanin melindungi kulit dari sinar matahari. Dengan sitoplasma
yang
basofilik
dan
inti
gelap,
mengandung
butir
pigmen
(melanosomes)3
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu fibrous insoluble
yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:
1. Mengusir mikroorganisme patogen.
2. Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh.
3. Unsur utam yang mengeraskan rambut dan kuku.
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3-4 minggu. Epidermis akan
bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara
epidermis dan dermis disebut rete ridge yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan disebut fingers prints.
2. DERMIS (korium)
Merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri
dari 2 lapisan :
1. Pars papilare
- Bagian yang menonjol ke epidermis
- Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah
2. Pars retikulare
- Bagian yang menonjol ke subkutan
- Terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin, retikulin),
matriks (cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta
-
fibroblast)
Terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan retikularis
yang terdapat banyak banyak darah, limfe, akar rambut, kelenjar
II.2.
- Pleksus superfisialis
- Pleksus profunda
Kelenjar Keringat dan Fungsinya
cara
yang
alami
untuk
epidermidis,
Corynebacterium
acne,
Pseudomonas
menguntungkan
Tidak beracun
Deodorant tidak mencegah kita dari keringat. Tapi kerja deodorant itu
mencegah bau dengan cara membunuh bakteri. bahan deodorant Triclosan
bikin suasana di ketiak terlalu asin dan terlalu asam. kondisi ini sama sekali
bukan kondisi yang disenangi bakteri (sabun juga mengandung triclosan kan
untuk membunuh bakteri).
mengerti
bagaimana
mekanisme
kerja
deodorant
bekerja
dengan
menghambat
pertumbuhan
II.5.
alkohol
chlorohydrex
propilen
glikol,
aluminium
diperoleh baik melalui teknologi PIT maupun tanpa teknologi PIT namun
pemilihan bahan-bahan dan penyesuaian parameter-parameter harus tepat.
II.6.
II.7.
dengan fibril keratin dalam saluran keringat dan membentuk plug fisik
yang mencegah keringat dari mencapai permukaan kulit.. Aluminium
garam juga memiliki sedikit zat berpengaruh pada pori-pori;.
menyebabkan mereka kontrak, lanjut mencegah keringat dari mencapai
permukaan kulit
II.8.
aluminium
zirconium
tetrachlorohydrex
gly
atau
zirconium
tetrachlorohydrex
gly
dikatakan
dapat
Metode Pembuatan
Produk kosmetika dalam bentuk gel dapat berkisar mulai dari lotion yang
kental seperti misalnya roll-ball antiperspirant sampai ke gel thixotropik
yang sangat kental dan tidak bisa mengalir, yang dapat digunakan sebagai
kosmetika hairdressing dan hair setting.
Lotion kental lebih mudah dibuatnya, yaitu dengan menambahkan sedikit
demi sedikit gellant padat ke dalam fase cair yang diaduk terus menerus
dengan cepat memakai propeller yang digerakkan turbin.
Gel kental yang tidak bisa mengalir cara pembuatannya lebih sulit, karena
pada produk akhirnya udara tidak bisa melarikan diri dari dalamnya
seperti pada lotion kental. Gel kental harus dibuat dalam ruang tanpa
udara atau perlu diadakan proses pembuangan udara yang rumit.
Pemakaian carboxyvinyl polymers (misalnya karbopol) mempermudah
pengeluaran udara dari dalam gel.
Deodorant stik. Agak berbeda cara pembuatannya daripada lipstik karena
merupakan gel sabun dan pembuatannya mirip dengan pembuatan emulsi,
suatu fase minyak (fatty acid) diadukkan ke dalam suatu fase larutan dalam
air pada suhum sekitar 70OC. Gel panas yang terbentuk diisikan ke dalam
cetakan pada suhu sekitar 60-65OC dan dibiarkan memadat. (Jugerman,
1974).
II.10. Evaluasi Efektivitas sediaan Deodorant
Evaluasi efektivitas dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu :
1. Metode Noda (Semi Kuantitatif terbaik)
Bebagai metode noda telah dilakukan untuk mendeteksi dan
mengukur jumlah keringat yang keluar di permukaan kulit. Pada
pemeriksaan klinik dilakukan merode berdasarkan reaksi Iodium Pati. Di
samping itu metode yang sangat sederhana dan cepat berdasarkan reaksi
biru Bromfenol yang disuspensikan ke dalam minyak silikon, akan
memberikan noda kebiruan pada permulaan keluarnya keringat, yang
dapat diamati pada tiap terbentunya pembuluh keringat melalui lapisan
transparan larutan indikator.
Dengan mengkombinasikan kedua metode tersebut di atas diperoleh
catatan permanen oda hitam biru pada kertas tolilet yang mengabsorpsi
keringat. Kemudian dapat diulang dengan meletakkan pada ketiak bola
pingpong yang disalut dengan campuran serbuk Biru Bromfenol yang
dibalut degan kain kassa. Salutan berubah menjadi biru dengan sedikit
keringat, kepekatan warna yang dihasilkan menunjukkan kecepataan
sekresi ketiak.
2. Metode Pencatatan Kontinyu Gravitasi
Metode gravitasi
Metode gravitasi ini lebih baik untuk mengetahui efektivitas
deodorant dan antiprespirant. Dalam metode ini bahan absorben yang
telah mengabsorbsi keringat ditimbang, sebagai bahan absorben
digunakan kain kassa yang telah ditarra.
Metode Pencatatan Kontinyu
Metode ini paling teliti karena menggunakan Higrometer elektronik.
Prinsip yang digunakan adalah sama, yakni dengan membuang terus
menerus uap lembab yang dihasilkan oleh bagian kulit yang tertutup
dengan menggunakan udara kering.
Tiap metode memiliki perbedaan dalam menggunakan tiap detektor uap
lembab. Beberapa metode menggunakan Higrometer resisten dan
kapasitan, lainnya ada yang menggunakan analisa gas infra merah, dan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
berkisar
Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap produk berkisar antara
hari.
Laju perubahan pH reJatif terhadap kondisi.
Laju perubahan viskositas relatif terhadap kondisi awal.
C. Uji Iritasi
Iritasi kulit
D. Uji Kosmomikrobiologi
E. Uji Pengawetan
F. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan pada suatu sediaan dengan
membandingkan keseragaman zat yang tersebar merata ke seluruh
sediaan. Biasanya digunakan preparat dan diamati dengan mikrroskop
untuk melihat tingkat kehomogenan sediaan tersebut.
G. Uji Titik Potong
Pada pengujian titik potong sediaan deodorant akan diamati berat air
berbanding dengan variabel hari pengujian. Semakin rendah titik potong
maka massa deodorant akan semakin lunak dan sebaliknya apabila titik
potong tinggi. Titik potong deodorant adalah 100 ml berdasarkan
literatur.
H. pH
pH derajat keasamaan digunakan untuk menyatakan tingkat keasamaan
atau konsentrasi H+ dalam suatu sediaan. Nilai pH berdasarkan dari 0
hingga 14. Suatu sediaan dikatakan netral apabila memiliki nilai Ph = 7.
Nilai pH > 7 menunjukkan memiliki sifat basa, sedangkan nilai <7
adalah asam. pH deodorant yag dianjurkan oleh literatur yaitu berkisar 78.
I. Uji Keamanan Sediaan Deodorant
Uji keamanan dilakukan untuk memastikan apakah sediaan tersebut
aman digunakan pada manusia atau
No.
1.
Bahan
Sereh
F1
30 %
F2
F3
F4
F5
Ket.
Bahan aktif, bertindak sebagai
antibakteri.
Karena terdapat kandungan
saponin, flavonoid, dan sitral
yang dapat menyebabkan sereh
Aquades
Qs
Propilen Glikol
5%
Alkohol 95 %
65%
Lendir Daun
10-
15
vera Linn)
Alkohol
sebagai pelarut
Bronidox
Daun kenikir
5%
(Tagetes erecta)
10
60
20
sebagai pelarut
Propilen glikol
5%
5%
40
Sebagai pelarut
5.
Air dionisasi
Mullbery
Propylene glycol
Qs
Sebagai Pelarut
35%
Bahan aktif
15%
Humektan
Berupa cairan jernih tdk
berwarna, kental, praktis tdk
berbau dgn rasa yg manis, sdikit
berbau tajam mirip gliserin, tpi
memiliki rasa yg lbh baik saat
digunakan krna viskositasnya lbh
rendah dr gliserin.
Dpt bercampur dgn aseton,
kloroform, etanol 95 %, gliserin
dan air, larut 1:8 dlm eter, tdk dpt
bercampur dgn minyak mineral/
minyak tertentu, tpi dpt
melarutkan bbrapa minyak
essensial
Propilen glikol (10 %) dpt
menguatkan aktivitas mikroba
paraben ketika trdpt surfaktan
non ionik, dn mencegah interaksi
Irgasan / triclosan
0,30
Sodium stearat
8%
Zat pengemulsi.
Merupakan sinonim dari poloxyl
2 stearyl ether.
Merupakan padatan berwarna,
putih atau krem dan sedikit
berbau. Tidak larut dalam air dan
propilen glikol dlm etanol.
Fungsi : digunakan dlm formulasi
farmasetik topikal dan kosmetik
sbg pengemulsi dlm emulsi A/M
atau M/A
Karakteristik bahan
1. Air
a.
Sifat kimia :
Bereaksi dengan karbon menghasilkan metana, hidrogen, karbon
dioksida, monoksida membentuk gas sintetis ( dalam proses gasifikasi
batubara )
Bereaksi dengan kalsium, magnesium, natrium dan logam logam
reaktif lain membebaskan H2
Air bersifat amfoter
Bereaksi dengan kalium oksida, sulfur dioksida membentuk basa
kalium dan asam sulfat
Bereaksi dengan trigliserida (minyak/lemak) menghasilkan asam
lemak dan gliserol (rekasi hidrolisis trigliserida)
Air dapat berfungsi sebagai media reaksi dan atau katalis, misalnya
dalam rekasi substitusi garam garam padat dan perkaratan
permukaan logam logam
Dengan anhidrid asam karboksilat membentuk asam karboksilat
b.
Sifat fisika :
Berbentuk heksagonal
lemak.
Bobot/ml
OTT
Indeks bias
Stabilitas
: 1,035 g -1,037 g
: reagen pengoksidasi
: 1,431-1,433
: Stabil dalam campuran dengan etanol 95%,
BAB III
PEMBAHASAN
Keringat yang diekskresikan tubuh adalah hal yang bersifat alamiah
untuk menjaga keseimbangan tubuh agar tetap sehat. Keringat diekskresikan
melewati kelenjar ekrin dan apokrin. Dikarenakan terdapat adanya aktivitas
bakteri yang terdapat pada kulit menjadikan keringat menajdi bau. Ada
banyak cara untuk mengatasi bau badan, cara paling umum digunakan adalah
menggunakan
deodorant
dan
antiperspirant.
Deodoran
mengandung
dengan bahan dasar ekstrak sereh (Cymbopogon nardus L). Tahapan awal
yang dilakukan adalah membersihkan dan memotong sereh kecil-kecil. Hal
ini berfungsi memperluas penampang permukaan sereh sehingga dapat
mempercepat terpisahnya minyak atsiri saat dilakukan destilasi uap. Hasil
destilasi uap diperole hasil untuk 1 kg sereh sebanyak 1 ml minyak atsiri.
Tahap selanjutnya adalah mengisolasi bakteri Staphylococcus
epidermidis, kemudian tahapan selanjutnya yaitu pembuatan Deodorant
Parfume Spary. Tahapan yang dilakukan antara lain, mencuci bersih botol
spray yang akan digunakan kemudian membilasnya dengan menggunakan
alkohol 95% pada bilasan terakhir. Hal ini dilakukan agar botol bebas dari
kontaminan. Langkah selanjutnya untuk membuat parfum dengan konsentrasi
5% yaitu mengambil alkohol 95% menggunakan gelas ukur sebanyak 90 ml
kemudian memasukannya ke dalam botol. Mengambil 30 ml ekstrak sereh
menggunakan gelas ukur kemudian memasukkan kedalam botol yang sama
lalu menggojog hingga homogen. Lalu mengambil propilen glikol sebanyak
5 ml dan memasukkan ke dalam botol kemudian digojog lagi hingga
homogen. Penggojogan berfungsi untuk mencampur semua bahan menjadi
satu. Dalam proses ini peneliti tidak menggunakan aquades dikarenakan pada
saat percobaan yang ditambahkan aquades hasilnya menjadi keruh. Hal ini
disebabkan aquades tidak dapat melarutkan minyak atsiri sereh. Propilen
glikol yang digunakan berfungsi untuk membantu deodorant parfume spray
terikat pada kulit sehingga fungsi deodorant menjadi tahan lama. Kemudian
dilakukan proses pengujian efektivitas deodorant parfum spray terhadap
aktifitas
bakteri
Staphylococcus
epiermidis.
Hasil
yang
diperoleh
kenikir merupakan produk yang digunakan untuk mengatasi bau badan yang
disebabkan bakteri Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini bertujuan
mengetahui efektifitas deodoran perfume spray dan ekstrak daun kenikir
terhadap aktivitas bakteri dan konsentrasi optimum deodoran perfume spray
dalam mengurangi aktivitas bakteri tersebut.
Metode yang dilakukan terdiri atas 5 tahap, yaitu 1) Pembuatan
ekstrak daun kenikir, 2)Pembuatan deodoran perfume spray (2 formula
dengan komposisi berbeda), 3) Isolasi bakteri, 4) Uji produk terhadap
aktivitas bakteri dan 5) Uji khalayak terbatas. Penentuan kualitas produk
(kontrol, konsentrasi 5%, 10%, 15% dan deodoran perfume spray
konvensional) hal tampilan, aroma dan sensasi di kulit menggunakan metode
angket.
Penelitian yang berjudul Pemanfaatan Ekstrak Daun Kenikir (Tagetes
erecta) sebagai Alternatif Anti Bakteri pada Deodoran Perfume Spray
bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan deodoran parfume spray
dengan ekstrak daun kenikir terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus
epidermidis dan mengetahui konsentrasi optimum deodoran parfume spray
dalam mengurangi aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis. Daun
kenikir mengandung saponin dan flavonoida (Cowan, M.M. (1999). Plant
Products as AntimicrobialAgents.AmericanSociety for Microbiology. 12,
(4), 564-582.)
Pembuatan deodoran dilakukan sebanyak 2 kali dengan variasi
komposisi yang berbeda.
dengan pelarut alkohol 96% hingga didapat konsentrasi 5%, 10% dan 15%,
untuk formula 1 deodoran : 60 ml alkohol 96%, 30 ml ekstrak daun kenikir
(5%,10%, 15%), 5 ml akuades dan 5 ml propilen glikol. Pengujian deodorant
perfume spray terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis
dilakukan di BLK dengan uji daerah hambat. Hasil analisis keefektifan
deodoran terhadap aktivitas bakteri sebagai berikut,
deodoran pasaran
berminat pada produk ini karena komposisi alkohol yang terlalu banyak dan
menusuk hidung. Dari hasil uji daya hambat, deodoran pasaran memiliki
tingkat keefektifan paling tinggi dalam menghambat bakteri, yaitu dengan
rata-rata 16 mm, dilanjutkan dengan kontrol (alkohol 96%) dengan daya
hambat 11,75 mm, kemudian deodoran perfume spray 5% dengan daya
hambat 10,25 mm, deodoran perfume spray 10% dengan daya hambat
11,1875 mm dan deodoran perfume spray 15% dengan daya hambat 9,75 mm
untuk formula III. Konsentrasi deodoran kenikir 10% merupakan konsentrasi
paling efektif dalam menghambat bakteri. 2 konsentrasi terbaik pada formula
III dan IV di atas belum lebih baik dari deodoran konvensional, namun
deodoran konvensional yang dijadikan sampel untuk diuji mengandung
Aluminium klorohidrat (ACH) yang berbahaya bagi tubuh.
Kelebihan dan kekurangan hasil metode percobaan ini adalah untuk
formula III, diperoleh uj daya hambat sebesar 10 mm, dengan konsentrasi
minimum 5 %, warna yang diperoleh hijau dengan bau menyengat, sensasi
yang ditimbulkan adalah dingin, kelebihannya adalah keawetan betahan
selama 2 bulan. Kekurangan Formula III minat dari para relawan pencoba
mendapatkan respon kurang berminat dan memiliki daya tahan selama 2
jam.
Kelebihan hasil metode pembuatan deodorant Formula IV ini adalah
terdapat hasil daya hambat terbaik serta banyak diminati. Uji daya tahan
diperoleh daya tahan berkisar 4-5 jam setelah pemerian. Warna yang
diperoleh adalah kuning, aroma yang dihasilkan adalah tidak menyengat
seperti formula III. Memberikan hasil dingin setelah di aplikasikan pada
anggota badan. Kekurangannya untuk formula IV ini kurang awet, yaitu
hanya berkisar kurang dari 3 minggu dengan indikator warna dan bau.
Konsentrasi
optimum
dalam
menghambat
bakteri
Staphylococcus
dengan membandingkan
BAB V
KESIMPULAN
Dari Formula I deodoran spray ekstrak sereh diperoleh Kelebihan
dari metode percobaan ini adalah prosedur pembuatan yang relatif mudah dan
ekonomis, namun tetap terjaga higienisnya. Dari 10 orang probandus semua
menyatakan tampilan produk sudah bagus, namun aroma teralalu menyengat
seperti minyak angin. Mengenai sensasi yang dirasakan di kulit semua
menyatakan dingin dan cepat kering untuk konsentrasi 5 % dan 10 %.
Kekurangan dalam metode pembuatan ini menyatakan untuk konsentrasi 30
% kecepatan keringnya produk pada kulit lebih lambat dan kulit terlihat
mengkilat aroma masih kurang menarik untuk digunakan dalam keseharian.
Untuk Formula II, Yaitu Formulasi Deodoran Bentuk Batang (Stick)
dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.). Kelebihan dari metode
formulasi deodoran bentuk batang dengan Lendir Daun Lidah Buaya
memberikan hasil uji keamanan yang menunjukkan bahwa deodoran batang
tipe alkohol gel dan tipe lemak dengan daun lendir lidah buaya (Aloe vera
Linn.) konsentrasi terbesar (18%) tidak memperlihatkan adanya iritasi,
sehingga aman untuk digunakan.
Untuk Formula III, yaitu pemanfaatan ekstrak daun kenikir (Tagetes
erecta) sebagai alternatif antibakteri Staphylococcus epidermidis pada
dedorant Parfum Spray. Kelebihan dan kekurangan hasil metode percobaan
ini adalah untuk formula III, diperoleh uj daya hambat sebesar 10 mm,
dengan konsentrasi minimum 5 %, warna yang diperoleh hijau dengan bau
menyengat, sensasi yang ditimbulkan adalah dingin, kelebihannya adalah
keawetan betahan selama 2 bulan. Kekurangan Formula III minat dari para
relawan pencoba mendapatkan respon kurang berminat dan memiliki daya
tahan selama 2 jam.
Kelebihan hasil metode pembuatan deodorant Formula IV ini adalah
terdapat hasil daya hambat terbaik serta banyak diminati. Uji daya tahan
diperoleh daya tahan berkisar 4-5 jam setelah pemerian. Warna yang
diperoleh adalah kuning, aroma yang dihasilkan adalah tidak menyengat
optimum
dalam
menghambat
bakteri
Staphylococcus
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi ke IV,
Jakarta. 1995.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi ke III,
Jakarta. 1979