Anda di halaman 1dari 5

Fosfoenolpiruvat Karboksikinase (PEPCK)

A. Definisi
Fosfoenolpiruvat Karbosikinase adalah suatu enzim yang mengkatalisis reaksi
dekarboksilasi dan posforilasi oksaloasetat menjadi Fosfoenolpiruvat dan karbondioksida.
PEPCK yang menggunakan ATP untuk transfer posforilnya disebut PEPCK-ATP (EC
4.1.1.49), sedangkan PEPCK yang menggunakan GTP untuk transfer posforilnya disebut
dengan PEPCK-GTP (EC 4.1.1.32). Enzim PEPCK-GTP banyak ditemukan pada
organisme eukariot tingkat tinggi seperti hewan dan manusia, sedangkan enzim PEPCKATP banyak ditemukan pada bakteri, tanaman, dan ragi. PEPCK-GTP umumnya
memiliki struktur berupa monomer, sedangkan PEPCK-ATP selain memiliki struktur
monomer juga terdapat sebagai oligomer dengan subunit yang identik.

Gambar 1.1 Struktur monomer PEPCK (atas) dan


struktur dimer PEPCK (bawah).
Reaksi umum katalisis oleh fosfoenolpiruvat yaitu sebagai berikut.
Oksaloasetat + GTP Fosfoenolpiruvat + GDP + CO2
atau seperti berikut.
Oksaloasetat + ATP Fosfoenolpiruvat + ADP + CO2

Struktur kristal dari kompleks PEPCK-substrat memperlihatkan adanya beberapa residu


penting dan juga terdapat metalion binding site pada sisi aktifnya (Tari et al., 1997).
substrate-binding site dan cofactor-binding sites terletak pada celah antara dua
domainnya. Oleh karena itu, reaksi katalisis oleh PEPCK biasanya memerlukan suatu
logam divalen seperti Mg2+, Mn2+, atau Ca2+.

Gambar 1.2 Struktur dari substrate/metal


binding pada sisi aktif PEPCK. Mg2+ ditunjukkan
oleh warna biru, Ca2+ warna pink, H2O warna
merah, ATP ungu dan piruvat warna kuning.

B. Defisiensi (Kekurangan)
Kekurangan PEPCK adalah suatu kelainan metabolisme karbohidrat yang sangat
langka

yang

diwariskan

sebagai

sifat

resesif

autosom.

Kekurangan

enzim

Fosfoenolpiruvat karboksikinase (PEPCK), yang merupakan enzim utama dalam konversi


protein dan lemak menjadi glukosa (glukoneogenesis) menyebabkan kelebihan asam
dalam sirkulasi darah (asidemia).
Diagnosis defisiensi PEPCK dapat dibuat segera setelah anak lahir dengan analisis
biokimia dari sel fibroblast. Gejala defisiensi Fosfoenolpiruvat karboksikinase (PEPCK)
yaitu adanya kelebihan asam dalam sirkulasi darah (laktat asidemia); hilangnya tonus otot
(hipotonia); pembesaran abnormal hati (hepatomegali); ketidakmampuan untuk
mendapatkan berat badan yang tepat dan tumbuh normal (gagal tumbuh); dan tingkat gula
(glukosa) darah rendah (hipoglikemia). Padahal, glukosa merupakan molekul yang sangat

penting sebagai sumber energi tubuh, dan untuk mendukung fungsi berbagai organ dan
sistem dalam tubuh, terutama sistem saraf pusat.
Ketika gejala hipoglikemia muncul, disarankan untuk segera mengonsumsi
makanan-makanan yang mengandung kadar gula tinggi, seperti jus buah, permen, atau
minuman ringan,. Selain itu, disarankan juga untuk mengonsumsi makanan yang
kandungan karbohidratnya bisa diubah menjadi gula dengan cepat oleh tubuh, seperti roti
lapis, sereal, atau biskuit. Cara lain yaitu dengan diberi suntikan glukagon atau cairan
infus yang mengandung glukosa agar kadar darah kembali normal.
Pada kelahiran bayi maupun pasca kelahiran, bayi dengan defisiensi PEPCK
mungkin memiliki pembesaran hati, apnea, dan penundaan moderat dalam fungsi
motorik. Selain itu, kurang nafsu makan, muntah, koma, kejang-kejang juga mungkin
terjadi. Gangguan pada hati ini menghasilkan peningkatan enzim hati, alanin, glisin, dan
tingkat glutamin.
Pergerakan kelainan ini bisa sangat cepat. Gen abnormal yang bertanggung jawab
untuk sitosol yang (larut) bentuk kekurangan PEPCK telah dilacak pada peta gen lokus
20q13.31. Kromosom, yang terdapat dalam inti sel manusia, membawa informasi genetik
untuk setiap individu. Setiap kromosom yang memiliki lengan pendek ditunjukkan
dengan "p" dan yang memiliki lengan panjang ditunjukkan dengan "q". Selanjutnya
kromosom dibagi lagi ke banyak band yang diberi nomor. Misalnya, "kromosom
20q13.31" mengacu untuk band 13,31 pada panjang lengan kromosom 20. Nomor band
menentukan lokasi dari ribuan gen yang hadir pada setiap kromosom. Penyakit genetik
ditentukan oleh kombinasi gen untuk suatu sifat tertentu yang pada kromosom yang
diterima dari ayah dan ibu. Kasus terjadinya defisiensi PEPCK sangat jarang. Salah satu
gambaran menunjukkan bahwa hanya 10 kasus telah dilaporkan dalam literatur medis.
C. Kerusakan/Mutasi
Pck adalah gen pengkode enzim Fosfoenolpiruvat karboksikinase (PEPCK).
Menurut salah satu penelitian, mutasi terjadi pada gen pengkode ini. Terdapat
karakterisasi dua alel mutan, pck-51 dan pck-53, yang keduanya mutasi titik yang
menyebabkan perubahan asam amino tunggal (D menjadi N pada posisi 268 dan G

menjadi S pada posisi 284, berturut-turut). Pck51 adalah mutan yang aktivitasnya
berubah-ubah yang mengkatalisis konversi dari OAA menjadi piruvat (aktivitas
dekarboksilase OAA). Aktivitas baru ini tidak terdeteksi pada wild-type PCK, dan
melengkapi pck null mutation hanya pada latar belakang pps1. Pck53 adalah mutan
pengurangan aktivitas yang melengkapi pck null mutation yang bergantung secara
tegangan.
Dua mutan PCK terisolasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa PCK yang
diinduksi oleh hambatan pertumbuhan merupakan hasil dari aktivitas PEPCK. Ketika
aktivitas pembentukkan PEP diubah menjadi aktivitas pembentukkan piruvat, hambatan
pertumbuhan menghilang.
D. Kelebihan (Overdose)
Berlebihnya gen PEPCK mengarah kepada resistensi insulin dan mengubah tes
toleransi glukosa, yang merupakan ciri dari NIDDM (Non Insulin-Dependent Diabetes
Melitus). Dengan demikian, hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan atau berlebihnya
PEPCK mengkatalisis langkah pertama glukoneogenesis dan satu-satunya peningkatan
enzim saja cukup untuk menginduksi jalur metabolisme dan akhirnya menyebabkan
resistensi insulin. Penelitian ini dilakukan pada tikus transgenic yang memiliki PEPCK
berlebih. Tikus ini terjangkit penyakit NIDDM.
Sebuah penelitian lain menunjukkan peran PEPCK dalam metabolisme otot.
Penelitian ini dilakukan pada tikus yang dikembangbiakkan untuk mengetahui daya tahan
berlari. Tikus yang digunakan adalah tikus kurus, aktif dan agresif. Hasil penelitian
menunjukkan aktivitas PEPCK meningkat 2 kali lipat di paha tikus yang lebih aktif.
Dapat disimpulkan bahwa PEPCK mungkin merupakan faktor penting dalam
peningkatan daya tahan berlari pada tikus.
E. Disfungsi Regulator (inhibitor/aktivator)
Sintesis enzim fosfoenolpiruvat karboksikinase (PEPCK) dikendalikan dan
diregulasi oleh dua jenis hormon, yaitu glukagon dan insulin.

Hormon glukagon

dihasilkan oleh kelenjar endokrin sel pulau langerhans di pankreas.

Glukagon

merupakan
F. aktivator transkripsi gen pengkode enzim PEPCK. Hormon berikutnya adalah insulin
yang

dihasilkan oleh sel pulau langerhans di pankreas. Insulin bertindak sebagai


inhibitor yaitu menurunkan jumlah enzim fosfoenolpiruvat karboksikinase (PEPCK)
dengan menghambat secara selektif transkripsi gen yang mengkode mRNA bagi enzim
PEPCK. Insulin dan glukagon dalam mekanismenya bekerja berlawanan atau antagonis.
Semakin banyak glukagon yang dihasilkan maka akan semakin banyak enzim
fosfoenolpiruvat karboksikinase yang dihasilkan. Semakin banyak insulin yang
dihasilkan maka akan semakin sedikit enzim fosfoenolpiruvat karboksikinase yang
dihasilkan. Kedua regulator enzim ini dihasilkan oleh organ yang sama yaitu pankreas
walaupun pada sel yang berbeda. Disfungsinya pankreas dapat menyebabkan tidak
mampunya pankreas memproduksi enzim pencernaan secara optimal sehingga
penyerapan makan terganggu yang mengakibatkan diare dan penurunan berat badan.
Tidak hanya itu, gangguan pankreAancreasdapat menyebabkan penyakit berbahaya yang
terkait dengan jumlah insulin dan glucagon yang dihasilkan. Jika insulin yang dihasilkan
terlalu sedikit maka akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus, sedangkan jumlah
hormone insulin yang terlalu banyak akan menyebabkan hipoglikemia. Jika hormone
glucagon yang dihasilkan terlalu sedikit maka akan menyebabkan mengendapkan protein
dalam tubuh, sedangkan jika glukagon berlebih maka akan menyebabkan tumor pada sel
pankreas.

Anda mungkin juga menyukai