Dokumen - Tips - Abses Periapikal Citra 55c7fd51cf3c0
Dokumen - Tips - Abses Periapikal Citra 55c7fd51cf3c0
STATUS PASIEN
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Nn. Agustin
: Lowokwaru, Malang
Umur
: 23 tahun
Pekerjaan
: Mahasiswa
Status
: Belum Menikah
Suku Bangsa
: Jawa
- Kelainan endokrin
- Kelainan Jantung
- Gangguan nutrisi
- Kelainan Imunologi
- Gangguan respiratori
- Gangguan TMJ
- Tekanan darah
- Diabetes Melitus
- Lain-lain
:-
: Menengah ke bawah
g. Riwayat Keluarga :
- Kelainan darah
- Kelainan endokrin
- Diabetes melitus
- Kelainan jantung
- Kelainan syaraf
- Alergi
- lain-lain
:-
: simetris
- Pipi kiri
: tidak teraba
: tidak teraba
- Kelenjar submental
: tidak teraba
- Kelenjar leher
: tidak teraba
- Kelenjar sublingualis
: tidak teraba
3
: tidak teraba
: tidak teraba
b. Intra Oral
- Mukosa labial atas
: tampak normal
: tampak normal
: tampak normal
: tampak normal
: tampak normal
: tampak terangkat
: tampak normal
: tampak normal
: tampak normal
- Lidah
: tampak normal
- Dasar mulut
: tampak normal
- Palatum
: tampak normal
- Tonsil
: tampak normal
- Pharynx
: tampak normal
III
II
IV
IV
III
II
11
II
II
III
IV
I I
II
III
IV
11 1
2
1
GP
C U
7621
1 2
: Calculus
1 257
61
1 2
7621
1257
: Pro Scaling.
1. Pengobatan
R/ Amoxicillin cap 500 mg No. X
S 3 dd 1
R/ Asam Mefenamat tab 500 mg No. X
S 3 dd 1
R/ Betadin gargle fl No I
S 4 dd gargle I
2. Pemeriksaan Penunjang :
Lab.Rontgenologi mulut/ Radiologi
Lab.Patologi anatomi
Sitologi
Biopsi
Lab.Mikrobiologi
Bakteriologi
Jamur
Lab.Patologi Klinik
3. Rujukan :
Poli Penyakit Dalam
Poli THT
Poli Kulit & Kelamin
Poli Syaraf
:
:::::::::::5
1 2
7621
1257
Elemen
31-016
2013
Diagnosa
Therapi
Abses
Kontrol
Periapikal
Farmako :
Menjaga
oleh karena
gangrene
Keterangan
kebersihan
S 3 dd 1
dan gigi
pulpa
mulut
S 3 dd 1
Hindari
makanan
R/ Dactylen gargle fl No I
S coll oris
panas
Makan
dengan
menggunakan sisi
2
7621
1 2
yang
1 257
dari abses
Calculus
Pro scaling
berlawanan
penggunaan
sikat
BAB III
TELAAH KASUS
3.1 DEFINISI
Abses periapikal adalah suatu infeksi pada dasar atau akar gigi yang
biasanya meliputi 1/3 dari akar gigi. Abses adalah kumpulan nanah yang terjadi
karena respon dari proses infeksi pada gigi.
1. Terasa sakit sekali di daerah gigi yang non vital karena penekanan abses
dan efek bahan-bahan kimia pada jaringan syaraf.
2. Gigi sedikit ekstrusi dari soketnya yang disebabkan eksudat dan neutrofil
dari abses menyebabkan penekanan di daerah jaringan gigi.
3. Kadang-kadang memperlihatkan manifestasi sistemik dari proses infeksi
seperti demam, malaise dan leukositosis.
4. Biasanya pasien mengalami ketidaknyamanan yang moderat sampai parah
atau pembengkakan
5. Gigi yang terlibat tidak menimbulkan respon terhadap stimulasi elektrik
dan termis karena pulpa telah nekrosis.
6. Gigi terasa nyeri terhadap palpasi dan perkusi
7. Perluasan abses periapikal akut pada jaringan lunak yang akan
menunjukkan gambaran yang biasa dari inflamasi akut yaitu merah,
bengkak dan panas.
Gambaran klinis dari abses periapikal kronis adalah sebagai berikut:
1. Karena adanya drainase, abses periapikal kronis biasanya asimtomatik,
kecuali ada penutupan jalan masuk sinus yang kadang- kadang terjadi
yang menimbulkan nyeri.
2. Menunjukkan ketidaknyamanan yang ringan.
3. Gigi tidak mengalami respon terhadap stimulus termis dan elektris karena
pulpa sudah nekrosis.
4. Perkusi menyebabkan nyeri sedikit atau tidak sama sekali.
5. Gigi sedikit sensitive terhadap palpasi.
6. Adanya saluran sinus yan gsebagian atau seluruhnya dapat dibatasi oleh
epitel yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang terinflamasi.
a. Sel-sel yang utama adalah limfosit dan plasma sel serta polimorfonukleus
dalam jumlah tertentu.
b. Kadang-kadang terdapat sel-sel makrofag dan lebih jarang lagi terdapat selsel raksasa berinti banyak.
c. Di tengah abses ini terdapat suatu kumpulan jaringan fibroblast dan sedikit
kapiler darah yang baru terbentuk.
d. Di daerah luar terdapat kapsul jaringan fibrous yang berbeda umur dan
kondisinya.
Kista Periapikal
Granuloma Periapikal
Kista periapikal adalah kista yang terbentuk pada ujung apeks (akar) gigi
yang jaringan pulpanya sudah nonvital/mati. Kista ini merupakan lanjutan dari
pulpitis (peradangan pulpa). Dapat terjadi di ujung gigi manapun, dan dapat
terjadi pada semua umur. Ukurannya berkisar antara 0.5-2 cm, tapi bisa juga lebih.
Bila kista mencapai ukuran diameter yang besar, ia dapat menyebabkan wajah
menjadi tidak simetri karena adanya benjolan dan bahkan dapat menyebabkan
parestesi karena tertekannya syaraf oleh kista tersebut. Dalam pemeriksaan
rontgen kista radikuler akan terlihat gambaran radiolusen berbatas jelas.
Pola umum pertumbuhan suatu kista terjadi karena adanya stimulasi
(cytokinase) pada sisa-sisa sel epitel pertumbuhan yang kemudian mengalami
proliferasi dan di dalam pertumbuhannya tidak menginvasi jaringan sekitarnya.
Sisa epitel tersebut kemudian akan berproliferasi membentuk massa padat.
Kemudian massa akan semakin membesar sehingga sel-sel epitel di bagian tengah
massa akan kehilangan aliran darah, sehingga aliran nutrisi yang terjadi melalui
proses difusi akan terputus. Kematian sel-sel dibagian tengah massa kista tersebut
akan menyebabkan terbentuk suatu rongga berisi cairan yang bersifat hipertonis.
Keadaan hipertonis akan menyebabkan terjadinya proses transudasi cairan dari
ekstra lumen menuju ke dalam lumen. Akibatnya terjadi tekanan hidrostatik yang
berakibat semakin membesarnya massa kista. Proses pembesaran massa kista
dapat terus berlangsung, kadang sampai dapat terjadi parastesia ringan akibat
ekspansi massa menekan daerah saraf sampai timbulnya rasa sakit. Kista ini tidak
menimbulkan keluhan atau rasa sakit, kecuali kista yang terinfeksi.
Pada pemeriksaan radiografis, kista periapikal memperlihatkan gambaran
seperti dental granuloma yaitu lesi radiolusen berbatas jelas di sekitar apeks gigi
yang bersangkutan dan tepinya seperti lapisan tipis yang kompak seperti lamina
dura. Hampir semua kista radikuler berasal dari granuloma periapikal yang terjadi
sebelumnya. Kista ini juga disebabkan oleh berlanjutnya peradangan yang
awalnya terjadi pada pulpa, yang kemudian meluas hingga jaringan periapikal di
bawahnya.
Patofisiologi dari kista radikuler yaitu diawali dari peradangan jaringan
pulpa yang lama kelamaan menyebabkan inflamasi periapikal. Inflamasi ini
merangsang the malassez ephitelial rest yang terdapat pada ligamentum
12
13
timbul melalui pulpa, yang telah menjalar menuju jaringan periapikal. Terdapat
berbagai macam iritan yang dapat menyebabkan peradangan pada pulpa, yang
tersering adalah karena bakteri, proses karies yang berlanjut akan membuat jalan
masuk bagi bakteri pada pulpa, pulpa mengadakan pertahanan dengan respon
inflamasi.
Terdapat tiga karakteristik utama pulpa yang mempengaruhi proses
inflamasi. Pertama, pulpa tidak dapat mengkompensasi reaksi inflamasi secara
adekuat karena dibatasi oleh dinding pulpa yang keras. Inflamasi akan
menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan meningkatnya volume jaringan karena
transudasi cairan. Kedua, meskipun pulpa memiliki banyak vaskularisasi, namun
hanya disuplai oleh satu pembuluh darah yang masuk melalui saluran sempit yang
disebut foramen apikal, dan tidak ada suplai cadangan lain. Edema dari jaringan
pulpa akan menyebabkan konstriksi pembuluh darah yang melalui foramen apikal,
sehingga jaringan pulpa tidak adekuat dalam mekanisme pertahanan, terlebih lagi
edema jaringan pulpa akan menyebabkan aliran darah terputus, menyebabkan
pulpa menjadi nekrosis. Ruangan pulpa dan jaringan pulpa yang nekrotik akan
memudahkan kolonisasi bakteri. Ketiga, karena gigi berada pada rahang, maka
bakteri akan menyebar melalui foramen apikal menuju jaringan periapikal.
Gejala klinis dari granuloma periapikal dan kista periapikal sangat sulit
dibedakan, biasanya pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri, dan tes perkusi
negatif. Oleh karena berhubungan dengan pulpa yang telah nekrosis, stimulasi
thermal akan menunjukkan nilai yang negatif. Gambaran radiografi akan
menunjukkan adanya radiolusen dengan batas yang jelas. Meskipun pemeriksaan
dengan radiografi merupakan kunci diagnostik, satu satunya cara untuk dapat
membedakan keduanya secara akurat adalah dengan menggunakan pemeriksaan
mikroskopik; gambaran histopatologis granuloma periapikal telah dijelaskan
sebelumnya, sedangkan gambaran histopatologis kista periapikal ditandai dengan
adanya suatu rongga yang berlapiskan epitel jenis non-keratinizing stratified
squamous dengan ketebalan yang bervariasi, dinding epitelium tersebut dapat
sangat proliferatif dan memperlihatkan susunan plexiform. Secara khas dapat
dilihat adanya proses radang dengan ditemukannya banyak sel radang, yaitu sel
plasma dan sel limfosit pada dinding kista tersebut. Rousel body atau round
15
eusinophilic globule banyak ditemukan didalam atau diluar sel plasma sehingga
terjadi peningkatan sintesis imunoglobulin.
Granuloma periapikal merupakan reaksi inflamasi kronis yang berada di
sekitar apex gigi yang merupakan kelanjutan dari keradangan pada pulpa yang
disebabkan oleh berbagai macam iritan, seperti bakteri, trauma mekanis, dan
bahan kimia. Patogenesis yang mendasarinya adalah reaksi dari sistem imun
tubuh terhadap adanya iritan. Granuloma periapikal biasanya tidak bergejala dan
ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan radiografi sebagai gambaran
radiolusen, diagnosis bandingnya termasuk kista periapikal dan abses periapikal,
yang hanya dapat dibedakan melalui pemeriksaan mikroskopis. terapi dapat
dilakukan dengan penanganan endodontik non pembedahan maupun pembedahan.
Prognosis dari granuloma periapikal adalah baik.
Dental granuloma umumnya tidak menimbulkan gejala-gejala yang pasti.
Gigi yang bersangkutan akan memberikan respon negative pada perkusi, tes
termal, dan tes elektrik pulpa. Pada dental granuloma yang terus berlanjut dan
dibiarkan tanpa perawatan dapat berubah menjadi kista periapikal.
Lesi inflamasi apical umumnya disebabkan oleh adanya produk toksik
yang dihasilkan oleh bakteri yang ada di saluran akar, sehingga keberhasilan
perawatan tergantung pada eliminasi bakteri pada gigi yang bersangkutan.
Pada gigi yang masih dapat dipertahankan dapat dilakukan perawatan
saluran akar. Sedangkan pada gigi yang tidak dapat dilakukan restorasi maka
harus dilakukan ekstraksi. Pada gigi yang dirawat saluran akar perlu dilakukan
evaluasi pada tahun pertama dan kedua untuk memastikan apakah lesi bertambah
besar atau telah sembuh.
Kebanyakan dari periapikal granuloma ditemukan secara tidak sengaja
selama pemeriksaan rutin. Karena granuloma periapikal merupakan kelanjutan
dari nekrosis pulpa maka pada pemeriksaan fisik akan didapatkan tes thermal
yang negatif dan tes EPT yang negatif. Pada gambaran radiografi lesi yang
berukuran kecil tidak dapat dipisahkan secara klinis dan radiografi. Periapikal
granuloma terlihat sebagai gambaran radiolusen yang menempel pada apex dari
akar gigi. Sebuah gambaran radiolusensi berbatas jelas atau difus dengan berbagai
16
ukuran yang dapat diamati dengan hilangnya lamina dura, dengan atau tanpa
keterlibatan kondensasi tulang.
Kegagalan proses penyembuhan bisanya disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain:
- Berubah menjadi bentukan kista
- Kegagalan perawatan saluran akar
- Fraktur akar vertical
- Adanya penyakit periodontal
Gejala klinis dari granuloma periapikal dan kista periapikal sangat sulit
dibedakan, biasanya pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri, dan tes perkusi
negatif. Oleh karena berhubungan dengan pulpa yang telah nekrosis, stimulasi
thermal akan menunjukkan nilai yang negatif. Gambaran radiografi akan
menunjukkan adanya radiolusen dengan batas yang jelas. Meskipun pemeriksaan
dengan radiografi merupakan kunci diagnostik, satu satunya cara untuk dapat
membedakan keduanya secara akurat adalah dengan menggunakan pemeriksaan
mikroskopik; gambaran histopatologis granuloma periapikal telah dijelaskan
sebelumnya, sedangkan gambaran histopatologis kista periapikal ditandai dengan
adanya suatu rongga yang berlapiskan epitel jenis non-keratinizing stratified
squamous dengan ketebalan yang bervariasi, dinding epitelium tersebut dapat
sangat proliferatif dan memperlihatkan susunan plexiform. Secara khas dapat
dilihat adanya proses radang dengan ditemukannya banyak sel radang, yaitu sel
plasma dan sel limfosit pada dinding kista tersebut. Rousel body atau round
eusinophilic globule banyak ditemukan didalam atau diluar sel plasma sehingga
terjadi peningkatan sintesis imunoglobulin
3.6 PENATALAKSANAAN
Terapi dari abses periapikal akut adalah sebagai berikut:
a. Lakukan drainase, lebih baik melalui saluran akar. Instruksikan pasien agar
menggunakan larutan hangat sebagai pencuci mulut tiap jam.
b. Buat insisi kecil pada bagian yang paling fluktuan dari pembengkakan
tersebut untuk memancing drainase bila pembengkakan sangat besar dan
drainase melalui saluran akar tidak cukup. Prosedur ini dapat dilakukan
17
18
Gambar 3.6
Gambaran
penyebaran pus pada abses periapikal
Dari gambar tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa pus yang terdapat
pada abses periapikal dapat keluar melalui ruang saluran pulpa yang ditunjukan
dengan angka (1), pus dapat melewati ligamentum periodontal menuju sulkus
gingival (2), pus menyebabkan fistula pada jaringan lunak rongga mulut
menembus gingival sehingga terjagi gum boil (3), pus dapat menyebar menjauhi
jaringan apical. Selain keadaan tersebut abses periapikal juga dapat menyebabkan
terjadinya abses maxillaries dan abses mandibularis yang dapat membahayakan
kondisi pasien jika dibiarkan lama oleh pasien tanpa ada penanganan dari dokter
gigi.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien didiagnosa
periapikal abses oleh karena gangrene pulpa pada elemen gigi
6 dengan
Pasien disarankan untuk kontrol, jika timbul keluhan yang sama atau
bertambah parah segera periksa.
Menjaga kebersihan mulut dan gigi seperti rajin gosok gigi setelah makan
atau sebelum tidur, periksa secara rutin ke ahli gigi minimal 6 bulan
sekali.
Hindari makanan dan minuman yang terlalu dingin atau terlalu panas
penggunaan sikat gigi yang lembut dan bulu sikat yang halus di sekitar
gigi yang sakit.
20
DAFTAR PUSTAKA
Chaker, F.M. : Dent. Clin. North Am., 18:393, 1974 dalam Grossman, L.I., Oliet,
S. & Del Rio, C.E. 1988. Endodontic practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea
& Febiger.
Cawson RA ; Odell EW. Cawsons Essentials of Oral Pathology & Medicine 8th
Edition.
Gilangrasuna. Juni 2010.
21