Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa
aromatik. Senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang
menyebabkan warna pada bunga, kayu pohon tropis, bermacam-macam
kapang dan lumut termasuk zat alizarin.
Senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik yaitu cincin
aromatik yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzene, naftalen dan
antrasen. Cincin karboaromatik ini biasanya tersubstitusi oleh satu atau lebih
gugus hidroksil atau gugus lainnya yang ekivalen ditinjau dari biogenetiknya.
Oleh karena itu senyawa bahan alam aromatic ini sering disebut sebagai
senyawa-senyawa fenol walaupun sebagian diantaranya bersifat netral karena
tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas.
Dalam makalah ini akan diuraikan tentang senyawa Flavonoid, biosintesis
senyawa flavonoid.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa itu senyawa flavonoid?
2. Bagaimana biosintesis flavonoid?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui senyawa flavonoid
2. Untuk mengetahui biosintesis flavonoid.

D. Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, untuk


menambah wawasan dan sebagai bahan pelajaran untuk dapat menngetahui
biosintesis senyawa flavonoid.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Flavonoid

Gambar Struktur 2.2 Flavonoid


Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang
ditemukan dialam tersebar luas dalam berbagai bahan makanan dan dalam
berbagai konsentrasi. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu,
dan biru sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Senyawa flavonoid juga terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat, yaitu
sebagai antioksidan yang dapat menghambat penggumpalan keping-keping sel
darah. Flavonoid merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) sehingga
bersifat polar dan dapat larut dalam pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton,
air. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus
flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.
Dilaporkan sebagai antioksidan , flavonoid berpotensi lebih kuat dibandingkan
dengan vitamin C dan E (Fitri, 2013).
2.2 Biosintesis
Biosintesis merupakan proses pembentukan suatu metabolit (produk
metabolisme) dari molekul yang sederhana hingga menjadi molekul yang lebih
kompleks yang terjadi pada organisme hidup (Neumann et al. 1985). Metabolisme
pada makhluk hidup dapat dibagi menjadi metabolisme primer dan sekunder.

Metabolisme primer menghasilkan metabolit primer sedangkan metabolisme


sekunder menghasilkan metabolit sekunder.
Metabolisme primer pada tumbuhan, seperti respirasi dan fotosintesis,
merupakan proses yang esensial bagi kehidupan tumbuhan. Tanpa adanya
metabolisme

primer,

suatu

organisme

akan

terganggu

pertumbuhan,

perkembangan, serta reproduksinya, dan akhirnya mati. Berbeda dengan


metabolisme primer, metabolisme sekunder merupakan proses yang tidak esensial
bagi kehidupan organisme. Tidak ada atau hilangnya metabolit sekunder tidak
menyebabkan kematian secara langsung bagi tumbuhan, tapi dapat menyebabkan
berkurangnya ketahanan hidup tumbuhan secara tidak langsung (misalnya dari
serangan herbivore dan hama), ketahanan terhadap penyakit, estetika, atau bahkan
tidak memberikan efek sama sekali bagi tumbuhan tersebut.
Pada fase pertumbuhan, tumbuhan utamanya memproduksi metabolit primer,
sedangkan metabolit sekunder belum atau hanya sedikit di metabolisme.
Sedangkan metabolism sekunder terjadi pada saat sel dalam tahap diferensiasi
menjadi sel yang lebih terspesialisasi (fasestasioner) (Schripsema & Verpoorte
1994, Mohr & Schopfer 1995).
Hasil metabolism dalam organism hidup dapat dibagi menjadi dua kelompok
besar: metabolit primer dan sekunder. Yang tergolong dalam metabolit primer
adalah senyawa-senyawa yang diproduksi dan terlibat pada jalur metabolisme
primer (contohnya glikolisis, siklus asam sitrat/siklus Krebs, dan fotosintesis).
Contoh metabolit primer adalah protein, karbohidrat, lipid, asam amino,
nukleotida, danasetil CoA (Siegler 1998).
2.3 Biosintesis Flavonoid
Biosintesis flavonoid sudah mulai diteliti sejak tahun 1936. Pada awalnya
para peniliti mengkaitkan C6-C3-C6 dari flavonoid merupakan hasil dari fenil
propanoid. Tetapi selama bertahun-tahun diperoleh teori sintesis flavonoid dan
telah dibuktikan di laboratorim.Secara umum sintesis flavonoid terdiri dari dua
jalur yaitu jalur poliketida, dan jalur fenil propanoid. Jalur poliketida ini

merupakan serangkaian reaksi kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat.
Sedangkan jalur fenilpropanoid atau biasa disebut jalur shikimat
A. Jalur poliketida
Reaksi yang terjadi pada jalur ini diawali dengan adanya reaksi antara
asetilCoA dengan CO yang akan menghasilan malonat CoA. Setelah itu
malonatCoA akanbereaksi dengan asetilCoA menjadi asetoasetilCoA.
AsetoaseilCoA yang terbentuk akan bereaksi dengan malonatCoA dan reaksi
ini akan berlanjut sehingga membentuk poliasetil. Poliasetil yang terbentuk
akan berkondensasi dan berekasi dengan hasil dari jalur fenilpropanoid akan
membentuk suatu flavonoid. Jenis flavonoid yang terbentuk dipengaruhi dari
bahan fenilpropanoid
B. Jalur Fenilpropanoid.
Jalur ini merupakan bagian dari glikolisis tetapi tidak memperoleh
suatu asam piruvat melainkan memperoleh asam shikimat. Reaksi ini
melibatkan eritrosa dan fosfo enol piruvat. Asam shikimat yang terbentuk
akan ditransformasikan menjadi suatu asam amino yaitu fenilalanin dan
tirosin. Fenilalanin akan melepas NH3 dan membentuk asam sinamat
sedangkan tirosin akan membentuk senyawa turunan asam sinamat karena
adanya subtitusi pada gugus benzennya

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Struktur Flavonoid
Biosintesis flavonoid secara alami diturunkan dari asam shikimat dan
asam pirufat yaitu senyawa yang diturunkan dari karbohidrat (hasil
fotosintesis tanaman) melalui glikolisis. Kerangka dasar senyawa flavonoid
sangat spesifik sehingga mudah dikenal. Struktur molekul senyawa ini
tergolong sederhana sehingga identifikasi strukturnya mudah ditentukan.
Kerangka dasar senyawa ini mempunyai atom karbon sebanyak lima belas
(C15), terdiri dari dua inti fenol (C6) yang dihubungkan oleh satu unit tiga
karbon (C3). Ke lima belas atom karbon pada kerangka dasar tersebut secara
umum ditulis C6-C3-C6 dan dibagi menjadi empat tipe yaitu khalkon, flavan,
isoflavan, dan auron. Antara satu tipe dengan tipe yang lain hanya dibedakan
oleh unit C3, seperti terlihat pada gambar

Sebagian besar flavonoid alami pada tumbuhan mengikat gula dan


disebut flavonoid glikosida dan yang lainnya (sebagian kecil) tidak mengikat
gula disebut flavonoid aglikon. Flavonoid glikosida larut di dalam pelarut
polar (air dan alkohol) dan mudah terhidrolisis menjadi aglikon yang tidak
larut di dalam pelarut polar. Flavonoid dibagi menjadi sebelas golongan
6

didasarkan pada perbedaan struktur C3 dan posisi cincin B pada unit C3 yaitu
flavon, glavonol, isoflavon, flavanon, flavanonol, isoflavanon, khalkon,
dihidrokhalkon, auron, antosianidin dan flavan (Sabirin, 2004).
3.2 Biosintesis Senyawa Flavonoid
Flavonoid merupakan kelompok metabolit sekunder yang banyak
tersebar di alam, tersebar banyak di tumbuhan dan senyawa tertentu
menunjukkan aktivitas farmakolgis estrogenik, antioksidan, antiviral,
antibakteri, antiobesitas, dan anticancer. Biasanya, flavonoid dibagi menjadi 3
kategori yaitu:
A. Flavon, turunannya adalah flavonol, isoflavon.
B. Flavan
C. Antosian
Ikatan rangkap, hidroksilasi, dan posisi cincin adalah pembeda dari
kategori tersebut. Kemampuan farmakolois flavonoid sangat luas dan
sekarang mendapat perhatian yang lebih. Pengembangan tidak hanya ke arah
suplemen, namun juga ke arah treatment untuk penyakit kronis termasuk
kanker dan diabetes (Popiolkiewicz et al. 2005). Sebagai contoh pada
percobaan in vivo menggunakan tikus sebagai model untuk diabetes,
pemberian glucosylated flavanone hesperidin dan flavanone naringenin
memberikan hasil yang sangat efektif pada perbaikan metabolisme lemak,
dengan cara mengubah aktivitas enzim dan pada saat yang sama menurunkan
level gula dengan cara down-regulasi hepatic GLUT2 dan glucose-6phosphotase dan secara simultan up-regulasi hepatic glucokinase dan
adipocyte GLUT4 (Ae Park et al., 2006).

3.2.1

Biosintesis Flavanon
Flavanon, merupakan prekursor langsung pada kebanyakan

flavonoid, disintesis dari asam amino fenilalanin atau tirosin (Gambar


1). Proses dimulai dengan enzyme phenylalanine/tyrosine ammonia
lyase (PAL/TAL), mengubah buillding block asam amino menjadi
phenyl-propanoic acid. Jalur biosintetik flavanon jga melibatkan enzim
cytochrome-P450, cinnamate 4-hydroxylase (C4H), dengan cara
menambahkan gugus 4-hydroxyl cincin aromatik phenylalanine. Esters
CoA selanjutnya disintesis dari phenylpropanoic acids dengan bantuan
enzim phenylpropanoyl-CoA ligases, seperti 4- coumaryl: CoA ligase
(4CL). Type III polyketide synthase chalcone synthase (CHS) kemudian
mengkatalisis kondensasi berurutan 3 malonyl-CoA demgam 1 CoAester membentuk chalcones. Ini adalah langkah biosintesis yang
menghasilkan flavonoid pertama, ada juga jalur alternatif yaitu enzim
type III polyketide synthases yang memiliki homologi yang tinggi
dengan CHS (>70%) menggunakan prekursor yang sama membentuk
stilbenes (menggunakan 3 unit malonyl-CoA), benzylacetolactone

(hanya menggunakan 1 unit malonyl-CoA), dan molekul aromatik yang


lain.
Struktur

akhir

flavanon

terbentuk

hanya

jika

chalcones

diisomerisasi menjadi (2S)-flavanone oleh chalcone isomerase (CHI),


reaksi ini terjadi secara spontan pada suasana basa. Setelah terbentuk
flavanon, banyak sekali senyawa enzim yang bisa mengubah ggus
fungsi atau mengubah konformasi dari inti 3-cincin fenilpropan ini
menghasilkan hingga 8000 struktur senyawa berbeda. Fungsionalisasi
bisa berupa hidroksilasi, reduksi, alkilasi, oksidasi, dan glukosilasi,
sendirian masing-masing atau kombinasi. Secara alami, enzim-enzim
tersebut ada di tumbuhan, namun menurut laporan Ueda et al. (1995)
bahwa terdapat type III polyketide synthases yang berasal dari
mikroorganisme. Informasi ini sangat berarti dalam produksi senyawa
flavanon dalam skala bioreaktor (Fowler et al., 2009).

Gambar Tahapan mendetail biosintesis flavanon dan diversifikasi flavonoid.

Penambahan secara berturut-turut atom karbon dari malonyl-CoA


oleh CHS ditunjukkan dengan warna hijau, merah, dan biru. Gugus R
menunjukkan pola hydroxylation pada natural flavonoid walaupun
substitusi unnatural dapat terjadi pada posisi ini. Singkatan: DFR
dihydroflavanone reductase, LAR leucoanthocynanidin reductase, ANS
anthocyanidin

synthase,

3GT

uridine,

flavanone

3-glucoside

transferase, FSI flanone synthase, CHR chalcone reductase, IFS


isoflavanone synthase, FHT flavanone hydroxytransferase, FLS
flavonol synthase
3.2.2

Dihidrokhalkon
Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu

senyawa yang penting yaitu phlorizin merupakan konstituen umum


famili Rosaceae juga terdapat dalam jenis buah-buahan seperti apel dan
pear. Phlorizin telah lama dikenal dalam bidang farmasi, ia memiliki
kesanggupan menghasilkan kondisi seperti diabetes.
Phlorizin merupakan -D-glukosida phloretin. Phloretin mudah
terurai oleh alkali kuat menjadi phloroglusinol dan asam phidroksihirosinamat (asam phloretrat).
Jika glukosida phlorizin, dipecah dengan alkali dengan cara yang
sama, maka ternyata sisa glukosa tidak dapat terlepas dan dihasilkan
phloroglusinol -O-glukosida.
Akhirnya, kedudukan sisa glukosa yang dibentuk oleh reaksi
ditunjukkan dalam persamaan 1 ; interaksi gugus asetoksil dengan
satuan

CHCH2CH2Ar menunjukkan bahwa satuan glukosa harus

terikat pada kedudukan 2 dalam phlorizin. Glikolisasi gugus hidroksil


orto terhadap gugus karbonil di dalam adalah tidak umum, hal ini
terutama karena ikatan yang efektif antara OH dan O=C. Adanya
gugus-gugus hidroksil pada kedudukan -2,6 relatif terhadap gugus
karbonil mengakibatkan satu daripadanya reaktif dan dapat terjadi
glikosilasi.

10

Senyawa ini dipisahkan secara kromatografi kertas memakai


pengembang yang biasa. Mereka dideteksi dengan menyemprot kertas
dengan -nitroanilina yang terdiazotasi dan dengan AlCl3 dalam
alcohol. Floridzin menghasilkan warna merah jingga dengan pereaksi
pertama dan fluoresensi kehijauan yang kuat dengan pereaksi kedua.

11

3.2.3

Kalkhon
Senyawa kalkon merupakan salah satu senyawa flavonoid, yaitu

senyawa yang kerangka karbonnya terdiri atas gugus C6-C3-C6.


Strukturnya dapat dibedakan dari senyawa flavonoid lain dari
cincin C3 yang terbuka. Kalkon adalah aglikon flavonoid yang pertama
kali terbentuk dalam biosintesis semua varian flavonoid melalui jalur
prazat dari alur siklimat dan alur asetat malonat.Kalkon umumnya
terdapat dalam tanaman yang termasuk keluarga Heliantheaetribe,
Coreopsidinae, dan Compositae

Pada struktur senyawa kalkon, subtituen pada 2 cincin aromatis yang


mengapit enon akan memberikan pengaruh terhadap elektrofilisitas
struktur enon melalui peningkatan ataupun penurunan kerapatan
elektron pada cincin aromatis. Adanya gugus pemberi elektron akan
menurunkan elektrofilisitas dari cincin enon. Demikian pula sebaliknya,
adanya gugus penarik elektron pada cincin c aromatis akan
meningkatkan aktivitasnya sebagai agen pengalkil nukleofil biologis
dalam biosintesis IL-1 sebagai antiinflamasi. Senyawa kalkon memiliki
aktivitas inhibisi angiogenesis melalui adisi nukleofilik pada gugus
enon. Jembatan enon pada senyawa 2-kalkon tersubtitusi memegang
peranan penting dalam mekanisme aksi inhibitor biosintesis IL-1 karena
dapat berperan sebagai agen elektrofilik pengalkilasi. Para agen
12

pengalkilasi memberikan efek sitotoksik melalui transfer alkyl group


untuk berbagai konstituen seluler. Alkilasi DNA dalam inti atom
mungkin mewakili interaksi utama yang menyebabkan kematian sel.
Senyawa pengalkilasi dapat membentuk senyawa kationik antara yang
tidak stabil, diikuti pemecahan cincin membentuk ion karbonium
reaktif. Ion ini bereaksi, melalui reaksi alkilasi,membentuk ikatan
kovalen dengan gugus-gugus donor elektron, seperti gugus-gugus
karboksilat, amin, fosfat, dan tiol, yang terdapat pada struktur asam
amino, asam nukleat dan protein, yang sangat dibutuhkan untuk proses
biosintesis sel. Reaksi ini membentuk hubungan melintang (crosslingking) antara dua rangkaian DNA dan mencegah mitosis. Akibatnya
proses pembentukan selter ganggu dan terjadi hambatan pertumbuhan
sel kanker.
3.2.4

Kartamin
Carfhanus tinctorius L. (fam. Compositae), mengandung pigmen

bunga kuning yang berubah menjadi merah bila umur bunga bertambah.
Ekstrak bunga juga berwarna merah, dengan pembentukkan bunga
merah. Pigmen merah pertama kali disebut kartamin, merupakan
glikosida dan bila dihidrolisis dengan asam fosfat berair memberikan
dua senyawa isomer yaitu kartamidin dan isokartamidin. Sekarang
pigmen merah dinyatakan sebagai Kartamon. Kartamidin dan
isokartamidin merupakan isomer flavanon seperti ditunjukkan dalam
persamaan (3a) dibawah ini oleh sintesis senyawa termetilasi
sepenuhnya dan demitilasi menjadi tetrahidroksi flavanon.

13

Pembentukan dua flavanon dari precursor tunggal segera


terbentuk dengan terjadinya transformasi. Zat antara khalkon dapat
melakukan siklisasi baik dengan adisi gugus hidroksil -2 atau -6
terhadap ikatan rangkap. Kartamon berwarna merah, dan polihidroksi
khalkon merupakan senyawa yang berwarna kuning hingga jingga
kuning ; sebagai contoh koreopsin. Prekursor berwarna kuning ini
sekarang dipandang sebagai khalkon glukosida yang mengalami
oksidasi menjadi quinonoid glikosida yang berwarna merah (kartamon).
Pembentukkan

flavanon

pada

hidrolisis

kartamon

harus

melibatkan reduksi terhadap quinon, kemungkinan pada hidrolisis


melepaskan glukosa.

14

Berdasarkan percobaa yang terakhir menunjukkan bahwa


kartamon (pigmen merah) diubah menjadi khalkon kuning oleh reduksi
dengan belerang dioksida, dan senyawa yang diperoleh ini dapat
direoksidasi menjadi kartamon. Hingga pembentukkan flavanon dengan
cara hidrolisis precursor merah, yaitu struktur enol khalkon tidak
dapat diterima.
3.2.5

Flavan
Flavan tidak lazim sebagai konstituen tanaman. Sejauh ini hanya

ada satu contoh dalam kelompok ini yang merupakan senyawa yang
terdapayb di alam.Senyawa fenolat kompleks yang merupakan
konstituen resin dari tanaman genus Xanthorrhoea mengandung
berbagai senyawa flavanoid yan ternyata pemisahan dan pemurniannya
sukar dilakukan. Metilasi (dengan metal sulfat dan kalium karbonat
dalam aseton) terdapat resin kotor dari X, preissii menghasilkan
sejumlah senyawa flavanoid. Salah satu dari padanya adalah 4 , 5 , 7
-trimetoksi flavan (penomoran system sesuai dengan gambit tipe umum
15

senyawa flavanoid). Reduksi flavan dengan natrium dan etanol dalam


cairan ammonia dan metilasi fenol yang diperoleh menghasilkan
senyawa yang dikenal 1-p-metoksifenil-3-(2,4,6-trimetoksifenil)
propana.

4.2.6 Flavon
Apigenin dan luteolin terdistribusi secara luas dai alan dan merupakan
contoh dasar bentuk subtitusi yang diturunkan dari kombinasi yang diturunkan
dari bagian C6-C3 dengan satuan asetat :
(B) C6-C3+3C2 (B) C6-C3-C6 (A)
Hampir setiap bentuk yang mungkin dikenal di alam, dari flavon sendiri
hingga nobiletin 5,6,,7.8,3, 4-heksametoksiflavon. Gambar dibawah ini memuat
beberapa flavon alami. Kebanyakan hidroksiflavon terdapat sebagai glukosida

16

Gambar : Flavon Alam

Flavon mudah dipecah oleh alkali, menghasilkan diasilmetan atau


tergantung pada kondisi reaksi asam benzoate yang diturunkan dari cincin - B dan
0-hidroksiasetonfenon pada cincin A. Reaksi diberikan pada persamaan 9.
Diasilmetan yang diturunkan dari flavon seperti dalam persamaan 9, mudah
dikenal sebagai hasil degradasi. Warna hijau terangnya menunjukkan bahwa
senyawa dalam bentuk enol. Diasilmetan mudah disntesis dari asetofenon yang
sesuai dan ester asam benzoate tersubtitusi (persamaan 10a) atau dari 0asiloksiasetofenon, seperti digambarkan dalam persamaan 10b. Karena 0hidroksidiasilmetan mudah diubah menjadi flavon dengan pembentukan cincin
oleh pengaruh katalisator asam, prosedur ini berguna sebagai metoda sintesis
flavon

17

Flavon stabil terhadap asam kuat dan esternya mudah didealkilasi dengan
penambahan HI atau Hbr, atau dengan aluminium klorida dalam pelarut inert.
Namun demikian, selama dimetilasi tata ulang sering teramati ; oleh pengaruh
asam kuat dapat menyebabkan pembukaan cincin pada cara yang lain. Sebagai
contoh demetilasi 5,8- dimetoksiflavon dengan HBr dalam asam asetat
menghasilkan 5,6dihidroksiflavon (persamaan 11a). Dalam keadaa khusus, pembukaan lanjut dapat
terjadi (persamaan 11b)

18

Demetilasi gugus 5-metoksi dalam polimetoksiflavon segera terjadi pada


kondisi

yang

cocok,

sehingga

5-hidroksi-polimetoksiflavon

mudah

dibuat.Meskipun flavon mudah dibuat berdasarkan oksidasi flavanon (dengan


natrium asetat-iodida) rute kebalikan-reduksi flavon menjadi flavanon tetapi cara
tersebut tidak bermanfaat.
4.2.7 FLAVANOL (3 HIDROKSIFLAVON)
Flavanol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat
dalam
berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavanol alami yang paling sederhana adalah
galangin, 3,5,7-tri-hidroksiflavon ; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah
3,5,7,8,3,4,5-heptahidroksiflavon.

19

Gambar : Flavanol alam


Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A) C3-C6(B), dalam mana C6 (A) adalah
turunan
phloroglusinol, dan cincin B adalah 4-atau 3,4 dihidroksi, diperoleh dalam dua
flavanol yang paling lazim, yaitu kaempferol dan quersetin. Hidroksilflavanol,
seperti halnya hidroksi flavon, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai 3
glikosida.
Meskipun flavon, flavonol, flavanon pada umumnya terdistribusi melalui
famili tanaman tinggi tetapi tidak terdapat hubungan khemotaksom yang
jelas.Genus Melicope mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus Citrus
mengandung

nobiletin,

tangeretin

dan

(persamaan9).

20

3,4,5,6,7

pentametoksiflavon

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang
ditemukan dialam tersebar luas dalam berbagai bahan makanan dan dalam
berbagai konsentrasi. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu,
dan biru sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Biosintesis merupakan proses pembentukan suatu metabolit (produk
metabolisme) dari molekul yang sederhana hingga menjadi molekul yang lebih
kompleks yang terjadi pada organisme hidup (Neumann et al. 1985).
Secara umum sintesis flavonoid terdiri dari dua jalur yaitu jalur poliketida,
dan jalur fenil propanoid. Jalur poliketida ini merupakan serangkaian

reaksi

kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat. Sedangkan jalur fenilpropanoid atau
biasa disebut jalur shikimat.
4.2 Saran
Pembaca yang membaca makalah ini disarankan dapat memahami
biosintesis senyawa flavonoid, karena mengingat begitu pentingnya seorang
farmasis mengetahui proses biosintesis yang terjadi pada senyawa flavonoid.

DAFTAR PUSTAKA

21

Hernawati. 2010. Perbaikan Kinerja Reproduksi Akibat Pemberian Isoflavon dari


Tanaman Kedelai. .Yogyakarta : Gadjah Mada University.
Kristanti, AN., Aminah, NS., Tanjung, M., Kurniadi, B., Fitokimia, 55-56, 2008.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

22

Anda mungkin juga menyukai