Oleh :
1.
2.
3.
4.
(1513100009)
(1513100019)
(1513100029)
(1513100039)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tumbuhan lumut adalah kelompok tumbuhan yang pertama beradaptasi di darat.
Bentuknya merupakan tumbuhan peralihan dari thallus ke bentuk kormus. tumbuhan
lumut tergolong kelompok Cryptogamae. Tumbuhan lumut tumbuh dalam habitat
peralihan dari habitat air ke darat maka tumbuhan lumut disebut pula sebagai tumbuhan
amfibi. Meskipun merupakan tumbuhan darat tetapi untuk terselenggaranya pembuahan
masih tetap memerlukan air meskipun tumbuhan lumut ada yg telah memperlihatkan
deferensiasi yg agak jauh tetapi karena akar yg sesungguhnya belum terdapat kecuali
hanya rizoid maka lumut masih digolongkan dalam tumbuhan talus, belum kormus, atau
merupakan peralihan antara talus ke kormus seperti pada golongan lumut daun.
Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya, reproduksi
aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan reproduksi
seksualnya dengan membentuk gamet gamet, baik gamet jantan maupun gamet betina
yang dibentuk dalam gametofit. Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung secara
bergantian melalui suatu pergiliran keturunan yang disebut metagenesis.
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang mengenai interaksi sel diatas, maka dapat ditarik
beberapa rumusan masalah seperti:
1. Bagaimana pengertian dari bryophyte secara umum?
2. Bagaimana ciri-ciri dari bryophyte?
3. Bagaimana siklus hidup pada bryophyte?
4. Bagaimana proses Embriogenesis dan Sporogenesis pada bryophyta?
5. Bagaimana Struktur porofit Dewasa pada bryophyte?
6. Bagaimana proses pembuahan pada bryophyta?
1.3
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari bryophyte secara umum
2. Untuk mengetahui ciri-ciri bryophyte
3. Untuk mengetahui siklus hidup pada bryophyta
4. Untuk mengetahui proses Embriogenesis dan Sporogenesis pada bryophyte
5. Untuk mengetahui Struktur porofit Dewasa pada bryophyte
6. Untuk mengetahui proses pembuahan pada bryophyta
BAB II
PEMBAHASAN
Pada siklus hidup tumbuhan lumut, sporofit menghasilkan spora yang akan
berkecambah menjadi protonema. Selanjutnya dari protonema akan muncul gametofit.
Generasi gametofit mempunyai satu set kromosom (haploid) dan menghasilkan organ sex
(gametangium) yang disebut archegonium (betina) yang menghasilkan sel telur dan
antheredium (jantan) yang menghasilkan sperma berflagella (antherezoid dan spermatozoid).
Gametangium biasanya dilindungi oleh daun-daun khusus yang disebut bract (daun
pelindung) atau oleh tipe struktur pelindung lainnya (Mishler et al., 2003).
Gametangium jantan (antheredium) berbentuk bulat atau seperti gada, sedangkan
gametogonium betinanya (arkegonium) berbentuk seperti botol dengan bagian lebar disebut
perut dan bagian yang sempit disebut leher. Gametangia jantan dan betina dapat dihasilkan
pada tanaman yang sama (monoceous) atau pada tanaman berbeda (dioceous) (Gradstein,
2003).
Fertilisasi sel telur oleh antherezoid menghasilkan zigot dengan dua set kromosom
(diploid). Zigot merupakan awal generasi sporofit. Selanjutnya pembelahan zigot membentuk
sporofit dewasa yang terdiri dari kaki sebagai pelekat pada gametofit, seta atau tangkai dan
kapsul (sporangium) di bagian ujungnya. Kapsul merupakan tempat dihasilkannya spora
melalui meiosis. Setelah spora masak dan dibebaskan dari dalam kapsul berarti satu siklus
hidup telah lengkap (Hasan dan Ariyanti, 2004).
2.4. Embriogenesis dan Sporogenesis
Pembelahan pertama dan zigot biasanya dengan dinding melintang atau tegak lurus
terhadap sumbu panjang arkegonium sehingga dihasilkan 2 sel yang sama besar. Berdasarkan
segmentasi perkembangan proembno pada stadium 4 sel ada 2 tipe, yaitu:
1. tipe kuadran.
Merupakan tipe umum, dibentuk oleh dinding vertikal atau tegak lurus terhadap
dinding pembelahan pertama sehingga dihasilkan embnio kuadran tersusun dan 4 sel.
2. tipe filamen.
Merupakan tipe yang sangat jarang, dibentuk oleh dinding pembelahan
transversal atau sejajar terhadap dinding pembelahan pertama seliingga dthasilkan
embnio yang berbentuk filamen tersusun dan 4 sel. Perkembangan embrio
selanjutnya terjadi oleh karena adanya pembelahan dengan dinding vertikal dan
menghasilkan embnio 8 sel (oktan). Embrio stadium oktan membelah tidak teratur
dan menghasilkan massa sel yang tersusun dan 20-40 sel. Pada Riccia sp. sel- sel
superfisial dan massa sel mi membelah peniklinal menghasilkan amfitesium di
sebelah luar dan membatasi massa sel yang di dalamnya yaitu endotesium. Sel
endotesium mempunyai ukuran dan besar yang seragam dibandmg amfitesium. SelSel penyusun amfitesium membelah anticlinal membentuk jaket steril. Sel- sel
endotesium berfungsi sebagai arkesporium membelah- belah menghasilkan massa
sel- sel sporogen yang kemudian menjadi sel induk spora. Sel induk spora membelah
secara meiosis menghasilkan tetrad spora selanjutnya spora akan menjadi sohter
(lepas dan tetrad) dan bersifat haploid (Issirep et al, 2004).
2.5. Struktur porofit Dewasa
Pada Riccia, sporofit dewasa / masak terdapat dalam jaringan gamteofit tanpa kaki dan
tangkai. Massa spora dilindungi oleh kaliptra. Marchantia mempunyai 2 tipe embrio yaitu tipe
kuadran dan filamen. Pada tipe kuadran, sel epibasal membentuk kapsul atau kapsul dan
sebagian seta, sedang sel hipobasal membentuk kaki dan seta atau kaki dan sebagian seta.
Pada tipe filamen, sel epibasal berkembang menjadi kapsul dan sel hipobasal berkembang
menjadi kaki sedang sel bagian tengah menjadi seta. Dengan dinding pembelahan vertikal dan
pembelahan yang tidak teratur, selanjutnya embrio membentuk 3 zona dengan pola
perkembangan yang berbeda (Vashista, 2010).
Struktur sporofit pada Marchantia terdiri atas:
a. kaki
Gambar 1. Perkembangan zigot menjadi sporofit pada Marchantia sp. Sporofit terdiri
atas tangkai, seta dan kapsula. Sporofit dilindungi kaliptra dan peregnium.
2.6. Pembuahan pada Bryophyta
Pembuahan berlangsung dengan bantuan air yang berfungsi sebagai medium untuk
berenangnya anterozoid. Air biasanya ditampung di dalam talus bagian dorsal. Menjelang
pembuahan apabila arkegoma mendekati pemasakan sel, saluran leher dan sel saluran perut
mengalami degenerasi. Biasanya dan ujung sampai ke bagian bawah membentuk suatu masa
yang berlendir. Massa menyerap air sehingga sel- selnya membengkak dan sel- sel penutup
menjadi terpisah sath sama lam oleh karena rusaknya lamela tengah. Dengan demikian
terbentuklah suatu saluran leher yang kecil dan ujung arkegonium ke arah sel telur.
Anterozoid terdapat pada permukaan air yang ditarik oleh karena zat kemotaksis yang
dikeluarkan oleh massa berlendir dan leher arkegonium yang membuka. Lendir kaya akan
beberapa substansi kimia seperti protein terlarut dan garam- garam anorganik yang berperan
untuk mendorong anterozoid ke leher arkegonium. Anterozoid berenang bebas dan berjalan
melewati leher menuju sel telur, berfusi dengan sel telur dan membentuk zigot. Zigot adalah
sel pertama dan generasi sporofit dan bersifat diploid (Vashista, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Gradstein, S.R. 2003. Ecology of Bryophyta. A Handout Lecture of Regional Training
Course On Biodeversity and Conservation of Bryophytes and Lichens. Bogor.
Indonesia.
Sumardi, Issirep dan Susanti, Siti. 2004. Bryophyta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Hasan, M. dan Ariyanti, N. S. 2004. Mengenal Bryophyta (Lumut) Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango Volume 1. Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cibodas.
Mishler, B.D., Lewis, L.A., Buchheim, M.A. et al. 2003. Phylogenetic relationships of the
green algae and bryophytes. Ann. Mo. Bot. Gard.
Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Vashista, B.R. 2010. Botany for Degree Students Bryophyta. New Delhi:
S. Chand & Company Ltd.