Katarak Komplikata
Katarak Komplikata
PENDAHULUAN
BAB I . LENSA
Jaringan lensa ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam
mata dan bersifat bening. Lensa berbentuk bikonkaf, transparan, dan mempunyai tebal
4mm dan berdiameter 9 mm. Lensa terletak posterior dari iris yang ditopang oleh seratserat zonular yang berasal dari badan siliar. Lensa dibentuk oleh sel epitel lensa yang
membentuk serat lensa di dalam kapsul lensadan serat lensa dibentuk terus menerus.
Kapsul dari lensa merupakan membran yang semipermeabel yang dapat menyerap air
dan elektrolit. Epitel lensa ini akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa dibagian sentral sehingga terbentuk nukleus
lensa.
Bagian epitelium, merupakan lapisan sel dari permukaan lensa, dan perannya
sangat penting terhadap homeostasis dari seluruh organ lensa. Semua enzim-enzim
metabolik kadarnya paling tinggi terdapat pada bagian epitelium. Karena mitokondria
sudah tidak ada lagi pada serat lensa matur, maka epitelium memiliki kapasitas tertinggi
untuk memproduksi energi. Secara luas pompa ion seperti Na + ,K+ -ATPase, dan sistem
transport yang membawa nutrisi dan metabolit-metabolit untuk lensa terdapat pada
bagian epitelium. Lensa yang bersifat avaskular ini sangat bergantung pada fungsi dari
sistem ini. Epitelium juga memiliki kandungan dan kerja enzim yang berfungsi untuk
melindungi lensa dari pengaruh toksik. Sebagai contoh kandungan sistem enzim
antioksidan
seperti catalase dan GSH
redox
cycle yang
mendetoksifikasi
H2O2 terdapat banyak pada bagian epitelium.
Bagian sentral dari lensa merupakan bagian yang tertua dari lensa, karena paling
dahulu dibentuk. Dibagian luar nukleus ini terdapat lapisan serat lensa yang lebih muda
disebut korteks lensa . Pada bagian anterior dari lensa bertemu dengan akuos humor,
dan bagian posterior kontak dengan cairan vitreous. Nukleus dari lensa sendiri lebih
keras dibandingkan bagian dari korteks. Lensa mengandung 65% air, dan sekitar 35%
protein, dan sedikit dari mineral.
Lensa bersifat avaskular dan tidak memiliki persarafan, dan mendapatkan nutrisi
dari humor akuos. Fungsi utama dari lensa adalah mentransmisi cahaya dan
memfokuskan cahaya ke retina. Lensa dapat menyesuaikan titik fokus suatu benda dari
jarak dekat maupun jauh dengan cara mengubah bentuk dari lensa tersebut, hal ini
dikenal dengan sebutan akomodasi. Hal ini dapat terjadi apabila lensa transparan,
dimana kondisi ini bergantung pada organisasi dari sel-sel yang terdapat pada lensa
dan susunan protein yang terdapat pada sitoplasma dari lensa. Konsentrasi protein
yang terdapat pada serat lensa sangat tinggi, yang menghasilkan indeks refraksi yang
signifikan dibanding dengan cairan yang mengelilingi lensa dan memudahkan lensa
untuk merefraksi cahaya.
Katarak terjadi pada lensa yang kehilangan transparansi nya entah cahaya
tersebut diserap maupun dipendarkan yang membuat gangguan penglihatan. Katarak
dapat terjadi karena faktor genetik, metabolik, gizi, atau faktor lingkungan ataupun
akibat dari penyakit sistemik seperti diabetes atau penyakit degeneratif retina. Faktor
resiko yang terpenting adalah usia.
Katarak kortikal terjadi pada bagian luar dari lensa dan mempunyai karakteristik
adanya vakuol, katup air,dan bentuk seperti jari sepeda. Dipercaya bahwa kebanyakan
katarak kortikal ini penyebabnya karena gangguan osmotik, dimana terjadi akumulasi
cairan didalam dan diantara sel dari lensa yang biasanya diakibatkan dari
ketidakseimbangan dari ion. Ketidakseimbangan elektrolit terjadi sebagai hasil dari
rusaknya membran sel dari lensa, terutama jaringan sel-sel epitelial yang berfungsi
dalam menjaga keseimbangan metabolik homeostasis dari seluruh lensa.
Pada kortikal katarak kadar kalium menurun, sedangkan kadar natrium,klorida
dan kalsium meningkat sehingga terjadi influks dari air. Vakuola atau tempat dimana
mengandung air yang banyak ini menghasilkan indeks refraksi yang rendah karena
kaya akan protein pada serat-seratnya dan hal yang berkepangjangan menghasilkan
pependaran cahaya dan katarak.
terakumulasi
terutama
akibat
faktor
oksidasi,
Posterior subkapsular katarak terjadi pada bagian kutub posterior. Katarak ini
terjadi akibat dari pembentukan serat serat bagian posterior yang berubah atau seratserat lensa menjadi abnormal. Pada keadaan lanjut sel epitelial lensa ini dapat migrasi
kebagian kutub posterior. Posterior subkapsular katarak ini biasanya ditemukan setelah
radiasi dari sinar X dan pemakainan kortikosteroid , serta penyakit degenerasi retina,
tetapi dapat juga terjadi secara idiopatik.
Katarak komplikata adalah keadaan dimana kekeruhan terjadi pada lensa yang
diakibatkan keadaan lokal atau penyakit sistemik. Ini dapat terjadi pada semua usia.
Suatu penyakit dapat merusak lensa dengan menganggu nutrisi yang dimiliki lensa atau
efek toksik yang mempengaruhi lensa.
pembentukan fibrin, pengobatan dosis tinggi dari kortikosteroid, dan riwayat dari pars plana
vitrektomi(PPV).
Penyebab spesifik dari uveitis seringkali sulit ditemukan, tetapi pada beberapa kasus
uvetis berhubungan dengan :
Gangguan autoimun: Rheumatoid arthritis atau ankilosing spondilitis
Gangguan Inflamasi : Penyakit Chrons atau colitis ulseratif
Infeksi : cat-scratch disease, herpes, sifilis, toksoplasmosis, tuberculosis
Trauma mata
Keganasan tertentu : limfoma yang memiliki efek tidak langsung terhadap mata
Terdapat tiga tipe uveitis berdasarkan area mata yang terkena:
Anterior uveitis inflamasi ini mengenai bagian iris(iritis) atau inflamasi dari iris dan badan
silar(iridosiklitis). Sifatnya adalah unilateral dan bersifat akut. Pupil dapat terjadi miosis atau
irregular akibat dari sinekia posterior. Geejala biasanya berupa nyeri, fotofobia, dan penglihatan
buram.Inflamasi yang terjadi pada bilik anterior harus dicek tekanan intraokularnya. Sel-sel
inflamasi serta debris dari peradangan ini membentuk suatu keratik presipitat pada bagian
endothelium corneal.
Intermediate uveitis mengenai area dibelakang badan siliar dan retina. Biasanya terjadi
pada anak-anak , remaja dan dewasa muda. Yang terjadi pada perdangan ini ditandai dengan
inflamasi vitreous. Sifatnya biasanya bilateral, gejala yang khas bisanya disertai dengan floater
dan penglihatan yang buram. Nyeri, fotofobia dan kemerahan minimal bahkan tidak ada.
Posterior uveitis Inflamasi terjadi pada bagian segmen posterior mata, yaitu koroid dan
retina. Biasanya berhubungan dengan penyakit-penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis.
Gejala yang muncul biasanya adanya floaters, hilangnya lapang pandang penglihatan atau
skotoma atau menurun visus penglihatan yang dapat sangat berat. Terkadang dapat ditemukan
adanya ablasi retina yang sifatnya trsksi, regmatogen atau dengan eksudat.
Patofisiologi
Katarak yang terjadi pada anak-anak dengan uveitis ini biasanya tipe subkapsular
katarak . Sinekia posterior terkadang terjadi pada kasus ini, yang disertai dengan daerah kapsul
anterior nekrosis serta terjadi kekeruhan pada lensa. Jaringan fibrin yang terdapat pada
membran dari lensa biasanya ditemukan berserta dengan kekeruhan pada daerah dibawah
kapsul anterior.
Pembentukan katarak yang terjadi pada bagian polus posterior dari lensa dapat
dijelaskan dari hilangnya dinding pertahanan dari membran epitelial dan disertai bagian
posterior merupakan bagian yang paling tipis dari kapsul lensa. Dimana terjadi inflamasi maka
sel radang akan terakumulasi pada bagian bilik anterior maupun posterior sehingga
menyebabkan penebalan lensa akibat dari sistem osmotik yang tidak seimbang. Kandungan
protein yang disertai sel-sel radang akan menyebabkan air masuk kedalam lensa sehingga
lensa menjadi lebih tebal dan keruh. Disamping itu juga terjadi proses proliferatif dari sel epitel
lensa abnormal(LEC/Lens Epithelial Cell). Sel abnormal ini menghasilkan ekstraselular basal
membran dan ekstraseluler maktriks sebelum berdegenerasi bersama dengan serat-serat
lensa sekelilingnya.
Salah satu mekanisme dari terbentuknya katarak subkapsular posterior adalah karena
dihambatnya Na_K_-adenosine triphosphatase (ATPase) oleh kortikosteroid sehingga
menghasilkan konsentrasi natrium yang tinggi dibagian intraseluler dan menurunnya kadar
potasium, sehingga terjadi akumulasi air pada bagian serat lensa . Cadherin merupakan
merupakan protein yang berfungsi sebagai adhesi molekul antar sel, dan bersifat mengatur
adesi dari sel yang bergantung pada kalsium. Cadherin berfungsi sebagai jembatan antar sel.
Ketika adesi dari sel tidak terjadi dapat membuat terjadinya katarak, karena adesi dari sel-sel ini
berperan penting terhadap sifat lensa yang transparan.
Hasil yang didapatkan dari sebuah penelitian adalah bahwa pemberian dari steroid
menstimulus pembentukan katarak yang bersamaan dengan menurunnya kadar N-cadherin
protein. Glukokortikoid reseptor antagonis RU 486 . Ini menunjukan bahwa pengobatan untuk
katarak karena penggunaan steroid dapat diberikan glukokortikoid reseptor.
Karakteristik katarak yang disebabkan oleh steroid bersifat bilateral, terjadi pada bagian
posterior polus atau korteks, tepat didalam kapsul posterior, terkadang dapat meluas hingga
kebagian anterior korteks dengan bentuk yang iregular.Bagian tepi biasanya sedikit tajam, tetapi
biasanya dikelilingi dengan sedikit keabu-abuan. Kekeruhan berwarna putih kekuningan pada
lensa dengan disertai adanya vakuol kecil.
meningkatkan
akumulasi
cairan,
fluktuasi
dari
indeks
refraktif
sehingga cahaya yang masuk kedalam lensa berpendar, tidak fokus pada retina.
Kerusakan akibat radikal bebas menyebabkan rusaknya membran dan rusaknya
protein didalam lensa. Oksidasi yang terjadi akibat penggunaan steroid menyebabkan
terjadinya denaturasi dari protein, agregasi dan insolubel protein dari lensa. Yang
terakhir adalah gangguan metabolisme dimana terjadi ambilan glukosa yang kemudian
terakumulasi pada lensa. Diduga penggunaan antioksidan atau anti radikal bebas,
dapat memprevensi pembentukan dari katarak, termasuk melindungi dari penggunaan
steroid.
Patogenesis
Sorbitol dibentuk dari glukosa dalam jalur polyol dengan enzim aldose reductase,
enzim pertama pada jalur polyol. Jalur ini tidak hanya terdapat pada lensa, tetapi juga
terdapat pada jaringan lain, termasuk dalam kornea, iris, retina, saraf dan ginjal.
Diketahui bahwa akumulasi dari sorbitol pada jaringan intraselular menghasilkan
perubahan osmotik pada jaringan lensa yang bersifat hidropik yang akhirnya
berdegernerasi dan membentuk gula katarak. Di lensa, sorbitol diproduksi lebih cepat
dibandingan perubahannya menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
Peningkatan akumulasi dari sorbitol membuat keadaan hiperosmotik sehingga cairan
masuk karena adanya perbedaan gradien osmotik.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh hewan, akhirnya ditemukan
sebuah hipotesis osmotik dari katarak akibat mekanisme gula, yang menghasilkan
peningkatan cairan di daerah intraselular yang merupakan respon dari media AR pada
jalur polyol sehingga
menghasilkan
pembengkakkan
lensa
dikarenakan
oleh
dari
lensa,
yang
berakibatkan
kadar
ion
kalium
asam
amino,
dan myoinositol lebih tinggi didalam lensa dibandingkan jaringan sekitarnya yang
berupa cairan intraokular, sehingga terjadi perembesan dari lensa keluar. Ion Natrium
dan klorida dibentuk didalam lensa karena hilangnya kadar kalium, sehingga terjadi
gangguan elektrolit didalam lensa yang menyebabkan kekeruhan pada lensa. Ini
merupakan mekanisme awal yang terjadi akibat dari kerja aldose reduktase yang
membuat kekeruhan pada lensa.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh Beaver
Dam
Eye
study dengan
3684
koresponden dengan usia diatas 43 tahun , dan dilakukan selama 5 tahun ditemukan
bahwa terdapat korelasi antara diabetes melitus dan pembentukan katarak . Didalam
penelitian tersebut juga dikatakan bahwa insiden dari kortikal dan posterior subcapsular
katarak berhubungan dengan diabetes. Penelitian lebih lanjut menunjukan pasien
dengan diabetes sangat cenderung berkembang opaksiatas pada lensa bagian kortikal
dan menunjukan bahwa tingginya prevalensi operasi katarak, dibandingkan pada
pasien yang non-diabetik. Dari analisis yang dilakukan dibuktikan bahwa semakin lama
durasi dari diabetes yang dialami sangat berhubungan dengan peningkatan frekuensi
katarak kortikal yang juga meningkatkan frekuensi dari operasi katarak . [13]
Katarak yang terjadi pada pasien diabetes melitus dapat terjadi dalam 3 bentuk : [2]
1.
lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila
dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa , kekeruhan akan hilang bila
terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.
2.
Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol , dimana terjadi katarak
serentak pada kedua mata dalam 48 jam , bentuk dapat snow flake atau
bentuk piring subkapsular
3.
[12]
tumbuhan , jaringan hewan atau spesifik molekul yang kecil. Pada percobaan yang
dilakukan oleh hewan zat ini dapat memperlambat pembentukan dari katarak
diabetikum. Beberapa tumbuhan yang dikenal untuk ekstrak dari enzim ini
adalah Ocimum sanctum, Withania somnifera, Curcuma longa,and Azadirachta indica
Pada beberapa penelitian yang dilakukan , didapatkan hewan percobaan yang
diberikan AR inhibitor yang bersifat untuk preventif ditambah dengan pengobatan dari
diabetesnya menunjukan tidak ada tanda-tanda dari degenerasi, pembengkakan
ataupun gangguan pada lensanya dibandingkan dengan pasien yang diberikan AR ini
dengan yang tidak diobati untuk diabetesnya.
2.
Pengobatan dengan anti oksidan, karena pada katarak diabetikum terjadi terjadi
kerusakan akibat stress oksidatif yang merusak jalur polyol secara tidak langsung,
maka dapat diberikan anti oksidan yang berguna untuk menghambat pembentukan
katark. Beberapa anti oksidan yang telah diteliti pada hewan yang dapat menghambat
perkembangan dari katarak diabetikum ini adalah alpha lipoic acid, vitamin E,dan
Piruvat.
Penggunaan
piruvat
menunjukan
selain
sebagai
efek
menghambat
perkembangan katarak diabetikum , juga dapat mengurangi akumulasi dari sorbitol dan
lipid peroksidase pada lensa. Studi yang dilakukan pada manusia, menunjukam hal ini
efeknya sangat kecil dan secara penelitian tidak relevan.
3.
lensa. Akumulasi dari dulsitol ini terjadi paralel bersama dengan peningkatan air pada
lensa.