Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS KEBIJAKAN

DELIBERATIF

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

1. MUCHTAR MUIN (E21106004)


2. AKHMAD FUADI (E21106013)
3. NIMRAH R. YUSUF (E21106016)
4. INDAH CALCULUS WOO (E21106048)
5. AMALIA S.TAPPARANG (E21106054)
Pokok Bahasan :
Analisis Kebijakan Deliberatif

Good Governance
ANALISIS KEBIJAKAN DELIBERATIF
Latar Belakang munculnya AKD :
Banyaknya Pendekatan analisis kebijakan yang
cenderung bersifat teknokratis, dan
mengesampingkan peran dan partisipasi publik.
Padahal di masa Orde Baru, kita sudah menggunakan
model-model seperti itu. mengapa orde baru gagal
membuat kebijakan publik yang baik? Bukankah
isunya karena kebijakan publik dimasa orde baru tidak
melibatkan ‘publik’ itu sendiri? (DR. Erwan AP.)

“Kalau begitu, apa jawabannya?”. Melibatkan publik.


Caranya? Bangun Good Governance!
Apa Itu GG ?
APA ITU GG?
• Administrasi Publik Indonesia, melalui LAN
(2000), mengindonesiakan GG sebagai
kepemerintahan yang baik dan mendefinisikan
GG sebagai penyelenggaraan negara yang
solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan
efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi
yang konstruktif antara domain-domain
negara, sector swasta, dan masyarakat.
•GG sebagai hubungan sinergis dan konstruktif di antara Negara, sector swasta, dan
masyarakat (LAN, 2000,7). Atas dasar ini, disusun 9 karakteristik GG, yaitu:

PARTICIPATION

RULE OF LAW.

TRANSPARENCY.

RESPONSIVENESS.

CONSENSUS ORIENTATION.

EQUITY.

EFFECTIVENESS AND EFFICIENCY.

ACCOUNTABILITY.

STRATEGIC VISION.
MENGENAL ANALISIS KEBIJAKAN
Mengenai AKD…
DELIBERATIF
Mengenai Mengenai AKD…
•Analisis kebijakan Deliberatif
AKD… Adalah implementasi GG
dalam analisis kebijakan.(Marteen Hajer & Hendrik W.)
•Di dalam AKD proses analisis kebijakan tidak dilakukan
oleh para teknokat, melainkan oleh para pihak yang
terlibat langsung.

•AKD Juga disebut sebagai Proses analisis kebijakan


publik model “ Musyawarah“

•Jadi Analisis Kebijakan deliberatif, yaitu suatu


Proses Analisis kebijakan yang Melibatkan partisipasi
publik secara langsung.
KARAKTERISTIK AKD
ANALISISKEBIJAKAN
ANALISIS KEBIJAKAN
DELIBERATIF
DELIBERATIF

IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI PUBLIK
PUBLIK
GG
GG TERLIBAT
TERLIBAT

KEBIJAKANMODEL
KEBIJAKAN MODEL TIDAKTEKNORATIS
TEKNORATIS
TIDAK
MUSYAWARAH
MUSYAWARAH
Bagan Analisis Kebijakan Deliberatif

Model Sederhananya Dapat Digambarkan Sebagai Berikut :

Isu Analisis Proses Kebijakan


Kebijakan Kebijakan Publik Publik

Verifikasi dan
akuntabilitasi
Bagaimana Analisis Kebijakan Deliberatif
Itu?
• proses analisis kebijakan tidak dilakukan oleh para teknokrat, melainkan oleh para
pihak yang terlibat langsung.

• Proses analisis kebijakan publik model “musyawarah” ini jauh


berbeda dengan model-model teknokratik karena peran analis kebijakan “hanya”
sebagai fasilitator agar masyarakat menemukan sendiri keputusan kebijakan atas
dirinya sendiri.

• Peran pemerintah disini lebih sebagai legislator “kehendak publik”. Sementara


peran analis kebijakan adalah sebagai prosessor proses dialog publik. Model ini
dapat pula dipahami sebagai turunan model pemikiran Reinventing Government-nya
David Osborne dan Ted Gaebler (1992) yang mengatakan bahwa pemerintah di
masa depan adalah pemerintah katalis, hanya menjadi pengarah, bukan penentu.
Bagaimana Analisis Kebijakan Deliberatif Itu?

Proses analisis dilakukan langsung oleh


MASYARAKAT

Masyarakat yang menentukan keputusan


kebijakannya sendiri

PERAN PERAN ANALIS


PEMERINTAH KEBIJAKAN
Lebih sebagai Sebagai prossesor
legislator proses dialog publik
Mengapa Model AKD?
Analisis Kebijakan Deliberatif perlu, Karena :

 Tanpa publik, proses kebijakan akan kering dan sangat berbau teknokratis. fakta
bahwa para jenius seperti Einstein juga menghasilkan bom atom yang tidak pernah
mampu ia kendalikan pemanfaatannya. Ketika temuan itu dijadikan senjata
pemusnah massal, yang terjadi hanyalah penyesalan. Analisis Kebijakan adalah
teknokrat social, yang seharusnya belajar dari rekannya teknokrat ilmu alam, yang
menjadi “korban” keserakahan kekuasaan politik.

 Selain itu, dalam praktik, model kebijakan deliberatif ternyata paling efektif
dipergunakan pada kondisi konflik. Penelitian UNDP pada tahun 2003 di kawasan
pasca-konflik di Poso, Palu, Tojo Una-Una, Morowali, Halmahera, dan Tentena,
menemukan fakta bahwa hanya kebijakan publik yang dihasilkan dari kesepakatan
pihak yang berkonnflik yang relative merupakan kebijakan yang efektif untuk
menyelesaikan masalah.
Mengapa Model AKD?

Model Analisis Kebijakan Publik Penting, Mengapa?

Karena tanpa publik proses Berdasarkan UNDP tahun 2003


kebijakan akan kering dan AKD paling efekif digunakan
berbau teknoratis pada kondisi konflik
Apakah Model Ini Baru Di Indonesia?
• Apakah model ini sangat baru? Tidak. Di Indonesia, konsep ini kita kenal
sebagai musyawarah untuk mufakat. Di desa Indonesia masa lalu,
keputusan tidak dibuat oleh Pemerintahan Desa, namun oleh public,
warga desa, yang kemudian bermusyawarah, dan tercapai mufakat.
Mufakat ini yang diangkat sebagai kebijakan public.

• Keuntungannya, setiap pihak bertanggung jawab atas keberhasilan


kebijakan publik.
• Kelemahannya, prosesnya acap kali panjang dan bertele-tele. Pedesaan
Indonesia pasca-orde Baru tidak banyak mengenal model seperti itu
karena kebijakan publik merupakan sebuah paket nasional untuk semua
daerah tanpa kecuali. Proses “musyawarah untuk mufakat” diubah
menjadi “mufakat dulu, barumusyawarah”. Pasca-reformasi, kebijakan
ini digunakan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah konflik
diberbagai daerah.

• Salah satu yang dapat disebut sebagai “prestasi” adalah keberhasilan


pemerintah mengembangkan kebijakan public untuk menyelesaikan
kerusuhan antar-agama di Sulawesi Tengah dan konflik GAM di Aceh.
CRITICAL REVIEW :
1. Analisis kebijakan Deliberatif cocok diterapkan di negara yang
sedang mengalami konflik karena dengan analisis ini masyarakat
dapat turut berpartisipasi publik dalam proses pembuatan kebijakan.
2. Pada halaman 124, mengenai Good Governance ( 9 Karakteristik
Good Governance ), sepertinya di dalam realita yang ada belum
tercapai Good Governance yang seharusnya.
3. Bahkan, birokrasi di Indonesia menciutkan karakteristiknya menjadi
3 aspek saja, yaitu : transparansi, partisipasi, dan penegakan hukum.
4. Good Governance di Indonesia belum diterapkan dengan baik/benar
berdasarkan referensi yang kami dapatkan.
4. Pada dasarnya masyarakat tidak terlalu peduli dengan
more regulated atau less regulated, less governed atau
more governed karena kepedulian utama mereka terletak
pada terselesaikannya beragam masalah yang mereka
hadapi.

Critical
Review
5. Perlu diketahui beragam isu yang dilontarkan oleh
berbagai organisasi internasional tentang
kepemerintahan yang baik ( good governance ).

Isu-isu tersebut adalah : partisipasi publik, transparansi,


kesetaraan ( gender, ras, agama, usia, kelompok, dll),
perilaku yang jujur dan etis, akuntabilitas, dan
keberlangsungan. Implementasi isu tersebut tentu
memerlukan kesepakatan di antara stakeholder.
Kesepakatan tersebut bisa saja berbeda antar tempat
dan antar waktu.

Critical Review
6. Perkembangan manajemen publik dalam pelayanan publik
menghadapi tantangan berat terutama dalam memposisikan
masyarakat sebagai pihak yang dilayani. Dalam konsep
manajemen publik, masyarakat dianggap sebagai klien,
pelanggan, atau sekedar pengguna layanan. Tentu hal ini
merupakan cara pandang yang dapat memunculkan masalah
karena pada hakekatnya masyarakat tidak sekedar pengguna
tapi justru stakeholder utama layanan publik sebagai
konsekuensi posisi masyarakat sebagai warga (citizen).

CriticalReview
Thanks 4 ur attention my friends..!!,,

ThAnKs 4 uR aTtEnTiOn mY fRiEnDs..!!,,


tHaNkS 4 Ur AtTeNtTiOn My
FrIeNds..!!,,
ThAnKs 4 uR aTtEnTiOn My FrIeNdS..!!,,
tHaNkS 4 Ur AtTeNtIoN mY FrIeNds..!!,,

Anda mungkin juga menyukai