Anda di halaman 1dari 6

Pandangan-Pandangan

Opini Teoritis Kaum Behaviorisme

Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme


tentang Pemerolehan Bahasa Pertama

Theresia Kristianty*)

Abstrak
Teori Behaviorisme mengatakan bahwa peniruan sangat penting dalam mempelajari bahasa. Teori ini juga
mengatakan bahwa mempelajari bahasa berhubungan dengan pembentukan hubungan antara kegiatan
stimulus-respon dengan proses penguatannya. Proses penguatan ini diperkuat oleh suatu situasi yang
dikondisikan, yang dilakukan secara berulang-ulang. Sementara itu, karena rangsangan dari dalam dan luar
mempengaruhi proses pembelajaran, anak-anak akan merespon dengan mengatakan sesuatu. Ketika
responnya benar, maka anak tersebut akan mendapat penguatan dari orang-orang dewasa di sekitarnya.
Saat proses ini terjadi berulang-ulang, lama kelamaan anak akan menguasai percakapan.

Kata kunci : Behaviorisme, Operant Conditioning, Kegiatan Stimulus-Respons, Reinforcement Process

The behaviouristic says that imitation is very important in language learning. It also says that learning a
language concerns the formation of stimulus-respond relationship combined with the reinforcement process.
The process is strengthened by a conditioning situation which is done through repeatation. Meanwhile,
since internal and external stimulis influence the learning process, the influence makes the children
respond the stimulis by saying something. When the saying is right, the children will get a strengthening
action from the adults surrounding.When this process occours repertively, the children soon master the
saying.

itu digunakan. Sementara itu, istilah bahasa asing


Pendahuluan digunakan untuk menyatakan bahasa yang
diperoleh di dalam lingkungan tempat bahasa
Pengertian Bahasa Pertama, tersebut biasanya tidak digunakan (yakni
biasanya melalui pembelajaran) dan kalau sudah
Kedua dan Asing
diperoleh, bahasa tersebut tidak digunakan oleh
ebelum mendiskusikan pandangan kaum pemelajar dalam situasi rutin, sehari-hari (Klien,

S Behaviorisme tentang pemerolehan bahasa


pertama, ada baiknya terlebih dahulu
1986).
Contoh berikut ini memperjelas uraian di atas,
coba perhatikan. Ika, seorang anak yang lahir dan
memahami istilah-istilah berikut ini:
bahasa pertama, kedua, asing, dan pemerolehan tumbuh di lingkungan berbahasa Sunda
bahasa pertama. menguasai untuk pertama kalinya bahasa Sunda.
Pemerolehan bahasa pertama terjadi apabila Maka, bahasa pertamanya ialah bahasa Sunda.
pemelajar, biasanya anak yang sejak semula Kemudian, setelah agak besar ia dapat berbahasa
tanpa bahasa dapat berbahasa. Jadi, bahasa Indonesia, maka bahasa keduanya ialah bahasa
pertama ialah bahasa yang pertama kali dikuasai Indonesia. Bila kemudian ia dapat berbahasa
seseorang. Bahasa kedua ialah bahasa yang Jawa, maka bahasa tersebut menjadi bahasa
dimiliki seseorang sesudah ia menguasai bahasa ketiganya, dan seterusnya.
pertamanya, dan bahasa tersebut digunakan Di Indonesia, pada umumnya, bahasa
sebagai alat komunikasi berdampingan dengan Indonesia menjadi bahasa kedua masyarakatnya.
bahasa pertama. Bahasa kedua tersebut biasanya Namun, di kota-kota besar dan di lingkungan
diperoleh dalam lingkungan sosial tempat bahasa keluarga campuran antarsuku, bahasa pertama

*) Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006


Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

berbeda, biasanya bahasa Indonesia adalah lingkungan. Menurut aliran ini pemerolehan
bahasa pertama anak-anak di lingkungan bahasa ialah pemerolehan kebiasaan (habits).
tersebut. Sedangkan bahasa Inggris di Indonesia Pandangan kedua ialah pandangan Nativis yang
disebut sebagai bahasa asing. Disebut demikian berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan
karena bahasa ini datang dari luar dan tidak membawa kemampuan berbahasa dengan
digunakan oleh masyarakat Indonesia secara dimilikinya Alat Pemerolehan Bahasa (Language
umum untuk berkomunikasi sehari-hari. Namun, Acquisition Device atau disingkat LAD). Pandangan
di Singapura dan Filipina, umpamanya, bahasa ketiga ialah pandangan kognitif yang
Inggris adalah bahasa kedua karena sebagaian beranggapan bahwa anak dilahirkan dengan
besar masyarakat tersebut memperoleh bahasa kemampuan berpikir dan di dalamnya termasuk
Inggris sebagai bahasa kedua dan kemampuan berbahasa, dan kemampuan ini
menggunakannya dalam berkomunikasi sehari- berkembang karena adanya interaksi dengan
hari, di rumah, di sekolah, di tempat bekerja dan orang dan dunia sekitarnya. Dalam tulisan ini,
sebagainya. yang akan dibahas adalah hanya pandangan
Behaviorisme.
Pemerolehan Bahasa Pertama
Setiap anak yang normal pada sekitar umur lima Pandangan Behaviorisme terhadap
tahun dapat berkomunikasi dalam bahasa yang
digunakan di lingkungannya, walaupun tanpa Pemerolehan Bahasa Pertama
pembelajaran formal. Dalam usia ini pada
umumnya anak-anak telah menguasai sistem
fonologi, sintaksis dan semantik dari bahasa Menurut pandangan kaum Behaviorisme bahasa
pertamanya, yang juga disebut dengan bahasa adalah bagian penting dari keseluruhan tingkah
ibunya. Penguasaan ini diperolehnya secara laku manusia. Kaum Behaviorisme ini menamakan
bertahap. Mula-mula, selagi bayi dia mengoceh bahasa sebagai perilaku verbal (verbal behavior).
yang biasanya ocehannya tidak dipahami oleh Untuk membangun teori tentang pemerolehan
orangtuanya atau orang yang berada di bahasa, para pakar aliran ini memusatkan
lingkungannya. Sekitar satu tahun, ia dapat perhatian mereka pada aspek-aspek bahasa yang
mengucapkan kata-kata pertamanya, misalnya kasat mata, yang teramati, sehingga data mereka
“Mama”, “Mamam”, dan “Papa”. Dalam usia ini adalah ujaran-ujaran tersebut. Teori Behaviorisme
ujarannya terdiri atas satu kata yang terhadap pemerolehan bahasa bersumber pada
mengekspresikan gagasan yang kompleks dengan teori-teori pembelajaran Behavioristic (Behaviorisme
makna yang bervariasi tergantung pada konteks. Learning Theories). Ada dua teori utama yang
Kata “Mam”, misalnya dapat berarti “Lihat saya dikembangkan oleh para pakar Behaviorisme yakni
sedang makan”, atau “Saya ingin makan”, atau Classical Conditioning dan Operant Conditioning.
mungkin saja “Ibu sedang makan”, tergantung Penjelasan berikut ini berdasarkan sumber utama
konteks situasi ketika ujaran itu diucapkan. Tahap dari Angelis dan Martin (1980) dan Clark (1975).
berikutnya pada umur kurang lebih dua tahun ia
dapat mengkombinasikan dua atau tiga kata Prinsip-Prinsip Teori Pembelajaran
dalam bentuk ujaran untuk berinteraksi dengan Behaviorisme (Behaviorisme
orang di sekitarnya ataupun untuk menyuruh dan
tindakan lainnya. Pada umur tiga tahun
LearningTheory)
kemampuan berbahasanya sangat meningkat Dalam teori Behaviorisme ada tiga konsep penting:
dan pada usia kurang lebih lima tahun ia telah rangsangan (stimulus) yang disimbolkan dengan
mampu menguasai struktur yang kompleks, S, tanggapan atau respons (response) dengan
perbendaharaan katanya berkembang dan simbol R, dan penguatan (reinforcement) dengan
kemampuan komunikasinya meningkat. simbol P. Istilah stimulus mengacu pada semua
Ada tiga pandangan utama tentang hal atau perubahan yang ada dalam lingkungan.
pemerolehan bahasa pertama. Pandangan Kata-kata atau kalimat dalam tulisan ini adalah
pertama yakni teori Behaviorisme yang contoh dari rangsangan. Stimulus dapat berasal
menyatakan bahwa anak dilahirkan sebagai dari luar (external stimulus), misalnya suara keras,
tabula rasa, papan bersih yang tidak tahu dunia suara manusia, ujaran atau sinar dan dapat dari
ataupun bahasa dan anak-anak dibentuk oleh dalam (internal stimulus) misalnya rasa lapar, atau

Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006 29


Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

keinginan untuk berbicara. Respons mengacu stimulus yang terkondisi (conditioned stimulus)
pada perubahan perilaku yang melibatkan dalam hal ini bunyi bel. Diagram di bawah ini
adanya aktivitas yang disebabkan oleh otot dan menunjukkan penjelasan di atas.
kelenjar. Sama halnya dengan stimulus, respons
bisa berupa respons luar (external) dan respons Unconditioned stimulus (UCS)
dalam (internal). Penguatan (reinforcement) adalah (makanan)
peristiwa atau sesuatu yang dianggap sebagai R
hadiah atau hukuman yang menyebabkan makin Keluarnya air liur
besarnya kemungkinan stimulus (S) tertentu Conditioned stimulus (CS)
menghasilkan respons (R) tertentu, menyebabkan (Bunyi bel)
makin besarnya kemungkinan stimulus (S)
tertentu menghasilkan respons (R) tertentu. Gambar 1. Classical Conditioning
Belajar dapat digambarkan sebagai Sementara itu, stimulus makanan disebut
pembentukan hubungan antara S dan R. Atau unconditioned stimulus karena stimulus itu dapat
dengan kata lain, belajar adalah kecenderungan menimbulkan respons tanpa adanya pelatihan
S tertentu menghasilkan R tertentu. Prinsip yang atau pembelajaran. Stimulus bunyi bel disebut
menjadi dasar dari pendekatan pembelajaran S-R conditioned stimulus atau stimulus terkondisi
pada penelaahan perilaku ialah classical karena rangsangan ini dapat menimbulkan
conditioning dan operant conditioning. respons (R) yakni keluarnya air liur setelah latihan
Kedua prosedur pengkondisian ini mulai dari berulang kali dengan memasangkannya
penelitian pada bagaimana hewan belajar dan bersamaan dengan stimulus makanan. Respons
diperluas pada pembelajaran bahasa. Prosedur yang ditimbulkan oleh conditioned stimulus disebut
conditioning ini dijadikan dasar untuk program respons terkondisi (conditioned respons).
pengajaran bahasa kepada tuna rungu dan tuna Penemuan Pavlov tentang kaitan antara
grahita. Para pakar psikolog juga stimulus dan respons ini berpengaruh besar
mengaplikasikan prinsip-prinsip pengkondisian terhadap pandangan para ahli tentang psikologi
dan pembelajaran makna dan bentuk-bentuk belajar. Berdasarkan penemuan Pavlov ini, John
gramatika. B. Watson dari Amerika Serikat menciptakan
istilah behaviorism. Ia menggunakan teori classical
Teori Classical Conditioning conditioning untuk segala yang bertalian dengan
belajar. Dengan proses pengkondisian, dibentuk
Classical conditioning yang juga disebut sebagai serangkaian kaitan stimulus-respons, dan
teori contiguity (keterdekatan dua objek atau lebih tingkah laku yang lebih rumit dipelajari dengan
tanpa diselingi hal lain) dikembangkan oleh ahli membentuk rangkaian-rangkaian respons.
fisiologi Rusia, Ivan Petrovich Pavlov (1894-1936). Dalam lingkup pemerolehan bahasa pertama,
Dalam mengembangkan teori ini, Pavlov classical conditioning ini dapat menjelaskan
melakukan serangkaian percobaan. Bagaimana bagaimana kita belajar makna kata. Seperti
percobaan atau eksperimennya? Marilah kita ikuti diketahui dalam lingkungan banyak rangsangan
paparan berikut ini. yang dapat menimbulkan emosi positif atau
Dalam ekperimennya ia menunjukkan makanan negatif. Jika rangsangan-rangsangan bahasa,
kepada anjing yang kemudian memakan misalnya kata, frasa, atau kalimat, sering terjadi
makanan itu. Setiap kali ditunjukkan makanan, bersamaan dengan rangsangan-rangsangan
anjing itu mengeluarkan air liur. Tampak bahwa lingkungan, maka pada akhirnya rangsangan
makanan yang di sini disebut unconditional bahasa tersebut dapat menimbulkan respons
stimulus (UCS) menyebabkan respons (R), emosional walaupun tidak ada rangsangan
keluarnya air liur. Pada percobaan-percobaan lingkungan. Untuk jelasnya mari kita pelajari
berikutnya, bel dibunyikan sebelum makanan contoh berikut ini.
ditunjukan kepada anjing. Sesudah beberapa kali Yudi yang berumur sekitar 15 bulan akan
percobaan, anjing mulai mengeluarkan air liur menarik taplak meja makan. Ibunya segera
sebagai respons terhadap bunyi bel saja. Dengan mengatakan, “Tidak! Tidak!” sambil menepis
kata lain anjing tersebut telah terkondisi (terbiasa) tangannya dengan harapan Yudi akan
untuk memindahkan (mentransferkan) menghubungkan sakit di tangannya dengan kata
responnya, dalam hal ini keluarnya air liur dari “Tidak! Tidak!” akan menimbulkan respons
stimulus adalah wajar, yakni makanan ke makna yang tidak menyenangkan bagi Yudi. Jika

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006


Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

hal ini terjadi berulang kali dan respons emosional Untuk jelasnya mari kita pelajari contoh
sudah ditransferkan dari hukuman fisik ke ujaran sederhana berikut. Jika Tobi mengatakan “Num”,
“Tidak! Tidak!”, maka pembiasaan telah berhasil. dan diberi air minum, maka dia akan
Jadi, kata “Tidak” menghasilkan respons menggunakan kata “Num” lagi bila ia ingin
emosional, sama halnya dengan bunyi bel minum. Sebaliknya, bila ia misalnya, mengatakan,
menimbulkan respons air liur. Dengan demikian, “Ta” tanpa diiringi penguatan dari ibunya atau
ibu tersebut telah berhasil mengajarkan makna orang di sekitarnya, maka ia cenderung untuk
“Tidak”. Dengan kata lain, Yudi memahami tidak mengucapkan kata tersebut untuk meminta
makna “Tidak” yang berarti suatu larangan. air minum.
Penjelasan di atas selain digunakan untuk
menerangkan bagaimana anak menghasilkan
Teori Operant Conditioning ujaran, juga digunakan untuk menjelaskan
bagaimana anak memahami ujaran. Jika anak
memberi tanggapan dengan benar terhadap
Teori Operant Conditioning dikemukakan oleh
rangsangan lisan, maka ia diberi hadiah atau
tokoh psikologi B.F. Skinner dengan karyanya
imbalan, misalnya berupa senyuman, ucapan atau
yang terkenal berjudul Verbal Behavior (1957).
pujian. Dengan cara ini, ujaran-ujaran orang
Menurut Skinner, perilaku yang berpengaruh
dewasa menjadi rangsangan-rangsangan bagi
pada lingkungan disebut perilaku operant (to
anak untuk menanggapinya. Anak akan
operate: menghasilkan efek yang dikehendaki,
menunjukkan bahwa ia memahami ujaran yang
mempengaruhi). Operant Conditioning merujuk
didengarnya, dan ia pun mampu menghasilkan
pada pengkondisian atau pembiasaan di mana
wicara yang sesuai dengan situasi.
manusia memberikan respons atau operant
Bagaimanakah dengan perkembangan
(kalimat atau ujaran) tanpa stimulus yang
sintaksis anak? Dalam perkembangan sintaksis
tampak; operant ini dipelajari dengan pembiasaan
anak, proses pemerolehan berarti generalisasi dari
(conditioning). Dalam proses pemerolehan bahasa
satu situasi ke situasi lain, dan dalam setiap
pertama peran peniruan (imitation) dianggap
situasi pola-pola linguistik yang benar diperkuat
sangat penting.
oleh orang-orang dewasa di sekitar anak tersebut.
Berdasarkan percobaan-percobaan pada
Di lain pihak, pola-pola linguistik yang tidak
tikus dan burung dara, Skinner berkesimpulan
benar tidak diperkuat, dan lambat laun akan
bahwa perilaku atau respons yang diikuti oleh
hilang dengan sendirinya.
penguat (reinforce) positif cenderung akan
diulangi, sedangkan respons-respons yang
diikuti oleh hukum atau tidak diikuti oleh penguat Kritikan-kritikan Terhadap
cenderung melemah untuk kemudian
menghilang.
Pandangan Behaviourisme
Dengan demikian, dalam lingkup Telah dikemukakan di muka bahwa menurut
pembelajaran bahasa, pembelajaran perilaku pendekatan Behaviorisme, perilaku bahasa
bahasa yang efektif terdiri atas pemberian respons dibentuk dengan peniruan-peniruan. Tampaknya
yang tepat terhadap rangsangan yang ada, dan ini ada benarnya, mengingat bahasa pertama yang
hubungan antara rangsangan dan tanggapan diperoleh anak-anak sama dengan bahasa yang
menjadi kebiasaan karena adanya penguatan digunakan oleh orang di sekitarnya. Ini tampak
(reinforcement). Bila seorang anak mengucapkan dari kenyataan, misalnya, anak yang dilahirkan
sesuatu yang kebetulan sesuai (appropriate) dan tumbuh di lingkungan yang berbahasa
dengan situasi, ibunya atau orang disekitarnya Melayu Manado akan menguasai bahasa Melayu
menghadiahinya dengan anggukan, ucapan, Manado, bukan Melayu Riau ataupun bahasa
senyuman, atau tindakan yang lain yang Jawa.
menunjukkan persetujuan. Hal ini akan Namun, faktor peniruan ini banyak
mengakibatkan respons yang sama akan terjadi diragukan oleh pakar di luar pendekatanan
lagi dalam situasi yang sama. Namun, jika Behaviorisme, khususnya para pakar dari aliran
ujarannya tidak benar, si ibu tidak Nativisme. Mereka berpendapat bahwa belajar
mengatakannya. Maka akan kecil kemungkinan bahasa terjadi bukan karena meniru.
terjadinya respons yang sama dalam situasi yang Mari kita pelajari beberapa kritikan mereka
sejenis. terhadap pandangan Behaviorisme beserta dengan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006 31


Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

alasan-alasannya. Kritikan-kritikan ini disarikan egg dan boiled egg, lesonner untuk teacher, salter
dari Anglis dan Martin (1980) dan hasil penelitian untuk more saltier lawning untuk moving the
Clark (1982). lawn; the he’s keying door ketika seorang anak
1. Kaum Nativis berpendapat bahwa ujaran (berumur tiga tahun) melihat orang membuka
anak bukan tiruan dari apa yang didengarnya pintu dengan kunci.
dari orang tuanya atau orang di sekitarnya. 5. Demikian juga, kaum Nativis meragukan
Anak yang berbahasa Inggris mengucapkan faktor penguatan. Kenyataan menunjukkan
All gone milk tentunya bukan karena ia meniru bahwa orang tua atau orang di sekitar anak,
tuturan orang tuanya. Bahkan mungkin memberikan penguatan bukan pada ujaran
orang tuanyalah yang menirukan ujaran yang berbentuk benar, melainkan pada benar
anaknya. Demikian pula, kesalahan- tidaknya informasi yang terkandung dalam
kesalahan yang dibuat anak bukan ujaran. Contoh yang klasik ialah penelitian
berdasarkan tiruan (imitation), karena Brown dan kawan-kawan (1968) yang dikuti
kesalahan-kesalahan ini tidak diucapkan oleh McNeill (1970). (parental approval)
oleh orang dewasa. Misalnya kalimat We goed diberikan pada benar tidaknya kepunyaan
to the park, yang diucapkan oleh anak Mickey, maka jawabannya ialah No. Namun,
bukanlah yang didengarnya dari orang tua jika anak mengatakan That Mickey’s yang
atau orang di sekitarnya. seharusnya That’s Mickey’s, maka orang
2. Berdasarkan kenyataan yang ada, anak-anak tuanya menyetujuinya dengan mengatakan,
dapat membentuk kalimat atau ujaran yang Yes. Jika persetujuan sama dengan penguat,
belum pernah mereka dengar. Mereka dapat maka persetujuan akan memperbesar
menyusun kalimat berdasarkan kombinasi- kemungkinan terciptanya bentuk-bentuk
kombinasi dari kata-kata yang sudah mereka kalimat yang salah, disamping kalimat-
kuasai, tetapi kalimat-kalimat atau ujaran- kalimat yang benar.
ujaran tersebut belum pernah mereka dengar.
Jika belajar bahasa hanya berdasarkan
peniruan, maka tidaklah mungkin anak Penutup
dapat menyusun kalimat atau ujaran yang
belum pernah mereka dengar.
3. Anak-anak, apapun bahasa atau ragam Dalam tulisan ini telah dibahas pandangan
bahasa yang dipelajarinya, mempunyai pola Behaviorisme terhadap pemerolehan bahasa
perkembangan kemampuan berbahasa yang pertama. Dalam hal ini, kaum Behaviorisme,
relatif sama. Hasil penelitian Brown (1970), menekankan pentingnya peniruan dan
yang dikutip oleh McNeill (1973), menyatakan bahwa belajar bahasa melibatkan
umpamanya, menunjukan bahwa anak-anak pembentukan hubungan antara stimulus dan
dalam memperoleh bahasa Inggris melalui respons dan penguatan. Pembentukan ini terjadi
paling tidak dua tahap. Pada tahap I, ujaran melalui proses pembiasaan (conditioning) dan
anak-anak rata-rata terdiri atas dua morfem, pengulangan-pengulangan. Dikatakan,karena
dan ujaran-ujaran mereka terdiri atas kata adanya stimulus internal atau eksternal, anak
penuh (content words) terutama kata benda dan memberikan respons dengan mengucapkan ujaran
kata kerja. Keuniversalan ini tentunya bukan tertentu, dan jika ujaran itu benar ia akan
karena tiruan saja, karena anak-anak terpajan menerima penguatan dari orang dewasa di
(exposed) oleh bahasa atau ragam bahasa yang sekelilingnya. Bila hal ini terjadi berulang kali,
berbeda. maka ujaran-ujaran tersebut telah dikuasai.
4. Hasil-hasil penelitian, misalnya penelitian
Eve V. Clark (1982), menunjukkan bahwa
anak-anak menciptakan kata-kata atau
kalimat yang tidak digunakan oleh orang di
sekitarnya. Clark menyebut kemampuan ini
sebagai kretivitas leksikal (lexical creativity).
Berikut ini beberapa contoh yang
diberikannya. Plate-egg dan cup egg untuk fried

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006


Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

quisition. Oxford: OUP


Daftar Pustaka Hamid, Zulkifley. (1989). Hipotesis nurani dan
pemerolehan bahasa pertama, dalam Jurnal
Angleis, Paul J. dan Martin, Clessen J. , E. Helmut Bahasa, Oktober, pp. 770-777
Esan (ed.). (1980). Psycholinguistic: Two Karmiloff – Smith, Annette. (1979). A functional ap-
viewsLanguage and communication. Columbia: proach to child language: A study of determin-
SC: Hornbeam Press, Incorporated ers and reference. Cambridge: CUP
Klien, Wolfgang. (1986). Second language acquisition.
Brown, H. Douglas. (1987). Priciples of language Cambridge: CUP
learning and teaching: 2nd Edition. Englewood McNeill, David. (1970). The acquisition of lan-
Cliffs: Prentice Hall Regents guage: The study of developmental
Clark, Eve V, The Young World Maker. A Case psychologuistics. New York: Happer & Row
Study of Innovations in the Child’s Lexicon, Publishers
dalam (eds) E. Wanner dan L.R. Gleitman. Monks, F.J. Knoers, A.M.P, Haditono, Sri Rahayu.
(1982). Language acquisition: The state of the (1992). Psikologi perkembangan: Pengantar
art. Cambridge: CUP dalam berbagai bagainya. Yogyakarta: Gajah
Clark, Hebert H dan Clark, Eve V. (1977). Psychol- Madda University Press
ogy and Language: An antroduction to Purwo, Bambang Kaswanti. (1990). Perkembangan
psychologuistics. New York: Hartcourt Brace Bahasa Anak Dari Lahir sampai Masa
Jovanovich Sekolah, dalam (ed) B.K. Purwo, Pellba 3:
Clark, Ruth. (1980). Adult Theories, Child Strategies Pertemuan linguistik lembaga bahasa Atma
and Their Implecations for the Language Teacher Jaya: Ketiga. Yogyakarta: Kanisius
dalam (eds) J.P.B. Allen dan S. Pit Corder, Subyakto, Nababan, Sri Utari. (1992).
Papers in Applied Linguistics. Oxford: OUP Psikolingusitik: Suatu pengantar. Jakarta:
Elliot, Alison J. (1987). Child language. Cambridge: Gramedia Pustaka Utama
CUP
Ellis, R. (1989). Understanding second language ac-

Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006 33

Anda mungkin juga menyukai