Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek


pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat
bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk
merealisasikan cita-cita nasionalnya.

Pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan


menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas
landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi
kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlanar mencapai cita-
cita nasional Indonesia.

Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur


dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas
landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan
demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan
cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam


penulisan makalah. Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus pembahasan,
maka rumusan masalah dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengapa rasioalisme sebagai dasar pendidikan ?
2. Bagaimana memperkuat dasar bagi nilai-nilai pendidikan?
3. Mengapa filsafat negara sebagai dasar pendidikan?
C. Tujuan pembahasan
Pembahasan makalah ini dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui mengapa rasioalisme sebagai dasar pendidikan.
2. Untuk mengetahu bagaimana memperkuat dasar bagi nilai-nilai
pendidikan.
3. Untuk memgetahui mengapa filsafat negara sebagai dasar pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rasioalisme sebagai dasar pendidikan

Secara etimologis Rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris


rationalism. Kata ini berakar dari kata bahasa Latin ratio yang berarti “akal”.
A.R. Lacey7 menambahkan bahwa berdasarkan akar katanya Rasionalisme
adalah sebuah pandangan yang berpegangan bahwa akal merupakan sumber
bagi pengetahuan dan pembenaran.
Sementara itu, secara terminologis aliran ini dipandang sebagai aliran
yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam
penjelasan. Ia menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama
pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan bebas (terlepas) dari
pengamatan inderawi1.
Definisi lain tentang Rasionalisme adalah paham filsafat yang
mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh
pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka
rasionalisme mangajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.
Alat dalam berpikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika.

Rasionalisme juga merupakan aliran pemikiran yang berpendapat bahwa


sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio
(akal). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akallah yang memenuhi
syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu syarat yang
dipakai untuk semua pengetahuan ilmiah2.

1
www. definisi rasionalisme.artikel, diakses tgl 7 Desember 2010
2
Surojiyo, Ilmu Filsafat, Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), hal :
66.
Jika dikaji secara mendalam perjalanan rasionalisme mulai Plato sampai
Libniz akan terlihat bahwa rasionalisme jatuh kepada Dogmatisme rasional
serta serial imajinasi, dan semangat pengetahuannya belum praksis
emansipatoris. Para tokoh rasionalisme tidak hanya terjebak kepada pilihan
paradigmanya akan rasio murni tetapi lebih dari itu mereka bagaikan
segerombolan orang yang mengadakan gerakan ajaran kebenaran rasio
(dogmatisme rasional) dengan tidak membuka peluang kritik terhadap
pandangan lain misalnya rasio praksis (empirisme), tetapi sebaliknya mereka
mempertentangkannya.

Walaupun satu sisi rasionalisme membawa semangat kebebasan individu


yang kemudian diharapkan munculnya kreativitas tetapi disisi lain dari sinilah
munculnya paham sekularisme. Paham ini kemudian banyak memberikan
dampak terhadap kewacanaan dan penyelenggaran pendidikan yang
disandingkan dengan agama dan kepercayaan umat manusia termasuk kaum
muslim di Indonesia.

Rasionalisme menjadi landasan perfikir para penyelenggaran pendidikan


di negeri ini, semangatnya terlihat dari pelaksanaan pembelajaran yang
banyak menitikberatkan pada kemampuan logika semata dan sedikit banyak
mengenyampingkan potensi, talenta, motivasi, kemauan, kemampuan peserta
didik yang lainnya. Semangat pendidikan semacam itu merupakan turunan
dari cara berfikir berbasis rasionalisme3.

Misalnya, dalam hal ini adalah kebijakan tentang UN, apakah persoalan
hidup yang mereka hadapi hanya mampu dipecahkan dengan berbekal
kemahiran mereka dalam menjawab soal-soal normatif diatas kertas. Peserta
didik pada akhirnya miskin pengalaman atau belum banyak teruji di lapangan
dan cendrung normatif serta tidak kreatif menghadapi persoalan hidup dan

3
www. RASIONALISME DAN EMPIRISME DALAM PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN ISLAM, Ditulis oleh Mohammad Karim, diakses tgl 10 Desember
2010
menyelesaikannya. Peserta didik kemudian berkembang tidak dengan seluruh
potensi yang mereka miliki tetapi hanya berbekal logika tersebut, sebuah
perkembangan yang timpang dan tidak utuh, hal ini tentu saja dilarang agama
Islam yang melarang cara-cara seperti ini karena terlalu menyederhanakan
ciptaanNYA yang mulia dan penuh potensi yang bernama manusia.

B. Memperkuat dasar bagi nilai-nilai pendidikan

Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar Negara memiliki nilai-nilai:


ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai ideal,
material, spiritual, dan nilai positif dan juga nilai logis, estetika, etis, social
dan religius. Jadi, Pancasila mempunyai nilai-nilai tersendiri.

a. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa

Percaya kepada Allah merupakan hal yang paling utama dalam


ajaran Islam. Di setiap kita mengycapkan kalimah Allah, baik itu dalam
sholat,dikumandangkan dalam adzan, para da’i mula-mula mensyiarkan
Islam dengan menanamkan keimanan. Dari segi tempat ibadah, di mana-
mana kita jumpai tempat ibadah baik itu masjid, langgar, atau musholah.
Dilihat dari segi pendidikan, sejak dari tingkat kanak-kanak sampai
perguruan tinggi, diberikan pelajaran agama dan hal ini merupakan
subsistem dari system pendidikan nasional.

b. Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab

Dalam kehidupan umat Islam, setiap muslim yang dating ke masjid


untuk sholat berjama’ah berhak berdiri di depan dengan tidak
membedakan keturunan, ras, dan kedudukan; di hadapan Allah sama,
kecuali ketakwaan seseorang. Inilah sebagian kecil contoh dari nilai-
nilai pancasila yang ada dalam kehidupan umat beragama.

c. Sila ketiga, Persatuan Indonesia


Islam mengajarkan supaya bersatu dalam mencapai tujuan yang
dicita-citakan. Mengajarkan untuk taat kepada pemimpin. Memang
Indonesia adalah Negara Pancasila, bukan Negara yang berdasarkan
pada satu agama. Meskipun demikian, warga Negara kita tidak lepas
dari pembinaan dan bimbingan kehidupan beragama untuk terwujudnya
kehidupan beragama yang rukun dan damai. Ketika masa perjuangan
Indonesia, para ulama’ menfatwakan persatuan berjuang melawan
penjajah adalah berjuang fisabilillah. Sedangkan di masa sekarang ini,
berjuang yang merupakan amal sholeh adalah apabila diniatkan karena
ibadah. Begitu juga dalam pendidikan, jika kita ingin berhasil, kita harus
berkorban demi mewujudkan tujuan yang didambakan. Yang jelas,
warga Negara mempunyai tanggung jawab untuk mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan.

d. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Jauh sebelum Islam dating ki Indonesia, di Indonesia sudah ada


sikap gotong royong dan musyawarah. Dengan datangnya Islam, sikap
ini lebih diperkuat lagi dengan keterangan Al-Qur’an. Di dalamnya juga
diterangkan bahwa dalam hasil musyawarah dilaksanakan dengan penuh
tanggung jaeab dan dipertanggungjawabkan secara moral kepada Allah
SWT.

e. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Adil berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam segi


pendidikan, adil itu seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama,
dimana ilmu agama adalah subsistem dari system pendidikan nasional.

Mengembangkan perbuatan yang luhur, menghormati hak morang


lain, suka memberi pertolongan, menghargai karya orang lain, dan
bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan keadian social.
Dengan berdasarkan butir-butir dari sila kelima ini, kita dapat
mengetahui nilai-nilai yang ada pada sila kelima ini telah ada sebelum
Islam datang. Nilai-nilai ini sudah menjadi darah daging dan telah
diamalkan di Indonesia4.

Adapun Wawasan kependidikan dalam Filsafat Pendidikan Pancasila adalah


sebagai berikut:

1. Pendidikan adalah proses pembudayaan manusia, yakni usaha sadar untuk


mengembangkan kemampuan dan kepribadian manusia, yang dilakukan
baik dalam keluarga, di sekolah maupun di masyarakat dan berlaku
seumur hidup. Pendidikan adalah proses regenerasi untuk melangsungkan
eksistensi manusia budaya yang lebih maju.
2. Tujuan pendidikan adalah menumbuhkan Manusia Indonesia Seutuhnya
(MIS). MIS yaitu manusia pembangunan yang berkembang secara
integral, selaras, serasi, seimbang antara cipta, rasa, karsa dan karya serta
jasmani-rohani yang sehat.
3. Kurikulum pendidikan, melaksanakan kurikulum yang komprehensif,
memadukan antara teori dan praktek. Wawasan kurikulum yang
dikembangkan adalah: (1) Wawasan budaya bangsa berdasar pada kondisi
sosio-budaya masyarakat dan negara Indonesia, (2) Wawasan ideologi dan
pandangan hidup Pancasila, (3) Wawasan kemajuan Ilmu dan Teknologi,
(4) Wawasan religius dan keimanan, (5) Wawasan Pembangunan
Nasional, (6) Wawasan ketahanan bangsa, (7) Proses belajar dan
mengajar, mengembangkan proses komunikasi diagonal (interaksi aktif).
Mengembangkan Cara Belajar Siswa Aktif.
4. Hakekat proses belajar dan mengajar, (1) dalam proses belajar mengajar
terjadi interaktif antara siswa dengan lingkungan belajar yang diatur oleh
guru, (2) proses belajar mengajar yang efektif memerlukan strategi dan
media atau teknologi pendidikan yang tepat guna, (3) kegiatan belajar
4
Jalaludin dan Abdullah Idi, filsafat pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2009, hal : 179-181
mengajar direncanakan dan diimplementasikan menjadi suatu sistem, (4)
materi dan sistem penyajian bersifat dinamis selalu berkembang
5. Hakekat lembaga pendidikan, sekolah dan perguruan tinggi adalah (1)
lembaga pendidikan profesional yang melaksanakan pendidikan untuk
meningkatkan kualitas manusia, (2) menyelenggarakan program-program
pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat baik kuantitatif
dan kualitatif.
6. Hakekat anak didik adalah bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri
selaras dengan wawasan pendidikan sepanjang hayat
7. Hakekat guru sebagai pendidik adalah agen perubahan, berfungsi sebagai
pemimpin dan pendukung serta pengembang nilai-nilai hidup di
masyarakat, sebagai fasilitator dan bertanggung jawab atas tujuan belajar.
8. Hakekat masyarakat adalah sebagai lingkungan pendidikan.

C. Filsafat negara sebagai dasar pendidikan

Perjalanan negara kita, yang merdeka pada 17 Agustus 1945, telah banyak
mengalami pasang surut, begitu juga keadaan pendidikan kita. Sistem
pendidikan yang dialami sekarang merupakan hasil perkembangan pendidikan
yang tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa di masa lalu. Pendidikan tidak
berdiri sendiri, tapi selalu dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik,
ekonomi, dan kebudayaan.

Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memang mempunyai peranan


yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan
kehidupan bangsa bersangkutan. Karena itu, pendidikan diusahakan dan
diselenggarakan oleh pemerintah sebagai satu system pengajaran nasional,
sebagaimana yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Menurut Aristoteles, tujuan pendidikan sama dengan tujuan didirikannya


suatu Negara. Begitu juga dengan Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945, yaitu ingin menciptakan manusia Pancasila.
Pendidikan, selain sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan, sosial
budaya, juga merupakan sarana untuk mewariskan ideologi bangsa kepada
generasi selanjutnya yang (hanya) dapat dilakukan melalui pendidikan.
Karena menurut Tajdab, suatu bangsa menjadi kuat, perkasa, dan berjaya serta
menguasai bangsa-bangsa lain dengan system pendidikannya yang kuat dan
baik kualitasnya. Dengan system pendidikan yang lamah, suatu bangsa akan
menjadi tidak berdaya. Untuk itu, sudah barang tentu perlu adanya tujuan
yang digariskan, baik itu tujuan institusional, kulikuler, maupun tujuan
nasional.

Bukan rahasia lagi jika pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis
mengikuti ideologi bangsa yang dianut. Karenanya, system pendidikan
nasional Indonesia dijiwai, didasari, dan memcerminkan identitas Pancasila.
Sementara cita dan karsa bangsa kita, tujuan nasional dan hasrat luhur bangsa
Indonesia, tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan jiwa
dan nilai Pancasila. Cita dan karsa ini dilembagakan dalam system pendidikan
nasional yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan, dan pandangan
hidup Pancasila. Inilah alasan mengapa filsafat pendidikan Pancasila
merupakan tuntutan nasional, sedangkan filsafat pendidikan Pancasila adalah
subsistem dari system negara Pancasila. Dengan kata lain , system Negara
Pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan di dalam berbagai subsistem
kehidupan bangsa dan masyarakat5.

Dengan memerhatikan fungsi pendidikan dalam membangun potensi


negara dan bangsa, khususnya dalam melestarikan kebudayaan dan
kepribadian bangsa yang pada akhirnya menentukan eksistensi dan martabat
bangsa dan negara, maka system pendidikan nasional dan filsafat pendidikan
Pancasila seyogyanya terbina mantap demi tegaknya martabat dan kepribadian
bangsa sekaligus pelestarian system Negara Pancasila berdasarkan UUD
1945. dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa filsafat pendidikan Pancasila
merupakan aspek ruhaniyah atau spiritual system pendidikan nasional.
5
Ibid, hal : 169-170
Tegasnya, tiada system pendidikan nasional tanpa filsafat pendidikan. Dengan
demikian, jelaslah tidak mungkin system pendidikan nasional dijiwai dan
didasari oleh system filsafat pendidikan yang lain selain Pancasila.

Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989


bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Hal
tersebut sejalan dengan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4
menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia,
kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar
negara Indonesia. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut jelaslah bahwa
pancasila adalah Landasan Filosofi Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan nasional merupakan suatu sistem yang memuat teori


praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh
filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk
merealisasikan cita-cita nasionalnya.

Sedangkan Pendidikan Nasional Indonesia adalah suatu sistem yang


mengatur dan menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang
berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang
diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlancar
mencapai cita-cita nasional Indonesia.

Sehingga Filsafat pendidikan nasional Indonesia dapat didefinisikan


sebagai suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek
pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat
hidup bangsa “Pancasila” yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan
negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara
Indonesia.

Pokok-pokok pikiran Pendidikan Nasional adalah:


1. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan disebut
sistem Pendidikan Pancasila
2. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi
budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan agar dapat memperkuat kepribadian dan mempertebal
semangat kebangsaan
3. Fungsi pendidikan nasional Indonesia adalah untuk mengembangkan
warga negara Indonesia, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat,
mengembangkan bangsa Indonesia dan mengembangkan kebudayaan
Indonesia
4. Unsur-unsur pokok pendidikan nasional adalah pendidikan pancasila,
pendidikan agama, pendidikan watak dan kepribadian, pendidikan bahasa,
pendidikan kesegaran jasmani, pendidikan kesenian, pendidikan ilmu
pengetahuan, pendidikan keterampilan, pendidikan kewarganegaraan dan
pendidikan kesadaran bersejarah.
5. Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional Indonesia adalah asas semesta,
asas pendidikan seumur hidup, asas tanggung jawab bersama, asas
pendidikan, asas keselarasan dan keterpaduan dengan ketahanan nasional
dan wawasan nasional, asas Bhineka Tunggal Ika, Asas keselarasan,
keseimbangan dan keserasian, asas manfaat adil dan merata.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Rasionalisme merupakan aliran pemikiran yang berpendapat bahwa
sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio
(akal). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akallah yang memenuhi
syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu syarat yang
dipakai untuk semua pengetahuan ilmiah.

Rasionalisme menjadi landasan perfikir para penyelenggaran pendidikan


di negeri ini, semangatnya terlihat dari pelaksanaan pembelajaran yang
banyak menitikberatkan pada kemampuan logika semata dan sedikit banyak
mengenyampingkan potensi, talenta, motivasi, kemauan, kemampuan peserta
didik yang lainnya. Semangat pendidikan semacam itu merupakan turunan
dari cara berfikir berbasis rasionalisme.

Adapun Wawasan kependidikan dalam Filsafat Pendidikan Pancasila adalah


sebagai berikut:

1. Pendidikan adalah proses pembudayaan manusia, yakni usaha sadar untuk


mengembangkan kemampuan dan kepribadian manusia, yang dilakukan
baik dalam keluarga, di sekolah maupun di masyarakat dan berlaku
seumur hidup. Pendidikan adalah proses regenerasi untuk melangsungkan
eksistensi manusia budaya yang lebih maju.
2. Tujuan pendidikan adalah menumbuhkan Manusia Indonesia Seutuhnya
(MIS). MIS yaitu manusia pembangunan yang berkembang secara
integral, selaras, serasi, seimbang antara cipta, rasa, karsa dan karya serta
jasmani-rohani yang sehat.
3. Kurikulum pendidikan, melaksanakan kurikulum yang komprehensif,
memadukan antara teori dan praktek. Wawasan kurikulum yang
dikembangkan adalah: (1) Wawasan budaya bangsa berdasar pada kondisi
sosio-budaya masyarakat dan negara Indonesia, (2) Wawasan ideologi dan
pandangan hidup Pancasila, (3) Wawasan kemajuan Ilmu dan Teknologi,
(4) Wawasan religius dan keimanan, (5) Wawasan Pembangunan
Nasional, (6) Wawasan ketahanan bangsa, (7) Proses belajar dan
mengajar, mengembangkan proses komunikasi diagonal (interaksi aktif).
Mengembangkan Cara Belajar Siswa Aktif.
4. Hakekat proses belajar dan mengajar, (1) dalam proses belajar mengajar
terjadi interaktif antara siswa dengan lingkungan belajar yang diatur oleh
guru, (2) proses belajar mengajar yang efektif memerlukan strategi dan
media atau teknologi pendidikan yang tepat guna, (3) kegiatan belajar
mengajar direncanakan dan diimplementasikan menjadi suatu sistem, (4)
materi dan sistem penyajian bersifat dinamis selalu berkembang
5. Hakekat lembaga pendidikan, sekolah dan perguruan tinggi adalah (1)
lembaga pendidikan profesional yang melaksanakan pendidikan untuk
meningkatkan kualitas manusia, (2) menyelenggarakan program-program
pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat baik kuantitatif
dan kualitatif.
6. Hakekat anak didik adalah bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri
selaras dengan wawasan pendidikan sepanjang hayat
7. Hakekat guru sebagai pendidik adalah agen perubahan, berfungsi sebagai
pemimpin dan pendukung serta pengembang nilai-nilai hidup di
masyarakat, sebagai fasilitator dan bertanggung jawab atas tujuan belajar.
8. Hakekat masyarakat adalah sebagai lingkungan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

• Jalaludin dan Abdullah Idi, filsafat pendidikan, Jogjakarta: Ar-


Ruzz Media, 2009
• Surojiyo, Ilmu Filsafat, Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2005)
• www. definisi rasionalisme.artikel, diakses tgl 7 Desember 2010
• www. RASIONALISME DAN EMPIRISME DALAM
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ISLAM, Ditulis oleh Mohammad
Karim, diakses tgl 10 Desember 2010
MAKALAH
DASAR-DASAR PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Di susun oleh :
ZAINUL ICHWAN

AHMAD NUR HASAN

CHOIRUL ANWAR

MUHAJIR

NASIR AMRULLOH

Dosen Pembimbing :

FATHURRAHMAN, M.PdI.

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


(AL URWATUL WUTSQO (STIT UW
BULUREJO DIWEK JOMBANG
2010/2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa


memberikan rahmad dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah “filsafat pendidikan Islam” yang diberikan oleh dosen pembimbing,
bapak Fathurrahman, M.PdI., dengan lancar tanpa hambatan. Makalah kami yang
berjudul “dasar-dasar pendidikan”.

Kami menyadari sepenuhnya tanpa ada bantuan dari berbagai pihak, makalah
ini tidak akan terwujud, maka kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Bpk Fathurrahman, M.PdI., selaku dosen pembimbing mata kuliah filsafat


pendidikan Islam.
2. Pihak-pihak yang membantu kami dalam menyeleasaikan makalah ini,
semoga Allah SWT membalas semua amal baik mereka.

Kami berharap makalah yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi yang membaca.

Kami juga mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan


makalah ini masih banyak kesalahan.

Jombang, 11 Desember 2010

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Fokus Permasalahan
C. Tujuan Pembahasan

BAB II : PEMBAHASAN

A. Rasioalisme sebagai dasar pendidikan.


B. Memperkuat dasar bagi nilai-nilai pendidikan.
C. Filsafat Negara sebagai dasar pendidikan.

BAB III : PENUTUP

A. kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai