Anda di halaman 1dari 18

Gugatan Citizen Law Suit

(Disadur Dari Bagian Informasi Dan Dokumentasi YLBHI-LBH Makassar )

Perihal: Gugatan Citizen Law Suit (Gugatan Warga Negara)

Makassar,10 Desember  2007

Kepada Yang terhormat,

Bapak Ketua Pengadilan Negeri Makassar

Di-

Makassar

Dengan Hormat,

Yang bertandatangan di bawah ini, bertindak untuk dan atas nama:

1. Nama                   : Wakiman

Umur                    : 72 Tahun

Pekerjaan           : Swasta

Alamat                 : Jl. Teuku Umar No.15  Makassar

2. Nama                   : St. Diza Rayid Ali

Umur                    : 44 Tahun

Pekerjaan           : Perancang Busana

Alamat                 : Jl.Jenderal Sudirman No.72 Makassar

3. Nama                   : Sugiyono

Umur                     : 27 Tahun

Pekerjaan            : tidak ada

Alamat                  : Jl.Pongtiku 1 Lorong 4 Nomor 14, Makassar

4. Nama                   : Mustafa Dg. Maraka

Umur                    : 35 Tahun

Pekerjaan           : Pedagang Kali Lima


Alamat                 : Jl. Tentara Pelajar Lr.160/13, Makassar

5. Nama                   : Mustari

Umur                    : 35 Tahun

Pekerjaan           : Swasta

Alamat                 : Jl.Beringin Tegal kelurahan Kassi-Kassi, Makassar

Dalam hal ini telah memberikan kuasa dan memilih domisili dan kedudukan hukum di alamat kantor
kuasanya yaitu:

—————————————– A. Patra M Zen, SH., LLM.


—————————————————————————- Tabrani Abby SH., MHum.
———————————-

—————————————– Nasiruddin Pasigai, SH.,MH. ——————————-

—————————————– Abraham Samad,SH., MH. ———————————-

—————————————– Hamka Hamzah, SH., MH. ———————————–

—————————————– Irwan Muin, SH., MH. —————————————–

—————————————-  Abdul Muttalib, S.H., ——————————————

—————————————– Abdul Azis, S.H., ———————————————–

—————————————– Nuraman Aribe, SH. ——————————————-

—————————————– Sataruddin Tellu, SH. —————————————–

—————————————– Murlianto, SH —————————————————-

—————————————– Zulkifli Hasanuddin, SH ————————————-

—————————————– Haswandy Andy Mas, SH ———————————–

—————————————– Dahlang, S.Ag —————————————————

—————————————– Abdul Kadir Wokanubun, SH ——————————

—————————————– Yohana Pongparante, SH ———————————–

—————————————– Fajriani Langgeng, SH —————————————

—————————————– Andi Istiqlal Assaad, SH ————————————-

Advokat, Pembela Umum dan Asisten Pembela Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
(YLBHI), Kantor Lembaga Bantuan Hukum Makassar, berkantor di Jalan Macan No. 47 Telp. 0411-
871757 Feks: 0411-873239 Makassar, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 7 Desember 2007,
selanjutnya disebut sebagai ——————————————————————————————–
PARA PENGGUGAT

Dengan ini mengajukan gugatan terhadap :

1. Negara Republik Indonesia Cq. Pemerintah RI Cq. Presiden Republik Indonesia Cq. Pemerintah
Propinsi Sulawesi Selatan Cq. Pemerintah Kota Makassar, berkantor di Jalan Ahmad Yani No. 2
Makassar, selanjutnya disebut
——————————————————————————————————–
TERGUGAT I

1. Negara Republik Indonesia, Cq Pemerintah RI, Cq Pemerintah Propinsi Sulawesi-Selatan,


berkantor di Jalan Urip Sumoharjo No.269 Makassar, selanjutnya disebut
———————————————————— TERGUGAT II

1. Negara Republik Indonesia Cq. Pemerintah RI Cq. Pemerintah Propinsi Sulawesi-Selatan Cq.
Pemerintah Kota Makassar Cq. Dinas Tata Bangunan Kota Makassar, berkantor di Jalan Urip
Sumoharjo  No.8 Makassar, selanjutnya disebut
————————————————————————— TERGUGAT III

1. Negara Republik Indonesia Pemerintah RI Cq. Pemerintah Propinsi Sulawesi-Selatan Cq.


Pemerintah Kota Makassar Cq. Bappedalda Kota Makassar, berkantor di Jalan  Urip Sumoharjo 
No. 8 Makassar, selanjutnya di sebut
———————————————————————————————–TERGUGAT IV

1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Kota Makassar berkantor di Jalan Andi Pangeran
Pettarani Makassar, selanjutnya disebut ————TERGUGAT V

1. Direktur Utama PT. Tosan Permai Lestari, berkantor di Jalan Cokroaminoto No. 3B Makassar,
selanjutnya disebut sebagai —————————- TERGUGAT VI

Adapun dasar-dasar dan alasan-alasan diajukannya gugatan ini adalah sebagai berikut:

1. I. KEDUDUKAN DAN KEPENTINGAN HUKUM PARA PENGGUGAT

1. Bahwa PARA PENGGUGAT adalah Warga Negara Republik Indonesia, seperti halnya Warga
Negara Republik Indonesia yang berstatus sebagai Warga Kota Makassar  yang selama ini
menggunakan Karebosi sebagai fasilitas umum, yang berhak atas kepastian hukum yang dijamin
dalam Konstitusi  Negara Republik Indonesia tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun. Adanya
revitalisasi Lapangan Karebosi mengakibatkan hak-hak sebagai warga negara dari PARA
PENGGUGAT sebagai Warga Kota Makassar  dan Warga Kota Makassar lainnya mendapatkan
ketidakpastian hukum;

1. Bahwa PARA PENGGUGAT adalah Warga Negara Indonesia Republik Indonesia yang berhak
atas pemenuhan Hak Asasi Manusia yang dijamin oleh Konstitusi Republik Indonesia tanpa
diskriminasi. Sebagai warga negara Republik Indonesia, PARA PENGGUGAT juga dijamin
perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusianya seperti tercantum dalam pasal 2 UU No. 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi:

“Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus
dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan,
kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.”

1. Bahwa sebagai Warga Negara Republik Indonesia, PARA PENGGUGAT memiliki hak yang
sama di depan hukum untuk mendapatkan keadilan dan penjaminan kepentingan sebagai warga
negara, seperti tercantum dalam pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 :

“setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum.”

1. Bahwa selanjutnya diketahui TERGUGAT I, II, III, IV dan V sebagai penyelenggara Negara
Republik Indonesia adalah pengemban amanat Pembukaan UUD 1945 tersebut di atas untuk
melindungi, memajukan, menegakkan, dan menjamin pemenuhan hak asasi setiap warga negara
Republik Indonesia, termasuk PARA PENGGUGAT. Hal ini adalah sesuai dengan :

 Pasal 28 I ayat (4) Perubahan Kedua UUD 1945,

“Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia  adalah tanggung jawab
negara, terutama pemerintah.”

 Pasal 8 UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

“Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia terutama   menjadi tanggung
jawab Pemerintah.”

 Pasal 71 UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

“Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan dan memajukan hak
asasi manusia yang di atur dalam Undang-undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum
internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara Republik Indonesia.”

1. Bahwa sebagai Warga Negara Indonesia, PARA PENGGUGAT, berhak untuk melakukan upaya-
upaya hukum mengenai jaminan pemenuhan hak asasi manusia setiap Warga Negara Indonesia,
Hal ini sesuai dengan ketentuan:

 Pasal 100 UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

“Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat atau
lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan, dan pemajuan
hak asasi manusia.”

 Pasal 7 ayat (1) UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

“Setiap orang berhak untuk menggunakan semua upaya hukum nasional […] atas semua pelanggaran hak
asasi manusia yang dijamin oleh hukum Indonesia dan hukum Internasional mengenai hak asasi manusia
yang telah diterima negara Republik Indonesia.”

1. Bahwa PARA PENGGUGAT sebagai Warga Negara yang mempunyai hak atas keadilan (acces to
justice) sangat berdasar hukum mengajukan gugatan terhadap PARA TERGUGAT sebagaimana
diatur dalam Pasal 17 Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM yang menyatakan:
“Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan,
pengaduan, dan gugatan, dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui
proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan
yang obyektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar”.

1. Bahwa PARA PENGGUGAT mengajukan gugatan citizen law suit oleh karena gugatan tersebut
diakui oleh ketentuan hukum yang berlaku sebagaimana diatur dalam pasal 16 ayat (1) UU No.4
Tahun 2004 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, dimana dinyatakan
bahwa:

“Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan
dengan dalih bahwa tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”;

1. Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 28 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Undang-undang No.14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman
menyatakan bahwa:

“Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan  memahami nilai-nilai yang
hidup didalam masyarakat”;

1. Bahwa dasar hukum diajukannya gugatan a quo, mohon dipertimbangkan pula peraturan-peraturan
di bawah ini, dimana pengadilan memiliki asas-asas yang harus diperhatikan:

a.  Pasal 4 ayat 2 UU No.4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang   berbunyi: “ pengadilan
dilakukan dengan sedrhana, cepat dan biaya ringan.”.

b.  Pasal 5 ayat (2) UU No.4 Thaun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi: “pengadilan
membantu pencari keadilan dan berusaha  mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat
tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya murah”;

10. Bahwa penduduk Makassar jumlahnya sangat besar yakni melebihi 1,5 juta jiwa dan bila masing-
masing secara langsung mengajukan gugatan warga Negara Republik Indonesia akibat Revitalisasi
Lapangan Karebosi, maka pengajuan gugatan menjadi tidak sederhana, tidak cepat dan biaya murah
sebagaimana menjadi asas dalam Pasal 4 (2) jo. Pasal 5 (2a) UU No.4 tahun 2004 di atas;

11. Bahwa  gugatan yang diajukan oleh PARA PENGGUGAT yang memiliki kepentingan dan kedudukan
hukum dalam memperjuangkan hak-hak asasi manusia setiap Warga Negara Republik Indonesia dalam
mekanisme gugatan Warga Negara terhadap penyelenggara negara (Citizen Law Suit) merupakan upaya
terobosan hukum untuk mengatasi kesulitan teknis di lembaga peradilan dalam upaya penegakan keadilan
dan kebenaran bagi seluruh Warga Kota Makassar;

12. Bahwa hak mengajukan gugatan melalui meknisme Citizen Law Suit (CLS) atau actio popularis telah
diakui dalam praktik hukum di Indonesia. Hal ini antara lain dapat didilihat dari beberapa gugatan  Citizen
Law Suit yang pernah dilakukan antara lain:

1. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah  mengeluarkan Putusan Sela dalam
Perkara Gugatan Citizen Law Suit Buruh Migran nomor perkara No.28/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pusat
oleh Majleis Hakim Andi samsam Nganro, SH. (ketua Majelis Hakim H. Iskandar Tjake, SH dan
Ny. Effendy Lotulung, SH (anggota majelis) yang menyatakan dalam pertimbangannya
diantaranya menyatakan:
1. Bahwa dengan mengacu pada landasan yuridis, filosofi dan moral dalam rangka sistem
dan doktrin hukum, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa dalam instrument Citizen
Suit atau actio popularis, hak mengajukan gugatan bagi Warga Negara  atas nama
kepentingan publik adalah tidak harus orang yang mengalami sendiri kerugian secara
langsung dan juga tidak memerlukan surat kuasa khusus dari anggota masyarakat yang
diwakili.
2. Bahwa Majelis Hakim menyadari, setiap warga Negara tanpa kecuali mempunyai hak
membela kepentingan umum, dengan demikian setiap warga negara atas nama
kepentingan umum (on bebalf on the public interest) dapat menggugat negara atau
pemerintah atau siapa saja pun yang melakukan perbuatan melawan hukum (PMH) yang
nyata-nyata merugikan kepentingan publik dan kesejahteraan luas (probono publico), hal
inipun sesuai dengan hak asasi manusia mengenai acces to justice yaitu akses untuk
mendapatkan keadilan apabila negara diam atau tidak melakukan tindakan apapun untuk
kepentingan warga negaranya;
3. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah mengeluarkan Putusan
dalam Perkara Gugatan Citizen Law Suit Korban Ujian Nasional Nomor Perkara
No.228/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pusat. Dalam putusannya tanggal 21 Mei 2007 Majelis Hakim
yang diketuai oleh Andriani Nurdin SH memutuskan megakui gugatan Citizen Law Suit
dan menerima gugatan dari PARA PENGGUGAT. Dalam pertimbangannya diantaranya
menyatakan:
1. Bahwa Majelis Hakim menganggap gugatan PARA PENGGUGAT adalah
gugatan actio popularis terhadap sebuah kebijakan pemerintah dimana warga
Negara  bisa menggugat meskipun tidak ada kerugian langsung dari pengugat.
2. Bahwa Majelis Hakim menilai PARA TERGUGAT yakni Presiden RI, Wakil
Presiden, Menteri Pendidikan Nasional, dan Ketua Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) telah lalai dalam meningkatkan kualitas guru, sarana dan
prasarana pendidikan, dan informasi khususnya didaerah pedesaan. Majelis
menilai, PARA TERGUGAT telah melalaikan pasal 28 UUD 1945 tentang hak
asasi manusia, UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, UU
No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, “karena pada prakteknya UN
menjadi satu-satunya syarat penentu kelulusan tanpa mempertimbangkan nilai-
nilai mata pelajaran lainnya.” Majelis Hakim juga berpendapat bahwa PARA
TERGUGAT telah memenuhi unsur melawan hukum karena telah terbukti
menimbulkan kerugian materil dan imateril bagi para siswa yang tidak lulus
UN;

13. Bahwa dengan adanya pengakuan terhadap terobosan hukum dalam praktik hukum yang pernah
dilakukan, maka pengajuan gugatan Citizen Law Suit a quo sudah sepatutnya dapat diterima melalui
mekanisme penetapan Majelis Hakim terlebih dahulu.

14. Bahwa berdasarkan alasan dan ketentuan hukum tersebut di atas, maka jelaslah bahwa PARA
PENGGUGAT mempunyai kedudukan hukum dan kepentingan hukum sebagai pihak yang dirugikan atas
Revitalisasi Lapangan Karebosi sebagaimana yang tertuang dalam Perjanjian Kerjasama No.
426.23/026/S.PERJA/Ekbang dan No.074/TPL/X/2007 oleh Tergugat I dengan Tergugat VI Tentang
Bangun Guna Serah Dalam Rangka Revitalisasi Lapangan Karebosi tertanggal 11 Oktober 2007 yang telah
merubah fungsi Lapangan Karebosi sebagai fasilitas umum dengan ini mengajukan gugatan warga negara
(citizen law suit) terhadap penyelenggaran Negara dalam atas terjadinya pelanggaran hak asasi manusia
terhadap PARA TERGUGAT.

II.  URAIAN FAKTA-FAKTA HUKUM

15. Bahwa fasilitas umum yang dimasudkan adalah sebidang tanah yang terletak di Kelurahan Baru Kec.
Ujung Pandang Kota Makassar dengan luas ± 11 Ha dengan batas-batas sebagai berikut :

 Selatan berbatasan dengan Jalan Kartini;


 Barat berbatasan dengan Jalan Kajaolalido;
 Utara berbatasan dengan Jalan Ahmad Yani;
 Timur berbatasan dengan Jalan Jenderal Sudirman.

16. Bahwa fasilitas umum yang dimasudkan adalah sebidang tanah yang dikenal dengan Lapangan
Karebosi in casu fasilitas olahraga, tempat peringatan hari-hari besar, tenpat berdagang pedagang kaki lima
yang tegasnya fasilitas umum yang dimaksud adalah fasilitas yang dipergukan untuk setiap anggota
masyarakat atau warga Makassar khususnya dan Sulawesi Selatan umumnya tanpa unsur komersial dan
atau privatisasi. Sebuah fasilitas umum yang selama ini dinikmati dan dimanfaatkan secara gratis oleh
seluruh warga Sulawesi Selatan umumnya dan warga Kota Makassar khusunya termasuk PARA
PENGGUGAT tanpa ada hambatan atau yang menghalangi;

17. Bahwa Revitalisasi Lapangan Karebosi yang tertuang dalam Perjanjian Kerjasama No.
426.23/026/S.PERJA/Ekbang dan No.074/TPL/X/2007 oleh Tergugat I dengan Tergugat VI Tentang
Bangun Guna Serah Dalam Rangka Revitalisasi Lapangan Karebosi telah merubah fungsi Lapangan
Karebosi dari faslilitas umum menjadi fasilitas komersil.

18. Bahwa berdasarkan sejarah perkembangan Kota Makassar, sejak dahulu hingga sebelum dilakukannya
proyek revitalisasi Lapangan Karebosi digunakan sebagai fasilitas umum (public space), lapangan karebosi
dipergunakan untuk kepentingan publik (public domain) dengan uraian sebagai berikut:

3.1.           Bahwa Lapangan Karebosi memiliki nilai sejarah dibuktikan dengan tapak-tapak sejarah
peninggalan kerajaan kembar Gowa-Tallo. Sebuah areal persawahan, yang disiapkan untuk memenuhi
kepentingan politik dalam hubungan dengan kerajaan-kerajaan takluk n. Raja daerah taklukan dan para
pengikutunya yang datang menunjukkan kesetiaannya dan ketaatannya kepada raja Gowa-Tallo dan
rakyatnya dimana raja daerah taklukan berdiri dekat vandelnya (bendera kerajaaan) yang ditancapkan ke
tanah dan berkibar sementara pengawalnya turun ke sawah menanam padi. Jika pada saat kegiatan itu
berlangsung turun hujan lebat, baik raja taklukan dan pengawalnya  turun ke sawah  harus terus memenuhi
kewajiban mereka  sebagai bukti kesetian (Edward. Poelinggomang,Karebosi Dalam peta Kota Makassar,
2007). Oleh Matthes (1943) penamaan Karebosi proses tersebut di atas kemudian diartikan secara harfiah
berarti regen-vosrsten atau  dengan kata lain aan den regen bloodgestelde kare’s of karaeng’s (para kare
dan karaeng tetap berdiri tegak dan terbuka pada guyuran hujan);

3.2.           Bahwa pasca perang Makassar antara tahun 1666-1669 dimana pemerintahan Kompeni Belanda
lewat VOC (Verenigde Oost-Indie Compagnie) Karebosi dijadikan sebagai lahan kosong antara Benteng
Fort Rotterdam dan Fort Vredenberg oleh VOC diberi nama Lapangan Raja (Koninplein). Sesuai dengan
perkembangan Kota Makassar saat itu Pemerintah Hindia Belanda kemudian membangun beberapa fasilitas
sipil dan militer di sekitar atau sisi Lapangan Karebosi seperti gedung gereja yang kini dikenal dengan
Gereja Imanuel, kantor pemerintahan kota yang sekarang dijadikan Museum Kota Makassar yang terletak
di Jalan Balaikota, lembaga pemasyarakatan Gedung Pelajar (MULO) yang sekarang ditempati gedung
MTC Karebosi dan pengadilan yang kini menjadi Pengadilan Negeri Makassar;

3.3.           Bahwa setelah pemerintahan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Lapangan
tepatnya pasca kemerdekaan Republik Indonesia, Karebosi sering dijadikan sebagai tempat kegiatan
kenegaraan termasuk pidato pertama Presiden Soekarno di Makassar untuk mensosialisasikan
kemerdekaan. Di era Orde Baru Karebosi tidak pernah sepi dari beberapa kegiatan atau even internasional,
nasional dan daerah seperti peringatan hari besar nasional dan keagamaan, pameran pembangunan dan lain
sebagainya;

3.4.           Bahwa selanjutnya Karebosi kembali dipilih oleh mahasiswa, cendikiawan, dan tokoh
masyarakat sebagai titik utama demonstrasi 20 Mei 1998 yang kemudian melahirkan Reformasi. Beberapa
fakta historis dan peristiwa tersebut di atas yang menjadikan Lapangan Karebosi sebagai icon sejarah dan
land mark Makassar menjadi tak terbantahkan.

19. Bahwa sampai sekarang  PARA PENGGUGAT tetap pada sikap semula bahwa lapangan Karebosi
adalah fasilitas publik. Pengakuan PARA PENGGUGAT telah di perkuat oleh pengakuan atau kesaksian
para pemangku adat di Makassar, para keturunan Raja-Raja Gowa dan Tallo, Para Penulis di Makassar,
Para sejarawan  dan bahkan TERGUGAT I Bapak Ilham Arif Sirajuddin dalam wawancara khusus di
Harian Fajar terbitan hari Jumat Tanggal 19 Oktober 2007 dan Berita Kota Makassar 19 Oktober 2007
yang secara tegas menyatakan bahwa lapangan Karebosi adalah public space, pengakuan TERGUGAT I
tersebut juga terdapat di harian halaman 1;

20. Bahwa beberapa kalangan telah memberikan pendapat tentang pelaksanaan revitalisasi Lapangan
Karebosi antara lain kalangan akademisi dan pengamat sosial budaya yang menyatakan bahwa revitalisasi
Lapangan Karebosi yang dilakukan oleh PARA TERGUGAT akan merubah fungsi Lapangah Karebosi
sebagai ruang publik (public space) dan menghilangkan makna historis Lapangan Karebosi (historic site).
Beberapa pendapat tersebut ternyata tidak merubah cara pandang dan tindakan TERGUGAT I, pendapat-
pendapat tersebut dianggap layaknya “anjing menggonggong kafilah berlalu” ;

21. Bahwa sekalipun TERGUGAT I berdalih telah melakukan sosialisasi pelaksanan Revitalisasi Lapangan
Karebosi, namun PARA PENGGUGAT dan Warga Kota Makassar lainya tetap menolak. Hal ini
ditunjukkan dengan semakin meningkatnya aksi protes pelaksanaan Revitalisasi Lapangan Karebosi dari
beberapa kalangan dan kelompok masyarakat bahkan beberapa diantaranya berujung pada bentrokan antara
warga dengan pelaksana proyek revitalisasi dan atau antara warga dengan aparat kepolisian;

22. Bahwa proses awal pelaksanan revitalisasi tidak dilakukan secara transparan dan terbuka kepada
publiK. Hal ini kemudian membuat warga Kota Makassar bertanya-tanya, kenapa dengan pelaksanaan
Revitalisasi, Lapangan Karebosi beralihfungsi menjadi ruang komersil lewat Perjanjian Kerjasama Bangun
Guna Serah TERGUAT I dengan TERGUGAT VI. Padahal ruang publik tidak bisa dialihfungsikan,
penataan atau revitalisasi hanya bisa dilakukan berdasarkan persetujuan legislatif dan pembiayaannya
menggunakan dana APBN atau APBD. Termasuk fakta yang menunjukkan bahwa tender pelaksanaan
revitalisasi Lapangan Karebosi dilakukan tanpa melalui tender secara terbuka hingga terjadinya Perjanjian
Kerjasama Bangun Guna Serah dengan TERGUGAT VI.

23. Bahwa Revitalisasi Lapangan Karebosi sebagai salah satu bentuk perubahan lingkungan dan ruang
dalam pelaksanaannya dilakukan tanpa melibatkan warga Kota Makassar atau setidak-tidaknya mendapat
persetujuan dari DPRD Kota Makassar. Persetujuan TERGUGAT I dengan TERGUGAT V menyalahi
prosedur karena hanya berdasarkan rekomendasi dari pertemuan dengan Komisi C DPRD Kota Makassar
belum dibahas melalui rapat parpurna DPRD Kota Makassar. Faktanya kemudian beberapa fraksi DPRD
Kota Makassar belum menentukan sikap dan belum pernah dilibatkan dalam pembahasan revitalisasi
Lapangan Karebosi bahkan mendesak untuk dibentuk Pansus sebagaimana yang termuat dalam Harian
Berita Kota Makasar 31 Oktober 2007 dan Harian Fajar 1 November 2007.

24. Bahwa kekhawatiran Warga Makassar tentang beralihnya fungsi Lapangan Karebosi dari fasilitas
umum menjadi fasilitas komersil pada pelaksanaan revitalisasi Lapangan Karebosi yang dilakukan oleh
Tegugat I dan VI terbukti dengan beredarnya brosur yang menawarkan 800 gerai atau kios mall bawah
tanah yang akan dibangun oleh TERGUGAT VI. Gerai-gerai atau kios-kios tersebut bisa menjadi hak milik
para pembeli sebagaimana termuat dalam berita Harian Kompas 19 November 2007. Fakta ini bersesuaian
dengan Pasal 9 ayat (3) poin d Perjanjian Kejasama Bangun Guna Serah antara TERGUGAT I dengan
TERGUGAT VI yang berbunyi:

“Pihak Kedua dapat bekerjasama dengan pihak lain dalam rangka


pengelolaan/penggunaan/penjaminan/pangagunan atas area dimaksud…”;

25. Bahwa sejak dilakukan revitalisasi Lapangan Karebosi hingga selesai nantinya PARA PENGGUGAT
dan warga Kota Makassar lainnya telah kehilangan haknya menggunakan Lapangan karebosi sebagai
fasilitas publik antara lain:

1. Bahwa PARA PENGGUGAT dan Warga Kota Makassar lainnya tidak bisa lagi menikmati
Lapangan Karebosi sebagai sarana olahraga setiap saat secara bebas dan gratis.
2. Bahwa PARA PENGGUGAT dan dan warga masyarakat lainnya yang berprofesi sebagai
pedagang kali lima (PKL) akan kehilangan mata pencaharian atau setidak-tidaknya kehilangan
tempat untuk berdagang.

26. Bahwa tindakan yang dilakukan oleh PARA TERGUGAT dengan melakukan revitalisasi Lapangan
Karebosi dengan alasan bahwa Lapangan Karebosi sering mengalami kebanjiran  di saat musim hujan
sangat tidak beralasan. Bahkan sebaliknya Lapangan Karebosi selama ini telah menjadi ruang terbuka hijau
dan kawasan resapan air utama Kota Makassar. Tapi dengan pelaksanaan revitalisasi dimaksud dengan cara
menimbun atau menguruk tanah dengan ketinggian 2 meter berpotensi menjadi penyebab banjir di masa
yang akan datang;

27. Bahwa revitalisasi lapangan karebosi telah terjadi pengalihan fungsi Lapangan Karebosi dari fungsi
semula sebagai tata hijau dan resapan air menjadi fungsi komersil dengan pertokoan bawah tanah (under
ground) seluas 60% dan lahan parkir 40% sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kerjasama Bangun Guna
Serah antara TERGUGAT I dan TERGUGAT VI;

28. Bahwa proyek Revitalisasi Lapangan Karebosi yang sementara berlangsung tidak memiliki dokemen
seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB),Izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
UP/UKL dan AMDAL Lalu Lintas. Fakta ini didasarkan pada hasil temuan pimpinan dan anggota DPRD
Kota Makassar dalam peninjuan pada proyek pengerjaan Revitalisasi Lapangan Karebosi sebagimana
termuat di harian Umum Sinar Indonesia tanggal 29 Oktober 2007;

29. Bahwa Analisis Menganai Dampak Lingkungan (AMDAL) Revitalisasi Lapangan Karebosi tidak jelas.
Padahal Revitalisasi in litis merupakan Usaha dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar
dan penting terhadap lingkungan hidup karena dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan,
serta lingkungan sosial dan budaya. Adapun AMDAL No. 669/788/DP LHK/VII/2007 diterbitkan tidak
sesuai dengan prosedur sebagimana diatur dalam PP No. 27 TAHUN 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup .

30. Bahwa Revitalisasi Lapangan Karebosi yang dilakakukan seperti yang tertuang dalam Perjanjian
Kerjasama Bangun Guna Serah standar penataan ruang dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
karena akan mengurangi standar kualitas lingkungan dan atau tidak sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup. Sedangkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) No.503/2615/IMB/KPAP/2007
yang diterbitkan oleh TERGUGAT III tidak sesuai dengan ketentuan UU No.28 Tahun 2002 Tentang
Banguan Gedung PP No.36 Tahun 2005 Tentang Peraturan pelaksanaan UU No.28 tahun 2002 Tentang
Banguan Gedung.

III. SIFAT MELAWAN HUKUM

A. SIFAT MELAWAN HUKUM DALAM PERBUATAN MELAWAN HUKUM

31. Bahwa kedudukan TERGUGAT I, II, III, IV dan V dalam menjalankan pemerintahan di negara terikat
dengan ketentuan Undang-undang Dasar 1945 Negara Republik, Undang-undang No.32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah  dan peraturan perundang-udangan lain yang berlaku di Indonesia;

32. Bahwa Tergugat I dan II dinyatakan secara tegas dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-undang Dasar 1945
yang berbumyi:

“Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai pemerintah daerah  provinsi, kabupaten dan
kota  dipilih secara demokratis”

33. Bahwa Tergugat V dinyatakan secara tegas dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 yang
berbumyi:
“Pemerintahan  daerah Provinsi, daerah kabupaten dan kota memilik Dewan  perwakilan rakyat yang
anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum”

34. Bahwa Pemerintah Kota Makassar telah nyata-nyata merugikan hak publik PARA PENGGUGAT
sehingga PARA PENGGUGAT menempatkan sebagai TERGUGAT I, Pemerintah Propinsi Sulawesi
Selatan berwenang memberi izin tata ruang terhadap Lapangan Karebosi namun tidak menegur
(pembiaran) sehingga PARA PENGGUGAT menempatkan sebagai Tergugat II,  Dinas Tata Bangunan
secara tehnis membidangi tata ruang dan perijinan  (IMB) sehingga Penggugat menempatkan sebagai
TERGUGAT III, Bappedalda sebagai instansi yang menerbitkan AMDAL Lapangan Karebosi sehingga
PARA PENGGUGAT menempatkan sebagai Tergugat IV, DPRD Kota Makassar sebagai lembaga
Pengawas eksekutif tidak menghalangi/mencegah program Pemerintah Kota sehingga PARA
PENGGUGAT menempatkan sebagai TERGUGAT V, PT. Tosan Permai Lestari ditetapkan oleh PARA
PENGGUGAT sebagai TERGUGAT VI karena PT. Tosan Permai Lestari telah memberikan dukungan dan
bahkan memperoleh keuntungan dari hak publik PARA PENGGUGAT tersebut;

35. Bahwa tindakan TERGUGAT I dengan melakukan Perjanjian Kerjasama Tentang Bangun Guna Serah
dengan TERGUGAT VI telah melakukan perbuatan melawan hukum karena TERGUGAT I tidak memiliki
alas hak atas tanah yang dikenal dengan nama Lapangan Karebosi. Sementara TERGUGAT I melakukan
tindakan hukum dalam bentuk Perjanjian Kerjasama Bangun Guna Serah kepada TERGUGAT VI karena
status tanah Lapangan Karebosi yang menjadi obyek belum menjadi milik daerah (asset daerah) Pemerintah
Kota Makassar berdasarkan Peraturan Pemerintah No.6 tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah dan Permendagri No.17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Taknis Pengelolaan Barang Milik
Daerah;

36. Bahwa Tindakan TERGUGAT I dan TERGUGAT VI melakukan revitalisasi sebagimana tercantum
dalam Perjanjian Kerjasama Bangun Guna Serah menyalahi syarat pelaksanaan Bangun Guna Serah
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.6 tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan
Permendagri No.17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknik Pengelolaan Barang Milik Daerah karena telah
menyalahi syarat dan peruntukan dari fasilitas untuk kepentingan umum menjadi fasilitas bisnis yang
dikomersialisasikan.  Dalam Pasal 27 ayat 1 Permendagri No.17 Tahun 2007 disebutkan bahwa:

“Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna dapat dilaksanakan dengan persayaratan sebagi berikut:

1. a. Pengguna Barang (Pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik Negara/daerah)


memerlukan bangunan fasilitas  bagi penyelenggaraan  pemerintahan Negara/daerah untuk
kepentingan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
2. b. Tidak tersedia danadalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/daerah untuk
penyrdiaan bangunan dan fasilitas dimaksud.

37. Bahwa Tindakan TERGUGAT I dengan melakukan Perjanjian Kerjasama Bangun Guna Serah
dilakukan langsung dengan TERGUGAT VI dan tanpa melalui proses tender atau lelang. Fakta ini
bertentangan dengan Pasal 41  Permendagri No.17 Tahun 2007 yang berbunyi:

“ Penetapan mitra Bnagun Guna Serah dilaksanakan melalui tender/lelang dengan mengikutsertakan
sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/peminat”.

38. Bahwa revitalisasi Lapangan Karebosi yang secara faktuil telah menghilangkan atau setidak-tidaknya
mengurangi fungsi Lapangan Karebosi sebagai fasilitas umum. Tindakan ini betentangan dengan Pasal 7
ayat (3) UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang menyebutkan bahwa:

“ Penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan tetap
menghormati hak yang dimiliki orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
39. Bahwa tindakan PARA TERGUGAT dengan melakukan Revitalisasi Lapangan Karebosi dalam
pelaksanaanya telah lalai dalam persyaratan pemanfaatan ruang wilayah dimana dengan kebijakan
revitalisasi yang dilakukan oleh TERGUGAT I akan mengurangi standar kualitas lingkungan dan atau tidak
sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Sebuah pemanfaatan ruang dilaksanakan
harus sesuai Pasal 34 ayat (4) UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang berbunyi:

“ Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan: a. standar
pelayanan minimal bidang penataan ruang; b. standar kualitas lingkungan; dan c. daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup”.

40. Bahwa Revitalisasi Lapangan karebosi merupakan kegiatan yang berdampak terhadap lingkungan,
untuk itu  harus meliliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) yang merupakan
tanggungjawab dari TERGUGAT II dan TERGUGAT IV karena Revitalisasi Lapangan Karebosi terkait
dengan Pasal 3 ayat (1) poin d PP No. 27 TAHUN 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup yakni:

“Usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup meliputi : proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya”

41. Bahwa kegiatan Revitalisasi Lapangan Karebosi yang dilakukan PARA TERGUGAT dilakukan tanpa
terlebih dahulu melakukan analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL). Padahal sudah menjadi
sebuah keharusan setiap usaha pembangunan yang akan berdampak besar dilengkapi dengan AMDAL
terlebih dahulu sebelum izin membangun sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat (1) UU No. 23 Tahun
1997  Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan:

“Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup”.

42. Bahwa TERGUGAT II TERGUGAT IV yang memiliki otoritas dalam penerbitan AMDAL yang dalam
Revitalisasi Lapangan Karebosi menjadi kabur dan tidak jelas perannya sebagimana diatur dalam Pasal 18
ayat (1) PP No. 27 TAHUN 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Pihak
TERGUGAT I tidak pernah menegaskan bahwa pelaksanaan Revitalisasi in litis telah memiliki AMDAL
dan peran TERGUGAT II. Padahal dalam ketentuan dimaksud jelas bunyinya bahwa:

“Analisis dampak lingkungan hidup,rencana pengelolaan lingkungan hidup, dan rencana pemantauan
lingkungan hidup, diajukan oleh pemrakarsa kepada:

1. a. di tingkat pusat : Kepala instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan melalui
komisi penilai pusat;
2. b. di tingkat daerah : Gubernur melalui komisi penilai daerah tingkat I.

43. Bahwa Tergugat II telah lalai dalam pelaksanan Revitalisasi Lapangan Karebosi terutama yang terkait
dengan tugas dan kewenangannya dalam melakukan pembinaan dan dan pengawasan penataan ruang
sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal Pasal 10 ayat (1) UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang yang menegaskan bahwa:

“Wewenang pemerintah daerah provinsi dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi: a. pengaturan,
pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi, dan kabupaten/kota,
serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota”;

44. Bahwa dengan fakta itu juga tindakan TERGUGAT I dan TERGUGAT III tersebut telah bertentangan
dengan Misi Kawasan Pusat Kota Makassar sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a  
PERDA  Kota Makassar No.6 Tahun 2006 Tetang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar Tahun
2005 – 2015 yang berbunyi:

“Misi Kawasan Pusat Kota adalah menjadikan kawasan pusat Kota sebagai kawasan dengan kualitas
standar pelayanan yang lebih baik kepada lingkungan dan masyarakatnya, dengan mendorong aktivitas
pembangunan fisik berkembang secara vertikal dan pengelolaan lingkungan yang lebih terkendali”.

45. Bahwa Perbuatan TERGUGAT I berdampak pada izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan atas
Revitalisasi Lapangan Karebosi sebagiman diatus dalam Pasal 37 ayat (3) UU No. 26 Tahun 2007 yang
berbunyi:

“Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/ataudiperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar,
batal demi hukum”.

46. Bahwa Perbuatan-Perbuatan PARA TERGUGAT merupakan Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana
diatur Pasal 1365 jo. Pasal 1366 KUHPerdata.

Pasal 1365 KUHPerdata:

“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”

Pasal 1366 KUHPerdata:

“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga
untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya“.

Pasal 1367 ayat (3) KUHPerdata:

“Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka,
adalah bertanggungjawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawah-bawahan
mereka di dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini dipakainya”.

Beberapa point di atas adalah bukti dan dasar hukum yang jelas dan tegas yang menegaskan bahwa
perbuatan PARA TERGUGAT telah melanggar hak-hak Warga Negara Republik Indonesia khususnya
warga Kota Makassar.

HAK-HAK ASASI MANUSIA YANG TELAH DILANGGAR

47. Bahwa masyarakat luas, baik yang menjadi korban langsung  maupun yang secara tidak langsung
terkena dampak dari kebijakan Revitalisasi Karebosi tersebut memiliki hak asasi yang sama sekali tidak
boleh dilanggar. Hak asasi Manusia ini juga telah menjadi hak konstitusional rakyat Indonesia, yang jika
dilanggar berarti juga telah melanggar konstitusi. Hak-hak ini antara lain ditegaskan dalam:

Pasal 22 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia:

“Setiap orang, sebagai warga masyarakat berhak atas jaminan social dan berhak akan terlaksananya hak
hak ekonomi, social dan budaya yang dapat diperlukan  untuk martabat dan pertumbuhan bebas
pribadinya, melalui usaha-usahan nasional maupun kerjasama internasional, dan sesuai dengan
pengaturan serta sumberdaya setiap negara”

Pasal 23 ayat (1) Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia:


“Setiap orang berhak atas pekerjaan, memilih pekerjaaan, berhak atas syarat-sayarat perburuhan yang
adil dan menguntungkan serta berhak atas perlindungan dari pengangguran”.

Pasal 28C ayat (2) UUD 1945:

“Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.”

Pasal 28H ayat (1) UUD 1945:

”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”

48. Bahwa selain itu Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM juga menjamin hak-hak asasi
manusia ini, antara lain:

Pasal 9 ayat (3) UU HAM

“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”.

Pasal 15 UU HAM:

“Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak pengembangan dirinya, baik secara pribadi maupun
kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya”.

Pasal 35 UU HAM:

”Setiap orang berhak hidup di dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang damai, aman, dan
tenteram, yang menghormati, melindungi, dan melaksanakan sepenuhnya hak asasi manusia dan
kewajiban dasar manusia sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.”

Pasal 41 ayat (1) UU HAM:

“ Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak serta untuk
perkembangan pribadinya secara utuh.”

B. KEWAJIBAN DAN TANGGUNGJAWAB HUKUM PARA TERGUGAT

49. Bahwa sementara itu, PARA TERGUGAT sebagai Pemerintah memiliki kewajiban hukum dan
tanggung jawab untuk menghormati, melindungi, menegakkan  HAM. Kewajiban dan tanggung jawab ini
tidak hanya amanat undang-undang tetapi bahkan merupakan amanat konstitusi.

a. Kewajiban konstitusional PARA TERGUGAT:

Pasal 28I ayat (4) UUD 1945:

”Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi  manusia adalah tanggung jawab
negara, terutama pemerintah.”

Pasal 34 ayat (3) UUD 1945:


“Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan  fasilitas pelayanan umum
yang layak.”

b. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia meletakkan tanggungjawab kepada PARA
TERGUGAT yakni:

Pasal 8 UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM:

“Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia terutama   menjadi
tanggungjawab pemerintah.”

Pasal 69 ayat (2) UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM:

“Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung  jawab untuk
menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta menjadi tugas pemerintah untuk menghormati,
melindungi, menegakkan dan memajukannya.”

Pasal 71 UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM:

“Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan,   dan memajukan hak
asasi manusia yang diatur dalam Undang-undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hokum
internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh Negara Republik Indonesia.”

c. Berdasarkan UU No 11 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social


and Cultural Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya), sebagai
negara peserta Kovenan, negara Indonesia yang dijalankan oleh PARA TERGUGAT juga memiliki
kewajiban hukum untuk  melaksanakan Hak-Hak Asasi Manusia dalam Kovenan tersebut.

Pasal 2 ayat (2) Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial  dan   Budaya (Kovenan
EKOSOB):

“Negara Pihak pada kovenan ini berjanji untuk menjamin bahwa hak hak yang   diatur dalam Kovenan ini
akan dilaksanakan tanpa diskriminasi apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
politik atau pendapat lainnya, asal-usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau status lainnya.”

Pasal 6 ayat (1) Kovenan EKOSOB:

“Negara Pihak dari Kovenan ini mengakui hak atas pekerjaan, termasuk hak semua orang atas
kesempatan untuk mencari nafkah melalui pekerjaan yang dipilih atau diterimanya secara bebas, dan akan
mengambil langkah-langkah yang memadai guna melindungi hak ini”.

Pasal 9 Kovenan EKOSOB:

“Negara Pihak dalam Kovenan ini mengakui hak setiap orang atas jaminan sosial,  termasuk asuransi
sosial.”

d. UU No.26 Tahun 2007 Tentang  Penataan Ruang terutama yang terkait dengan hak setiap orang

Pasal 60 huruf d dan  UU No.26 Tahun 2007:

“ Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang di wilayahnya”;
Pasal 60 huruf e dan  UU No.26 Tahun 2007:

“ Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang kepada pejabat berwenang”;

Pasal 66 UU No.26 Tahun 2007:

“Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan penataan ruang dapat   mengajukan gugatan
melalui pengadilan”.

50. Bahwa berdasarkan fakta tersebut diatas, maka PARA PENGGUGAT selaku warga Negara sangat
beralasan hukum untuk mengajukan gugatan Citizen law suit, dimana hak-hak PARA PENGGUGAT yang
seharusnya menjadi kewajiban negara untuk menjaga dan melindungi malah merubah atau mengalih
fungsikan dari fasilitas umum menjadi milik pebisnis (dikomersilkan).

51.  Bahwa dengan demikian tindakan dan keputusan yang dikeluarkan oleh TERGUGAT I telah
bertentangn dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik (the general principles of good
administration).

1. Asas Kepastian Hukum;

Berdasarkan uraian hukum dan fakta-fakta hukum di atas maka tindakan PARA TERGUGAT merupakan
pelanggaran terhadap asas kepastian hukum, baik formil dan materil karena PARA TERGUGAT  tidak
bertindak sesuai dengan kewajiban hukum yang telah ditetapkan undang-undang. Secara formil MOU
antara TERGUGAT I dengan TERGUGAT IV Tentang Bangunan Guna Serah Dalam Rangka Revitalisasi
Lapangan Karebosi  telah menyalahi prosedur peraturan perundang-undangan. Secara materil bertentangan
beberapa peraturan perundang-undangan  terutama hak warga negara dalam menggunakan fasilitas umum.

1. Asas Persamaan;

Dengan kebijakan revitalisasi Lapangan PARA TERGUGAT I dan twergughat III tidak menerapkan asas
persamaan hak untuk menikmati fasilitas umum oleh warga Kota Makassar terutama warga yang selama ini
menggunakan sebagai fasilitas umum dalam berbagai dimenasi seperti terutama sebagai sarana sosial dan
budaya dari Lapangan Karebosi.

1. Asas Kejujuran dan Keterbukaan (fair play);

Setiap kebijakan harus bersifat pemerintah apalagi yang beimplikasi luas harus terbuka (open principle)
dan transparan. Hal ini berari bahwa setiap setiap warga atau masyarakat yang menjadi obyek dari
kebijakan tersebut harus mengetahui dan ikut memberikan kontribusi sebagai bahan pertimbangan utama
dari kebijakan tersebut. Sementara in casu TERGUGAT I dan TERGUGAT III dalam tindakannya
melakukan revilasiasi Lapangan Karebosi sama sekali mengabaikan asas ini dengan tidak mendengarkan
keluhan, masukan dan usulan dari stackholder. Justeru terjadi kesimpangsiuran informasi di warga Kota
Makassar bahkan berdasarkan fakta yakni MOU Tentang Bangunan Guna Serah Dalam Rangka
Revitalisasi Lapangan Karebosi dan berita media cetak telah terjadi pembohongan publik dari revitalisasi
menjadi komersialisasi Lapangan Karebosi.

1. Asas Pertanggungjawaban;

Asas ini menegaskan bahwa setiap tindakan badan atau pejabat adminsitrasi negara harus dapat
dipertanggungjawabkan baik menurut ketentuan hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Berdasarkan
uraian fakta-fakta hukum di atas  PARA TERGUGAT tidak bertanggungjawab penuh terutama terhadap
pemulihan kembali Lapangan Karebosi sebagai fasilitas publik.
52. Bahwa agar gugatan PARA PENGGUGAT tidak bersifat ilusoir dan mengantisipasi dampak yang
meluas serta pengembalian fungsi Lapangan Karebosi pada fungsi semula sebagai Fasilitas Publik, maka
PARA PENGGUGAT meminta agar meletakkan sita jaminan terhadap Lapangan Karebosi.

53. Bahwa gugatan PARA PENGGUGAT dalam perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun
ada upaya bantahan, banding atau kasasi.

54. Bahwa dengan demikian perbuatan PARA TERGUGAT telah melanggar pasal 1365 KUHPerdata yang
berbunyi:

“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Dan Pasal  1366
KUHPerdata yang berbunyi: “Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya“.

DALAM PROVISI

Bahwa adanya tindakan ndari  PARA TERGUGAT terhadapa tanah obyek sengketa in casu lapanga
nkarebosi di khawatirkan merubah funsi dari fasum menjadi komersial, maka wajar dan patut kiranya 
majelis hakim memeriksa dan memutus perkara memutuskan sbb:

1. Mengabulkan tuntutan provisi para penggugat seluruhnya;


2. Menghukum kepada Tergugat I dan VI untuk segera menghentikan aktifitas Revitalisasi
Lapangan Karebosi yang merubah fungsi Lapangan Karebosi dari fasilitas publik menjadi
fasilitas komersial;
3. Menghukum Segera mengeluarkan kebijakan untuk mengenbalikan Lapangan Karebosi
sebagai fasilitas publik;

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, dengan ini PARA PENGGUGAT memohon kepada Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Makassar yang memeriksa perkara ini untuk memutuskan sebagai berikut:

PRIMAIR:

1. Menerima Gugatan  PARA PENGGUGAT untuk seluruhnya;

1. 2. Menyatakan PARA TERGUGAT telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum;


2. 3. Menyatakan PARA TERGUGAT bersalah telah mengakibatkan kerugian materil dan
immateril terhadap PARA PENGGUGAT dan warga Kota Makassar lainnya;
3. 4. Menyatakan menurut hukum bahwa PARA PENGGUGAT adalah WNI yang berdomisili
di Kota Makassar;
4. 5. Menyatakan menurut hukum bahwa PARA PENGGUGAT memiliki kapasitas hukum
untuk mengajukan gugatan kepada PARA TERGUGAT;
5. 6. Menyatakan tanah obyek sengketa dikenal dengan nama Lapangan Karebosi adalah hak
publik (public space);
6. 7. Menyatakan Perjanjian Kerjasama No. 426.23/026/S.PERJA/Ekbang dan
No.074/TPL/X/2007 oleh Tergugat I dengan Tergugat VI Tentang Bangun Guna Serah
Dalam Rangka Revitalisasi Lapangan Karebosi tertanggal 11 Oktober 2007 tidak sah dan
batal demi hukum.
7. 8. Menyatakan Izin  Mendirikan Bangiunan (IMB) No.503/2615/IMB/KPAP/2007 Tanggal
26 Oktober 2007. GSP.11.50-16,25 – 1865 – 1390 MR. GSB : 8.00 – 9.00 – 13.00 – 10.00 MR.
tidak sah dan batal demi hukum.
8. 9. Menyatakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) No. 669/788/DP
LHK/VII/2007 Pelaksana PT. Tosan Permai Lestari tidak sah dan batal demi hukum.
10. Menyatakan TERGUGAT I telah lalai dalam menjalankan kewajibannya untuk menghormati,
melindungi dan memenuhi hak-hak asasi manusia dan hak warga negara yang dirugikan dengan
Revitalisasi Lapangan Karebosi;

1. 11. Menyatakan sita jaminan (conservatoir beslag) sah dan berharga;


2. 12. Menghukum PARA TERGUGAT untuk mengembalikan Lapangan Karebosi kepada
keadaan kosong dan sempurna.
3. 13. Menghukum PARA TERGUGAT untuk meminta maaf secara tertulis kepada para
korban yang diumumkan melalui 1 (satu) stasiun televisi daerah, 1 (satu) stasiun radio, 1
(satu) media cetak nasional  dan 3 (tiga) media cetak daerah selama dua hari berturut-turut
yang isinya berbunyi sebagai berikut:

“Kami, Walikota Makassar, Kepala Dinas Tata Bangunan Kota Makassar, Ketua DPRD Kota
Makassar, Direktur Utama PT. Tosan Permai Lestari, meminta maaf sebesar-besarnya kepada seluruh
warga Kota Makassar atas perbuatan melawan hukum yang kami lakukan terkait dengan kekeliruan
dan atau kealpaan dalam kebijakan Revitalisasi Lapangan Karebosi yang memberikan dampak
kerugian materil maupun immaterial terhadap Warga Kota Makassar. Kiranya pernyataan penyesalan
atas perbuatan melawan hukum ini menjadi titik awal wujud penghormatan, perlindungan, dan
pemenuhan Hak Asasi Manusia terutama dalam penyedian fasilitas publik yang sehat, murah dan
bermutu dengan manfaat yang digunakan sebesar-besarnya bagi hak-hak Warga Kota Makassar”

1. 14. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun
ada upaya bantahan, banding atau kasasi;
2. 15. Memerintahkan PARA TERGUGAT untuk membayar biaya perkara.

SUBSIDAIR

Apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Makassar berpendapat lain maka kami mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Hormat Kami,

TIM KUASA HUKUM PARA PENGGUGAT

Patra M Zen, SH., LLM.                                           Tabrani Abby,SH., MHum.

Abdul Muttalib, S.H.                                               Abdul Azis, S.H.

Nasiruddin Pasigai, SH.,MH.                                 Abraham Samad,SH., MH

Hamka Hamzah, SH., MH.                                      Irwan Muin, SH., MH.

Murlianto, SH                                                          Sataruddin Tellu, SH.

Nuraman Aribe, SH                                                Zulkifli Hasanuddin, SH

Haswandy Andy Mas, SH                                     Dahlang, S.Ag

Abdul Kadir Wokanubun, SH                               Yohana Pongparante, SH

Fajriani Langgeng, SH                                         Andi Istiqlal Assaad, SH

Anda mungkin juga menyukai