Anda di halaman 1dari 5

MEMAHAMI PSIKOLOGI MASSA DAN PENANGANANNYA

Oleh : Suryanto Fakultas Psikologi Unair PENGERTIAN Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan proses mental. Massa dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan). Oleh karena itu psikologi massa akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersamasama oleh sekelompok massa. Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai Perilaku Kolektif (Collective Behavior) Dalam perilaku kolektif, seseorang atau sekelompok orang ingin melakukan perubahan sosial dalam kelompoknya, institusinya, masyarakatnya. Tindakan kelompok ini ada yang diorganisir, dan ada juga tindakan yang tidak diorganisir. Tindakan yang terorganisir inilah yang kemudian banyak dikenal orang sebagai gerakan social (Social Movement). Perilaku kolektif yang berupa gerakan sosial, seringkali muncul ketika dalam interaksi sosial itu terjadi situasi yang tidak terstruktur, ambigious (ketaksaan/ membingungkan), dan tidak stabil. Reicher & Potter (1985) mengidentifikasi adanya lima tipe kesalahan mendasar dalam psikologi tentang kerumunan (perilaku massa) di masa lalu dan masa kini. Kesalahan-kesalahan itu, meliputi yaitu: (1) abstraksi tentang episode kerumunan bersumber dari konflik antar-kelompok, (2) kegagalan untuk menjelaskan proses dinamikanya, (3) terlalu dibesar-besarkannya anonimitas keanggotaannya, (4) kegagalan memahami motif anggota kerumunan, dan (5) selalu menekankan pada aspek negatif dari kerumunan. Reicher (1987), Reicher & Potter (1985) selama ini melihat adanya dua (2) bentuk bias dalam memandang teori kerumunan (crowds) yaitu bias politik dan bias perspektif. Bias politik terjadi karena teori kerumunan disusun sebagai usaha mempertahankan tatanan sosial dari mob dan tindakan kerumunan selalu dipandang sebagai konflik sosial. Sementara itu bias perspektif terjadi karena para ahli hanya berperan sebagai orang luar (outsider) yang hanya mengamati masalah tersebut. Akibatnya, terjadi kesalahan dalam memandang tindakan kerumunan secara objektif. KONDISI-KONDISI PEMBENTUK PERILAKU MASSA Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif , diantaranya:1. Structural conduciveness: beberapa struktur sosial yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif, seperti: pasar, tempat umum, tempat peribadatan, mall, dst 2. Structural Strain: yaitu munculnya ketegangan dlam masyarakat yang muncul secara tersturktur. Misalnya: antar pendukng kontestan pilkada. . 3. Generalized beliefs : share interpretation of event 4. Precipitating factors: ada kejadian pemicu (triggering incidence). Misal ada pencurian, ada kecelakaan, ada 5. Mobilization for actions: adanya mobilisasi massa. Misalmya : aksi buruh, rapat umum suatu ormas, dst 6. Failure of Social Control akibat agen yang ditugaskan melakukan kontrol sosial tidak berjalan dengan baik. MACAM-MACAM BENTUK PERILAKU KOLEKTIF A. CROWD (KERUMUNAN) Secara deskriptif Milgram (1977) melihat kerumunan (crowd) sebagai 1. Sekelompok orang yang membentuk agregasi (kumpulan), 2. Jumlahnya semakin lama semakin meningkat, 3. Orang-orang ini mulai membuat suatu bentuk baru (seperti lingkaran), 4. Memiliki distribusi diri yang bergabung pada suatu saat dan tempat tertentu dengan lingkaran (boundary) yang semakin jelas, dan 5. Titik pusatnya permeable dan saling mendekat. Ada beberapa bentuk kerumunan (Crowd) yang ada dalam masyarakat: 1. Temporary Crowd : orang yang berada pada situasi saling berdekatan di suatu tempat dan pada situasi sesaat 2. Casual Crowd : sekelompok orang yang berada di ujung jalan dan tidak memiliki maksud apa-apa 3. Conventional Crowd : audience yang sedang mendengarkan ceramah 4. Expressive Crowd: sekumpulan orang yang sedang nonton konser musik yang menari sambil sesekali ikut melantunkan lagu 5. Acting Crowd atau rioting crowd : sekelompok massa yang melakukan tindakan kekerasan 6. Solidaristic Crowd: kesatuan massa yang munculnya karena didasari oleh kesamaan ideologi

B. MOB : Adalah kerumunanan (Crowds) yang emosional yang cenderung melakukan kekerasan/penyimpangan (violence) dan tindakan destruktif. Umumnya mereka melakukan tindakan melawan tatanan sosial yang ada secara langsung. Hal ini muncul karena adanya rasa ketidakpuasan, ketidakadilan, frustrasi, adanya perasaan dicederai oleh institusi yang telah mapan atau lebih tinggi. Bila mob ini dalam skala besar, maka bentuknya menjadi kerusuhan massa. Mereka melakukan pengrusakan fasilitas umum dan apapun yang dipandang menjadi sasaran kemarahanannya. C. PANIC Adalah bentuk perilaku kolektif yang tindakannya merupakan reaksi terhadap ancaman yang muncul di dalam kelompok tersebut. Biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian bencana (disaster). Tindakan reaksi massa ini cenderung terjadi pada awal suatu kejadian, dan hal ini tidak terjadi ketika mereka mulai tenang. Bentuk lebih parah dari kejadian panik ini adalah Histeria Massa. Pada histeria massa ini terjadi kecemasan yang berlebihan dalam masyarakat. misalnya munculnya isue tsunami, banjur. D. RUMORSAdalah suatu informasi yang tidak dapat dibuktikan, dan dikomunikasikan yang muncul dari satu orang kepada orang lain (isu sosial). Umumnya terjadi pada situasi dimana orang seringkali kekurangan informasi untuk membuat interpretasi yang lebih komprehensif. Media yang digunakan umumnya adalah telepon. E. OPINI PUBLICAdalah sekelompok orang yang memiliki pendapat beda mengenai sesuatu hal dalam masyarakat. Dalam opini publik ini antara kelompok masyarakat terjadi perbedaan pandangan / perspektif. Konflik bisa sangat potensial terjadi pada masyarakat yang kurang memahami akan masalah yang menjadi interes dalam masayarakat tersebut. Contoh adalah adanya perbedaan pendangan antar masyarakat tentang hukuman mati, pemilu, penetapan undang-undang tertentu, dan sebagainya. Bentuknya biasanya berupa informasi yang beda, namun dalam kenyataannya bisa menjadi stimulator konflik dalam masyarakat. F. PROPAGANDAAdalah informasi atau pandangan yang sengaja digunakan untuk menyampaikan atau membentuk opini publik. Biasanya diberikan oleh sekelompok orang, organisasi, atau masyarakat yang ingin tercapai tujuannya. Media komunikasi banyak digunakan untuk melalukan propaganda ini. Kadangkala juga berupa pertemuan kelompok (crowds).Penampilan dari public figure kadang kala menjadi senjata yang ampuh untuk melakukan proraganda ini. HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MASSA DENGAN AGRESI Banyak pandangan yang menyatakan bahwa perilaku kolektif berkatian erat dengan tindakan agresi / kekerasan. Bahkan sejumlah studi banyak dilakukan untuk melihat pengaruh berkumpulnya orang dalam massa terhadap kekerasan yang ditimbulkannya. Pendekatan keamanan selama ini juga selalu memandang bahwa adanya kumpulan orang selalu disikapi sebagai bentuk potensi konflik, dan kadangkala tindakan antisipasi yang dilakukannya sangat berlebihan. Ciri penting yang harus dipahami petugas apakah kumpulan dapat mengakibatkan potensi konflik?1. Apakah terjadi kebangkitan emosi (arousal) massa yang sangat signifikan? Bila mereka sangat antusias dengan yel-yel dan gerakan yang menyinggung harga diri kelompok maka perlu dibutuhkan upaya kesabaran namun waspada.2. Apakah ada stimulator / pemicu dari lingkungan yang membahayakan? Alat agresi apakah muncul dalam kerumunan massa tu. Batu, pentungan, senjata tajam, dll, sangat mendorong munculnya kekerasan. 3. Apakah ada provokator yang terorganisir? Provokator selalu menyemangati para anggota kelompoknya untuk tetap melakukan tindakan demonstrasi. 4. Apakah situasinya panas atau hujan? Situasi panas dapat membuat situasi tidak nyaman, dan situasi ini dapat mudah menyulut kekerasan.5. Apakah munculnya sesaat atau bersifat kronis? Perilaku kolektif yang munculnya sesaat umumnya tidak menimbulkan agresi, terkecuali memang sudah ada konflik didalamnya. 6. Adakah keberpihakan dalam perilaku kolektif ?Konsep ini muncul dari adanya pemahamana bahwa bila ada dua kelompok atau lebih yang sedang berkompetisi, maka mereka akan saling berusaha untuk mengalahkan yang lain7. Adakah motif dasar yang melatarbelakangi munculnya perilaku kolektif?Perilaku kolektif akan menjadi sangat berbahaya apabila dalam kolektivitasnya itu dipicu oleh masalah kebutuhan pokok. 8. Apakah ada organisasi yang mensponsori? Kekerasan akan semakin meningkat konstelasinya apabila ada dukungan sponsorship yang kuat, sehingga perilaku kolektif ini akan berlangsung lama. Oleh karena itu, kesiapan logistik yang cukup harus dilakukan dan dicarinya upaya strategi yang tepat untuk mengatasinya. TEORI-TEORI PERILAKU KOLEKTIF Dalam tulisan ini, ada tiga teori yang seringkali digunakan untuk menjelaskan kejadian perilaku massa. 1. Social Contagion Theory (Teori Penularan sosial) menyatakan bahwa orang akan mudah tertular perilaku orang

lain dalam situasi sosial massa. mereka melakukan tindakan meniru/imitasi. 2. Emergence Norm Theory: menyatakan bahwa perilaku didasari oleh norma kelompok, maka dalam perilaku kelompok ada norma sosial mereka yang akan ditonjolkannya. Bila norma ini dipandang sesuai dengan keyakinannya, dan berseberangan dengan nilai / norma aparat yang bertugas, maka konflik horizontal akan terjadi.3. Convergency Theory: menyatakan bahwa kerumunan massa akan terjadi pada suatu kejadian dimana ketika mereka berbagi (convergence) pemikiran dalam menginterpretasi suatu kejadian. Orang akan mengumpul bila mereka memiliki minat yang sama dan mereka akan terpanggil untuk berpartisipasi 4. Deindivuation Theory, menyatakan bahwa ketika orang dalam kerumunan, maka mereka akan mneghilangkan jati dirinya, dan kemudian menyatu ke dalam jiwa massa. BAGAIMANA CARA MENYIKAPI PERILAKU MASSA 1. Memahami bentuk perilaku kolektif 2. Memahami motif perilaku kolektif 3. Perencanaan penyelesaian yang matang 4. Kesiaan mental petugas 5. Pengendalian diri yang baik 6. Keberanian dalam bersikap KESIMPULAN Pendekatan yang mana yang harus ditempuh, apakah pendekatan keamanan atau pendekatan humanisme? Paduan antara keduanya akan lebih tepat daripada hanya mengandalkan salah satunya. Karena sampai saat ini tidak satupun kerumunan dapat diprediksi apakah akan terjadi kerusuhan massa ataukah tetap damai. Olehj karena itu, peran analisis inteligen sangat dibutuhkan untuk pengambilan keputusan dalam melakukan tindakan terhadap perilaku massa ini.
Psikologi masa A. Definisi 1. Psikologi Massa a. Psikologi massa adalah studi mengenai tingkah laku banyak orang atau kumpulan manusia mengenai kelompokkelompok yang terorganisir dengan longgar sekali (Kamus Lengkap Psikologi). b. Psikologi massa adalah psikologi yang khusus mempelajari perilaku manusia dalam loosely organized group (Chaplin, 1972). 2. Massa adalah sekumpulan banyak orang (ratusan/ribuan) yang berkumpul dalam suatu kegiatan yang bersifat sementara. B. Massa Abstrak dan Massa Kongkrit (Mennicke, 1948) 1. Massa Abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang sama sekali belum terikat satu kesatuan, norma, motif dan tujuan. Alasan timbul : ada kejadian menarik individu mendapat ancaman kebutuhan tidak terpenuhi 2. Massa Kongkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri: Ciri-ciri: adanya kesatuan mind dan sikap adanya ikatan batin dan persamaan norma ada struktur yang jelas bersifat dinamis dan emosional, sifat massa jelas Massa Abstrak Massa Kongkret Ego pribadi Ego massa Tercermin dalam diri pemimpin Kepentingan masih kritis, masih kongkret

Antara masssa abstrak dan massa kongkrit kadang-kadang mempunyai hubungan, dalam arti bahwa masa abstrak dapat berkembang atau berubah menjadi massa yang kongkrit dan sebaliknya masa kongkrit dapat berubah menjadi massa abstrak. Tetapi ada kalanya masa abstrak bubar tanpa adanya bekas. C. Massa Aktif dan Massa Pasif (Park dan Burges) 1. Massa aktif yang disebut dengan mob terbentuk karena telah adanya tindakan-tindakan nyata, misalnya demonstrasi, perkelahian massal, dsb Menurut Mc Laughlin, paling tidak ada 3 kondisi yang melatarbelakangi, yaitu: adanya problem yang cukup serius upaya penyelesaian problem yang tertunda adanya keyakinan dalam kelompok massa bahwa problem harus diselesaikan Faktor-faktor yang menyebabkan massa aktif : perasaan tidak puas bertukar pikiran ide baru perbuatan yang selalu diulang jika sudah matang massa tekanan jiwa masyarakat memuncak dan meledak 2. Massa pasif yang disebut dengan audience adalah kumpulan orangorang yang belum melakukan tindakan nyata, misalnya orang-orang berkumpul untuk mendengarkan ceramah, menonton sepakbola, dll D. Gerakan Massa Jenis-jenis Gerakan Massa (Danzigers) 1. Gerakan Massa Progresif merombak norma lama, membentuk norma baru 2. Gerakan Massa Status Quo mempertahankan norma lama (konservatif) 3. Gerakan Massa Reaksioner orang yang bersikap untung-untungan lebih lunak/fleksibel, tidak tegas yang penting golongannya tidak dirugikan Penyebab Gerakan Massa Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia itu merupakan Penyebab Gerakan Massa Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia itu merupakan individu yang mempunyai dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang pada prinsipnya membutuhkan pemuasan atau pemenuhan. Tetapi dalam kenyataannya tidak semua dorongan atau keinginan itu dapat dilaksanakan secara baik. Dorongan atau keinginan yang tidak memperoleh pelepasan, terdorong dan tersimpan dalam alam bawah sadar, yang pada suatu ketika akan muncul kembali diatas sadar bila keadaan memungkinkan. Salah satu pendapat yang dikemukakan oelh Freud bahwa struktur pribadi manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu das es atau the id, yaitu berupa dorongandorongan yang pada dasarnya dorongan-dorongan tersebut membutuhkan pemenuhan, ingin muncul dan ingin keluar. Yang kedua adalah das ich atau the

ego, yang merupakan sensor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya terutama dengan norma-norma. Yang ketiga, yaitu das uber ich atau the super ego, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baik buruk. Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma tertentu yang merupakan pedoman-pedoman yang membatsi gerak atau perilaku anggota masyarakat. Dengan adanya norma-norma itu sebagai anggota masyarakat yang baik tidak dapat berbuat seenaknya. Ini berarti bahwa norma-norma itu berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Atas dasar uraian diatas dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya, yaitu orang bertindak dalam massa atas dorongan-dorongan yang muncul dari bawah sadar yang semula ditekannya. Karena itu bila banyak hal ditekan merupakan suatu pertanda yang kurang baik, sebab pada suatu waktu dapat muncul dipermukaan bila keadaannya memungkinkan, slah satu bentuk adalah dalam massa. Proses Dinamika Gerakan Massa 1. Pemusatan perhatian 2. Penciptaan suasana kebersamaan 3. Pusat rasa kagum dan perasaan berada pada suatu massa 4. Pemimpin membayar massa kemana aktivitas akan massa akan dituju E. Individu Dalam Massa Kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, tindakan kasar dan irasional, menurut secar membabi buta pada pemimpin Melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kebiasaan agresi Teori frustasi-agresi dari Fuller-Miller, mengemukakan: agresivitas merupakan cerminan dari frustasi yang dirasakan oleh massa kuat lemahnya tergantung besar kecilnya hambatan dalam mencapai tujuan tersebut Menurut Sidis, individu dalam massa akan terkena hipnotis bentuk ringan sehingga pertimbangan kritis hilang Kondisi Psikologis Individu Dalam Massa Menurut Gustave Le Bon, massa itu mempunyai sifat-sifat psikologis tersendiri. Orang yang tergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu, yang perbuatan tersebut tidak akan diperbuat bila individu itu tidak tergabung dalam suatu massa. Sehingga massa itu seakan-akan mempunyai daya melarutkan individu dalam suatu massa, melarutkan individu dalam jiwa massa. Seperti yang dikemukakan oleh Durkheim bahwa adnaya individual mind dan collective mind, yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Gustave Le Bon dalam massa itu terdapat apa yang dinamakan hukum mental unity atau law mental unity, yaitu bahwa massa adalah kesatuan mind, kesatuan jiwa. Menurut Allport, sekalipun kurang dapat menyetujui tentang collective mind tetapi dapat memahami tentang pemikiran adanya kesamaan (conformity), tidak hanya dalam hal berpikir dan kepercayaan, tetapi juga dalam hal perasaan (feeling) dan dalam perbuatan yang tampak (overt behaviour).

Anda mungkin juga menyukai