Definisi Goiter
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid. Pembesaran ini dapat terjadi pada
kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien yang kekurangan hormon tiroid
(hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetiroidisme).1,2
Hipotiriodisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga
sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Hipertiroid didefinisikan sebagai respon
jaringa-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolisme hormon tiroid yang berlebihan.2,3
B. Klasifikasi Goiter
Menurut American Society for Study of Goiter membagi goiter menjadi:12
1.
2.
3.
4.
b) Etiologi
Penyebab paling banyak dari struma non toksik adalah kekurangan iodium.
Akan tetapi pasien dengan pembentukan struma yang sporadis, penyebabnya
belum diketahui. Struma non toksik disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :2,3,13
1) Kekurangan iodium: Defisiensi iodin merupakan penyebab terbanyak struma
nontoksik endemik maupun sporadik.. Pembentukan struma terjadi pada
difesiensi sedang yodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi
berat iodium adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan hipotiroid dan
kretinisme.
2) Kelebihan iodium.
3) Goitrogen :
a) Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, aminoglutethimide,
expectorants yang mengandung yodium
b) Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative dan
resorcinol berasal dari tambang batu dan batubara.
c) Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica ( misalnya, kubis, lobak cina,
brussels kecambah), padi-padian millet, singkong, dan goitrin dalam
rumput liar.
4) Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosintetik hormon kelejar tiroid
5) Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-kanak
mengakibatkan nodul benigna dan maligna
c) Patofisiologi
Struma yang terjadi akibat kekurangan iodium yang dapat menghambat
pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar. Hal tersebut memungkinkan hipofisis
mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan. TSH kemudian menyebabkan
sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah yang besar (kolid) ke
dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin bertambah besar.2,3,14
Hal yang mendasari pertumbuhan nodul pada struma nodosa nontoksik
adalah respon dari sel-sel folikular tiroid yang heterogen dalam satu kelenjar
tiroid pad tiap individu. Dalam satu kelenjar tiroid yang normal, sensitivitas selsel dalam folikel yang sama terhadap stimulus TSH dan faktor perumbuhan lain
( IGF dan EGF ) sangat bervariasi. Terdapat sel-sel autonom yang dapat
bereplikasi tanpa stimulasi TSH dan sel-sel sangat sensitif TSH yang lebih cepat
bereplikasi. Sel- sel akan bereplikasi menghasilkan sel dengan sifat yang sama.
Sel-sel folikel dengan daya replikasi yang tinggi ini tidak tersebar merata dalam
satu kelenjar tiroid sehingga lama kelamaan tumbuh bernodul nodul.4,13,14
Aktivitas fungsional sel sel folikular juga sangat bervariasi. Sel sel
autonom dapat mengambil dan mensintesis iodin tanpa bantuan TSH. Sel sel ini
akan mensintesis tiroglobulin ( termasuk T4 dan T3) dan memiliki aktivitas
endositotik. Ketidakseimbangan antara sintesis tiroglobulin dan aktivitas
endositotik ini menyebabkan pertumbuhan nodul yang bervariasi. Penyebab dari
munculnya sel sel autonom ini kemungkinan disebabkan karena adanya mutasi
pada reseptor TSH sel folilkular.4,12,13
2. Goiter Diffusa Non Toksik
Goiter difus adalah bentuk goiter yang membentuk satu buah pembesaran yang
tampak tanpa membentuk nodul. Bentuk ini biasa ditemukan dengan sifat non-toksik
(fungsi tiroid normal), oleh karena itu bentuk ini disebut juga goiter simpel.12
Pada goiter simpel, terdapat dua fase evolusinya, yaitu hiperplastik dan involusi
koloid. Pada fase hiperplastik, kelenjar tiroid membesar secara difus dan simetris,
walaupun pembesarannya tidak terlalu besar (hingga 100-150 gram). Folikelfolikelnya dilapisi oleh sel kolumner yang banyak dan berdesakan. Akumulasi sel ini
tidak sama di keseluruhan kelenjar. Apabila setelah itu konsumsi iodin ditingkatkan
atau kebutuhan tubuh akan hormon tiroid menurun, terjadi involusi sel epitel folikel
sehingga terbentuk folikel yang besar dan dipenuhi oleh koloid. Biasanya secara
makroskopik tiroid akan terlihat coklat dan translusen, sementara secara histologis
akan terlihat bahwa folikel dipenuhi oleh koloid serta sel epitelnya gepeng dan
kuboid.12
Etiologi struma difusa nontoksik diantaranya :2,3,4
1) Defisiensi iodium
2) Autoimmun thyroiditis: Hashimoto atau postpartum thyroiditis
3) Kelebihan iodium (efek Wolff-Chaikoff) atau ingesti lithium, dengan
penurunan pelepasan hormon tiroid.
4) Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisis, resistensi hipofisis
terhadap
hormon
tiroid,
gonadotropin,
dan/atau
tiroid-stimulating
immunoglobulin
5) Inborn errors metabolisme yang menyebabkan kerusakan dalam biosintesis
hormon tiroid.
6) Terpapar radiasi
3. Goiter Diffusa Toksik
Struma diffusa toksik (tirotoksikosis) merupakan hipermetabolisme karena
jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exopthalmic goiter),
bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan di antara hipertiroidisme
lainnya.2,3,15
a) Epidemiologi
Jumlah penderita penyakit ini di seluruh dunia pada tahun 1999
diperkirakan 200 juta, 12 juta di antaranya terdapat di Indonesia. Angka kejadian
hipertiroid yang didapat dari beberapa klinik di Indonesia berkisar antara 44,44%
48,93% dari seluruh penderita dengan penyakit kelenjar gondok. Diantara
pasien-pasien dengan hipertiroid, 60 80% merupakan penyakit Grave. Insidensi
tiap tahun pada wanita berusia diatas 20 tahun sekitar 0,7% per 1000. tertinggi
pada usia 40 60 tahun. Angka kejadian penyakit Grave 1/5 1/10 pada laki-laki
maupun perempuan, dan tidak umum diapatkan pada anak-anak. Prevalensi
penyakit grave sama pada orang kulit putih dan Asia, dan lebih rendah pada orang
kulit hitam. 2
b) Etiologi
Penyakit Graves merupakan salah satu penyakit autoimun yang disebabkan
thyroid-stimulating antibodies (TSAb). Antibodi ini berikatan dan mengaktifkan
thyrotropin receptor (TSHR) pada sel tiroid yang mensintesis dan melepaskan
hormon tiroid. Penyakit Graves berbeda dari penyakit imun lainnya karena
memiliki manifestasi klinis yang spesifik, seperti hipertiroid, vascular goitre,
oftalmopati, dan yang paling jarang infiltrative dermopathy.2,15
Penyakit ini mempunyai predisposisi genetik yang kuat, dimana 15%
penderita mempunyai hubungan keluarga yang erat dengan penderita penyakit
yang sama. Sekitar 50% dari keluarga penderita penyakit Graves, ditemukan
autoantibodi tiroid didalam darahnya. Penyakit ini ditemukan 5 kali lebih banyak
pada wanita dibandingkan pria, dan dapat terjadi pada semua umur. Angka
kejadian tertinggi terjadi pada usia antara 20 tahun sampai 40 tahun.3,4,15
Faktor- faktor resiko antara lain : faktor genetik, faktor imunologis, infeksi,
faktor trauma psikis, penurunan berat badan secara drastis, chorionic
gonadotropin, periode post partum, kromosom X, dan radiasi eksternal.2,3,4,15
1) Faktor genetik
Penyakit Hashimoto dan penyakit graves sering terjadi secara
mengelompok dalam keluarga nampak bersifat genetik. Dalam praktek seharisehari sering ditemukan pengelompokkan penyakit graves dalam
satu
yang disebut autoimmunity. Akibatnya ialah bahwa antibodi atau sel bereaksi
terhadap komponen tubuh, dan terjadilah penyakit. Toleransi sempurna terjadi
selama periode prenatal. Toleransi diri ini dapat berubah atau gagal sebagai
akibat dari berbagai faktor, misalnya gangguan faktor imunologik, virologik,
hormonal dan faktor lain, sedangkan faktor-faktor tersebut dapat berefek
secara tunggal maupun sinkron dengan faktor lainnya. Adanya autoantibodi
dapat menyebabkan kerusakan autoimune jaringan, dan sebaliknya seringkali
autoantibodi ini akibat dari kerusakan jaringan.2,15
Pada penyakit Graves anti-self-antibody dan cell mediated response,
yang biasanya ditekan, justru dilipatgandakan. Reaksinya mencakup
meningkatnya TSAb, Anti TgAb, Anti TPO-Ab, reaksi antibodi terhadap
jaringan orbita, TBII dan respons CMI (Cell Mediated Immunoglobulin).2,15
Hipertiroidisme pada penyakit graves disebabkan karena TSAb.
Setelah terikat dengan reseptor TSH, antibodi ini berlaku sebagai agonis TSH
dan merangsang adenilat siklase dan cAMP. Diperkirakan ada seribu reseptor
TSH pada setiap sel tiroid. Kecuali berbeda karena efeknya yang lama, efek
seluler yang ditimbulkannya identik dengan efek TSH yang berasal dari
hipofisis. TSAb ini dapat menembus plasenta dan transfer pasif ini mampu
menyebabkan hipertiroidisme fetal maupun neonatal, tetapi hanya berlangsung
selama TSAb masih berada dalam sirkulasi bayi. Biasanya pengaruhnya akan
hilang dalam jangka waktu 3-6 bulan. 2,15
Pada penyakit graves terjadi kegagalan sistem imun umum.
Terbentuknya TSAb dapat disebabkan oleh: 2,3,4,15
a) Paparan infeksi atau zat lain yang menyebabkan terbentuknya antibodi
yang dapat bereaksi silang dengan jaringan tiroid. Salah satu bahan yang
banyak diteliti adalah organisme Yersinia enterocolica. Beberapa subtipe
organisme ini mempunyai binding sites untuk TSH, dan beberapa pasien
dengan penyakit graves juga menunjukkan antibodi terhadap antiYersinia.
b) Produksi TSAb diawali dengan injury yang merubah susunan normal
komponen tiroid, mungkin sebagian dari reseptor TSH berubah jadi
antigenik, sehingga bertindak sebagai stimulus bagi pembentukan TSAb.
c) Produksi TSAb disebabkan karena aktivasi sel limfosit B yang selama
dirahim tidak deleted. Kemampuan sel T untuk membentuk TSAb harus
seperti
takikardi,
tremor,
dan
dengan
keringat
perangsangan
banyak.
Adanya
Pada penyakit graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal
dan ekstratiroidal yang keduanya mungkin tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa
goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon
tiroid yang berlebihan. Gejala-gejala hipertiroidisme berupa manifestasi
hipermetabolisme
dan
aktifitas
simpatis
yang
berlebihan.
Manifestasi
ekstratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang biasanya terbatas
pada tungkai bawah. Oftalmopati yang ditemukan pada 50% sampai 80% pasien
ditandai dengan mata melotot, fissura palpebra melebar, kedipan berkurang, lid
lag (keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerakan mata) dan kegagalan
konvergensi. Gambaran klinik klasik dari penyakit graves antara lain adalah
hipertitoidisme, goiter difus dan eksoftalmus.4,15
e) Tes Laboratorik
Kadar T3 dan T4 meninggi, ambilan yodium radioaktif biasanya meningkat.
Kombinasi hasil pemeriksaan laboratorium Thyroid Stimulating Hormone
Sensitive (TSHS) yang tak terukur atau jelas subnormal dan Free T4 (FT4)
meningkat, jelas menunjukkan hipertiroidisme. Pemeriksaan auto antibodi tiroid
membantu untuk membedakan penyakti autoimun dengan penyebab lain.15
4. Goiter Nodusa Toksik
Struma nodular toksik adalah kelenjar tiroid yang mengandung nodul tiroid
yang mempunyai fungsi yang otonomik, yang menghasilkan suatu keadaan
hipertiroid.2,4,12
a) Epidemiologi
Struma nodular toksik lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Pada
wanita dan pria berusia diatas 40 tahun, rata rata prevalensi nodul yang bisa
teraba adalah 5 7 % dan 1 2 %. Kebanyakan pasien struma nodular toksik
berusia lebih dari 50 tahun.
Pada area endemik kekurangan iodium, struma nodular toksik terjadi
sekitar 40 % dari kasus hipertiroidism, 10 % berbentuk nodul toksik yang solid
(mononoduler/adenoma toksik) dan 30% berbentuk multinoduler. Grave disease
terjadi sekitar 58 % dari seluruh kasus hipertiroidisme.
b) Etiologi dan Patogenesis
Fungsi otonomik dari kelenjar tiroid berhubungan dengan kekurangan
iodium. Berbagai variasi mekanisme , diantaranya :2,3,4,12
1) Keadaan yang menjurus pada struma nodular toksik
Gejala subjektif
Angk
Gejala objektif
Ada
Tidak
+3
+2
+2
+2
+1
+4
+2
-3
-2
-2
-2
+3
-3
2.
Dispneu d effort
Palpitasi
Capai/lelah
Suka panas
Suka dingin
Keringat banyak
Nervous
Tangan basah
Tangan panas
Nafsu makan
Nafsu makan
BB
BB
Fibrilasi atrium
Jumlah
Pemeriksaan Fisik Tiroid
1) Inspeksi
a) Pemeriksa berada
sedikit
fleksi
+1
+2
+2
-5
+5
+3
+2
+1
-1
+3
-3
-3
+3
+3
Tiroid teraba
Bruit diatas systole
Eksoftalmus
Lid retraksi
Lid lag
Hiperkinesis
Tangan panas
Nadi
<80x/m
80-90x/m
>90x/m
< 11 Hipotiroid
11-18 normal
> 19 hipertiroid
leher
terbuka
sedikit
hiperekstensi
agar
m.
Kelompok Subyek
Usia 4 hari
Rentang nilai
1 39
Unit
mlU/L
2 20 minggu
1,7 9,1
21 54 tahun
0,7 4
55 87 tahun
0,4 4,2
T4
Wanita hamil
Neonatus
0,3 5,2
6,5
g/dL
T3
Dewasa
Dewasa 20 50 tahun
4,6 11
70 204
ng/dL
Dewasa 51 90 tahun
40 181
Foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi trakea atau pembesaran struma
retrosternal yang pada umumnya secara klinis pun sudah bisa diduga. Foto
rontgen leher posisi AP dan lateral biasanya menjadi pilihan.