Anda di halaman 1dari 2

dengan kepentingan publik.

Analisis Stakeholder: Kebijakan


Antinarkoba
Bekas
Pro
Mereka menyesal dan berpengguna
Working draft - Mubasysyir
Hasanbasri
narkoba

Analis stakeholder memahami kebijakan sebagai


sebuah pertaruan antara dua atau lebih kubu-kubu:
pihak yang menang adalah yang menentukan
kebijakan. Analis membuat perumpamaan dua kubu
yang sedang beradu: satu yang mendukung sebuah
kebijakan dan yang lain menolaknya. Baik yang
mendukung maupun yang menolak memiliki
kepentingan sendiri-sendiri. Persatuan orangtua yang
memiliki anak korban narkotika, persatuan guru,
badan narkotika nasional, dan sekelompok polisi
berusaha mencari dukungan kekuatan untuk
melawan kelompok pengedar narkotika. Meskipun
polisi secara formal berfungsi melindungi masyarakat
dan karena itu mereka sewajarnya melawan
peredaran dan penjualan narkotika, mereka dalam
kenyataannya diam atau tidak berbuat sesuatu
terhadap penyelundupan. Mereka justru menjadi
bagian yang mendukung peredaran narkotika
karena memperoleh pendapatan karena melindungi
mafia karkotika.

Tabel 1: Pendukung versus Penentang


Kebijakan Penanggulangan Narkoba
Stakeholder
Bupati

Stataus Penjelasan

Dinas
kesehatan
Polisi di
belakang
gang
narkoba

Netral

Polisi pendukung

Pro

Netral

Kontra

Mafia internasional
penjual
narkoba
LSM persatuan keluarga
korban
narkoba

Kontra

Bos-bos
dari industri night
club
Komite nasional
narkoba

Kontra

Pro

Pro

Memilih diam daripada


dimusuhi para preman
narkoba
Urusan lain masih banyak
diurus.
Mereka mendapat fee dari
gang narkoba dalam cara
mereka pura-pura tidak
mengetahui jika ada transaksi. Truk pembawa ganja
lewat karena dibiarkan.
Menyadari tugas sebagai
pelindung terhadap bahaya
penjualan narkoba
Penghidupan ekonomi
mereka berasal dari penjualan. Jika penjualan dilarang, mereka akan melawan.
Mereka sadar betapa sulitnya keluar dari bahaya itu
dan berjuang untuk kemanusiaan agar orang lain
tidak seperti keluarga
mereka.
Bos industri hidup dari kehidupan malam. Mereka
banyak menjadi bagian dari
pengedar narkoba.
Dibentuk oleh negara untuk
mengelola jaringan anti
narkoba. Mereka bekerja

juang demi kemanusiaan


agar perangkap narkoba
tidak terjadi pada orang lain.

Tiga tabel di bawah ini berupaya menggambarkan


analisis stakeholder.
Yang pertama berisi pendukung gerakan antinarkoba
yang berhadapan dengan penolak gerakan itu. Di
sana terdapat daftar pihak-pihak yang memiliki
kepentingan dengan ada atau tidaknya narkoba.
Saudara bisa melengkapi analisis tentang kebijakan
narkoba ini dengan menambah stakeholder dan
menjelaskan kepentingan dari stakeholder itu,
terutama disesuaikan dengan konteks saudara
bertempat tinggal.
Yang kedua bercerita tentang skor jika dianggap dua
pihak itu sedang bertanding. Angka yang mengisi
skor itu dibuat atas dasar kesepakatan mahasiswa
S2 yang mengikuti kuliah analisis kebijakan. Tabel
itu menunjukkan bahwa skor dari kubu penolak
lebih tinggi dibandingkan skor yang anti narkoba.
Gerakan yang mendukung antinarkoba kalah dari
gerakan yang menolak. Praktik penjualan dan
penggunaan narkoba terus meningkat. Artinya,
kebijakan antinarkoba menjadi cita-cita semua.
Tetapi kenyataannya pendukung cita-cita itu kalah
dalam permainan melawang koalisi pencari
pendapatan dari narkoba. Jadi sebenarnya kebijakan
itu sesungguhnya sebuah cita-cita. Kebijakan harus
ada pendukung. Jika kebijakan tidak didukung,
kebijakan itu ompong atau bahkan bermanfaat.

Tabel 2: Skor dalam Kebijakan


Penanggulangan Narkoba
Stakeholder
Bupati
Dinas kesehatan
Polisi di belakang gang
narkoba
Polisi pendukung
Mafia internasional penjual narkoba
LSM keluarga korban
narkoba
Bos-bos dari industri
night club
Komite nasional narkoba
Bekas pengidap narkoba
Total

Pro

Netral
0
0

Kontra

4
3
5
3
4
3
1
10

13

Kebijakan sebaliknya harus ditafsirkan sebagai suatu


permainan di lapangan. Kebijakan itu soal
pemenangan sesuatu. Jika ingin membuat kebijakan
maka langkah mencari pendukung adalah paling
utama. Benar-salah atau baik-buruk dari kebijakan
tidak penting lagi. Ini merupakan alasan mengapa

stakhoder approach disebut dengan pendekatan nonrasional.

Tabel 3: Stakeholder yang dipandang bisa


diusulkan menjadi sasaran advokasi ada ia
bisa memperkuat kubu yang mendukung
Stakeholder
Polisi

Bekas
pengguna
narkoba

Guru

Penekanan dalam advokasi


Bisa dianggap bisa diajak melindungi
masyarakat dengan menguatkan sanksi
bagi yang membiarkan distribusi
narkoba. Advokasi karena itu difokuskan pada bidang pengawasan polisi
melalui lembaga independen police
watch dog. Advokasi juga pada
pengawasan internal polisi.
Bekas pengguna narkoba bisa menjadi
sasaran promosi kesehatan agar mereka
menggunakan kedekatan dengan
kelompok itu agar bisa memaparkan
masalah dan potensi jalan keluar yang
ada.
Guru bisa menjadi fokus penguatan
pendukung dengan cara menyelenggarakan kegiatan luar sekolah yang disukai oleh murid-murid sehingga mereka
tidak memiliki waktu untuk mencari
kegiatan yang mendekatkan mereka
pada narkoba.

Tugas
1. Tugas saudara adalah membuat
analisis
stakeholder seperti terlihat dari Tabel 1 dan Tabel
2 tentang kebijakan yang saudara usung atau
terlibat di tempat saudara bekerja, yang masih
dianggap pro dan kontra.
2. Saudara diminta mengusulkan koalisi dari kubukubu yang mendukung agar kekuatan mereka
lebih besar dan bisa menyaingi kubu penentang.
Sebut 3 kegiatan dari koalisi kubu itu.
3. Saudara juga biasanya suka melakukan advokasi.
Tentukan dua atau tiga stakholder yang menjadi
saran advokasi saudara dan tulis dua hal yang
saudara tekankan dalam advokasi itu untuk
masing-masing stakeholder sasaran. Lihat Tabel
3.
4. Kubu pendukung biasanya juga tidak bersatu.
Jika bersatu, maka perlu ada kepemimpinan.
Menurut saudara, siapa yang paling strategis
menjadi pemimpinnya. Sebut 3 alasan saudara
memilih stakeholder itu sebagai pemimpin.

Catatan:
Analis pemula mudah terjebak menemukan
stakeholder formal yang umum seperti lembagalembaga pemerintah. Stakeholder yang betul-betul
berpengaruh biasanya justru tersembunyi atau
berada di balik layar. Mereka tidak pernah diduga

bekerja sebagai aktor intelektual. Anggota dewan


perwakilan rakyat yang kita anggap terhormat kerap
menjadi aktor utama dalam korupsi dalam birokrasi.
Tugas analis stakeholder justru karena itu mencari
pihak-pihak di balik layar seperti aktor intelektual.
Stakeholder yang mendukung akan kalah jika
mereka bermain sendiri-sendiri. Pihak yang menolak
sangat senang jika pihak pendukung tidak bekerja
dalam
tim
yang
berusaha
memenangkan
pertandingan. Lawan begitu kuat karena mereka
malakukan koalisi. Dalam kasus narkoba, polisi yang
berkoalisi dengan jaringan perdaganan narkoba
sangat kuat. Koalisi itu saling menguntungkan polisi
dan jaringan narkoba.
Sebaliknya pendukung public health menhindari
terjebak dalam ketidak-berdayaan diri. Orang daerah
kerap berkeluh bahwa mereka tidak berani dan
bicara secara sembunyi-sembunyi karena rasa tidak
enak dan khawatir jika dianggap berseberangan
dengan satu stakeholder. Obat dari ketidakberdayaan
itu adalah berkoalisi. Dalam kasus narkoba itu, kita
harus berkoalisi dengan polisi yang mendukung
antinarkoba. Dalam kasus korupsi, kita harus
berkoalisi dengan Komite Penanggulangan Korupsi.
Jika layak, berkoalisilah dengan stakeholder yang
lebih kuat terlebih dulu. Jika makin kuat,
stakeholder yang lebih lemah biasanya akan
mengikuti. Jika tidak layak dengan yang kuat
terlebih dulu, bekoalisilah dengan stakeholder yang
lemah-lemah.
Karena saya meminta saudara sendiri menjadi salah
satu bagian dari stakeholder itu, maka saudara mesti
mengambil sikap: apakah masuk dalam kubu
pendukung atau penentang. Jika saudara termasuk
yang menolak program, rasanya saudara sendiri
tinggal tunggu waktu kekalahannya. Sebaliknya,
pendukung program kesehatan yang akuntabel dan
berorientasi publik, meskipun sekarang kelihatan
lemah, akan mendapat kekuatan dengan koalisi
stakeholder-stakeholder yang berubah pikiran.
Pejabat daerah kerap mengalami ketakutan turut
terlibat dalam permainan politik. Mereka makin takut
ketika kekuatan dari pihak yang berseberangan
dengan mereka sangat kuat. Mereka kemudian
memilih bergabung pada yang kuat.
Cari dan berdiskusilah denga orang-orang yang kuat
dan berani. Virus berani itu menular jika saudara
bertemu orang yang berani. Keberanian datang dari
refleksi dan penguatan jati diri individu-individu.
Tidak pernah ada orang berani ketika mereka sendiri
tidak jelas jati dirinya, apa lagi ketika kita
berhadapan kelompok penentang program reformasi
kesehatan.
Referensi - menyusul
Komentar dan diskusi: mhasanbasri@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai