Tn. Amir 32 tahun, datang ke dokter karena mengeluh demam naik turun sejak 8 hari
yang lalu sejak pulang dari Bangka 1 bulan yang lalu, saat demam suhu badannya
tinggi disertai menggigil dan berkeringat. Saat demam turun, suhu tubuh kembali
normal, lalu demam tinggi. Tn. Amir juga mengeluh sakit kepala, mual dan badan
lemah.
Pemeriksaan fisik :
Keadaan Umum : Kesadaran Compos Mentis, Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi:
108x/menit, Respiration Rate : 24x/menit, Temperatur Axilla : 390 C
Kepala : Sklera ikterik -/-, konjungtiva pucat +/+
Leher : Pembesaran KGB -/Thorak : Paru dan Jantung dbn
Abdomen : Lien teraba Schuffner 1, hear teraba 1 jari dibawah arcus costae
Ekstremitas : edema pretibial -/Pemeriksaan Penunjang :
Hb 7 gr/dl, RBC 3,5jt, WBC 11.000/mm3, Trombosit: 200.000/mm3
DDR : ukuran RBC yang terimfeksi normal, tampak gambaran gametosit bentuk
pisang.
I. Klarifikasi Istilah
a. Menggigil : Usaha tubuh untuk meningkatkan suhu tubuh melalui gerakan
otot involunter.
b. Demam : Peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal yang berhubungan
dengan peningkatan tinggakat patokan suhu di hipotalamus; suhu tubuh
normal berkisar 36,5-37,20C.
c. Demam intermitten : Demam naik turun dengan suhu tubuh yang kembali
normal.
d. Berkeringat : Mekanisme tubuh sebagai upaya melepaskan panas dari dalam
tubuh.
e. DDR : Drike Drupple (pemeriksaan apusan darah tebal).
f. Gametosit berbentuk pisang : Suatu sel tertentu yang mengalami meiosis,
membentuk gamet; dari sel yang berasala dari plasmodium falciparum.
1. Tn. Amir 32 tahun, datang ke dokter karena mengeluh demam naik turun
sejak 8 hari yang lalu sejak pulang dari Bangka 1 bulan yang lalu.
2. Saat demam suhu badannya tinggi disertai menggigil dan berkeringat. Saat
demam turun, suhu tubuh kembali normal, lalu demam tinggi. Tn. Amir juga
mengeluh sakit kepala, mual dan badan lemah.
3. Pemeriksaan fisik :
Keadaan Umum : Kesadaran Compos Mentis, Tekanan Darah: 120/80 mmHg,
Nadi: 108x/menit, Respiration Rate : 24x/menit, Temperatur Axilla : 390 C
4. Kepala : Sklera ikterik -/-, konjungtiva pucat +/+
Leher : Pembesaran KGB -/Thorak : Paru dan Jantung dbn
Abdomen : Lien teraba Schuffner 1, hear teraba 1 jari dibawah arcus costae
Ekstremitas : edema pretibial -/5. Pemeriksaan Penunjang :
Hb 7 gr/dl, RBC 3,5jt, WBC 11.000/mm3, Trombosit: 200.000/mm3
DDR : ukuran RBC yang terimfeksi normal, tampak gambaran gametosit
bentuk pisang.
penyakit malaria
Jenis kelamin
Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin, perbedaan angka
kesakitan malaria pada laki-laki dan perempuan dapat disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain pekerjaan, pendidikan, migrasi penduduk
dan kekebalan (Depkes RI, 1999). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa perempuan mempunyai respons imun yang lebih kuat
dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah risiko
untuk terjadinya infeksi malaria (Harijanto, 2000). Pada kasus lakilaki,
respon
menyebabkan
imun
yang
banyaknya
lebih
laki-laki
rendah
dibandingkan
terkena
penyakit
wanita
malaria
dibandingkan perempuan.
Riwayat bepergian ke Bangka
Di Indonesia malaria tersebar di seluruh pulau dengan derajat
endemisitas yang berbeda beda dengan ketinggian sampai 1800 meter
di atas permukaan laut. Bangka merupakan provinsi yang sejak dulu
dikenal sebagai penghasil timah di Indonesia. Karena buruknya sistem
pertambangan timah disana, maka lubang-lubang bekas tambang timah
hanya dibiarkan begitu saja. Seiring waktu, lubang tersebut terisi oleh
air hujan dan kemudian membentuk danau. Di Bangka terdapat ribuan
danau yang merupakan bekas tambang timah. Danau ini merupakan
tempat yang sangat baik bagi perkembangan nyamuk terutama
Anopheles. Sehingga, parasit yang menginfeksi melalui perantara
nyamuk, salah satunya Plasmodium, dapat lebih sering menginfeksi
manusia. Kaitannya dengan kasus ini, riwayat perjalanan Tn. Amir ke
Bangka kemungkinan besar merupakan tempat terjadinya infeksi
penyakit yang menyebabkan demam padanya. Dalam hal ini,
kemungkinan besar Tn. Amir terinfeksi malaria karena Bangka telah
ditetapkan sebagai daerah endemis malaria.
4
lain.
Remittent fever (febris remittens): suhu tubuh tiap hari turun naik tanpa
kembali ke normal. Gejala ini ditemukan pada penyakit purulent,
malaria.
Hectic fever (febris hectica): memiliki fluktuasi temperatur yang jauh
lebih besar daripada remittent fever, mencapai 2-4C. Hal ini ditandai
dengan menurunnya temperatur dengan cepat kenormal atau di bawah
normal, biasanya
bite-fever.
Undulant fever (febris undulans): ditandai dengan kenaikan suhu
tubuh secara berangsur yang diikuti dengan penurunan suhu tubuh
secara berangsur pula sampai normal. Gejala iniditemukan pada
penyakit bruselosis.
Irreguler fever (febris irregularis): ditandai dengan variasi diurnal
yang tidak teratur dalam selang waktu yang berbeda. Gejala ini
ditemukan
pada
demam
rematik,
disentri,
influenza,
sepsis,
terjadi
inisiasi
respon
dingin,
dimana
hipotalamus
dengan
tujuan
agar
produksi
panas
meningkat
dan
inflamasi,
vasokonstriksi,
penggumpalan
darah
10
darah merah, sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis.
f. Bagaimana mekanisme demam naik turun yang kembali normal?
Malaria sebagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium
mempnyai gejala utama ialah demam. Diduga terjadinya demam
berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit/skizon), atau
akhir-akhir
ini
dihubungkan
dengan
pengaruh
GPI
(glycosyl
Interpretasi
Mekanisme
Normal
Abnormal
-
Compos Mentis
mentis
Tekanan darah : 120/80mmHg
Normal
120/80mmHg
Nadi : 108x/menit 60-100x/menit
Sedikit
Peningkatan
suhu
takikardi
1C
akan
meningkatkan 10x
denyut nadi
Setiap
kenaikan
Normal
24x/menit
(dalam batas 1C
12
akan
atas)
meningkatkan 13%
Meningkat
konsumsi oksigen
Disebabkan
oleh
(demam)
pecahnya
skizon
darah yang
telah
matang
dan
masuknya merozoit
darah
ke
dalam
aliran darah
Tabel 1. Interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan fisik
4. Kepala : Sklera ikterik -/-, konjungtiva pucat +/+
Leher : Pembesaran KGB -/Thorak : Paru dan Jantung dbn
Abdomen : Lien teraba Schuffner 1, hear teraba 1 jari dibawah arcus costae
Ekstremitas : edema pretibial -/a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari pemeriksaan diatas?
Hasil Pemeriksaan
Interpretasi
Mekanisme
Abnormal
Kepala:
Sklera ikterik -/konjungtiva pucat +/+
Normal
Abnormal
P.
Falcifarum
menginfeksi
semua
stadium eritrosit
Destruksi eritrosit
Anemia
Leher:
Pembesaran KGB -/Normal
Thorak:
Paru dan Jantung dbn
Normal
Abdomen:
Lien teraba Schuffner Abnormal
P.
menginfeksi
falciparum
eritrosit
13
sel-sel radang
Hepar teraba 1 jari Abnormal
untuk
memfagositosis debris
eritrosit
hipertrofi
dan
untuk
memfagositosis debris
dari EP yang telah
ruptur
hepatomegali
Ekstremitas:
edema pretibial -/-
Normal
Normal (pria)
13-16 mg/dl
4.200.0000-
Interpretasi
Menurun
(Anemia)
Menurun
5.400.000/mm3
(Eritropenia)
Mekanisme
Anemia dan RBC yg
menurun
terjadi
karena
penghancuran
sel
14
eritrosit.
Penghancuran
sel
akan
menyebabkan
WBC
11.000/mm3
400010000/mm
Meningkat
terjadinya anemia.
Infeksi P.falciparum
Trombosit
150.000Normal
200.000/mm3
450.000/mm3
Tabel 3. Interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan laboratorium.
b. Bagaimana cara pemeriksaan DDR?
Untuk pemeriksaan mikroskopik rutin terhadap parasit malaria, apusan
darah tebal dan tipis dibuat sekaligus pada sebuah kaca objek. Apusan
darah tebal digunakan untuk pendeteksian parasit, sementara apusan darah
tipis digunakan untuk pengidentifikasian spesies parasit tersebut.
15
16
Dengan
memakai dua buah alat hitung: Tally manual, satu untuk menghitung
leukosit dan satu lagi untuk menghitung parasit, lakukan penghitungan
menurut salah satu dari kedua prosedur berikut:
i. Kalau ditemukan 10 atau lebih dari 10 parasit setelah penghitungan
200 leukosit, laporkan hasilnya sebagai jumlah parasit/200 leukosit di
ii.
formulir pelaporan;
Kalau ditemukan 9 atau kurang dari 9 parasit setelah perhitungan 200
leukosit, lanjutkan penghitungan hingga 500 leukosit, kemudian
laporkan sebagai jumlah parasit/500 leukosit.
Setelah melakukan prosedur i dan ii, jumlah parasit/l darah
- Densitas parasit
Apusan darah yang mengandung P. ovale dan P. vivax mungkin jumlah
parasitnya sedikit sehingga pemeriksaan mikroskopiknya lebih lama.
Namun, kedua spesies tersebut perlu dibedakan karena keduanya dapat
muncul kembali dalam darah tanpa adanya re-infeksi. Pasien terinfeksi P.
ovale atau P. vivax memerlukan pengobatan tambahan untuk membasmi
bentuk fase hepatik parasit-parasit ini.
Di dalam darah seorang pasien, mungkin saja terdapat lebih dari satu
spesies parasit malaria dalam waktu bersamaan. Jika hasil pemeriksaan
negatif, tulis tidak ditemukan parasit dalam laporan.
6. Analisis aspek klinis
a. Apa saja diagnosis banding?
Manifestasi klinis malaria sangat bervariasi dari gejala yang ringan
sampai berat, terutama dengan penyakit-penyakit di bawah ini.
1. Malaria tanpa komplikasi harus dapat dibedakan dengan penyakit
infeksi lain sebagai berikut.
a. Demam tifoid
Demam lebih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit perut
(diare,
obstipasi),
lidah
kotor, bradikardi
relatif,
roseola,
a. Infeksi otak
Penderita panas dengan riwayat nyeri kepala yang progresif,
hilangnya kesadaran, kaku kuduk, kejang dan gejala neurologis
lainnya. Pada penderita dapat dilakukan analisa cairan otak dan
imaging otak.
b. Stroke (gangguan serebrovaskuler)
Hilangnya atau terjadi gangguan kesadaran, gejala neurologik
lateralisasi (hemiparese atau hemiplegia), tanpa panas dan ada
penyakit yang mendasari (hipertensi, diabetes mellitus, dan lainlain).
c. Tifoid ensefalopati
Gejala demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran dan
tanda-tanda demam tifoid lainnya (khas adalah adanya gejala
abdominal, seperti nyeri perut dan diare). Didukung pemeriksaan
penunjang sesuai demam tifoid.
d. Hepatitis A
Prodromal hepatitis (demam, mual, nyeri pada hepar, muntah,
tidak bisa makan diikuti dengan timbulnya ikterus tanpa panas),
mata atau kulit kuning, dan urin seperti air teh. Kadar SGOT dan
SGPT meningkat > 5 kali tanpa gejala klinis atau meningkat > 3
kali dengan gejala klinis.
e. Leptospirosis berat/penyakit Weil
Demam dengan ikterus, nyeri pada betis, nyeri tulang, riwayat
pekerjaan
yang
menunjang
adanya
transmisi
leptospirosis
19
d)
ditemukan asites.
e) Ginjal: bisa ditemukan urin berwarna coklat kehitaman, oligouri
atau anuria.
f) Ekstermitas: akral teraba dingin merupakan tanda-tanda menuju
syok.
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan hapusan darah tebal dan tipis ditemukan parasit
Plasmodium.
b) Rapid Diagnostic Test untuk malaria (RDT).
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (Trias Malaria: panas
menggigil berkeringat), pemeriksaan fisik, dan ditemukannya parasit
plasmodium pada pemeriksaan mikroskopis hapusan darah tebal/tipis.
Klasifikasi
1. Malaria falsiparum, ditemukan Plasmodium falsiparum.
2. Malaria vivaks ditemukan Plasmodium vivax.
3. Malaria ovale, ditemukan Plasmodium ovale.
4. Malaria malariae, ditemukan Plasmodium malariae.
5. Malaria knowlesi, ditemukan Plasmodium knowlesi.
Diagnosis Banding
1. Demam Dengue
2. Demam Tifoid
3. Leptospirosis
4. Infeksi virus akut lainnya
c. Apa diagnosis kerja dan definisinya?
Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO)
adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium)
bentuk aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia yang ditularkan oleh
nyamuk malaria (Anopheles spp) betina.
d. Apa klasifikasi dari diagnosis kerja?
21
Plasmodium Plasmodium
falciparum
vivax
Plasmodium
ovale
Plasmodium
malariae
8 hari
9 hari
10-15 hari
40.000
10.000
15.000
15.000
60 mikron
45 mikron
70 mikron
55 mikron
48 jam
48 jam
50 jam
72 jam
Eritrosit
yang
dihinggapi
Muda dan
normosit
Retikulosit
dan
normosit
Retikulosit
dan
normosit
muda
Normosit
Pembesaran
eritrosit
++
Titik-titik
eritrosit
Maurer
Schuffner
Schuffner
(James)
Ziemann
Pigmen
Hitam
Kuning
tengguli
Tengguli tua
Tengguli
hitam
Jumlah
merozoit
eritrosit
8-24
12-18
8-10
10 hari
8-9 hari
12-14 hari
26-28 hari
Daur
praeritrosit
5,5 hari
Hipnozoit
Jumlah
merozoit
hati
Skizon hati
Daur
eritrosit
Daur dalam
nyamuk
pada 27oC
malaria
Sporozoit masuk ke peredaran darah dan setelah setengah jam sampai
satu jam, sporozoit masuk ke dalam sel hati dan menjadi trofozoit hati
lalu berkembang biak. Proses ini disebut skizogoni pra-eritrosit atau
eksoeritrositer primer.
Terjadi pembelahan berulang ulang inti parasite sehingga skizon
jaringan (skizon hati) membesar sampai berukuran 45 mikron.
Pembelahan inti juga disertai pembelahan sitoplasma sehingga
terbentuklah beribu ribu merozoit berinti satu dengan ukuran 1,0 1,8
mikron. Pada malaria falciparum, fase skizogoni jaringan terjadi
24
mencapai 1,3%.
Walaupun telah terjadi penurunan Annual Parasite Incidence (API)
secara nasional, di daerah dengan kasus malaria tinggi angka API masih
sangat tinggi dibandingkan angka nasional, sedangkan pada daerah dengan
25
kasus malaria yang rendah sering terjadi kejadian Luar Biasa (KLB)
sebagai akibat adanya kasus impor. Pada tahun 2011 jumlah kematian
malaria yang dilaporkan adalah 388 kasus.
Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010
adalah 0,6% dimana provinsi dengan API di atas angka rata-rata nasional
adalah Nusa Tenggara Barat, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Tengah,
Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sulawesi Tengah,
Gorontalo, dan Aceh. Tingkat prevalensi tertinggi ditemukan di wilayah
timur Indonesia, yaitu di Papua Barat (10,6%), Papua (10,1%) dan Nusa
Tenggara Timur (4,4%).
tidak muncul (tidak ada gejala klinis) meskipun parasit terus hidup di
dalam tubuhnya. Ini disebabkan adanya perubahan tingkat resistensi
manusia terhadap parasit malaria sebagai akibat tingginya frekuensi
kontak dengan parasit, bahkan di beberapa negara terjadinya kekebalan
ada yang diturunkan melalui mutasi genetik. Keadaan ini akan
mengakibatkan penderita carrier (pembawa penyakit) atau penderita
malaria tanpa gejala klinis (asymptomatic), setiap saat bisa menularkan
parasit kepada orang lain, sehingga kasus baru bahkan kejadian luar biasa
(KLB) malaria bisa terjadi pada waktu yang tidak terduga.
Plasmodium yang menjadi parasit pada manusia yaitu sub genera
Plasmodium terdiri dari spesies P. vivax, P. ovale, dan P. malariae. Sub
genera Laverinia terdiri dari spesies P. falciparum. Sedangkan dari sub
genera Vinckeria terdiri dari spesies P.reichenowi, P. schwetzi, dan P.
rhodaini tidak menjadi parasit pada manusia tapi pada mamalia lain. Di
Indonesia, spesies Plasmodium yang hidup pada manusia yang dominan
adalah P. falciparum dan P. vivax. Sedangkan P. ovale dan P. malariae
biasanya ditemukan di wilayah Indonesia bagian Timur.
28
a. Pencegahan Primer
Tindakan terhadap manusia
1. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus
diberikan kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di
daerah endemis. Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang
cara penularan malaria, risiko terkena malaria, dan yang terpenting
pengenalan tentang gejala dan tanda malaria, pengobatan malaria,
pengetahuan tentang upaya menghilangkan tempat perindukan.
2. Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini, dengan memberikan
penyuluhan pada masyarakat tentang cara pencegahan malaria.
3. Proteksi pribadi, seseorang seharusnya menghindari dari gigtan
nyamuk dengan menggunakan pakaian lengkap, tidur menggunakan
kelambu, memakai obat penolak nyamuk, dan menghindari untuk
mengunjungi lokasi yang rawan malaria.
4. Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah mulai
senja sampai subuh di saat nyamuk anopheles umumnya mengigit.
Kemoprofilaksis (Tindakan terhadap Plasmodium sp)
Walaupun upaya pencegahan gigitan nyamuk cukup
mengurangi
paparan
dengan
nyamuk,
namun
tidak
efektif
dapat
populasi
nyamuk
terjadi
secara
alami
tanpa
nematode
yang
mampu
memeberantas
serangga.
serangga
mengunakan
insektisida.
Dengan
Penilaian
derajat
penurunan
kesadaran
dilakukan
34
dikesampingkan
adanya
anemia
defisiensi
besi,
talasemia/hemoglobinopati lainnya.
Gagal ginjal akut (urin <400ml/24 jam pada orang dewasa atau
<1ml/kgbb/jam pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan
hipertermia.
Asidemia (pH <7.25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan
35
Penghancuran
sel duidi lien
dan hepar
Heaptomegali
Keluar antigen
malaria (GPI)
Respon sel imun
Splenomega
li
IL-3
IL-2
Merangsan
sel mast
Histamin
Rangsang
sel Th
PGE 2
Pengeluaran
IL-3
Rangsangan set
point hiptalamus
Sakit
kepala
Mual dan
muntah
vasokontrisik
Demam
Vasodilatasi
Menggigil
RR dan nadi
Berkeringat
36
Otot atas
Tidak
bisa bagian
makan
wajah,
lidah,
bubur dan biscuit
mandibula, laring
sendiri
Feeding
BB/TB
probelm
KEP
V. Sintesis Masalah
V.1. Malaria
V.1.1. Definisi Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki endemisitas tinggi.
Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah dua
peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua parasit penyebab malaria
pada manusia, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae. Pada tahun
1897 seorang Amerika bernama William H. Welch member nama parasit
penyebab malaria tertiana sebagai Plasmodium falciparum dan pada 1922
John William Watson Stephens menguraikan nama parasit malaria keempat,
yaitu Plasmodium ovale.
V.1.2. Agent Penyakit Malaria
Agent penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae,
danorder Coccidiidae. Ada empat jenis parasit malaria, yaitu:
1) Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana yang maligna
(ganas) atau dikenal dengan nama lain sebagai malaria tropika yang
menyebabkan demam set iap hari.
2) P. Vivax
Menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana benigna
(jinak).
3) P. Malariae
Menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae.
4) P. Ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik
Barat, menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria atau waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya
gejala klinis sekitar 7-14 hari untuk P. falciparum, 8-14 hari untukP. vivax dan
P. ovale, dan 7-30 hari untuk P. malariae. Masa inkubasi ini dapat memanjang
antara 8-10 bulan terutama pada beberapa strain P.vivax di daerah tropis. Pada
infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasi tergantung pada jumlah parasit
yang masuk dan biasanya singkat tetapi mungkin sampai 2 bulan. Dosis
37
pengobatan yang tidak adekuat seperti pemberian profilaksis yang tidak tepat
dapat menyebabkan memanjangnya masa inkubasi.
P. falciparum, salah satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis
yang paling berbahaya dibandingkan dengan jenis plasmodium lain yang
menginfeksi manusia, yaitu P. vivax, P.malariae, dan P. ovale. Saat ini, P.
falciparummerupakan salah satu spesies penyebab malaria yang paling banyak
diteliti. Hal tersebut karena spesies ini banyak menyebabkan angka kesakitan
dan kematian pada manusia.
V.1.3. Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit
infeksi pada umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan
lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama lain, dan
menentukan manifestasi klinis malaria yang bervariasi mulai dari yang paling
berat ,yaitu malaria dengan komplikasi gagal organ (malaria berat), malaria
ringan tanpa komplikasi, atau yang paling ringan, yaitu infeksi asimtomatik.
Tanda dan gejalaklinis malaria yang timbul bervariasi tergantung pada
berbagai hal antara lain usia penderita, cara transmisi, status kekebalan, jenis
plasmodium, infeksi tunggal atau campuran. Selain itu yang tidak kalah
penting adalah kebiasaan menggunakan obat anti malaria yang kurang
rasional yang dapat mendorong timbulnya resistensi. Berbagai faktor tersebut
dapat mengacaukan diagnosis malaria sehingga dapat disangka demam tifoid
atau hepatitis, terlebih untuk daerah yang dinyatakan bebas malaria atau yang
Annual Parasite Incidence nya rendah.
V.1.4. Gejala Malaria
Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan
demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode dimana
penderita bebas sama sekali dari demam.Gejala klinis malaria antara lain
sebagai berikut.
a) Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
b) Nafsu makan menurun.
c) Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
d) Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan
plasmodium Falciparum.
38
plasmodium
falciparum.
Hal
ini
disebabkan
oleh
adanya
paparan
dengan
41
nyamuk,
namun
tidak
dapat
adalah
pengendalian
serangga
44
45
Penjelasan
Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke
tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi
Demam hektik
hari.
Pada demam ini, suhu badan berangsur naik
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
Demam remiten
Demam intermiten
Demam Kontinyu
hari.
Pada
demam
ini,
terdapat
variasi
suhu
derajat
Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain
juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi.
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah put ih
(monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin,
mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan
mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1,
IL-6,
TNF-,
dan
vasodilatasi
pembuluh
darah
suhu
yang
ditandai
48
VI. Kesimpulan
Tn. Amir berusia 32 tahun, dengan riwayat bepergian ke Bangka satu bulan
yang lalu, mengalami malaria tanpa komplikasi et causa infeksi Plasmodium
falciparum.
49
Daftar Pustaka
Chairlan, Estu Lestari. 2011. Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorium
Kesehatan.Ed. 2. Jakarta: EGC.
Daulay, DAP. 2010. Malaria. Karya Tulis Ilmiah. Hal : 8
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008.
Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Hafiz, Moh Kamal. 2015. Gambaran Klinis Pasien Malaria Yang Dirawat di Bangsal
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan Tahun
2012-2013. Skripsi pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/44820 diakses pada 16 Agustus
2016).
Harijanto, P., N. 2006. Malaria. Dalam: Aru, W., B. Setiyohadi., I. Alwi., M.
Simadibrata., S. Setiadi (Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Halaman
1732-5). Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta Pusat, Indonesia
Husin, Hasan. 2007. Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Puskesmas
Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu.
Tesis
Program
Pascasarjana
Universitas
Dipenogoro
Semarang
50
51