Anda di halaman 1dari 14

TECHNIQUES OF PHACOEMULSIFICATION

Pendahuluan
Sejak pengenalan awal fakoemulsifikasi (fako), telah banyak teknik yang
menjelaskan

tentang

peningkatkan

efikasi

pengeluaran

nukleus

dengan

meminimalisir pengeluaran energi ultrasound dan kerusakan intraokular kolateral.


Walaupun perbedaan prosedur masing-masing sudah dijelaskan, namun masih ada
kemungkinan untuk mengkombinasikan langkah- langkahnya jika diperlukan.
Setiap teknik tersebut memilliki keuntungan dan kerugian, dan dokter bedah fako
yang kompeten seharusnya memilih atau menyesuaikan metode sesuai dengan
pasien dan kataraknya.
Bagian ini mendeskripsikan secara cermat mengenai teknik-teknik phaco
yang efisien dan aman untuk katarak yang paling sering ditemukan oleh
oftalmologis.
Aspek Umum
Mata orang Asia, khususnya ras oriental, umumnya memiliki apertura
palpebra yang sempit. Misalnya, mata yang kecil atau alis yang sangat tebal,
pendekatan temporal menyediakan akses yang baik, dengan meminimalisir
peningkatan tekanan orbital atau vitreus dengan pembukaan kuat spekulum
pelupuk mata (eye lid). Seringkali pupil berdilatasi lambat dengan midriatik
topikal, yang mungkin berhubungan dengan peningkatan pigmen pada mata
tersebut. Kami rasa berguna pada awal prosedur untuk melakukan parasentesis
pada 90 derajat dari insisi korneal temporal yang direncanakan dan
menginjeksikan larutan garam seimbang (Balanced Salt Solution; BSS) dengan
adrenalin (1:1.000.000) untuk meningkatkan midriasis.
Setelah insisi korneal temporal dan continuous curvilinear capsulorhexis
(CCC), kami melakukan hidrodiseksi pemotong kortikal (cortical cleaving
hydrodissection), kecuali terdapat kelemahan potensial atau defek dalam kapsul
posterior seperti katarak kutub posterior. Pada kasus ini, lebih baik dilakukan
hidrodelaminasi. Walaupun hal ini menyediakan kerangka epinukelar sebagai
bantalan kapsul posterior, dan kami tidak secara rutin melakukan hal ini, dan
diharapkan, bersamaan dengan penurunan penyedot terhadap fragmen nuklear

terakhir, biasanya cukup untuk menghindari ruptur kapsul posterior selama fako.
Memiliki kerangka epinuklear ekstra ini juga memperpanjang waktu pembedahan
yang dibutuhkan. Walapun fako dapat dilakukan hanya dengan probe fako pada
mata, kami menyarankan teknik bimanual, instrumentasi sekunder membantu
manipulasi fragmen nuklear dan menambah fleksibilitas teknik yang dilakukan.
Viskoelastik
Walaupun fako sudah diperkenalkan sebelum munculya agen viskoelastik,
namun dapat dibayangkan sekarang untuk melakukan fako tanpa agen tersebut.
Disamping mempertahankan ruang dalam mata, seperti saat kapsulorheksis dan
peletakan lensa intraokular, agen viskoelatik memiiki peran penting dalam
melindungi endotel kornea. Agen viskoelastik juga dapat berguna dalam
memindahkan fragmen lensa dalam mata dan tamponade cairan vitreus dalam
segmen posterior jika terjadi ruptur kapsul posterior.
Berdasarkan sifat viskositas dan elastiknya, agen ini secara luas
diklasifikasikan menjadi kelompok kohesif dan dispersif. Umumnya, viskoelastik
kohesif memiliki viskositas istirahat yang tinggi (zero shear) > 100.000 milipaskal
detik (mPas), sedangkan agen dispersif memiliki zero shear yang lebih rendah.
Perbedaan ini dikarenakan oleh perbedaan panjang rantai polimer integral dan
pelectrical charges didalamnya. Viskoelastik kohesif seperti Healon GV (AMO)
sangat efektif dalam mempertahankan ruang, tapi sangat cepat dihilangkan dengan
aspirasi, sebab volume yang diinjeksikan seluruhnya cenderung tetap terhubung
dalam satu bagian. Viskoelastik dispersif seerti Viscoat (Alcon)dan Vitrax
(AMO) melapisi struktur intraokular dengan baik dan tidak mudah dihilangkan
seluruhnya dari mata, selama, dalam keadaan high shear, agen ini cenderung
pecah menjadi bagian- bagian kecil.
Agen kohesif sangat berguna secara khusus, contohnya pada bilik mata
depan yang dangkal dan mudah dihilangkan pada akhir pembedahan, sedangkan
viskoelastik dispersif melapisi dan melindungi struktur intraokular seperti endotel
dengan baik. Fakta bahwa viskoelastik dispersif tidak mudah diaspirasi berarti
juga berguna dalam kasus adanya defek kapsul posterior sehingga bisa
menariknya kembali dan memisahkan viterus dengan struktur anterior, bahkan

jika prosedur intraokular seperti irigasi sedang berlangsung. Walaupun beberapa


viskoelastik dispersif akan menetap dalam mata setelah aspirasi irigasi terakhir,
beberapa studi telah menunjukkan sedikit kenaikan tekanan intraokular ketika
Viscoat (agen viskoelastik) masih berada di mata. Kemungkinan ini berhubungan
dengan adanya rantai hyaluronate pendek.
Dalam rangka memaksimalkan keuntungan kedua jenis viskoelastik,
Arshinoff mengajukan teknik soft shell nya. Setelah menginjeksikan sejumlah
kecil viskoelastik dispersif untuk mengisi bilik mata depan sebagian, kemudian
diinjeksikan agen kohesif, sehingga viskoelastik dispersif terdorong dan melapisi
endotel perifer, dengan meggunakan metode ini, maka akan terbentuk ruang yang
baik untuk kapsulorheksis dan walaupun komponen kohesif lebih mudah
diaspirasi selama fako, bagian dispersif tetap melindungi endotel. Walaupun hal
tersebut memerlukan harga yang lebih mahal, namun dapat berguna dalam kasuskasus tertentu seperti bilik mata depan yang dangkal dan endotel kornea yang
rentan.
Divide And Conquer
divide and conquer yang asli, seperti yang dijelaskan oleh Gimbel,
melibatkan pemahatan awal sebuah alur ditengah yang dalam (trench divide and
conquer; parit bagi dan taklukan) atau kawah (kawah bagi dan taklukan) dan
pembagian dua fragmen nuklear yang berdekatan. Pecahan yang berikutnya dibuat
dengan pemisahan ujung fako dan spatula sitodialisis, sebuah manuver yang
terkadang sulit dilakukan. Shepherd memodifikasi ini kedalam teknik yang
sekarang berhubungan dengan istilah divide and conquer, menganjurkan
pemahatan dua alur dalam yang tegak lurus satu sama lain yang membentuk
sebuah silang. Setelah ini, nukleus sudah dipisahkan menjadi kuadran- kuadran
dan kemudian masing- masing fragmen diemulsifikasi. Banyak peralatan berbeda
yang digunakan sebagai instrumentasi sekunder, diantaranya adalah spatula
sitodialisis

untuk

memodifikasi

pemotong/chopper).

Penggunaan

kait

lensa

pemotong

(yang
ini

dikenal

sebagai

menyediakan

pilihan

mengkombinasikan divide and conquer tradisional dengan metode chopping,


should phacoemulsifying fragmen nuklear terbukti sulit, tanpa perlu mengubah

instrumentasi selama prosedur. Gambar 1 menjelaskan langkah- langkah dasar


dalam metode ini.

Ketika dilakukan dengan baik, metode ini dapat diprediksikan dan relatif
dapat dimaafkan, dapat meng-ekstraksi katarak yang paling keras. Dikatakan
aman secara potensial, jika tidak ada intrumentasi yang perlu ditempatkan didekat
kapsul

lensa.

Bagaimanapun

divide-and-conquer

secara

umumnya

membutuhkan peningkatan durasi pembedahan dan energi ultrasound yang lebih


besar untuk memahat alur. Mungkin kurang sesuai untuk mengemulsifikasikan
katarak brunesens atau dimana endotel kornea yang sudah rentan. Tabel 1
menyediakan pengaturan anjuran untuk 3 mesin fako yang umumnya dilakukan
ketika menggunakan metode divide and conquer pada katarak rata- rata.
TABEL 1: PENGATURAN PARAMETER MESIN UNTUK SEBAGIAN BESAR KATARAK
Mesin
Alcon series 20000 legacy
AMO sovereign
Storz Millennium
Rata-rata aliran S: 20 cc/menit
20 cc/menit
N/A
aspirasi
Vacuum

NR: 32 cc/menit
S: 30 mmHg

28 cc/menit
40 mmHg

30 mmHg

U/S power

NR: 300 mmHg


S: 60%

260 mmHg
50%

220 mmHg
20%

Tinggi botol

NR: 40%
S: 90 cm

35%
50 cm

15%
110 cm

NR: 110 cm

70 cm (2 X 15 cm maksimal
ekstensi sampai 106 cm)

S: sculpting

NR: nucleus removal

LANGKAH- LANGKAH

1. Setelah CCC dengan pembukaan kapsul anterior seitar 5.5 mm,


hidrodiseksi dilakukan dan rotasi nuklear ditetapkan dengan menekan
nukleus dan menariknya ke proksimal pada satu sisi dengan kanula
hidrodiseksi.
2. Setelah mengeluarkan korteks yang mendasari, alur yang dalam dan lurus
dipahat, agak lebih pendek dibandingkan kapsulorheksis. Hal ini penting
untuk memahatnya dalam, khusunya pada tengah nukelus, dan untuk
membelokkan ujung secara progresif keatas mengarah pada akhir alur,
respecting kurvatura lensa alami. Ujung fako seharusnya tidak boleh
terendam dalam substansi lensa. Seharusnya tidak terdapat atau minimal
pergerakan nukleus bersamaan dengan aksi pemahatan keatas. Jika terjadi
semacam rocking, nukleus dapat menjadi sangat keras. Pilihan meliputi
peningkatan kekuatan fako atau pemahatan yang diperlahankan. Ini
diperlukan untuk memastikan bahwa infusion sleeve tidak mengenai dan
menarik bagian superfisial dari alur, jika terjadi, alur harus dilebarkan.
3. Lensa dirotasikan 900 dan alur lain dipahat dulu secara tegak lurus, lalu
pisahkan menjadi dua bagian.
4. Selanjutnya rotasikan lensa 900 dan bagian proksimal dari alur yang
pertama diperdalam.
5. Langkah 2 dan 3 diulang terus menerus hingga hanya sedikit epinukeus
yang tertinggal di dasar masing- masing alur. Umumnya, refleks merah
menjadi lebih jelas pada alur pada stadium ini.
6. Probe fako dan intrumentasi sekunder kemudian dimasukan ke kedalaman
alur hanya diatas dasar, dan fragmen nuklear dipisahkan dengan
memindahkan instrumentasi kearah yang sebaliknya.
7. Setelah memutar 900, langkah 5 diulang hingga didapatkan 4 kuadran yang
terpisah.
8. Dengan peningkatan vacuum, probe fako dibenamkan hingga segmen
distal dengan sejumlah kecil energi fako. Sementara dalam posisi 2 kaki
(hanya vacuum), segmen percontohan/ sequential diambil kedalam bagian
tengah bidang iris dan kemudian diemulsifikasi. Penggunaan energi
ultrasound yang berdenyut meningkatkan followability fragmen dan
meminimalisir penggunaan energi.
Hal Penting

1. Aspek yang paling krusial dalam metode ini, dengan semua metode yang
melibatkan pemahatan dan pemecahan, adalah kedalaman alur. Alur yang
tidak cukup dalam menyebabkan kegagalan pemecahan (cracking),
tersedia instrumen yang telah dimasukkan sedalam yang diinginkan. Ingat
bahwa lensa memiliki bagian yang paling tebal dibagian tengahnya, oleh
karena itu alur harus paling dalam pada titik ini.
2. Mendapatkan kedalaman yang cukup dibantu dengan pelebaran alur dalam
nukleus yang keras (untuk mengindari catching the infusion sleeve pada
sisi alur) dan dengan membelokkan nukleus 1800 dan pemahatan dari sisi
lain (karena area paling sulit untuk dipahat adalah bagian yang berada
langsung dibawah insisi utama). Dalam divide and conquer, dengan rotasi
dan pemahatan yang dicontohnya/ sequential, mungkin selama 2 atau 3
putaran nukleus, kedalaman yang cukup dapat terjamin dan ekstraksi
nukleus selembut atau sekeras apapun dapat dijamin.
3. Pemahatan seharusnya diinisiasi dengan pembelokan ujung ke bawah
dengan susah payah sehingga alur proksimal juga mendapatkan kedalaman
yang baik. Dimana nukelus tidak terlau keras, segmen dapat secara
lengkap dipecahkan/ crecked tanpa melakukan rotasi 1800 dan pemahatan
dari

arah

yang

berlawanan,

demikian

meminimalisir

manipulasi

intraokular.
4. Ketika memulai alur yang kedua, gunakan pupil sebagai patokan
mementukan tengah/ pusat nukleus, dibandingkan alur yang pertama.
Bagian proksimal alur yang pertama biasanya dangkal dan tidak jelas,
sehingga percobaan untuk membagi dua alur dibandingkan pupil
menghasilkan persilangan/ cross yang berat sebelah dan kuadran yang
tidak rata. Penggunaan pupil sebagai patokan kelihatannya as if one is
sculpting a V, hingga yang satu memperdalam bagian proksimal alur
yang pertama.
5. Dengan nukleus yang keras, kuadran mungkin menjadi seperti gergaji
bersamaan setelah pemecahan. Penarikan fragmen ke tengah difasilitasi
dengan penggunaan instrumentasi sekunder untuk menempatkan fragmen
ke lateral, sementara ujung fako ditarik ke fragmen yang berdekatan.
Daripada menarik lurus kearah tengah pengangkatan sedikit ujung fako
juga membantu. Alternatifnya, instrumentasi sekunder dapat berguna
6

untuk

mengangkat

pusat

sebuah

kuadran,

apeks

yang

tajam,

menempatkannya keatas. Ujung fako kemudian dibelokkan ke titik


posterior fragmen nuklear, yang ditarik kearah tengah.
6. Selalu meyakinkan pemisahan lengkap fragmen-fragmen sebelum
percobaan menariknya keluar melalui pusat/tengah. Sebaliknya, percobaan
yang gagal berulang akan terjadi, menyebabkannya dalam sebuah
mangkuk nuklear.
7. Umumnya, divide and conquer merupakan teknik yang baik untuk
kembali ketika menemukan masalah. Contohnya, jika ketika pemotongan
yang diulang terjadi kehilangan pegangan segmen atau tidak stabil untuk
memisahkan segmen, makan dilakukan saja perubahan balik ke sculpting
pre set on the phaco dan memulai pemahatan dalam area yang
dinyamankan dimana sumbatan awal terjadi. Pada nukleus yang lunak,
hanya bisa memecahkan nukleus menjadi dua segmen membuat prosedur
lebih mudah dibandingkan mencoba menggulung dan melipatnya.
PEMOTONG FAKO HORIZONTAL DAN VERTIKAL
Dalam pergeseran dari penggunaan pemahatan dalam pemisahan nukleus,
Nagahara menganjurkan memakai tenaga/ gaya mekanik dengan sebuah
instrumentasi sekunder dalam konjungsi dengan probe fako untuk memisahkan
fragmen nuklear. Banyak instrumen berbeda telah didesain untuk tujuan ini,
namun semuanya memodifikasi kait lensa, utamanya. Beberapa memiliki ujung
yang bulat (pemotong Nagahara, pemotong Seibel), sementara yang lain lebih
tajam dan tipis (nucleus splitter). Pencapaian pegangan fragmen nuklear yang baik
dapat difasilitasi menggunakan ujung fako dengan mengurangi alat pengukur
sudut/ siku-siku (bevel), walaupun standar ujung 300 umumnya juga
memperbolehkan hal ini tercapai dengan mudah. Menarik infus server 1-2 mm
lebih lanjut daripada biasanya memperbolehkan ujung terbenam lebih dalam
dalam substansi nuklear.
Teknik pemotongan memperbolehkan pengurangan dalam penggunaan
energi ultrasound selama fako dan memperpendek durasi pembedahan.
Bagaimanapun, pemotongan horizontal melibatkan penempatan instrumentasi
sekunder dibawah kapsul anterior dengan resiko berikut dari rhexis atau

perobekan kapsul posterior. Adakalanya, pemotong dikira diposisikan dengan baik


ketika sebenarnya terletak diatas kapsul lensa menyebabkan ketidak hati-hatian
perobekan kapsul anterior. Ketika digunakan secara ekslusif tanpa pemahatan,
pelepasan fragmen dapat menjadi sulit karena kurangnya ruang dalam bilik mata
depan.
Dalam istilah umum, pemotongan dapat dilakukan secara horizontal atau
vertikal. Keperluan sebelumnya dalam metode ini adalah sebuah pegangan yang
kuat pada fragmen nukleus dengan ujung fako yang ditembakkan dengan
pengaturan vakum yag tinggi. Dalam pemotong horizontal, instrumen dengan
ujung tumpul seperti pemotong Nagahara dibelokkan sedemikian rupa sehingga
ujungnya horizontal. Kemudian dimasukkan dibawah rhexis ke perifer/ equator
nukleus. Setelah mengembalikan ujungnya kembali ke posisi vertikal, instrumen
dirotasikan dengan titik tumpu kira-kira pada letak parasentesis kornea
sedemikian ujungnya ditarik melalui probe fako, sehingga menghasilkan fragmen
nuklear. Sesaat sebelum menyentuh ujung, kedua instrumen ditarik pada arah
yang berlawanan dan menghasilkan fragmen yang terpisah.
Pemotong vertikal muncul dengan realisasi bahwa skoring nukleus
seringkali tidak membutuhkan pemisahan fragmen nuklear. Walapun mirip dalam
beberapa langkah terhadap pemecahan nuclear rim Gimbel, penggunaan
pemotong daripada spatula sitodialisis meningkatkan efikasi fragmentasi nuklear
dan memperbolehkan peotongan pada nuklear yang lebih keras dengan lebih
sedikit pemahatan.
Dalam vertical chop, instrumentasi sekunder yang digunakan memiliki
ujung yang lebih tajam dan tipis umumnya. Setelah menusuk sebuah fragmen
besar dengan probe fako, ujung dari instrumentasi sekunder ditekan secara
vertikal kebawah beberapa milimeter didepan dan diatas ujung fako,
menempelkannya kedalam substansi dalam fragmen. Kedua instrumen kemudian
dipisahkan dalam tiga dimensi. Misalnya, bagi operator tangan kanan, probe fako
didorong keatas, kemudian secara lateral kekanan dan ke depan, sementara
instrumentasi sekunder secara simultan didorong

kebawah kemudian ditarik

secara lateral dalam arah yang berlawanan. Menggunakan metode ini

menyingkirkan kebutuhan untuk menempatkan berbagai objek didekat kapsul


lensa, karena semuanya yang dilakukan dalam batas- batas rhexis.
Banyak variasi dalam pemotongan dan kombinasinya dengan metode pemahatan
sudah diperkenalkan. Yang paling sering dilakukan akan dijelaskan dibawah. Tabel 2
menyediakan pengaturan yang dianjurkan untuk 3 fako yang biasa dilakukan ketika
menggunakan metode pemotongan pada katarak yang rata- rata.
TABEL 2: PENGATURAN PARAMETER MESIN UNTUK SEBAGIAN BESAR KATARAK
Mesin
Alcon series 20000 legacy
AMO sovereign
Storz Millennium
Rata-rata aliran 30 cc/menit
28 cc/menit
N/A
aspirasi
Vacuum
U/S power
Tinggi botol

300 mmHg
40%
110 cm

260 mmHg
35%
76 cm (2 X 15 cm
maksimal

250 mmHg
15%
110 cm

ekstensi

sampai 106 cm)

N/A: not applicable


PEMOTONG FAKO ASLI (NAGAHARA)
1. Setelah membuang korteks dan epinukleus yang mendasari, ujung fako (0150) dibenamkan kedalam nukleus dengan ledakan pendek ultrasound dan
vakum tinggi sebagai pemimpin jika memungkinkan. Pengangan diperlihara
dengan mempertahankan pedal pada kaki posisi 2.
2. Pemotong dilewatkan dibawah tepi kapsul anterior secara distal, sekitar garis
tengah nukleus.
3. Pemotong ditarik melewati ujung fako.
4. Sesaat sebelum kontak, pemotong ditarik secara lateral ke arah kiri,
sementara ujung fako di dorong kearah kanan, menghasilkan sebuah pecahan
yang menghasilkan 2 heminukleus.
5. Setelah pemutaran heminukleus kira- kira 300, salah satu heminukleus ditusuk
lagi dan dipotong dengan cara serupa dan menghasilkan segmen yang
berbentuk pie.
6. Fragmen dikembalikan ke tengah bantalan kapsular dan diemulsifikasikan.
7. Langkah 5 dan 6 diulang hingga nukleus sepenuhnya disingkirkan.
Gambar 2 menjelaskan lagkah dalam pemotong fako.

STOP AND CHOP (KOCH)


Ini adalah teknik yang sangat berguna diaplikasikan pada sebagian
katarak, berkisar dari katarak dengan sklerosis nuklear dengan kepadatan/
densitas sedang hingga kasus katarak brunesens. Palung pusat awal
menciptakan ruang untuk manuver fragmen lensa, yang khususnya penting
dalam nukleus yang keras dan besar dengan fragmen seperti gergaji. Ini juga
sebagai bypass pemotong pertama dalam pemotong fako tradisional, yang
terkadang terbukti sulit.
1. Sebuah alur (groover) pusat dipahat.
2. Kedua heminukleus kemudian dipecahkan secperti teknik divide and conquer
3. Setelah rotasi 300, probe fako kemudian dibenamkan kedalam sebuah
heminukleus dan dilakukan pemotong horizontal seperti yang telah
dijelaskan diatas, memecahkan sepertiga dari separuh nukleus.
4. Ini kemudian ditarik melalui center dan diemulsifikasi.
5. Langkah 3 dan 4 diulang hingga nukleus diemulsfiikasikan.
Gambar 3 menjelaskan lagkah pokok dalam metode stop and chop

10

Hal Penting
1. Pegangan fragmen awal yang baik itu merupakan hal pokok. Setelah mencapai
hal ini, akan sangat mudah untuk mengeluarkan/ dislodge fragmen dari ujung fako
sementara memposisikan instrumentasi sekunder. Jika melakukan chop horizontal,
salah satunya harus berusaha untuk memasang (strive to slip) instrumentasi
sekunder melewati nukleus ke perifer. Dengan chop vertical, menempelkan
(embedding) instrumentasi harus dilakukan dengan elemen vertikal dari
pemotong, mengarahkan kearah ujung fako. Beberapa studi menganjurkan
memposisikan pemotong sebelum menembakkan nukleus dengan ujung fako
dalam horizontal chop.
2. Selama penilaian horizontal dari nukleus, ujung instrumentasi sekunder
seharusnya ditarik secara langsung melewati probe fako untuk menghindari
pemutaran (twisting) mendadak dari fragmen nuklear.
3. Metode ini seharusnya tidak digunakan untuk nukleus yang lunak/soft, yang
mana menyediakan pegangan yang buruk dan resistensi yang sedikit terhadap
manuver pemotongan.
4. Umumnya, manuver vertikal chop dianggap lebih aman dan lebih disukai
daripada horizontal chop.
5. Nukleus yang lebih keras seharusnya dipotong menjadi segmen berbentuk
baji/wedge yang lebih kecil.

11

6. Ketika metode pemotong fako murni tanpa pemahatan dicoba, titik awal
masuknya ujung fako kedalam nukleus harus setinggi mungkin. Lanjutnya, ujung
fako seharunya berakhir dengan dalam dan secara sentral dalam nukleus lebih
dulu dibandingkan pemotong awal.
PENANGANAN EPINUKLEUS
Ketika hidrodelaminasi tidak dilakukan, epinukleus sering disingkirkan
bersamaan dengan bagian terbesar nukleus. Bagaimanapun, jika ini tetap menetap,
penyingkirannya kadang-kadang dapat dipersulit. Pada keadaan seperti ini,
beberapa operator memilih untuk menggunakan probe irigasi/aspirasi (I/A) dalam
usaha untuk menghindari ruptur kapsul posterior. Hal ini bisa sangat memakan
waktu. Kecuali kalau keseluruhan perifer telah dilepaskan dari bantalan kapsular,
pegangan seringkali lepas dan sisa epinuklear cenderung jatuh kembali.
Manuver penting dalam penyingkiran epinuklear adalah membaliknya 1800.
1. Rima/pinggiran distal epinuklear (paling jauh dari insisi utama)
diikutsertakan dengan ujung fako dan dipangkas/trimmed dengan
mengaplikasikan vakum yang ditingkatkan dengan kemungkinan kecil
energi ultrasound
2. Pinggiran epinuklear yang berdekatan diaspirasi dan dirotasikan sehingga
sekarang berlawanan langsung dengan insisi utama. Ini juga dipangkas
3. Langkah 1 dan 2 diulang hingga pinggiran epinuklear disingkirkan dalam
3 kuadran.
4. Bagian kecil terakhir dari epinuklear kemudian dilibatkan dan ditarik
ditengahnya, saat ini tanpa berusaha untuk memangkasnya. Secara
simultan, instrumentasi kedua menyapu epinukleus proksimal berakhir di
kapsul posterior jauh dari insisi korneal utama. Ini akan melipat/ flips
lempeng epinuklear dan keluar dari bantalan kapsular, dimana kemudian
diaspirasi.
Harus diperhatikan, khusunya ketika menggunakan instrumen tajam.
Contohnya elemen vertikal dari pemotong harus dibelokkan secara horizontal
sebelum melakukan manuver. Manuver penyapuan/sweeping ini dengan
instrumentasi sekunder seharusnya tidak dilakukan terlalu dekat dengan ujung

12

fako, karena hal ini akan mengeluarkan (dislodge) dan mendorong epiukleaus
menjauh.
Adakalanya, usaha berulang untuk melibatkan jatuhnya pinggiran
epinukleus dan satu yang tersisa dengan sebuah lempeng epinuklear tanpa
pinggiran/rim apapun didalamnya. Sebagai usaha terakhir, viskoelastik dapat
diijeksikan dibelakang lempeng. Sebuah probe irigasi/aspirasi dapat kemudian
dimasukkan dibagian posterior lempeng untuk melengkapi prosedur.
SIMPULAN
Berbagai metode sekarang mungkin dilakukan bagi oftalmologis untuk
menyingkirkan katarak menggunakan fako. Walaupun beberapa teknik seperti
pemotong fako dapat lebih sulit untuk dilakukan, kewaspadaan terhadap
masalah dan perhatian akan membantu secara dignifikan dan mengurangi
kecuraman dalam kurva pembelajaran. Keterampilan penting dalam pemilihan
teknik dalam rangka menangani berbagi range katarak yang ditemukan dalam
praktik sehari- hari. Masing-masing ahli bedah mungkin akan memodifikasi
atau mengkombinasikan teknik yang dijelaskan diatas, dan hal ini kedepannya
dapat menghasilkan cara yang lebih efisien cepat dan lebih mudah dipelajari
untuk menyingirkan lensa katarak dengan fako.

REFERENSI
1. Fine IH. Cortical cleaving hydrodissection. J Cataract Refract Surg
2000;26:943-4
2. Burke S, Sugar J, Farber MD. Comparison of the effects of two
viscoelastic agents, Healon and Viscoat, on postoperative intraocuar
pressure after penetrating keratoplasty. Ophthalmic Surg 1997;21:821-6
3. Arshinoff SA. Dispersive-cohesive viscoelastic soft shell technique. J
Cataract Refract Surg 1999;25:167-73

13

4. Gimbel HV. Devide and conquer nucleofractis phacoemulsification:


Development and variation. J Cataract Refract Surg 1991;17:281-91
5. Stepherd JR. In situ fracture. J Cataract Refract Surg 1990;16:436-40
6. Jonshon SH. Split and lift: Nuclear quadrant management for
phacoemulsification. J Cataract Refract Surg 1993;3:420-4
7. Nagahara K. Phaco-chop technique eliminates central sculpting and allows
faster, safer phaco. Ocular Surgery News 1993;4:12-3
8. DeBry P, Olson RJ, Crandall AS. Comparison of energy required for
phaco-chop and devide and conquer phacoemulsification. J Cataract
Refract Surg 1998;24:689-92
9. Koch PS. Technique and instruments for cataract surgery. Curr Opin
Ophthalmol 1994;5:33-9

14

Anda mungkin juga menyukai