Anda di halaman 1dari 5

A.

Penentuan Volume Piknometer dan Larutan


Pertama, disiapkan piknometer, tissue atau kertas isap dan aqua dm. Piknometer dibersihkan
dan dikeringkan terlebih dahulu. Piknometer yang akan digunakan harus benar-benar bersih
dan
kering, serta tidak boleh langsung terkena oleh tangan, sehingga piknometer harus dipegang
menggunakan tisuue atau kertas isap. Setelah piknometer bersih dan kering, massa
piknometer yang
kosong ditimbang.
Setelah itu, piknometer diisi dengan air sampai penuh. Dan ketika tutup piknometer
dimasukkan, tutup piknometer jangan ditekan dan dibiarkan jatuh dan menutupi piknometer.
Dengan hati-hati dan tetap memegang piknometer dengan menggunakan tissue atau kertas
isap.
Piknometer yang berisi air tersebut ditimbang dan dicatat massanya. Dilakukan pengerjaan
yang
sama dengan larutan metanol, klroform dan toluena. Suhu pada saat pengerjaan juga harus
dicatat.
B. Diagram Terner Sistem Zat Cair Tiga Komponen
Pada percobaan ini, digunakan labu Erlenmeyer yang bersih, kering dan tertutup. Untuk
memastikan setiap labu Erlenmeyer bersih dan kering dari air, maka labu Erlenmeyer dibilas
terlebih dahulu dengan sedikit aseton, sedangkan untuk penutupnya, digunakan aluminium
foil. Ke
dalam Erlenmeyer yang bersih, kering dimasukkan campuran larutan A dan C dengan
komposisi
sebagai berikut:
Larutan A merupakan metanol, sedangkan larutan C merupakan toluena atau kloroform
(dipilih
salah satu). Semua larutan yang diisi, pengukurannya dapat menggunakan buret atau pipet
volume.
Setelah labu Erlenmeyer berisi masing-masing campuran, maka tiap labu Erlenmeyer harus
ditutup
dengan aluminium foil.
Selanjutnya tiap campuran dalam labu 1 sampai 9 dititrasi dengan menggunakan larutan B,
dalam percobaan ini adalah air sampai tepat timbul keruh. Volume air yang digunakan untuk
titrasi dicatat. Titrasi dilakukan dengan perlahan-lahan. Pada percobaan ini, suhu awal dan
akhir percobaan juga dicatat.

Pada percobaan ini dilakukan percobaan mengenai diagram terner sistem zat
cairtiga komponen dengan metode titrasi. Dalam percobaan ini cairan yang
dipergunakan adalah kloroform, aquadest, dan asam asetat glasial. Prinsip
percobaan ini adalah like dissolve like, yaitu suatu senyawa terlarut sempurna
pada pelarut yang kepolarannya cenderung sama, misalnya senyawa polar
terlarut pada pelarut polar ataupun sebaliknya.

Perlakuan sebelum percobaan adalah Peralatan yang digunakan harus dicuci


terlebih dahulu, kemudian dibilas dengan akuades, dan dibilas dengan methanol,
karena dengan pembilasan menggunakan methanol ini, maka alat tersebut akan cepat
mongering akibat metanol yang mudah menguap dan menguapkan pengotor yang ada
pada alat itu. Serta harus kering agar volume larutan yang digunakan tidak terganggu
oleh larutan lain yang ada pada alat.
Perlakuan pertama, Massa jenis dari tiap larutan yakni metanol,
toluene,

kloroform,

aseton

dan

akuades

wajib

diketahui

supaya

memudahkan kita mencari mol masing-masing dan menghitung fraksi


molnya. Fraksi mol ini yang akan menjadi patokan dalam pembuatan
diagram fasa sistem terner.
Alat yang digunakan untuk mengukur massa jenis adalah piknometer.
Piknometer

yang

digunakan

harus

dalam

keadaan

kering,

karena

piknometer ini memiliki volume tertentu sehingga bila tidak kering, maka
larutan atau cairan dalam piknometer tersebut bukan cairan murni dan
pada saat menuangkan cairan itu ke piknometer, harus sampai penuh dan
pada kapiler dalam tutupnya harus terpenuhi cairan itu juga (cairannya
masuk

ke

kapiler),

tidak

boleh

ada

gelembung,

karena

dapat

mempengaruhi volume larutan atau cairan dalam piknometer, dimana


pengukuran massa jenis (BJ) ini sangat dipengaruhi oleh volume dan
berat. Selain itu, pada saat penimbangan piknometer kosong, harus
kering, agar berat yang diperoleh pada penimbangan tidak terganggu
oleh berat larutan atau pengotor lainnya, sehingga akan didapat massa
piknometer dan larutan dengan hasil sebenarnya.

Perlakuan kedua, digunakan empat jenis larutan dengan sifat-sifat


yang berbeda, yaitu : metanol, toluene, kloroform, aseton. Pada setiap larutan
yang digunakan pada praktikum ini, harus selalu menggunakan wadah bertutup, bila
menggunakan gelas kimia saja, maka harus ditutup dengan aluminium foil, karena
larutan organik yang digunakan (metanol, toluene, kloroform, aseton) mudah menguap
atau volatil, sehingga apabila tidak ditutup, maka akan menguap dan akan
mempengaruhi pada volumenya.
Pada percobaan sistem ke-1, pencampuran dilakukan pada air dan
methanol,

keduanya

bersifat

polar

sehingga

ketika

dicampurkan

membentuk satu fasa. Tetapi, ketika dititrasi dengan toluene, terjadi dua
fasa, sebab toluen bersifat nonpolar dan massa jenisnya lebih kecil
daripada air dan methanol, sehingga air berada di bagian bawah. Titrasi
dilakukan sebanyak 9 kali pengulangan dengan perbandingan volume
akuades dan metanol y a n g b e r b e d a - b e d a . Ke c e p a t a n ke k e r u h a n
yang timbul pada labu tidak bertahap sesuai d e n g a n k a d a r a i r
y a n g t e r k a n d u n g p a d a masing-masing labu. Sehingga dapat
dilihat bahwa semakin besar volume air, maka semakin sedikit volume
methanol, maka keadaan dua fasa semakin cepat tercapai.
Pada sistem ke-2, seperti pada sistem pertama, campuran air dan
methanol membentuk satu fasa, sedangkan ketika dititrasi dengan
kloroform, akan terbentuk dua fasa, karena kloroform bersifat nonpolar.
Titrasi dilakukan sebanyak 9 kali pengulangan dengan perbandingan
volume akuades dan metanol y a n g

berbeda-beda.

Ke c e p a t a n

ke k e r u h a n yang timbul pada labu tidak bertahap sesuai d e n g a n


kadar

air

yang

terkandung

p a d a masing-masing

labu.

Sehingga dapat dilihat bahwa volume kloroform yang didapat akan


berkurang bila volume air besar dan methanol kecil sehingga keadaan dua
fasa semakin mudah tercapai.
Pada sistem ke-3, ketika pencampuran toluene dengan aseton
langsung terjadi dua fasa, karena perbedaan kepolaran, toluene bersifat
nonpolar dan aseton bersifat polar, dan ketika ditambahkan air terjadi
sedikit keruh. Titik a k h i r

t i t r a s i

t e l a h

t e r c a p a i

d e n g a n t e r b e n t u k n y a
y a n g menandakan

telah

campuran

larutan

dari

l a r u t a n

terpisahnya

k e r u h

komponen-k o m p o n e n

t i g a ko m p o n e n

menjadi

dua

ko m p o n e n l a r u t a n terner terkonjugasi. Titrasi dilakukan sebanyak 9


kali pengulangan dengan perbandingan volume toluen dan aseton y a n g
b e r b e d a - b e d a . Ke c e p a t a n ke k e r u h a n yang timbul pada labu
tidak bertahap sesuai d e n g a n k a d a r a i r y a n g t e r k a n d u n g
p a d a masing-masing labu. Sehingga dapat dilihat bahwa Semakin
besar volume toluene, maka volume titran yang digunakan (air) semakin
kecil.
Semua penambahan larutan menggunakan buret, karena dengan menggunakan
buret, volue yang terukur akan teliti dan akurat sehingga dapat meminimalisir
kesalahan. Dan buret ini pada bagian mulut atasnya harus ditutup aluminium foil, agar
larutan yang di dalamnya tidak menguap sehingga menyebabkan volume yang terukur
bukan yang sebenarnya.
Buret yang digunakan dalam titrasi ataupun penambahan larutan setelah dicuci
dan dibilas akuades, harus dibilas lagi dengan menggunakan larutan yang akan diukur
atau titrannya, karena dengan pembilasan ini maka apabila terdapat larutan yang
tertinggal, larutan tersebut adalah sama, larutan yang akan diukur atau titran,
sehingga tidak akan ada reaksi lain yang terjadi dan tidak akan ada pengaruh yang
mengganggu pencampuran maupun volume yang diukur.
Selain semua peralatan yang harus tertutup, titrasi pun harus dilakukan dengan
cepat, karena larutan yang bersifat muddah menguap, apabila larutannya menguap,
jumlah volume titran akan berlebih dan titik ekivalen pun akan sulit teramati (sulit
untuk melihat kelarutannya, perubahan dari tidak berwarna menjadi dua fasa).
Diagram terner dibuat dengan memperhatikan nilai persen fraksi mol
dari zat yang dicampurkan, fraksi mol ini berkaitan dengan volume dan
massa jenis zat tersebut, sehingga penentuan massa jenis dilakukan
terhadap zat-zat campuran tersebut. Diagram ini menunjukkan kurva
kelarutan suatu cairan yang terdapat pada dua cairan tertentu.

Pada praktikum ini, terjadi beberapa kesalahan, diantaranya larutan


kloroform yang tercampur dengan toluene, sehingga BJ yang didapat
dikhawatirkan bukan BJ yang sebenarnya atau memiliki % kesalahan.
Pada saat pencampuran atau titrasi, terjadi kekeruhan karena larutan
tiga komponen yang homogeny pecah menjadi dua larutan terner
terkonjugasi akibat perbedaan kepolaran, massa jenis, dan komposisi
sistem, pada diagram terner, komposisi sistem saat jernih menjadi keruh
ditunjukkan dengan titik lengkungan.

Anda mungkin juga menyukai