PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abon adalah salah satu produk olahan daging yang di suwir-suwir dengan
berbentuk serabut atau di pisahkan dari seratnya. Abon sebenarnya merupakan produk
daging awet yang sudah lama di kenal masyarakat. Abon merupakan makanan ringan
yang sangat terkenal di Indonesia. Abon merupakan salah satu makanan tradisional
yang sudah menjadi pilihan saat disandingkan dengan makanan berat. Banyak
masyarakat yang menjadikan abon menjadi pelengkap lauk saat memakan nasi atau
roti. Karaketeristik abon yang mudah untuk dibawa, dan banyak rasanya menjadi
pilihan untuk oleh-oleh untuk keluarga atau kerabat. Abon dibuat dari daging yang di
olah sedemikian rupa sehingga memiliki karakteristik kering, renyah dan gurih. Pada
umumnya daging yang digunakan dalam pembuatan abon yaitu daging sapi atau
kerbau. Bahan yang berasal dari ayam dan sapi, kemudian diolah menggunakan
bumbu pilihan menjadikan banyak orang yang ingin berwirausaha dari makanan
olahan ini. Selain karena mudah pembuatannya, abon juga dijadikan sebagai bahan
meningkatkan rasa dan penampilan kue. Dalam pengolahannyapun juga ditentukan
dengan beberapa syarat dari standar yang sudah ditentukan. Beberapa nilai yang harus
dipenuhi adalah kadar air, abu, lemak, protein, gula, cemaran logam dan cemaran
mikroorganisme. Semakin tinggi harga abon, kualitas abon semakin baik, dimana
bahan tambahan yang digunakan sebagai pencampur, semakin sedikit atau tidak ada
sama sekali.
Abon merupakan salah satu produk yang mempunyai SNI dengan nomor 013707-1995. Dari nomor SNI tersebut abon memiliki arti suatu jenis makanan kering
berbentuk khas yang dibuat dari daging yang direbus dan disayat-sayat, diberi bumbu,
digoreng kemudian dipres. Pada prinsipnya abon merupakan suatu proses
pengawetan, yaitu kombinasi antara perebusan dan penggorengan dengan
menambahkan bumbu-bumbu. Produk yang dihasilkan mempunyai tekstur, aroma
dan rasa yang khas. Selain itu, proses pembuatan abon merupakan proses
pengurangan kadar air dalam bahan daging yang bertujuan untuk memperpanjang
proses penyerapan. Hal itu membuat kami ingin mengetahui proses dari pembuatan
abon salahsatu produsen abon di kota Surakarta, yaitu PS MAS.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi higiene dan sanitasi perusahaan abon sapi PS Mas ?
2. Apakah sudah ada sertifikasi Jaminan Produk Halal (JPH) MUI ?
3. Apakah sudah ada sertifikasi NKV ( Nomor Kontrol Veteriner ) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi higiene dan sanitasi perusahaan abon sapi
PS Mas.
2. Untuk mengetahui apakah sudah ada sertifikasi Jaminan Produk Halal MUI.
3. Untuk mengetahui apakah sudah ada sertifikasi NKV (Nomor Kontrol Veteriner).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Abon
Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi,
kerbau, ikan laut) yang disuwir-suwir dengan berbentuk serabut atau dipisahkan dari
seratnya. Kemudian ditambahkan dengan bumbu-bumbu selanjutnya digoreng. Dalam
SNI 01-3707-1995 disebutkan abon adalah suatu jenis makanan kering berbentuk
khas, dibuat dari daging, direbus disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres.
Abon sebenarnya merupakan produk daging awet yang sudah lama dikenal
masyarakat. Data BPS (1993) dalam Sianturi (2000) menunjukan bahwa abon
merupakan produk nomor empat terbanyak diproduksi. Abon termasuk makanan
ringan atau lauk yang siap saji. Produk tersebut sudah dikenal oleh masyarakat umum
sejak dulu. Abon dibuat dari daging yang diolah sedemikian rupa sehingga memiliki
karakteristik kering, renyah dan gurih. Pada umumnya daging yang digunakan dalam
pembuatan abon yaitu daging sapi atau kerbau (Suryani et al, 2007).
B. Standart Mutu Abon
Abon sebagai salah satu produk industri pangan yang memiliki standar mutu
yang telah ditetapkan oleh Departemen Perindustrian. Penetapan standar mutu
merupakan acuan bahwa suatu produk tersebut memiliki kualitas yang baik dan aman
bagi konsumen. Para produsen abon disarankan membuat produk abon dengan
memenuhi Standar Industri Indonesia (SII). Standar SII dapat dilihat pada tabel 1.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi standar mutu abon antara lain :
1. Kadar air berpengaruh terhadap daya simpan dan keawetan abon.
2. Kadar abu menurunkan derajat penerimaan dari konsumen.
3. Kadar protein sebagai petunjuk beberapa jumlah daging/ikan yang digunakan
untuk abon.
4. Kadar lemak berhubungan dengan bahan baku yang digunakan, ada tidaknya
menggunakan minyak goreng dalam penggorengan.
Komponen
Lemak (maksimum)
Gula (maksimum)
Protein
Air (maksimum)
Abu (maksimum)
Aroma, warna dan rasa
Logam berbahaya (Cu, Pb, Mg, Zn dan As)
Jumlah bakteri (maksimum)
Bakteri bentuk koli
Nilai
30%
30%
20%
10%
9%
Khas
Negatif
3000/g
Negatif
3
Jamur
Negatif
Tabel 1.1 Standard Industri Indonesia (SII) dalam produksi abon.
Menurut Wisena (1998) yang dikutip oleh Sianturi (2000), semakin tinggi
harga abon, kualitas abon semakin baik, dimana bahan tambahan yang digunakan
sebagai pencampur semakin sedikit atau tidak ada sama sekali.
C. Pengendalian Mutu
Kegiatan pengendalian mutu mencakup kegiatan menginterpretasikan dan
mengimplementasikan rencana mutu. Rangkaian kegiatan ini terdiri dari pengujian
pada saat sebelum dan sesudah proses produksi yang dimaksudkan untuk memastikan
kesesuaian produk terhadap persyaratan mutu. Mengacu Kadarisman (1994), sesuai
dengan standar ISO 9000, maka kegiatan pengendalian memiliki fungsi antara lain:
1. Membantu dalam membangun pengendalian mutu pada berbagai titik dalam
proses produksi.
2. Memelihara dan mengkalibrasi peralatan pengendalian proses.
3. Meneliti cacat yang terjadi dan membantu memecahkan masalah umum selama
produksi.
4. Melaksanakan pengendalian mutu terhadap bahan yang dierima.
5. Mengoperasikan laboratorium uji untuk melaksanakan uji dan analisa.
6. Mengorganisasikan inspeksi pada setiap tahap proses dan spot checks bilamana
diperlukan.
7. Melaksanakan inspeksi akhir untuk menilai mutu produk akhir dan efektivitas
pengukuran pengendalian mutu.
8. Memeriksa mutu kemasan untuk memastikan produk mampu menahan dampak
transportasi dan penyimpanan.
9. Melakukan uji untuk mengukur dan menganalisa produk yang diterima akibat
tuntutan konsumen.
10. Memberikan umpan balik data cacat dan tuntutan konsumen kepada bagian
rekayasa mutu.
Pengendalian mutu produk pangan menurut Hubeis (1990), erat kaitannya
dengan sistem pengolahan yang melibatkan bahan baku, proses, pengolahan,
penyimpangan yang terjadi dan hasil akhir. Evaluasi mutu dalam proses produksi
dilakukan dengan pengecekan dan pemantauan terhadap setiap prosesnya mulai dari
bahan baku, proses pemasakan dan juga dalam proses pengemasan agar sesuai dengan
rancangan mutu yang berlaku.
BAB III
HASIL
A. Sejarah Perusahaan
Abon sapi merk PS Mas merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
industri pangan khususnya produk abon sapi dengan kemasan plastik. Pusat abon sapi
merk PS Mas didirikan oleh Almarhum Bapak Parto Suwito dengan dilatarbelakangi
oleh jiwa kewirausahaan dan dorongan moral dari pihak keluarga. PS Mas ini juga
mengandung arti khas yaitu PS yang merupakan singkatan nama dari almarhum bapak
Parto Suwito dan Mas yang berarti perusahaan ini ingin menjadi seperti emas. Beliau
memiliki sifat yang tak pantang menyerah hingga saat ini, sampai perusahaan abon
miliknya tetap eksis dan terjaga kualitasnya. Dengan adanya perusahaan ini, beliau
berkeinginan untuk turut serta berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas pangan di
Indonesia. Setelah Bapak Parto Suwito meninggal perusahaan abon sapi ini
dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Bapak Supriyanto.
Pusat abon sapi merk PS Mas telah berdiri sejak tanggal 30 September tahun
1993. Perusahaan ini awalnya hanya industri rumahan di daerah Jagalan RT 01/RW 5
Jalan Kali Merbau, Kecamatan Jebres Kabupaten Surakarta dengan produknya yang
pertama yaitu abon sapi merk PS Mas. Tahun berikutnya, perusahaan ini mulai
memproduksi abon ayam, dendeng sapi, srondeng dan abon lele yang dipasarkan ke
kota Surakarta, Surabaya, Jakarta, Cirebon dan juga dipasarkan ke luar pulau Jawa
seperti Lombok dan Bali. Pada tahun 2000, perusahaan ini pindah ke tempat yang
lebih luas dengn lokasi yang sama di Jagalan RT 03/RW 10 Jalan Kali Merbau,
Kecamatan Jebres Kabupaten Surakarta. Setelah pindah, perusahaan ini mulai
berkembang dengan ditambah jumlah peralatan yang menunjang produksi abon
sehingga kapasitas produksinya pun meningkat. Seiring dengan berjalanya waktu dan
semakin meningkatnya konsumen abon, maka selain abon sapi merk PS Mas mulai
memproduksi jenis abon ayam dengan harga yang lebih terjangkau.
B. Lokasi Perusahaan
Pusat abon sapi merk PS Mas terletak Jagalan RT 03/RW 10 Jalan Kali
Merbaau, Kecamatan Jebres Kabupaten Surakarta. Luas area total perusahaan kirakira 100 m2, dengan luas bangunan yang digunakan untuk pabrik sekitar 70m2.
C. Visi dan Misi Perusahaan
Visi yang diterapkan oleh Abon sapi merk PS Mas adalah menjadi salah satu
perusahaan terbaik di industri makanan berupa abon dengan kualitas produk yang
tinggi dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Sedangkan untuk misinya adalah
memuaskan konsumen dengan cara:
1. Menjaga standar kualitas makanan yang diproduksi (abon sapi) dengan
menggunakan mesin yang dapat menghasilkan abon sapi yang baik.
2. Melaksanakan sistem pengolahan untuk kualitas dan keamanan produk yang
diproduksi.
3. Mengembangkan kapasitas untuk memenuhi permintaan konsumen.
4. Mengutamakan pengembangan bisnis untuk menciptakan daya saing dalam
industri pangan.
Visi dan misi yang telah dibuat oleh perusahaan ini akan dilaksanakan serta
dipertahankan agar tetap menjadi satu perusahaan abon yang terbaik di Indonesia.
Produksi
Administr
asi
Pemasar
an
Pembantu
Umum
laki mempunyai tenaga yang lebih kuat dibandingkan wanita. Karyawan wanita
biasanya dialokasikan pada kegiatan pembuatan bumbu dan pengemasan.
F. Promosi
Promosi
merupakan
salah
satu
bentuk
kegiatan
perusahaan
untuk
Produk abon sapi merk PS Mas ini dipasarkan dengan harga yang relatif
murah yakni Rp220.000,00 untuk tiap kilonya. Tetapi PS Mas juga melayani
permintaan pelanggan dengan kemasan kecil, seperti 1 ons dengan harga
Rp22.000,00. Dalam segi kehalalan produk abon ini pernah mendapat sertifikasi dari
MUI namun untuk sekarang ini sertifikasi tersebut sudah kadaluwarsa dan perlu
pembaharuan lagi. Pembaharuan sertifikasi dilakukan setiap 2 tahun sekali.
Perusahan abon sapi PS Mas belum memiliki NKV (Nomor Kontrol Veteriner)
dikarenakan sosialisasi dari Dinkes masih dini dan belum menekankan secara resmi
untuk setiap perusahaan rumahan yang mengolah produk yang berasal dari hewan
terutama makanan seperti abon wajib memiliki NKV.
H. Proses Produksi
1. Bahan Baku
Bahan baku utama dalam pembuatan abon sapi adalah daging sapi. Daging
sapi yang telah dipisahkan lemak, otot dan organnya merupakan bahan utama
yang diperoleh dari beberapa peternak sapi di Jagalan dan mampu memenuhi
standar dari perusahaan. Pusat abon sapi merk PS Mas membutuhkan daging sapi
rata-rata sebanyak 60 kg per hari. Daging sapi yang datang akan di uji mutu dan
kelayakannya yang meliputi warna, bau, tekstur sehingga daging sapi yang
digunakan benar-benar memiliki kualitas yang baik. Daging sapi yang memiliki
kualitas baik akan menghasilkan abon sapi yang baik pula yaitu tidak hancur dan
memiliki ukuran serat yang panjang. Daging sapi tidak mengalami proses
penyimpanan karena dapat mengurangi kualitas dan ukuran serat yang dihasilkan.
Setelah daging sapi diuji mutu dan kelayakannya, daging sapi direbus selama 6
jam di dalam panci besar.
2. Bahan Tambahan
Bahan baku tambahan yang digunakan dalam pembuatan abon sapi adalah
minyak goreng, gula pasir, gula jawa, garam, santan kelapa, bawang putih,
ketumbar dan MSG secukupnya. Pemeriksaan kualitas bawang putih, gula, garam,
santan kelapa dan ketumbar menggunakan uji sendiri meliputi rasa, warna dan
penampakan fisik. Bawang putih yang digunakan adalah bawang jawa dengan
kualitas bagus yang memiliki rasa yang pedas. Garam yang digunakan dalam
bentuk bubuk sedangkan gula pasir yang digunakan yaitu gula pasir kuning yang
9
memiliki rasa lebih manis dan alami tanpa pemutihan dibandingan dengan gula
pasir putih. Gula jawa yang digunakan dalam ukuran sebesar bathok kelapa.
Santan kelapa dipasok oleh petani kelapa, tetapi datang ke perusahaan dalam
bentuk cairan santan segar yang siap pakai. Ketumbar yang digunakan adalah
ketumbar yang memiliki kualitas bagus dari petani. Seluruh bahan baku tambahan
kecuali santan kelapan ini disimpan dalam kemasan karung dan diletakkan di
ruangan penyimpanan bumbu.
3. Perebusan Daging Sapi
Proses perebusan daging sapi ini membutuhkan waktu 6 jam dengan suhu
100oC. Daging sapi segar tidak mengalami proses penyimpanan karena dapat
mengalami penurunan kualitas dan akan menghasilkan produk abon yang mudah
remuk. Daging sapi yang sudah dipisahkan lemak dan ototnya langsung direbus
dalam panci besar. Kemudian diamkan daging sapi selama 1 jam yang ada di
dalam panci besar. Selanjutnya daging sapi ditumbuk dengan menggunakan alu
atau lumpang yang masih tradisional. Ditumbuk dengan tujuan memisahkan uraturat agar mendapatkan serat daging yang bagus.
4. Penyuwiran Daging sapi
Proses penyuwiran daging sapi ini dilakukan secara tradisional dengan
menggunakan sikat daging yang sudah di peruntukkan khusus untuk menyuwir
daging untuk abon. Para pekerja yang akan melakukan peyuwiran daging sapi
harus membersihkan tangan dan menggunakan penutup kepala. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi kontaminasi pada daging sapi yang akan disuwir. Proses
penyuwiran daging sapi dilakukan saat daging sapi yang telah direbus dibiarkan
suhunya turun hingga mencapai suhu kamar. Daging sapi yang akan disuwir-suwir
ditempatkan di wadah stainles dan hasil suwirannya harus panjang-panjang
mengikuti serat daging sapi.
5. Pencampuran Bahan Baku
Proses pencampuran ini juga dilakukan secara tradisional dengan
menggunakan tangan karena diharapkan hasilnya sangaat homogen karena jika
menggunakan alat modern justru proses pencampuran ini akan mengakibatkan
suwiran daging sapi menjadi kecil-kecil dan produk abon sapi yang dihasilkan
mudah remuk. Proses pencampuran ini membutuhkan tenaga kerja 4 orang tiap
wadah dan proses ini berhenti ketika pencampuran adonan ini dirasa sudah
10
setiap selesai digunakan, jika tidak sedang produksi maka alat dibersihkan 1 kali
seminggu. Para pekerja harus membersihkan diri dan cuci tangan setiap kali akan
produksi. Pakaian yang di gunakan pekerja dari bahan yang bisa menyerap keringat
saat bekerja dengan kondisi suhu saat pemasakan abon sapi yang sangat panas.
Hygiene dan sanitasi yang dilakukan ini bertujuan agar produk yang dihasilkan aman
dan berkualitas. Namun, hygiene dan sanitasi yang dilakukan di abon sapi merk PS
Mas belum maksimal karena kurangnya kesadaran Sumber Daya Manusia sendiri.
(pemakaian masker, sarung tangan, alat pelindung diri).
Alat-alat untuk proses produksi abon sapi selalu dibersihkan setiap kali
sebelum dan selesai digunakan. Proses untuk membersihkannya dengan menggunakan
air mengalir dan tekanan air tertentu. Sesudah selesai proses pemasakan abon sapi
lantai pada tempat pemasakan tersebut disapu dan dipel agar minyak sisa yang
menempel di lantai tidak membuat lantai licin saat pekerja kembali bekerja
memproduksi abon sapi esok hari. Para pekerja di abon sapi merk PS Mas harus
mencuci bersih tangannya sebelum masuk ke dalam ruangan produksi, menggunakan
tutup kepala dan menggunakan pakaian yang bersih. Pekerja juga diharuskan untuk
menggunakan sarung tangan, penutup kepala, masker, sepatu khusus tetapi para
pekerja terkadang tidak mematuhi peraturan tersebut, sehingga sanitasi para pekerja
belum maksimal.
J. Limbah
Limbah padat yang dihasilkan dalam pembuatan abon sapi adalah limbah
padat dan limbah cair. Limbah padat dari pembuatan abon sapi ini berupa lemak, otot
dan jerohan sapi sedangkan limbah cair berupa air rebusan daging sapi, minyak
goreng bekas, dan air bekas cucian alat-alat produksi. Limbah padat dihasilkan dari
proses saat penerimaan daging sapi dari supplier kemudian dipisahkan lemak, otor
dan jerohannya untuk mendapatkan dagingnya saja. Limbah padat ini dijual kepada
rumah makan yang ada di daerah sekitarnya. Sedangkan limbah cair berupa air
rebusan daging sapi diambil oleh orang lain seperti penjual bakso sapi, dan penjual
soto, jadi untuk limbah air rebusan daging yang masih tersisa sedikit dapat
dimanfaatkan untuk membuat srondeng agar rasanya menjadi gurih dan ada rasa
dagingnya. Kemudian untuk limbah minyak goreng dan air bekas cucian alat-alat
produksinya hanya dibuang ke kolam penampungan limbah dan ketika penuh
diangkut oleh alat angkut tinja.
12
BAB IV
PEMBAHASAN
13
1) Diletakkan di dekat ruang produksi, dilengkapi air bersih dan sabun cuci
tangan.
2) Dilengkapi dengan alat pengering tangan seperti handuk, lap atau kertas
serap yang bersih.
3) Dilengkapi dengan tempat sampah yang tertutup.
d. Sarana pembuangan air dan limbah
1) Sistem pembuangan limbah seharusnya didesain dan dikonstruksi
sehingga dapat mencegah resiko pencemaran pangan dan air bersih
2) Sampah harus segera dibuang ke tempat sampah untuk mencegah agar
tidak menjadi tempat berkumpulnya hama binatang pengerat, serangga
atau binatang lainnya sehingga tidak mencemari pangan maupun sumber
air
3) Tempat sampah harus terbuat dari bahan yang kuat dan tertutup rapat
untuk menghindari terjadinya tumpahan sampah yang dapat mencemari
pangan maupun sumber air.
2. Kegiatan Higiene dan Sanitasi
1. Pembersihan/pencucian dapat dilakukan secara fisik seperti dengan sikat
atau secara kimia seperti dengan sabun / deterjen atau gabungan keduanya.
2. Jika diperlukan, penyucihamaan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
kaporit sesuai petunjuk yang dianjurkan.
3. Kegiatan pembersihan / pencucian dan penyucihamaan peralatan produksi
seharusnya dilakukan secara rutin.
4. Sebaiknya ada karyawan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
pembersihan / pencucian dan penyucihamaan
3. Kesehatan Dan Higiene Karyawan
Kesehatan dan higiene karyawan yang baik dapat menjamin bahwa karyawan
yang kontak langsung maupun tidak langsung dengan pangan tidak menjadi
sumber pencemaran.
1) Kesehatan Karyawan
Karyawan yang bekerja di bagian pangan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a) Dalam keadaan sehat. Jika sakit atau baru sembuh dari sakit dan diduga
masih membawa penyakit tidak diperkenankan masuk ke ruang
produksi.
b) Jika menunjukkan gejala atau menderita penyakit menular, misalnya
sakit kuning (virus hepatitis A), diare, sakit perut, muntah, demam, sakit
tenggorokan, sakit kulit (gatal, kudis, luka, dan lain-lain), keluarnya
14
cairan dari telinga (congek), sakit mata (belekan), dan atau pilek tidak
diperkenankan masuk ke ruang produksi.
2) Kebersihan Karyawan
a. Karyawan harus selalu menjaga kebersihan badannya.
b. Karyawan yang menangani pangan seharusnya mengenakan pakaian
kerja yang bersih. Pakaian kerja dapat berupa celemek, penutup
kepala, sarung tangan, masker dan / atau sepatu kerja.
c. Karyawan yang menangani pangan harus menutup luka di anggota
tubuh dengan perban khusus luka.
d. Karyawan harus selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum
memulai kegiatan mengolah pangan, sesudah menangani bahan
mentah, atau bahan / alat yang kotor, dan sesudah ke luar dari toilet /
jamban;
3) Kebiasaan Karyawan
a) Karyawan yang bekerja sebaiknya tidak makan dan minum, merokok,
meludah, bersin atau batuk ke arah pangan atau melakukan tindakan
lain di tempat produksi yang dapat mengakibatkan pencemaran produk
pangan.
b) Karyawan di bagian pangan sebaiknya tidak mengenakan perhiasan
seperti giwang / anting, cincin, gelang, kalung, arloji / jam tangan, bros
dan peniti atau benda lainnya yang dapat membahayakan keamanan
pangan yang diolah
4) Pemeliharaan Dan Program Higiene Dan Sanitasi
Pemeliharaan
dan
program
sanitasi
terhadap
fasilitas
produksi
kenyamanan,
keamanan,
keselamatan,
dan
kepastian
17
sarana
pembersihan/
pencucian
bahan
pangan,
peralatan,
agar
tidak
menimbulkan karat.
c. Abon sapi merk PS Mas diolah dengan mengusahakan agar tetap terjaga
kualitasnya dari proses pemilihan bahan baku, produksi, pengemasan hingga
sampai ketangan konsumen.
d. Hanya memproduksi abon yang tanpa menggunakan campuran atau asli
hanya menggunakan 100% daging sapi berkualitas tinggi.
e. Bahan baku daging menggunakan daging yang masih segar, pasca dari
proses penyembelihan.
f. Memakai bumbu yang di racik sendiri dengan tetap memperhatikan mutu
bahan yang akan digunakan.
g. Harga terjangkau dan mudah dalam proses pendistribusian ke konsumen.
18
2. Kekurangan
a. Ada yang
belum
sesuai
dengan
Peraturan
BPOM
RI
Nomor
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Perusahaan PS Mas memiliki sanitasi cukup baik namun perlu ditingkatkan
pada bagian alat serta higiene personal karyawan perlu ditingkatkan. Sertifikat halal
MUI masih perlu adanya pembaharuan dan NKV untuk perusahaan ini belum ada
karena sosialisasi dari pemerintah masih dini dan belum ada penekanan untuk
mewajibkan NKV.
B. Saran
Secara keseluruhan proses produksi abon sapi merk PS Mas Jagalan Surakarta
sudah cukup baik, terbukti dari tetap bertahannya pabrik ini dalam waktu yang tidak
singkat dan jarang mendapatkan komplain dari konsumen. Untuk meningkatkan
kinerja serta kualitas mutu dari abon sapi merk PS Mas, beberapa saran yang dapat
menjadi pertimbangan yaitu :
19
a. Dalam proses pengolahan alat yang digunakan masih tergolong semi tradional,
sehingga perlu menambah alat-alat modern untuk meningkatkan kapasitas
produksi dan juga efektifitas waktu yang digunakan tanpa mengurangi mutu dan
kualitas produk abon sapi.
b. Mutu abon sapi yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh sanitasi dan higiene pada
suatu pabrik abon sapi itu sendiri, oleh karena itu sanitasi dan higiene di setiap
kondisi proses produksi abon sapi merk PS Mas perlu ditingkatkan.
c. Segera memperbarui sertifikasi Jaminan Produk Halal MUI dan mendaftarkan
produk untuk sertifikasi NKV sebagai kontrol dalam kegiatan produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Hubeis. 1990. Provincial Forest Economic Profiles, Ministry of Forestry & FAO,
Jakarta Dec 1989; Jakarta Post 3/Dec/03; FWI/GFW The State of the Forest,
Indonesia, 2002. MoF website tables at http://mofrinet.cbn.net.id (diakses 22
Maret 2016).
Kadarisman, D. 1996. ISO (9000 dan 14000) dan Sertifikasi. Buletin Teknologi dan
Industri Pangan. Vol. VII (3). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK. 03. 1. 23. 04. 12.
2206 Tahun 2012 Tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik Unuk Industri
Rumah Tangga
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 381/Kpts/Ot.140/10/2005, Tentang Pedoman
Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan.
20
Sianturi, R. 2000. Kandungan Gizi dan Uji Palatabilitas Abon Daging Sapi dengan
Kacang Tanah (Arachis hypogeae L) Sebagai Bahan Pencampur. Skripsi Sarjana
Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Suryani, A, Erliza Hambali, Encep Hidayat. 2007. Membuat Aneka Abon. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Undang- undang RI Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.
Wisena, M. 1988. Evaluasi Nilai Gizi Abon Sapi Menggunakan Metode Invitro dan
Evaluasi Mutu Abon Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya.
21