PENDAHULUAN
1.1
transportasi, yang
berperan
sebagai
urat
nadi
tinggi
serta
diselenggarakan
secara
terpadu,
sekaligus
jasa,
mendukung
pola
distribusi
nasional,
serta
mendukung
sistem
transportasi
diperkotaan
memperlihatkan
kecenderungan yang sangat rumit dan sering terjadi kemacetan terutama pada
jam-jam sibuk.
2
bagian wilayah kota tersebut sekarang ini sudah berkembang pesat menjadi
pusat kegiatan (central place). Bagian Wilayah Kota IV (BWK IV), merupakan
salah satu bagian wilayah kota yang tingkat pertumbuhannya pesat, wilayah
tersebut dikenal sebagai daerah bisnis, perdagangan, dan padat industri,
karena banyaknya pabrik-pabrik yang dibangun pada wilayah tersebut. Sebuah
industri identik dengan sebuah aktifitas yang melibatkan banyak tenaga kerja,
dan mobilitas dari kegiatan industri. Bagaimana bila industri tersebut lebih dari
satu dalam sebuah wilayah, menggunakan sarana prasaran, infrastruktur yang
sama disetiap harinya, tanpa disertai peningkatan-peningkatan infrastruktur
yang ada, terutama infrastruktur jalan (BAPPEDA: RTRW Kota Semarang,
1999-2005 )
Fungsi utama dari jalan adalah sebagai prasarana lalu-lintas atau
angkutan, guna mendukung kelancaran arus barang, jasa, serta aktifitas
masyarakat. Kenyataan diperkotaan terjadi ketidak seimbangan antara tingkat
pertumbuhan jalan disatu sisi dengan tingkat pertumbuhan kendaraan disisi
lain, dimana pertumbuhan jalan jauh lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan
kendaraan. Dengan kondisi yang demikian, dapat dipastikan akan terjadi
pembebanan yang akan dialami oleh Satuan Lalu Lintas Polres Semarang.
Keamanan dan ketertiban serta kelancaran dalam berlalu lintas
merupakan dambaan semua pihak akan tetapi secara faktual hal ini sulit untuk
di wujudkan karena untuk terciptanya harapan tersebut harus didukung oleh
berbagai faktor yang mempunyai peran sangat menentukan. Fungsi lalu-lintas
bukan hanya menjadi pekerjaan dan tanggung jawab Polri, akan tetapi tugas di
bidang lalu lintas tersebut pada dasarnya menjadi tugas dan tanggung jawab
dari semua pihak. (disadur dari Irwan Sunuddin, 2009: 3)
3
Tanpa adanya upaya-upaya pengamanan semua pengguna jalan
sangat mungkin terkena resiko kecelakaan seiring dengan meningkatnya lalu
linats kendaraan. Upaya penindakan pelanggaran lalu lintas dan pencegahan
kecelakaan lalu lintas merupakan rangkaian penegakkan hukum yang sudah
saatnya menjadi orientasi sasaran pemolisian.efek jera dapat menjadi sangat
efektif jika diawali dengan perencanaan yang abik untuk selanjutnya
diimplementasikan dalam penindakan pelanggaran lalu lintas berbahaya yang
menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas yang dapat menelan korban jiwa.
Dampak penjeraan terhadap resiko apabila di tindak dengan integral
penerimaan masyarakat terhadap resiko apabila di tindak dengan integral
penerimaan
masyarakat
terhadap
konsekuensi
atau
akibat
dari
pengguna
ingin
merasakan
keamanan,
ketertiban,
4
pencegahan kecelakaan lalu lintas. Upaya ini dilakukan semata mata untuk
memberikan rasa aman kepada pengguna jalan.
Berdasarkan
dari
uraian
diatas,
penulis
akan
mengangkat
permasalahan yang disingkat dalam tema penelitian adalah upaya apa saja
yang dilakukan oleh Polres Semarang khususnya Satuan lalu lintas
dalam
Perumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dari permasalahan judul diatas yang di
5
1)
Bagaimana kinerja Satuan lalu lintas Polres Semarang saat ini dalam
2)
3)
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian tentang Kinerja Satuan lalu
lintas Polres dalam mengatasi masalah kecelakaan lalu lintas secara terperinci
adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain:
a.
kecelakaan
lalu
lintas
beserta
faktor-faktor
yang
Secara praktis, bagi Polri sendiri, penelitian yang dilakukan ini dapat
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan
secara teratur dan terinci sehingga permasalahan yang dibahas dapat mengalir
secara runtut. Dengan demikian skripsi ini akan memberikan suatu gambaran
yang utuh secara keseluruhan materi dari bab yang satu ke bab yang lain,
karena saling berkaitan.
Penulisan skripsi ini terbagi dalam 6 (enam) bab, yang terdiri atas :
BAB I . PENDAHULUAN,
Merupakan pengantar dalam pembahasan dan penegasan dari topik
atau judul yang telah dipilih oleh penulis, dalam bab ini penulis akan
menguraikan tentang latar belakang mengapa penulis memilih topik kinerja
satuan lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum
Polres Semarang
kecelakaan lalu lintas oleh Satuan lalu lintas Polres Semarang. Ketiga
menggambarkan hambatan atau kendala-kendala yang dihadapi oleh Satuan
lalu lintas dalam menangani kecelakaan lalu lintas.
BAB V. PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis akan menganalisis dan melakuakn pembahasan
dari hasil hasil temuan di lapangan selama pelaksanaan penelitian dengan
berdasarkan konsep dan teori teori yang diterangkan dalam kepustakaan
konseptual dengan menggunakan kerangka berfikir. Sehingga dapat diperoleh
jawaban atas permasalahan yang utama.
BAB VI. PENUTUP.
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis
berkaitan
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1
Kepustakaan Penelitian
Kepustakaan penelitian adalah literatur yang menyajikan informasi
terperinci
antara
variabel-variabel
dengan
tujuan
10
KINERJA
SATUAN
LALU
LINTAS
POLRES
SEMARANG
DALAM
Kepustakaan Konseptual
Kepustakaan konseptual adalah membahas tentang konsep-konsep
dan teori yang memiliki hubungan dengan permasalahan. Teori dan konsep
yang akan digunakan, yaitu meliputi :
11
2.2.1.
Konsep-konsep
Pada kepustakaan Konsep dalam penelitian ini yaitu sebagai pedoman
dalam penelitian dan juga sebagai pendukung dari teori yang di bahas agar
dapat dilakukan sesuai dengan yang dipermasalahkan. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan konsep-konsep yang terkait yaitu :
a.
Konsep Kinerja
Adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar kerja
yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil
kerja. (Wikipedia.org, 25 januari 2013)
Sementara itu, pengertian performance sering diartikan sebagai kinerja,
hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan
hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja
berlangsung. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang
dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan
bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang
mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis, organisasi, kepuasan
konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. ( disadur dari Wibowo, 2007: 2,
menyadur dari Armstrong dan Baron,1998 :15)
b.
adalah : Gerak pindah manusia dan barang dari suatu tempat ketempat lainnya
dengan menggunakan alat dan jalan sebagai sarana.(disadur dari Eddy
Purwatmo, 1994 : 21)
12
Pol :
kemampuan
ruas
jalan
dan
persimpangan
untuk
perwujudannya.
penyusunan
usulan
maupun
penyuluhan
kepada
masyarakat.
Kegiatan pengaturan lalu lintas meliputi :
Kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas
ruas
jalan
tertentu,
termasuk
dalam
pengertian
penetapan
dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan
tersebut
untuk
lintas, disebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah: suatu peristiwa di jalan
yang tidak sengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan
lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta. Dimana unsurunsur kecelakaan lalu lintas tersebut meliputi pengemudi atau pemakai jalan,
kendaraan, jalan, dan lingkungan.
Dari definisi kecelakaan lalu lintas di atas maka unsur-unsur
kecelakaan lalu lintas berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 Tahun
1993 adalah pertama, merupakan peristiwa dijalan yang tidak disengaja dan
tidak disangka-sangka atau kelalaian. Kedua, melibatkan kendaraan. Ketiga,
dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya. Keempat, mengakibatkan manusia
atau kerugian harta benda.
Dari unsur yang pertama, bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan
peristiwa dijalan, jalan menurut undang-undang No.14 Tahun 1992 adalah jalan
yang di peruntukan bagi lalu lintas umum. artinya jika peristiwa atau kejadian
terjadi dijalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum, aka peristiwa tersebut
tidak dapat di katagorikan sebagai kecelakaan lalu lintas.
Unsur yang kedua, melibatkan kendaraan. Artinya dalam peristiwa
tersebut harus ada kendaraan yang terlibat. Definisi kendaraan menurut UU
17
No.14 Tahun 1992 adalah suatu alat yang dapat bergerak dijalan, terdiri dari
kendaraan bermotor atau kendaran tidak bermotor. Kendaraan bermotor adalah
kesadaran yang digerakkan oleh perlatan elektronik yang berada pada
kesadaran itu.
Unsur yang ketiga, dengan atau tanpa memakai jalan lainnya. Artinya
yang dikategorikan kecelakaan lalu lintas tanpa harus melibatkan pemakai jalan
Acara Hukum Pidana dan Kitab Hukum Pidana adalah serangkaian penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya. Tindakan penyidikan merupakan cara untuk mengumpulkan
bukti-bukti awal untuk mencari tersangka yang diduga melakukan tindak pidana
dan saksi saksi yang mengetahui tentang tindak pidana tersebut. ( Pasal 1
KUHAP).
Penyidikan lalu lintas adalah serangkaian tindakan penyidik lalu lintas
dalam hal dan menurut cara yang diatur oleh undang-undang untuk mencari
serta mengumpulkan bukti guna membuat terang perkara yang terjadi dan guna
18
menemukan tersangkanya. (disadur dari Eddy Purwatmo, 1994 : 21)
1. Penyidikan menurut Undang Undang Lalu lintas UU No: 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam Pasal 259 adalah
a) Penyidikan Tindak pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
dilakukan oleh:
1) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
2) Penyidik Pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang
khusus menurut undang undang ini.
b)
f.
bertugas
melaksanakan
Turjawali
lalu
lintas,
pendidikan
Menurut Marx dan Goodson (1976 : 235) teori adalah aturan yang
menjelaskan preposisi atau seperangkat preposisi yang berkaitan dengan
beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas represenatasi simbiolik dari
hubungan-hubungan yang dapat diamati di antara kejadian-kejadian (yang
dapat diukur), mekanisme yang diduga mendasari hubungan-hubungan
demikian dan hubungan-hubungan yang disimpulkan serta manifestasi
hubungan empiris apa pun secara langsung. Kepustakaan teori pada penelitian
ini memiliki hubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti. Dimana
suatu teori yang ditulis pada penelitian ini memiliki kegunaan sebagai batasanbatasan dan arah yang telah di tentukan.
a. Teori penegakkan hukum
Faktor faktor yang mempengaruhi penegakkan hukum menurut Prof.Dr.
20
Soerjono Soekanto,SH., M.A. Berikut bunyinya adalah :
1.
Faktor hukumnya sendiri, merupakan yang ada di dalam tulisan ini akan
2.
3.
menerapkan hukum
Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakkan hukum
4.
tersebut
Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku
5.
atau diterapkan
Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. (Dikutip dari
b.
Planning (perencanaan) yaitu tindakan mendeterminasi sasaransasaran dan arah tindakan yang akan diikuti. Inventarisasi dan evaluasi
peningkatan pelayanan, Penetapan peningkatan pelayanan yang
diinginkan,
2.
Penetapan
peningkatan
pelayanan
yang
diinginkan,
21
3.
yaitu
merangsang
anggotaanggota
Kerangka Berpikir
adalah
harapan dari masyarakat Indonesia semuanya. Tetapi banyak sekali faktorfaktor yang mempengaruhinya. Peran dari Satuan lalu lintas adalah bukan
hanya didukung oleh faktor yang mempengaruhi dari lalu lintas yang aman dan
nyaman bagi penggunaanya. Tetapi juga tanggung jawab kita bersama dalam
menjaga Keamanan keselamatan ketertiban kelancaran lalu lintas .
22
PERMASALAHAN
Dasar Hukum :
UU No.2 Thn 2002
UU No.22 Thn 2009
Kecelakaan
Pelanggaran
INPUT
Satuan lalu
lintas Polres
Semarang
SUBYEK
METODE
Polisi Lalu
Sosialisasi
lintas
peraturan
lalu lintas
Giat Operasi
Turjawali
OBYEK
Masyarakat
pengguna
jalan
FeedBack
Gambar 1
Kerangka Berpikir
Output
Kecelakaan
Turun
Pelanggaran
berkurang
Outcome
Terciptanya
Kamseltibcar
lantas
23
BAB III
RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1
masyarakat
yang
bersangkutan
untuk
memperoleh
gambaran
mengenai pola-pola yang berlaku umum dianalisis dengan menggunakan teoriteori yang obyektif. (disadur dari Irwan,2009 : 29)
Pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan atau perilaku orang-orang
dan perilaku yang diamati (Moleong, 1990 : 3; Bogdan dan Taylor : 1992 : 21).
Pada penelitian terhadap penulisan skripsi ini di harapkan mendapatkan
keterangan yang bervariasi.
24
3.2
Data primer
b.
c.
d.
e.
M.SI.
Kepala Satuan lalu lintas Polres Semarang AKP Gusman Fitra, S.IK.
Kepala Unit Kecelakaan Polres Semarang Iptu Ris Andrian S.H.
Anggota Satuan lalu lintas Polres Semarang Aiptu Ngadino.
Masyarakat lainnya, saudara Widya bertempat tinggal di Kabupaten
Semarang
24
3.2.2.
Data sekunder
Pengamatan (Observation)
Ada beberapa alasan mengapa daam penelitian kualitatif, pengamatan
c.
d.
memanfaatkan pengamatan.
Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasisituasi yang rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi jika peneliti ingin
memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi, pengamatan
dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan
f.
pengamatan
dapat
menjadi
alat
yang
sangat
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan atas pertanyaan
itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain
kebulatan; mengkontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami
masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagi yang diharapkan untuk
dialami pada masa yang akan dating; memverifikasi, mengubah, dan
memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia, maupun
bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas
26
dokumen
diperlukan
dalam
penelitian
yang
akan
3.4.1.
Reduksi Data
a.
b.
3.4.2.
: 288)
Sajian data
Setelah
data
direduksi,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mendisplaykan data. Kalu dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat
dilakukan dalam bentuk table, grafik, phie chard, pictogram, dan sejenisnya.
Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam
pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. (disadur dari
Sugiyono, 2009 : 249)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan the most frequent from
of display data for qualitative research datain the past has been narrative text .
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
28
adalah dengan teks yang bersifat naratif. (disadur dari Sugiyono, 2009 : 249)
3.4.3.
Penarikan Kesimpulan
Sejak awal pengumpulan data, peneliti harus sudah mulai memahami
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
4.1
antara Kabupaten Salatiga dan Kota Semarang yang merupakan jalur lintas
Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi D.I Jogjakarta. Seiring dengan kemajuan
pembangunan dan meningkatkannya aktivitas perekonomian membawa pada
semakin meningkat pula kebutuhan akan sarana transportasi.
Menurut data 2010 dari Polres Kabupaten Semarang Laka lalu lintas
terjadi sebanyak 117 kejadian dengan korban meninggal dunia berjumlah 26
orang, luka berat dan ringan 164 orang dan kerugian material mencapai sekitar
Rp. 114.750,- ( Data tersebut dari Polres Semarang tahun 2011). Hingga 29
Desember 2012 angka kecelakaan Laalu lintas menunjukkan angka 569 kasus,
atau lebih tinggi dari tahun 2011 yang hanya 505 kasus. Kasatlantas Polres
Semarang AKP Gusman Fitra, SIK melalui Kanit Lakalantas Polres Semarang
Iptu Ris Andrian mengatakan bahwa diperkirakan, hingga tutup tahun angka
kecelakaan akan mencapai 600
bawah :
Berdasarkan analisa dan evaluasi diatas dari penyebab kecelakaan
lalu lintas adalah faktor kesalahan human error. Dari faktor dari
kendaraan adalah tidak maksimalnya dari fungsi kendaraan seperti
rem atau fungsi teknis kendaraan yang sangat kecil dan berpengaruh
besar terjadi kecelakaan lalu lintas. (dari wawancara Kanit laka Iptu
Ris Andrian, 7 Februari 2012)
29
30
4.1.1.
Salatiga,
sedangkan
sebelah
utara
berbatasan
dengan
wilayah
31
Semar sedangkan untuk angkutan umum antar kota dilayani dengan bus yakni
di terminal Sisemut Kecamatan Ungaran Barat, Terminal Bawen dan Terminal
Ambarawa. ( Intel dasar Polres Semarang, 2012)
Wilayah Kabupaten Semarang terdiri atas 19 Kecamatan, 208 Desa,
dan 27 Kelurahan. Luas Kecamatan terbesar adalah Kecamatan Pringapus
seluas 78,35 Ha atau 8,25 % dari luas wilayah seluruh Kabupaten Semarang,
dan luas Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Ambarawa seluas 28,22 Km2
atau 2,97 % dari luas wilayah seluruh Kabupaten Semarang. ( Intel dasar
Polres Semarang, 2012)
Gambar 2
Peta Kabupaten Semarang
4.1.2.
Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Semarang pada Tahun 2011 menurut
32
bertugas
menyelenggarakan
tugas
pokok
Polri
dalam
pelaksanaan
menyelenggarakan
fungsi
tugas
pokok
Memberikan
kepolisian,
pelayanan
Polres
kepolisian
juga
kepada
33
KAPOLRES
WAKAPOLRES
BAG OPS
URTELEMAT
IKA
SAT
INTELK
AM
BAG MIN
BAG
BINAMITRA
UNIT
P3D
SAT
RESKI
M
UR
DOKKES
SAT
NARKO
BA
SAT
SABHAR
A
TAUD
SAT
OBSU
S
SAT
LANTA
S
POLSEK
Sumber data: Bagian administrasi Polres Semarang, 2012
Gambar 3
Struktur Organisasi Polres Semarang
Dari
struktur
organisasi
tersebut
bahwa
disebutkan
Satlantas
SPK
34
(satu) orang Kasat Lantas yang berpangkat AKP (Ajun Komisaris Polisi). Kasat
Lantas Polres Semarang membawahi Kaur Min Ops dan beberapa unit, yang
dikepalai oleh seseorang Kanit. Adapun Kaur Min Ops pada pelaksanaan
tugasnya membawahi 2 (dua) bagian, yaitu Badan Urusan (Ba Ur) Tilang dan
Administrasi (Min) Lantas. Sedangkan unit-unit yang terdapat di Satuan lantas
Polres Semarang dikepalai oleh seorang Kanit yang berpangkat perwira, dan
terdiri dari Kanit Patroli, Kanit Reg Ident lalu lintas, Kanit kecelakaan dan Kanit
Dikyasa Lantas. Adapun susunan organisasi Polres Semarang dapat dilihat
pada Gambar 4 di bawah ini :
KAPOLRES
WAKA
KASATLANTA
S
KAUR BINOPS
KANIT
DIKYA
SA
KAUR MIN TU
KANIT
TURJAW
ALI
KANIT
LAKA
KANIT
REGIDENT
Gambar 4
Struktur organisasi Satuan Lalu Lintas
Satuan lalu lintas merupakan unsur pelaksana utama dari organisasi
Polres Semarang yang berada dibawah Kapolres, bertugas menyelenggarakan
dan membina fungsi teknis bidang lalu lintas yang terdiri dari unit kecelakaan
lalu lintas, unit patroli, unit regident (registrasi dan identifikasi), dan unit dikyasa
(pendidikan dan rekayasa).
35
35
PANGKAT
DSPP
RIEL
JABATAN
1.
AKP
KASAT LANTAS
IPTU
KAUR/KANIT
IPDA
KANIT
AIPTU
12
17
ANGGOTA
AIPDA
10
ANGGOTA
Bripka
18
18
ANGGOTA
Brigadir
20
40
ANGGOTA
Briptu
25
31
ANGGOTA
Bripda
35
ANGGOTA
10
PNS
ANGGOTA
11
ANGGOTA
TOTAL
136
139
Dari tabel 1 diatas di sebutkan bahwa jumlah DSPP dan Riel dari
personel satlantas di Polres Semarang masih sangat kurang dari jumlah DSPP
sehingga dari situlah kita dapat melihat faktor yang sangat menghambat kinerja
Satuan lalu lintas karena jumlah personelnya sangat minim dari jumlah
kebutuhan, mengingat wilayah hukumnya dari Polres Semarang mencakup
sangat luas, sampai di wilayah Salatiga. Di samping itu wilayah Kabupaten
36
Semarang yang berada di tengah tengah pertemuan arus dari arah Semarang
menuju Solo dan Jogjakarta yang sedemikian padatnya dan rawan terjadi
kecelakaan karena wilayah topografi medannya yang meliputi tanjakan dan
37
turunan.
4.2
a.
kecelakaan lalu lintas, dapat dilihat dari berbagai data antara lain:
Tabel 2.
Data penyelesaian perkara tahun 2010
Tabel 3.
Data penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas tahun 2011
39
Sumber minops Satlantas Polres Semarang, 2012
38
Tabel 4.
Data penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas tahun 2012
4.2.1
LOKASI
2.
3.
4.
Pertigaan Chytroen
KETERANGAN
- Kondisi jalan menanjak dan turunan tajam.
- Tidak ada bahu jalan, sarana prasarana
seperti marka dan rambu sangat minim.
- Kondisi jalan yang licin di waktu hujan.
- Kondisi jalan yang berkelok menanjak dan
turunan tajam.
- Tidak ada bahu jalan.
- Kondisi jalan licin, di waktu hujan.
- Kondisi jalan yang berkelok menanjak dan
turunan tajam.
- Tidak ada bahu jalan.
- Serta rambu lalu lintas minim.
- Kondisi jalan licin, di waktu hujan
- Arah Semarang terdapat jembatan, akses
keluar masuk karyawan.
- Turunan, sedikit tikungan, dan jarak pandang
terbatas.
39
5.
6.
Simpang 3 Bawen
7.
4.2.2
kurangnya lampu penerangan di malam hari. Dan juga faktor cuaca yang
40
Kemampuan Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh Satuan lalu lintas
Polres Semarang
41
Tabel 6.
Pendidikan Kompetensi Personel Satuan Lalu Lintas Polres Semarang
PENDIDIKAN
UMUM
JUMLAH
SMP
SMA/SMU/
139
MAN
TOTAL
PENDIDIKAN POLRI
PENDIDIKAN
JML
PEMBENTUKAN
KEJURUAN
AKPOL
1
DASPA LANTAS
PENDIDIKAN
JML
3
SECAPA
DASBA LANTAS
SEBA
133
DIKMAS LANTAS
LAKA LANTAS
139
139
42
70
Dana per
kasus
Rp 303.000
Rp 21.210.000,00
Rp 1.405.000
Rp 8.430.000,00
No
Jenis
Jumlah
1.
BAC
P21/ laka tidak
menonjol
P21/ laka menonjol
Angkutan Umum/laka
tidak menonjol
Pribadi
Tabrak lari (12 bulan)
2.
3.
4.
5.
6.
Jumlah Total
Rp 108.222.00,00
Rp 4.844.000
Rp 29.064.000,00
6
5
Rp 3.780.000
Rp 2.621.000
Rp 22.680.000,00
Rp 15.725.000,00
3)
NO
Jenis Kendaraan
1.
Mobil SIM keliling
2.
Unit TPTKP laka
Jumlah
1
1
3.
Sedan PJR
4.
Double cabin
5.
Uji sim
6.
7.
8.
4
3
9
9.
R2 125 cc
10.
Lain-lain
4.4
21
1
Keterangan
Bus SIM Keliling
Ford Ranger
2 Hyundai
2 Lancer
1 Mazda
Isuzu D-Max
1 Honda Revo
1 Grandmax
Toyota Kijang
Yamaha Diversion
Yamaha Scorpio
Suzuki TS
Yamaha Rx
Mitsubishi Kuda
43
1. Upaya Preemtif
Upaya preemtif dilakukan dengan menitik beratkan kepada usahausaha berupa penyuluhan dan sosialisasi dengan masyarakat dalam
melakukan pencegahan sehingga sedini mungkin dapat mencegah
terjadinya laka lantas di Kabupaten Semarang.
2. Upaya Preventif
Upaya tersebut dilakukan dengan Turjawali Lalu Lintas.
Dengan
pelanggar lalu lintas dijalan dengan sanksi tilang dan tidak ada toleransi
apapun.
4.4.1
Penanganan
kecelakaan
lalu
lintas
sesuai
dengan
peraturan
44
Perundang-undangan.
Dalam penanganan dan penyidikan kecelakaan lalu lintas, anggota lalu
lintas mengacu kepada UU NO. 22 Tahun 2009 pada pasal 1 UU NO.
22 tahun 2009 yang semua unsure-unsurnya terpenuhi.
1.
UU NO. 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan angkutan jalan pasal
310 :
(1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang
karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan
kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 229 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah).
(2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang
karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan
korban luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).
(3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena
kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban
luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(4) Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
45
mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp12.000.000, 00 (dua belas juta rupiah)
2.
Pasal 311 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan :
3.
Pasal 312 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang lalu lintas dan angkutan jalan
:
Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang terlibat
kecelakaan lalu lintas dan dengan sengaja tidak menghentikan
kendaraannya, tidak memberikan pertolongan, atau tidak melaporkan
kecelakaan lalu lintas kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia
terdekat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 231 ayat (1) huruf a,
huruf b, dan huruf c, tanpa alas an yang patut dipidan dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp
75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).
Penyelesaian melalui jalur hukum dengan penyidikan hanya diterapkan
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.
sarana transportasi lalu lintas dalam kehidupan mereka sehari hari, maka
timbulah masalah - masalah sosial. Salah satunya diantaranya adalah
masalah kecelakaan lalu lintas yang sering kita temui.
Kecelakaan lalu lintas telah menjadi suatu permasalahan lalu
lintas yang dapat menimbulkan masalah dan kerugian besar di
masyarakat, permasalahan ini selalu terjadi di jalur lalu lintas manapun.
Tidak terjadi di Indonesia saja tetapi di negara manapun. Penyebabnya
bermacam-macam baik faktor manusia, kondisi jalan, keadaan geografi,
faktor kendaraan, faktor cuaca dan faktor dari kendaraan. Dari faktorfaktor tersebut sangat mempengaruhi satu sama lain.
Pelanggaran lalu lintas juga di pandang memberi kontribusi pada
kecelakaan lalau lintas. Dari hasil studi dokumentasi terungkap bahwa 42
persen dari 1260 kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi mulai bulan
Januari sampai dengan Agustus 1997 pada umumnya diawali dengan
pelanggaran peraturan lalu lintas oleh pengemudi. Sisanya sebanyak 58
persen disebabkan oleh kondisi kendaraan, jalan dan alam. Namun,
seorang perwira pengolah data kecelakaan lalu lintas menerangkan
bahwa walaupun tidak dominan, pengemudi tetap ikut memberi kontribusi
bagi timbulnya kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh faktor bukan
manusia. Berdasarkan uraian diatas bahwa pelanggaran lalu lintas itu
48
49
merupakan penyebab utama dari timbulnya kecelakaan lalu lintas.
(disadur dari Farouk Muhammad, 2008 :49)
Seperti di wilayah hukum Polres Semarang tersebut di kawasan
tersebut ada yang namanya kawasan black spot. Kawasan tersebut
diantaranya rata-rata merupakan faktor kondisi jalan bergelombang serta
tanjakan dan turunan. Adanya faktor cuaca yang sangat mempengaruhi.
Karena wilayah di daerah Kabupaten Semarang yang sering terjadi hujan
di saat musim penghujan. Yang mengakibatkan jalanan menjadi licin.
Tentunya dalam suatu upaya-upaya dalam pelaksanaannya
terdapat kendala-kendala di lapangan. Dalam hal ini peneliti menganalisa
kasus menggunakan teori manajemen dan teori penegakkan hukum,
melihat masalah dalam upaya -upaya yang dilakukan dalam menekan
tingkat kecelakaan lalu lintas.
Teori penegakkan hukum dan teori manajemen dianggap mampu
dalam menganalisis apa yan terjadi, dimana nantinya diharapkan dapat
memberikan konstribusi terhadap upaya Satuan Lalu Lintas Semarang
dalam menekan tingkat kecelakaan.
Oleh karena itu dalam pembahasan inii penelitian akan
membahas
permasalahan
yang
ada
dengan
teori-teori
tersebut.
Kecelakaan lalu lintas menurut Berekbout yang dikutip oleh MH. Ritonga
(2003: 28, dalam skripsi Irwan sunuddin, 2009 : 71) memiliki 4 (empat)
faktor penyebab, yaitu manusia, kendaraan, jalan, dan lingkungan.
50
5.1.1
para
anggota
yang
melakukan
kegiatan
51
kesempatan kerja yang terbuka padanya yaitu kesempatan
untuk bekerja yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan
keterampilannya
serta
adanya
kesempatan
untuk
dapat
maksimal
melaksanakan
kinerjanya
langsung
maupun
tidak
langsung.
Tujuan
52
diadakannya disiplin kerja adalah agar anggota selalu bisa
merasa siap sedia apabila ada masyarakat yang segera
meminta bantuan dan pertolongan.
d. Sarana Prasarana yang ada di Satuan lalu lintas. Yang seperti
penulis bahas di atas adalah kelemahan dari Satuan lalu lintas
Polres Semarang adalah keterbatasannya saran dan prasarana
yang mendukung kegiatan operasional di lapangan seperti
kendaraan bermotor yang sangat terbatas jumlahnya di tambah
wilayah Polres Semarang sangat luas sekali mempunyai 16
Polsek dan 19 kecamatan yang tersebar di wilayah Kabupaten
Semarang, di tambah lagi wilayah perbukitan berupa tanjakan
dan turunan. Dan wilayah Polres Semarang dikelilingi oleh
Dataran tinggi. Dan juga alat komunikasi seperti Handy Tolky
yang sangat sedikit dan rata rata
53
ketertiban serta menjamin keamanan umum, Substansi tugas pokok
kepolisian adalah menegakkan hukum bersumber dari ketentuan
pperaturan perundang-undangan yang memuat tugas pokok Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam mengemban tugas pokok Kepolisian.
Salah satunya dalam hal menangani tingkat kecelakaan Satuan
Lalu Lintas Polres Semarang melakukan manjemen kinerja melalui jalur
hukum dan penyidikian, diantaranya sebagai berikut:
a.
Planning
2.
3.
lalu lintas.
Menyiapkan penyidik sesuai dengan identitas penyidiknya.
Menyusun daftar pertanyaan untuk saksi dan tersangka
4.
5.
6.
secara berjenjang.
Apabila Penyidik telah melakukan kegiatan Penyidikan,
sebagaimana di atur dalam Pasal 110 KUHAP, penyidik
segera menyerahkan berkas perkara kepada penuntut
umum. Kemudian apabila penuntut umum berpendapat
bahwa hasil penyedikan kurang lengkap, penyidik menerima
kembali perkara dan segera melengkapinya. Penyidikan
dianggap telah selesai apabila dalam waktu empat belas (14)
hari penuntut umum tidak mengembalikan berkas perkara
54
atau apabila sebelum batas waktu tersebut berakhir telah
ada pemberitahuan tentang hal itu dari penuntut umum
kepada penyidik, artinya berkas telah selesai (P.21) maka
perkaranya dilimpahkan ke Pengadilan. Apabila ternyata
tidak cukup bukti maka penyidik mengeluarkan SP3 (Surat
Perintah Penghentian Penyidikan) yang diatur di dalam
Pasal 109 KUHAP. Untuk itu penyidik menghentikan
penyidikan dikarenakan tidak terdapat cukup bukti seperti
yang diatur dalam Pasal 184 KUHP (minimal dua alat bukti)
atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak
pidana atau penyidikan diberhentikan demi hukum dengan
alasan karena nebis in idem, tersangka meninggal dunia,
dan perkara pidana telah kadaluwarsa atau saksi tidak
b.
dilakukan
penyidikan
dan
penanganan
adanya
55
harus tetap terjaga. ( disadur dari modul naskah manajemen
2.
c.
56
lain yang diperlukan. Untuk menyeleseikan masalah yang ada
dan kendala yang dihadapi oleh penyidikan maka penyidik dan
atasan penyidik harus meminta bantuan teknis secara berjenjang
dalam bentuk back up satuan yang lebih tinggi terhadap satuan di
d.
bawahnya.
Controling (pengawasan dan pengendalian) yaitu mengawasi dan
mengendalikan aktifitas para anggota dan pekerja agar berjalan
sesuai dengan yang di harapkan dari awal perencanaan dan
berakhir sesuai dengan hasil yang diinginkan. Untuk memastikan
langkah penyidikan sesuai dengan perencanaan penyidikan
maka harus dilakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
kinerja anggota. Karena dari pengawasan dan pengendalian
tersebut dapat dimengerti hambatan-hambatan di lapangan oleh
anggota. Upaya pengendalian tersebut dapat dengan melalui
laporan dari hasil tugas dan perkembangan hasil penyidikan yang
tertuang
pada
lembar
kontrol.
Dari
pengawasan
dan
suatu
perencanaan,
pengorganisasian
serta
57
dikatakan davids & Hancock (1985) dalam adrianus yang
menguraikan
bahwa
penerapan
prinsip-prinsip
manajemen
memberlakukan
prinsip-prinsip
yang
sama
dengan
adalah sesuai juga dengan tugas pokoknya yang diemban sebagai aparat
penegak hukum. Sesuai dengan pasal 13 Undang-undang No.2 tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu (1) memelihara
keamanan dan ketertiban serta menjamin keamanan umum. Substansi
tugas pokok Kepolisian adalah menegakkan hukum bersumber dari
ketentuan peraturan perundang undangan yang memuat tugas pokok
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam mengemban tugas pokok
Kepolisian.
58
5.2.1
dalam
material
adalah
(Purbacaraka
&Soerjono
Soekanto,1979)
59
Apabila penyidik menemukan kesulitan dalam menetapkan atau
kesalahan maka penyidik dapat memanggil saksi ahli yang sesuai
dengan dalam pasal 7 ayat (1) huruf h KUHAP.
Dan
apabila
dalam
terjadinya
kecelakaan
terdapat
luka
ringan( LR) atau kerugian material, maka pihak dari kepala Satuan Lalu
lintas Polres Semarang akan melakukan mediasi dengan jalan damai
antara pihak yang terjadi kecelakaan. Salah satu hal dari kebijakan yang
diambil adalah dengan terwujudnya jalur keadilan bagi kedua belah pihak.
Penyelesaian kasus tersebut tidak dengan jalur hukum melainkan melalui
dengan penyeleseaian kedua belah pihak.
Keseluruhan
hal
yang
didapat
adalah
dalam
melakukan
60
Oleh
karena
itu
di
organisasi
Kepolisian
tersebut,
para
Di
samping
mempunyai
kedudukan
dalam
menentukan
61
Dari penulis yang di sajikan di bab IV tersebut di bahas
permasalahan, yaitu :
a. Masalah sumber daya manusia yang kurang di Satuan lalu lintas
itu sendiri, seperti para personel yang sedikit sekali yang
melaksakan pendidikan kejuruan lalu lintas di bandingkan dengan
jumlah yang ada di Satuan lalu lintas tersebut. Hal ini sangat
berpengaruh dalam hal kinerja yang berlangsung. Maksudnya
dalam hal ini adalah keadaan dimana sumber daya manusia nya
kurang memiliki keahlian dan keterampilan dalam melakukan
kegiatan, karena penanganan kecelakaan ini adalah hal yang
mendasar yang dilakukan oleh personel Satuan lalu lintas Polres
Semarang. Karena kalau tidak memiliki dasar teori dan dapat
mengaplikasikannya
penyidikan
akan
di
wilayah
maka
penanganan
dan
62
komputer di penyidik Satuan lalu lintas yang jumlahnya masih
kurang untuk melakukan penyidikan kecelakaan lalu lintas. Hal ini
sangat menghambat jalannya kinerja personel Satuan lalu lintas
5.2.4
Polres Semarang.
Faktor masyarakat
Penegakkan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk
pendapat
masyarakat
mengenau
hukum,
yang
sangat
5.2.5
63
Faktor budaya
kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai
atau
Polres maka
mempunyai
kebijakan
masing-masing
5.3.1
Harus
menyediakan
pelayanan
yang
tersedia
kepada
masyarakat.
Dengan tadi melakukan patroli keliling oleh anggota unit di tiap
tiap daerah yang dianggap rawan terjadinya kecelakaan lalu lintas, itu
merupakan upaya dari memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Dengan
memudahkan
pelayanan
kepada
masyarakat
yang
64
jalan kepada pengguna jalan dan memberikan nomor TMC kepada para
pengguna jalan raya di Kabupaten Semarang.
5.3.4
65
melaksanakan
Operasi
Kepolisian
tersebut
yang
semacam
ini
dilakukan
untuk
memberikan
bahaya
66
BAB VI
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Dalam bab ini, akan membahas mengenai kesimpulan dari
permasalahan
dalam
mewujudkan
keamanan
dan
ketertiban lalu lintas. Kinerja yang ada sudah baik diihat dari
penyeleseaian perkara dari tahun 2010-2012 yang P-21 sudah
b.
personel
67
operasional yang mendukung kegiatan tersebut. Hal ini juga
untuk mewujudkan kecepatan dan ketepatan dalam mendatangi
c.
black spot,
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka penulis dapat
b.
akuntabel.
Lebih
menekankan
dalam
mengurangi
adalah
faktor
pendukung
kepolisian
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku karya perorangan
Farouk, Muhammad. 2008. Praktik Penegakan Hukum Bidang Lalu
Lintas, Jakarta : PTIK Press & Restu Agung.
Moleong, Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi, Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Sumber internet
Gani Kurniawan, Angka Kecelakaan tertinggi terjadi di Jawa Tengah
dalam http :// http://www.tribunnews.com., 14 Agustus 2012.
kinerja dalam http://id.wikipedia.org/wiki., 25 Januari 2001.