2 Op-Amp PDF
2 Op-Amp PDF
2.1 Pendahuluan
Pada bagian ini dibahas tentang macam macam teori yang mendasar dan juga sebagian
untuk terapan suatu rangkaian. Pembahasan dilengkapi dengan latihan soal dan soal soal tersebut
yang harus dikerjakan oleh siswa untuk mencapai target tujuan dari mata kuliah ini. Model dari
pertanyaan disengaja membalik balikkan permasalahan sehingga terkesan banyak pertanyaan.
2.2 Inverting
Inverting amplifier ini, input dengan outputnya berlawanan polaritas. Jadi ada tanda minus
pada rumus penguatannya. Penguatan inverting amplifier adalah bisa lebih kecil nilai besaran dari 1,
misalnya -0.2 , -0.5 , -0.7 , dst dan selalu negatif. Rumus nya :
Vo =
Rf
Vi
Ri
Rf
Vi
Ri
Vo
Gambar 2.1
Rangkaian inverting Amplifier
2.3 Non-Inverting
Rangkaian non inverting ini hampir sama dengan rangkaian inverting hanya perbedaannya
adalah terletak pada tegangan inputnya dari masukan noninverting.
Rf + Ri
Vi
Ri
Vo = (
Rf
+ 1)Vi
Ri
Hasil tegangan output noninverting ini akan lebih dari satu dan selalu positif.
Rangkaian nya adalah seperti pada gambar berikut ini :
Rf
Ri
Vo
Vi
Gambar 2.5
Noninverting Amplifier
2.4 Buffer
Rangkaian buffer adalah rangkaian yang inputnya sama dengan hasil outputnya. Dalam
hal ini seperti rangkaian common colektor yaitu berpenguatan = 1.
Rangkaiannya seperti pada gambar berikut ini
R
Vo
Vi
Gambar 2.8
Rangkaian Buffer
Nilai R yang terpasang gunanya untuk membatasi arus yang di keluarkan. Besar nilainya tergantung
dari indikasi dari komponennya, biasanya tidak dipasang alias arus dimaksimalkan sesuai dengan
kemampuan op-ampnya.
Rf
Va
Ra
Vob =
Rf
Vb
Rb
Voc =
Rf
Vc
Rc
1
1
1
Vot = Rf
Va +
Vb + Vc
Rb
Rc
Ra
Vo = (Va + Vb + Vc)
Tahanan Rom gunanya adalah untuk meletak titik nol supaya tepat, terkadang tanpa Rom sudah
cukup stabil. Maka rangkaian ada yang tanpa Rom juga baik hasilnya. Rangkaian penjumlah dengan
menggunakan noninverting sangat suah dilakukan karena tegangan yang diparalel akan menjadi
tegangan terkecil yang ada., sehingga susah terjadi proses penjumlahan.
Gambar2.9
Rangkaian penjumlah dengan hasil negatif
sehingga
Vo = (Vb Va )
Gambar 2.12
Rangkaian pengurang dengan 1 op-amp
Rangkaian pengurang dengan 2 op-amp tidak jauh berbeda dengan satu opamp, yaitu salah satu
input dikuatkan dulu kemudian dimasukkan ke rangkaian pengurang, seperti gambar dibawah ini.
Perhitungan rumus yang terjadi pada titik Vz adalah :
Rf
Vz =
+ 1Vy
R1
sehingga Vo menjadi
Rf
Rf
Vo =
+ 1Vx
Vz +
R1
R1
Rf
Rf Rf
Vo =
+ 1Vx
+ 1Vy
R1
R1 R1
Rf
Rf
Vo = 1 +
Vx
Vy
R1
R1
Gambar 2.14
Proses mencari persamaan dari rangkaian pengurang 3 op-amp
Rangkaian penguat dengan 3 op-amp seperti pada gambar dibawah ini sangat persis seperti
rangkaian penguat dengan 1 op-amp. Hal ini karena sebelum masuk dilewatkan buffer saja.
Perhitungannya pun sama dengan rangkaian pengurang 1 op-amp.
Gambar 2.15
Rangkaian pengurang 3 op-amp dengan buffer
2.7 Comparator/ Pembanding
Rangkaian pembanding ini ada 3 macam yaitu :
a. Rangkaian pembanding 1 op-amp tanpa jendela input
b. Rangkaian pembanding 1 op-amp dengan jendela input
c. Rangkaian pembanding 2 op-amp dengan jendela input proses output luar
d. Rangkaian pembanding 2 op-amp dengan jendela input proses output dalam
Rangkaian pembanding dengan 1 op-amp tanpa jenjela input, artinya rangkaian
komparator/pembanding yang langsung dibandingkan. Seperti pada gambar berikut ini adalah
komparator biasa dan hasilnya langsung dibandingkan dengan referensinya.
Rangkaian komparator dengan jendela input rangkaiannya hampir sama dengan rangkaian
noninverting hanya saja parameternya terbalik. Seperti pada gambar berikut ini dan contoh hasil dari
input dan outputnya dan perhitungannya.
Vi
Vi
Vo
8
+Vsat
Gambar 2.20
Rangkaian komparator /pembanding dengan referensi o volt
Vi
Vru
Vo
Vi
Vrl
R2
R1
+Vsat
-Vsat
Gambar 2.21
Rangkaian komparator dengan jendela
Perhitungan menentukan jendela Volt reference Up (Vru) dan Volt reference low (Vrl) adalah
sebagai berikut :
Vru =
R1
(+ Vsat )
R1 + R2
Vrl =
R1
( Vsat )
R1 + R2
Sedangkan untuk komparator dengan 2 op-amp ada 3 macam variasi seperti gambar berikut:
3
3V
Va
Vi
-3
Vo
Vi
+Vsat
Va
Vb
-Vsat
-3V
+Vsat
Vb
-Vsat
Vb
+Vsat
Vo
-Vsat
10
Gambar 2.22
Rangkaian komparator 2 opamp dengan output negatif
3
3V
Va
Vi
-3
Vo
Vi
+Vsat
Va
-Vsat
-3V
Vb
+Vsat
Vb
-Vsat
Vb
+Vsat
Vo
-Vsat
11
Gambar2.23
Rangkaian komparator 2 op-amp dengan output campuran
3
Vi
-3
+Vsat
+3V
Va
-Vsat
Vi
Vo
+Vsat
Vb
-Vsat
-3V
+Vsat
Vo
-Vsat
12
Gambar 2.24
Rangkaian komparator 2 opamp dengan output negatif
Aplikasi untuk komparator semacam ini bisa dilihat dari hasil outputnya. Misal menginginkan hanya
didalam window saja yang di proses atau hanya diluar window saja yang diproses dan sebagainya.
2.8 Differensiator.
Rangkaian differensiator adalah rangkaian aplikasi dari rumusan matematika yang dapat
dimainkan (dipengaruhi) dari kerja kapasitor.
Rangkaian nya seperti pada gambar 2.25 dengan rangkaian sederhana dari differensiator. Untuk
mendapatkan rumus differensiator, urutannya adalah sebagai bagai berikut :iC = iB + i F dan selama
nilai iB = 0 maka
iC = i F selisih dari inverting input dan noninverting input (v1 dan v2) adalah nol
dan penguatan tegangannya sangat besar, maka didapat persamaan pengisian kapasitor sebagai
berikut :
C1
v vo
d
(v in v 2 ) = 2
dt
RF
menjadi
C1
dVin
v
= o atau
dt
RF
v o = RF C1
Rf
iF
iC
Vin
C1
iB
vo
V2
V1
ROM=Rf
13
dvin
dt
Gambar 2.25
Rangkaian Differensiator Op-amp.
Pada rangkaian aplikasi rangkaian differensiator op-amp ini ada sedikit perubahan yaitu penambahan
tahanan dan kapasitor yang fungsinya untuk menfilter sinyal masukan. Seperti tampak pada gambar
2.26 adalah rangkaian differensiator yang dimaksud. Dengan demikian maka ada batasan input dari
frekuensi yang masuk, batasan tersebut adalah
fa =
1
2 R F C 1
berikut :
fb =
sama dengan hasil input, alias fungsi rangkaian tersebut tidak lagi differensiator lagi tapi sebagai
pelewat biasa. Sedangkan untuk gambar 2.26 biasanya digunakan untuk rangkaian aplikasi yang di
integrasikan dengan rangkaian lain. Syarat perhitungan nilai nilai R1, C1, RF, CF adalah sesuai dengan
syarat sebagai berikut :
fa<fb
sehingga frekuensi input dilewatkan terlebih dahulu ke R1, C1 , RF, kemudian lewat ke R1, C1 , CF
bila frekuensinya melebihi fa.
CF
RF
R1
C1
Vo
Vi
Rom = R1
14
Gambar 2.26
Rangkaian praktis (aplikasi) differensial op-amp
Jawab:
v o = RF C1
dvin
3
6 (1V 0V )
= 10 .10
= 10 3.0,1 = 10 4V
dt
10
v o = RF C1
dvin
( 20V 0V )
10 3.10 6
= 10 3.20 = 20 2 V
dt
1
Sinyal Vi
+Vsat
0
Vo
Sinyal Vo seluruhnya
-Vsat
15
Gambar 2.27
Output dari rangkaian differensiator Op-amp dengan input sinyal dc
Gambar sinyal output untuk differensiator op-amp dari sinyal sinus dan segi empat adalah seperti
pada gambar 2.28.
Gambar 2.28
Sinyal output rangkaian differensiator Op-amp
Untuk menentukan nilai CF dan RF pada differensiator op-amp ini ditentukan dari fa dan fb dengan
hubungan sebagai berikut :
fb = 20 fa
Contoh soal :
Rancang differensiator op-amp dengan input bervariasi antara 10 Hz sampai 1KHz dengan Vin = 1
sin t. Volt (peak to peak)
a. Tenrukan nilai nilai R1,C1, RF, dan CF
b. Tentukan bentuk sinyal vo
Penyelesaian :
16
a. Karena input berkisar 10 sampai 1 KHz, maka di ambil frekuensi tertingginya. Jadi fa = 1 KHz
dan rumusnya : f a =
1
dan ditentukan
2 R F C 1
1
= 1.59 K 1.5 K
(2 ).(103 ).(107 )
C1 =0.1 F , sehingga : RF =
1
1
, maka nilai R1 =
= 79.5 82 (disesuaikan nilai
2 R1C1
(2 ).(104 ).(107 )
CF =
(82)(10 7 )1
= 0.0055 F 0.005F (nilai disesuaikan dengan nilai kapasitor yang ada)
1.5 K
v o = RF C1
dvin
d
3
= (1.5 K )( 0.1F ) [sin( 2 ).(10 )t ]
dt
dt
= (1.5 K)( 0.1F ).( 2 ).(10 3 ).cos[( 2 ).(10 3 )t ]
= 0.94. cos[( 2 ).(103 )t ]
2.9 Integrator
Rangkaian integrator op-amp ini juga berasal dari rangkaian inverting dengan tahanan
umpan baliknya diganti dengan kapasitor. Proses perhitungannya sebagai berikut:
i1 = I B + iF
dvC
, yang sama dengan iF , sehingga
dt
vin v2
d
= CF (v2 vo ) , karena v1 = v2 0, karena penguatan A terlalu besar, sehingga
R1
dt
vin
d
= CF .( vo )
R1
dt
vin
dt =
0 R
1
C
0
d
(vo ) dt = CF (vo ) + v0 |t = 0
dt
17
1
R1CF
v
0
in
dt + C
Batas frekuensi yang dilalui oleh capasitor dalam rangkaian integrator adalah
fo =
1
2R1CF
Biasanya rangkaian untuk aplikasi ada penambahan tahanan yang diparalel dengan kapasitor dengan
dinama RF. Seperti pada gambar 2.29 rangkaian integrator yang belum di tambah tahanan yang
diparalel dengan kapasitor. Nilai ROM adalah antara nol sampai dengan R1.
iF
R1
CF
V2
I1
vo
IB
v in
V1
ROM
Gambar 2.29
Rangkaian integrator op-amp sederhana
Perhitungan nilai untuk RF berkaitan dengan komponen lainnya yaitu fa< fb dimana rumus fa adalah :
fb =
1
2R1C F
, fa =
1
, misal fa=fb/10
2RF C F
RF
CF
R1
Vo
vi
18
ROM
Gambar 2.30
Rangkaian integrator op-amp untuk aplikasi (praktis)
19
3. Harga, umumnya filter aktif lebih ekonomis dari pada filter pasif, karena pemilihan variasai dari
op-amp yang murah dan tanpa induktor yang biasanya harganya mahal.
Filter aktif sangat handal digunakan pada komunikasi dan sinyal prosesing, tapi juga sangat baik dan
sering digunakan pada rangkaian elektronika seperti radio, televisi, telepon ,radar, satelit ruang
angkasa dan peralatan biomedik.
Umumnya filter aktif digolongkan menjadi :
1. Low Pass Filter (LPF)
2. High Pass Filter (HPF)
3. Band Pass Filter (BPF)
4. Band Reject Filter (BPF)
5. All Pass Filter (APF)
Pada masing masing filter aktif menggunakan op-amp sebagai elemen aktifnya dan tahanan ,
kapasitor sebagai elemen pasifnya. Biasanya dan pada umumnya IC 741 ckup baik untuk rangkaian
filterv aktif, namun op-amp dengan high speed seperti LM301, LM318 dan lain lainnya dapat juga
digunakan pada rangkaian filter aktif untuk mendapatkan slew rate yang cepat dan penguatan serta
bandwidth bidang kerja lebih baik.Gambar output dari filter aktif seperti tampak pada gambar berikut
ini, sebagai karakteristik responsi frekuensi dari 5 filter aktif. Responsi idealnya ditunjukkan dengan
garis terputus putus.
Low Pass Filter mempunyai penguatan tetap dari 0 Hz sampai menjelang frekuensi cut off fH. Pada
fH penguatan akan turun dengan 3dB, artinya frekuensi dari 0 Hz sampai fH dinamakan pass band
frekuensi dengan batas 0,707 tegangan output. Sedang frekuensi yang diredam dibawah 3dB atau
0,707 Vo dinamakan stop band frekuensi. Perubahan naik turunnya grafik karakteristik tersebut
tergantung dari kualitas komponen selain bentuk rangkaiannya.
Pada gambar b terlihat karakteristik dari high pass filter, artinya adalah frekuensi yang rendah
diredam sampai pada frekuensi cut on yang dianggap sebagai batas frekuensi rendahnya sehingga
diberi nama fL. Batasan stop band adalah 0 < f <fL dan untuk pass bandnya adalah f > fL. Untuk
menghasilkan bad pass filter dan band reject filter adalah kombinasi antara LPF dan HPF. Bila HPF
dirangkai serie dengan LPF maka akan mendapatkan BPF (Band Pass Filter). Sedangkan kombinasi
20
paralel antara LPF dan HPF akan mendapatkan BRF (Band Reject Filter). Gambar rangkaian bisa
dilihat dibagian BPF dan BRF untuk pembahasan lebih lanjut.
Gambar e menerangkan output fasa geser yang dihasilkan oleh All Pass Filter (APF). Pada rangkaian
ini sebenarnya bukan termasuk filter tapi juga bisa digolongkan kefilter aktif.
v1 =
dimana :
j = 1
jX c
v
R jX c in
dan
vin
1 + j 2fRC
1
j 2fC
jX c =
didapat :
v1 =
Jadi persamaannya :
R
v in
v o = 1 + F
R1 1 + j ( f / f H )
Dimana :
vo
= penguatan filter fungsi frekuewsi
v1
AF = 1 +
RF
= penguatan pass band dari filter
R1
1
= cut off frekuensi tinggi dari filter
2RC
21
= tan 1 (
f
)
fH
R
v o = 1 + F v1
R1
Rf
Ri
V2
Vo
Vr
V1
C
Vin
Gambar 2.31
Rangkaian Low Pass Filter 20 dB
Penguatan tegangan
-20 dB/decade
Av
-3dB
0.707 A F
Stop band
Pass band
frekuensi
fH
Gambar 2.32
Frekuensi respon dari LPF
vo
AF
vin
2. Pada f = fH ,
vo
A
= F = 0.707 AF
vin
2
22
3. Pada f > fH ,
vo
< AF
vin
Jadi Low Pass Filter akan konstans darin input 0 Hz sampai cut off frequensi tinggi f H . Pada f H
penguatannya menjadi 0.707 AF dan setelah melewati f H maka akan menurun sampai konstan
dengan seiring penambahan frekuensi. Frekuensi naik 1 decade maka penguatan tegangan dibagi 10.
Dengan kata lain, penguatan turun 20 dB (=20 log 10) setiap kenaikan frekuensi dikali 10. Jadi rate
dari penguatan berulang turun 20dB/decade setelah f H terlampuai Saat f in = f H , dikatakan
frekuensi cut off yang saat itu turun 3dB (=20 log 0.707) dari 0 Hz. Persamaan lain menyatakan
untuk frekuensi cut off terjadi 3 dB, break frekuensi, ujung frekuensi.
Contoh soal :
Rancanglah LPF dengan cut off 1KHz dan penguatan passband = 2
Penyelesaian :
Langkah :
1.
f H = 1 KHz
2. Misal C = 0.01 F
3. Maka R = 1/(2 )(103)(10-8)= 15.9 K (menggunakan potensio 20K )
4. Karena Av= 2, maka R1 dan RF harus sama, maka R1 = RF = 10K
5. Gambar rangkaian adalah sebagai berikut :
Gambar 2.33
Rangkaian LPF hasil perhitungan
23
1
2 R2 R3C 2C3
Rf
Ri
Vo
R2
R3
Vi
C2
C3
Gambar 2.34
Rangkaian Low Pass Filter dengan 40 dB
Pada rangkaian LPF dengan 40 dB ini persamaan penguatan tegangan absolutnya adalah:
vo
AF
=
vin
1 + ( f / f H )4
kedua)
Contoh soal :
Rancanglah LPF dengan order kedua (-40dB) dengan f H = 1 KHz. Gambarkan rangkaiannya
Penyelesaian :
Langkah langkah :
1.
f H = 1 KHz
24
2. Misal C2 = C3 = 0.0047 F
3. R2 = R3 =
1
= 33.86 KHz , digunakan 33KHz
( 2 )(10 )( 47)(10 10 )
3
4. Menurut responsi teori Butterworth , bahwa AF = 1,586 untuk order kedua, maka nilai RF dan
Ri adalah : Misal RI = 27 K , maka
RF
1 +
= 1.586 sehingga RF menjadi RF = (0.586)(27K ) = 33.86 K
27 K
RF dipasang potensiometer sebesar 20K .
5. Rangkaian LPF yang dimaksud adalah
Gambar 2.35
Rangkaian hasil perhitungan dan tegangan output terhadap frekuensi
2.10.3 High Pass Filter 20dB
Rangkaian High Pass Filter ini perbedaannya dengan Low Pass Filter hanya perpindahan tempat tahanan
dan kapasitor. Perhitungan ouputnya sebagai berikut :
R j 2fRC
v o = 1 + F
v atau
R1 1 + j 2fRC in
dimana :
AF = 1 +
RF
=
R1
25
j( f / f L )
vo
= AF
vi
1 + j ) f / f L )
fL =
1
2RC
vo
AF ( f / f L )
=
vi
1 + ( f / f L )2
Rf
Ri
Vo
Vi
Gambar 2.36
Rangkaian High Pass Filter 20 dB
AF
fL
frekuensi
Gambar 2.37
Output High Pass Filter Vo vs frekuensi
1
2 R2 R3C2C3
26
vo
AF
=
, dengan ketentuan
vin
1 + ( f L / f )4
AF = 1.586
C2
R2
R3
Gambar 2.38
High Pass Filter order kedua (-40dB)
Untuk mendapatkan order dalam filter yang lebih tinggi didapat dari serie dari order satu dengan
order dua yang menghasilkan order ketiga. Sedangkan order dua diserie dengan order dua, maka
menghasilkan filter dengan order keempat.
fC
fC
=
BW
fH fL
fH fL
27
Gambar 2.39
Rangkaian BPF bidang lebar
vo
=
vi
AFT ( f / f L )
[1 + ( f / f ) ].[1 + ( f + f ) ]
2
28
feedback filter karena satu rangkaian menghasilkan 2 batasan f L dan f H . Gambar rangkaian serta
contoh bandwidth bidang sempit diberikan seperti berikut ini. Persamaan persamaannya pun beda
dan tersendiri. Komponen pasif yang digunakan sama dengan komponen pasif dari LPF dan HPF.
Gambar 2.40
Rangkaian Band Pass Filter Bidang Sempit
Q
2f C CAF
R2 =
Q
2f C C ( 2Q 2 AF )
R3 =
Q
f C C
29
Af =
R3
< 2Q 2
2 R1
Q=
fC
fC
=
BW
fH fL
dan
fC =
fH fL
Ada keuntungan rangkaian ini adalah bila ingin mengganti frekuensi centernya f C , maka tinggal
mengganti nilai R2 saja. Nilai yang baru adalah R2'
f
R = R2 C'
fC
'
2
30
Gambar 2.41
Rangkaian Band Reject Filter Bidang Lebar
Gambar 2.42
Responsi output Band Reject Filter Bidang Lebar
Rumus rumus untuk LPF dan HPF serta rangkaian penjumlah berlaku untuk menentukan nilai nilai
komponen atau elemen pasif yang digunakan untuk rangkaian band reject filterbidang lebar ini.
31
1
2RC
Vo
C
Vin
C
R/2
Gambar 2.43
Rangkaian Notch Filter
RF
R1
Vo
Vi
R
C
32
v o = vin +
jX C
v .2
R jX C in
2
v o = vin 1 +
j 2fRC + 1
atau
vo 1 j 2fRC
=
vin 1 + j 2fRC
2.11 Oscilator
Sampai sejauh ini dipelajari pada op-amp misalnya untuk segala macam penguatan dan filter
filter aktif. Pada bagian ini menjelaskan op-amp untuk oscilator yang dapat diatur atur frekuensi
outputnya dengan gelombang yang bervariasi pula. Pada dasarnya fungsi oscilator adalah sinyal AC
atau gelombang tegangan saja. Lebih spesifik lagi, oscilator adalah proses pengulanganbentuk
gelombang tertentu pada amplitudo dan frekuensi yang tetap tanpa eksternal input. Oscilator sering
digunakan pada radio, televisi, komputer, dan pesawat komunikasi. Oscilator terdiri dari beberapa
macam jenisnya, walaupun begitu, oscilator oscilator itu mempunyai prinsip kerja yang sama.
2.11.1 Prinsip kerja oscilator
Oscilator adalah amplifier umpan balik ( feed back) yang outputnya diumpan balikkan keinput melalui
rangkaian umpan baliknya. Kalau sinyal umpan baliknya adalah suatu besaran atau fasa, maka
rangkaian akan menghasilkan sinyal bolak balik atau tegangan. Asal usul oscilator dinyatakan pada
gambar berikut ini yang menerangkan awal mula tidak ada tegangan input. Prinsip kerja ini dinamakan
umpan balik positif (positif feed back). Persamaannya adalah :
v d = v f + v in
33
v o = Av v d
v f = Bv o
vo
Av
=
vin 1 Av B
Dimana v in = 0 dan v o 0 didapat Av B = 1
Dialihkan kebentuk polar adalah :
Av B = 1 0 o atau360o
1
0.065
=
RC
2 6 RC
RF
= 29
R1
34
Gambar 2.45
Rangkaian oscilator fasa geser (phase shift)
2.11.3 Oscilator Jembatan Wien
Karena ringkasnya dan stabilnya dari output oscilator dan sering digunakan pada audiofrekuensi adalah rangkaian oscilator jembatan Wien. Output rangkaian ini adalah :
fo =
1
0.159
=
2RC
RC
1+
RF
=3
R1
atau
1
=3
B
RF = 2R1
Gambar berikut ini adalah contoh Jembatan Wien Oscilator dengan output fo = 965 Hz
Gambar 2.46
Rangkaian Oscilator Jembatan Wien
2.11.4 Rangkaian Oscilator Quadrature (Quadrature Oscilator Circuit)
Rangkaian oscilator ini menghasilkan 2 output dengan perbedaan fasa 90o yaitu berupa
gelombang sinus dan gelombang cosinus. Ada 2 op-amp yang digunakan, untuk op-amp pertama
35
beroperasi pada rangkaian noninverting sebagai noninverting integrator. Untuk op-amp yang kedua
beroperasi pada integrator murni. Frekuensi oscilasi yang terjadi adalah :
fo =
1
2RC
Av =
dan
1
= 1.414
B
0.159
= 100 K
(159) 10 8
Untuk mwndapatkan koreksi kesalahan atau melesetnya nilai komponen bisa diganti R1 dengan
potensio yang bernilai 200K .
Gambar rangkaian oscilator quadarture adalah seperti berikut ini.
Gambar 2.47
Quadrature Oascilator
36
v1 =
R1
( V sat ) dan
R1 + R2
2 R + R2
T = 2RC ln 1
R1
Untuk R2 = 1.16 R1
maka nilai
v1 =
atau
fo =
R1
(+ Vsat )
R1 + R2
fo =
1
2 RC ln [(2R1 + R2 ) / R2 ]
1
2 RC
Gambar 2.48
Rangkaian Oscilator segi empat
2.11.6 Oscilator gelombang segitiga
Rangkaian segitiga ada 2 macam cara membuatnya yaitu :
37
Rangkaian dari oscilator segiempat ke integrator sama rumusnya yaitu untuk mencari frekuensi
osilasinya adalah:
2 R + R2
T = 2RC ln 1
R1
Untuk R2 = 1.16 R1
maka nilai
fo =
atau
1
2 RC
38
fo =
1
2 RC ln [(2R1 + R2 ) / R2 ]
Gambar 2.49
Rangkaian Oscilator ouput segi tiga kesatu
Untuk rangkaian yang lain adalah kombinasi antara rangkaian komparator dan rangkaian integrator
rumusnya adalah :
fo =
R3
4 R1C1R2
39
Gambar 2.50
Rangkaian oscilator gelombang segi tiga kedua
2.11.7 Rangkaian Oscilator gelombang segitiga gergaji
Rangkaian oscilator segitiga gigigergaji ini adalah sama dengan segitiga biasa cuma hanya ada
penambahan potensiometer yang diletakkan pada kaki noninverting dengan nilai 20 K .
Rangkaiannya terlihat seperti gambar berikut ini.
40
Adalah oscilator yang ouput frekuensinya tergantung dari input rangkaian seperti gambar
rangkaian berikut ini.
41
Gambar 2.52
Rangkaian Voltage Control Oscilator dan hasilnya
42