Anda di halaman 1dari 18

Fisiologi Chondrichthyes

a. Sistem Rangka
Chondrichthyes memiliki tulang kartilago kranium sempurna, organ pembau dan
kapsula aptic yang bergabung menjadi satu. Di bawah lapisan eksoskeleton terdapat
beberapa lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi terdapat tulang padat. Kartilago
palato-quadrat dan kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan membentuk rahang
atas dan bawah. Ikan hiu dan pari, rahangnya bersendi pada tulang ke posterior atau pada
elemen hiomandibula dari lengkung insang kedua (Sukiya, 2005).

Gambar. Sistem Rangka Ikan Hiu


Alat gerak pada ikan berupa sirip tulang di bagian ventral dari pusat sirip ikan hiu
disebut koroid, sedangkan yang memanjang kearah dorsal di bagian tepi sirip disebut
skapula, tulang gigi berasal dari dermal sirip pada ikan pari merupakan modifikasi dari
tulang gigi yang hilang. Tulang tulang bagian panggul pada ikan lebih sederhana daripada
bagian gelang bahu dan hampir melekat pada koluna vertebratalis (rangkaian tulang
belakang) (Sukiya, 2005).

Gambar. Tulang Ventral Kepala Ikan Hiu


b. Sistem Otot
Fungsi utama sistem otot adalah untuk berbagai variasi gerak dari organ tubuh.
Gerak otot yang disengaja oleh ikan, yaitu:
1. Menggerakan mata
2. Membuka dan menutup mulut
3. Membuka dan menutup insang
4. Menggerakan sirip ke atas atau ke samping
5. Melawan arus air
Jika dipotong tegak lurus dengan punggung, akan tampak otot-otot tersusun
menurut lingkaran lingkaran konsentris. Potongan otot yang melingkar ini tersusun dari
arah kranial ke kaudal berbentuk muskuli (berbentuk kerucut). Otot tersebut disebut
miomer yang tersusun segmental. Masing-masing miomer dibungkus dan dipisahkan oleh
jaringan ikat miocommata (Sukiya, 2005).
Pada ikan bertulang rawan dan sejati, otot aksial dipisahkan oleh septum lateral
(septrum horizontal) menjadi epaksial di bagian dorsal dan otot hipaksial di bagian ventral.

Otot epaksial diinervensi oleh percabangan dorsal saraf spinal sedangkan otot hipaksial
diinervensi oleh percabangan ventral saraf spinal (Sukiya, 2005).

Gambar. Sistem Otot Bagian Lateral


Otot-otot brankial berfungsi untuk menutup dan membuka lubang insang dan
mulut, terutama otot konstriktor (dorsal dan ventral) dan elevator. Otot ini diinervensi oleh
saraf spinal. Kelompok lain adalah otot hipobrankial yang memanjang di ventroanterior
insang mulai dari daerah korakoid sampai rahang dan bagian ventral arkus brankialis. Otot
tersebut adalah otot aksial yang berasal dari daerah brankiomerik, diinervasi oleh saraf
spinal. Otot sirip pada ikan yang paling banyak adalah berupa otot ektensor dorsal dan
fleksor ventral (Sukiya, 2005).
c. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi pada ikan merupakan sistem sirkulasi tunggal. Jantung ikan hanya
terisi darah yang tidak mengandung oksigen. Darah dari jantung dipompa menuju ke
insang untuk diisi oksigen lalu diedarkan ke seluruh tubuh. Jantung hanya memiliki 2 bilik
yaitu atrium dan ventrikel dengan konus (bulbus) arteriosus (Sukiya, 2005).
Sirkulasi dimulai dari darah melewati sinus venosus, lalu masuk kedalam atrium
lalu menuju ventrikel lalu di pompa ke arah konus arteriosus menuju aorta ventral,
selanjutnya menuju ke daerah insang lewat arteri brankia aferentia, selanjutnya dari insang
arteri brankia eferen darah mengumpul pada aorta dorsal. Pembuluh ini disebut lengkung

aorta (arcus aorticus) yang akan menjadi aorta ventral dan dorsal. Pada saat perkembangan
embryo ada 6 buah lengkung aorta meskipun pada perkembangan selanjutnya tereduksi
atau mengalami molifikasi. Penyebabnya belum jelas (Sukiya, 2005).
Sinus venosus menerima darah dari vena hepatika dan cardinalis (vena cuvieri,
yang merupakan gabungan pembuluh vena kardinal posterior dan anterior). Darah dari
kepala dikumpulakan oleh vena kardinal anterior. Darah dari ginjal dan gonade
dikumpulkan oleh vena kardinal posterior. Pembuluh cuvier adalah pembuluh vena latero
abdomainalis yang menerima darah dari dinding tubuh dan alat gerak. Sistem portal renalis
terdiri dari vena kaudal dan dua pembuluh portal ginjal. Darah dari ekor menuju sistem
portal renalis lalu ke kapiler ginjal. Darah dari lambung dan usus dialirkan oleh sistem
portal hepatik kemudian kembali ke hati, lalu masuk ke sinus venosus melalui sepasang
vena hepatika (Sukiya, 2005).
Konus arteriosus pada ikan bertulang rawan mempunyai delapan pasang katup
untuk mencegah darah masuk ke jantung, pada ikan bertulang sejati hanya terdapat satu.
Kenyataan ini merupakan perkembangan awal dari sistem sirkulasi ganda yang
memisahkan darah oksi (mengandung banyak oksigen) dan deoksi (sebaliknya) dalam
jantung. (Sukiya, 2005).

Gambar. Sistem Sirkulasi Ikan Hiu


d. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri atas dua bagian besar yaitu saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut, faring, esophagus
yang pendek, lambung, usus dan anus. Kelenjar pencernaan umumnya berupa kelenjar
mukosa, hati dan pancreas (Sukiya, 2005).

Ikan hiu memiliki gigi yang berkembang dengan baik. Bentuk gigi ikan pari dan
chimaera, seperti lempengan berbentuk kerucut yang berguna untuk menghancurkan
Molusca dan organisme bercangkang yang hidup di dasar laut. Lempengan analg juga
ditemukan pada Dipnoi. Letak gigi pada ikan yang lebih mau agak kearah palatum dan
faring (Sukiya, 2005).
Ikan yang habitatnya di air, maka tidak memerlukan banyak kelenjar di mulut
untuk membasahi makanannya, namun masih ada beberapa kelejar mukosa. Esophagus
ikan biasanya sangat pendek. Usus Elasmobranchii, dibedakan menjadi usus besar dan usus
kecil, ditandai adanya katup spiral untuk mempertingggi absorbs. Permukaan ini akan
hilang bila permukaan absorpsi dinaikkan dengan cara pemanjangan usus (Sukiya, 2005).
e. Sistem Pernafasan
Insang merupakan ciri sistem pernafasan pada ikan. Secara embriologis, celah
insang tumbuh sebagai hasil dari serentetan evaginasi faring yang tumbuh keluar dan
bertemu dengan invaginasi dari luar. Pada saat mulut terbuka air dari luar akan masuk
menuju faring dan keluar lagi melalui celah insang (Gambar 2.13). Peristiwa ini

melibatkan kartilago sebagai penyokong filament insang. Setiap filament atau holobrankia,
terpisah menjadi dua bagian yang disebut hemibrankia (Sukiya, 2005).

Gambar. Masuknya Air


Lamella insang berupa lempengan tipis yang diselubungi epitel pernafasan
menutupi jaringan vaskuler dan busur aorta sehingga karbondioksida darah dapat bertukar
dengan oksigen terlarut di dalam air (Gambar 2.14). Hemibrankia disipsahkan satu dengan
yang lain oleh septum interbrankia yang tersusun dari lengkung kartilago. Masing-masing
septa brankialis ini menutup bagian yang terbuka dari insang berikutnya ke arah posterior
(Sukiya, 2005).

Gambar. Insang dan Bagiannya


f. Sistem Urogenital

Sistem urogenital terdiri atas dua bagian yaitu sistem ekskresi dan sistem
urogenital. Sistem ekskresi ikan seperti juga pada Superkelas Pisces lain, yang mempunyai
banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan
mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein. Untuk itu berkembang tiga tipe
ginjal, yaitu pronefros, mesonefros dan metanefros. Ketiganya hamper sama, tetapi yang
membedakan adalah kaitannya dengan sistem peredaran darah, tingkat kompleksitas dan
pada efisiensinya (Sukiya, 2005).
Ginjal pronefros adalah paling primitive, meski terdapat pada perkembangan
embrional semua Superkelas Pisces, tetapi saat dewasa tidak fungsional. Ginjal ikan
bertipe mesonefros, berfungsi seperti opistonefros pada embrio amniota. Berbentuk
sekumpulan tubulus yang pada awal perkembangan susunannya bersegmen dan ada
akhirnya tidak. Setiap tubulus menggulung, baik proksimal maupun distal, kemudian
mengumpul arah longitudinal disebut duktus arkinefridikus. Kemudian mengarah keluar,
biasanya lewat kantung yang merupakan penampung sisa hasil dari sistem pencernaan atau
sistem urogenital. Pada bagian proksimal, beberapa tubulus me-ngumpul di kapsul
hemisfer sebagai kapsula Bowman pada glomerulus.kapsula dan glomerulus membentuk
kapsula renalis.air, garam dan sisa metabolisme dalam aliran darah masuk ke dalam
kapsula dan mengalir ke dalam tubulus ke duktus arkinepridikus dan akhirnya ke luar
tubuh. Pada ikan hiu, fungsi duktus gonad dan ginjal telah berkembang dilengkapi dengan
duktus urinary (Sukiya, 2005).

Gambar. Sistem

Eksresi pada Ikan Hiu

Ginjal ikan berperan besar untuk menjaga keseimbangan garam tubuh. Air garam
cenderung menyebabkan tubuh terdehidrasi, sedangkan pada kadar garam rendah dapat
menyebabkan naiknya konsentrasi garam tubuh (Gambar 2.15). Beberapa ikan laut
memiliki kelenjar ekskresi garam pada insang, yang berperan dalam mengeliminasi
kelebihan garam (Sukiya, 2005).
Ginjal berfungsi untuk menyaring sesuatu yang terlarut dalam darah dan hasilnya
akan dikeluarkan melewati korpus renalis. Tubulus yang bergulung berperan penting dalam
menjaga keseimbangan air. Hasil yang hilang pada bagian tubulus nefron, termasuk air dan
yang lain, diabsorpsi lagi ke dalam aliran darah. Korpus rebalis pada ikan air tawar lebih
besar daripada ikan air laut sehingga cairan tubuh tidak banyak keluarkarena penting untuk
menjaga over dilusi (agar cairan tubuh tidak terlalu encer). Organ seperti kantung kemih
pada beberapa jenis ikan hanya untuk menampung urine sementara dan umumnya
merupakan perluasan dari bagian duktus ekskretori (Sukiya, 2005).
Ikan pada umunya tidak hermaprodit sehingga satu individu hanya satu jenis kelamin.
Ikan tulang rawan dan tulang sejati umumnya mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin
yang terpisah, ikan betina biasanya mempunyai dua oviduk.

Gambar. Sistem

Urogenital Ikan Hiu

Umumnya ovarium Superkelas Pisces tidak langsung dihubungkan dengan oviduk, maka
secara teoritik telur masuk ke rongga tubuh dan berakhir pada ostium. Beberapa Elasmobranchii
adalah ovipar dan meletakkan telurnya di air, sedangkan untuk yang ovovivipar mengram
telurnya diperluasan bagian bawah oviduk yang disebut uterus (Sukiya, 2005).

Gambar. Sistem Reproduksi Jantan dan Betina pada Ikan Hiu

g. Sistem Saraf
Saraf pusat Superkelas Pisces, secara embrionik merupakan perkembangan dari
penebalan ectoderm yang membentuk medullary plate yang menjadi jaringan saraf
potensial. Di bagian aksial dan anterior tubuh akan berkembang lebih cepat membentuk
otak primitive. Otak primitive ini terdiri atas tiga buah vesikel (gelembung) primer. Vesikel
anterior adalah otak depan atau prosencephalon, kemudian otak tengah atau
mesencephalon. Veikel paling posterior adalah otak belakang atau rombencephalon dan
kemudian berlanjut ke belakang menjadi medulla spinalis (sumsum tulang belakang) dan
selanjutnya membentuk cabang saraf yang semakin banyak. Pada sebagian besar ikan
primitive,otak depan dan otak belakangnya terbagi lagi menjadi tiga sampai lima vesikel
otak, dan berturut-turut dari anterior ke posterior disebut telencephalon, diencephalon,
mesencephalon, metencephalon dan mielencephalon. Fungsi dari kelima bagian otak
tersebut bervariasi pada setiap kelompok Superkelas Pisces. Hal ini merupakan pertanda
bahwa perkembanga jaringan saraf dari sederhana ke yang lebih kompleks akan terjadi
banyak lekukan (sulcus dan gyrus) karena memerlukan ruangan yang lebih luas. Lekukan
sebagai tempat otak di rongga cranium tersebut dinamakan fleksure (Sukiya, 2005).
Telencephalon membagun lobus olfaktori dan cerebrum. Dua derivate yang
merupakan erubahan dari vesikel otak tersebut penting dalam sisi filogenetik. Cerebrum
ikan tersusun atas massa ganglion basal yang dikenal sebagai korpus striatum dan selapis
tipis epitel disebut pallium. Pallium ini pada Superkelas Pisces tinggi diinvaginasi
substansia grisea (lapisan kelabu) menjadi pusat aktifitas mental. Pallium pada ikan bukan
bagian dari jaringan saraf sehingga aktifitas pusat otak kembali pada mesencephalon.
(Sukiya, 2005)
Penegembangan diencephalon menjadi thalamus, yang menjadi pusat impuls
pembau dan mata yang diasosiasikan oleh beberapa sensori dan glandula. Ditengah-tengah
dinding dorsal muncul bentukan seperti mata. Bagian anterior yang satu disebut bagian
parietal yang lainnya disebut bagian pineal. Kedua struktur ini dapat ditemukan pada
Cyclostomata. Tetapi sebagian besar pada ikan hanya ditemukan pineal bodi. Melatonin
dapat ditemukan pada glandula pineal ikan tertentu. Glandula tersebut tampak seperti pusat
hormon yang mempunyai efek inhibitor pada aktivitas gonad. Melatonin pada salmon
Pasifik (genus Oncorhynchus) yang belum dewasa berisi enam kali lebih banyak daripada

dewasa. bagian ventral diencephalon berkembang menjadi tangkai atau infundibulum


hipofisis di bagian lobus posterior. Sensori dan lapisan pigmen retina mata, ada yang
tumbuh keluar dinding diencephalon menjadi tangkai optic yang menghubungkan bagian
ventral dengan bagian otak. Serabut-serabut saraf dari beberapa saraf optic yang letaknya
berseberangan membentuk chiasma nervi optici (Sukiya, 2005).
Perubahan mesencephalon relative kecil, tetapi menunjukkan ada penambahan
dan terjadi peningkatan mulai dari Superkelas Pisces tingkat rendah ke bentuk yang lebih
tinggi. Bagian dorsal, berkembang dua bangunan kedepan yang dikenal sebagai lobus
optikus, berperan dalam penerimaan visual, dan pada beberapa ikan bertulang keras lobus
tersebut melebihi ukuran otaknya (Sukiya, 2005).
Bagian dorsal metencehalon berkembang menjadi cerebellum. Cerebellum
menjadi pusat koordinasi otot maka terjadi peningkatan koordinasi aktivitas tubuh.
Perkembangan cerebellum Dipnoi, tumbuh lamban dan sangant sedikit, sedangkan pada
jenis ikan yang pertumbuhan tubuhnya pesat misalnya pada ikan hiu, memiliki cerebellum
yang relative besar (Sukiya, 2005).
Mielencephalon membentuk medulla oblongata otak dan dalam banyak hal
menyerupai medulla spinalis, yang menreuskan diri ke posterior. Bagian medulla otak
tersebut sangat penting pada semua Superkelas Pisces, karena merupakan pusat beberapa
aktivitas vital tubuh termasuk respirasi kerja jantung dan metabolisme. Medulla otak pada
ikan juga berperan sebagai penghubung linea lateralis dengan pendengaran (Sukiya, 2005).
Ikan juga seperti amfibi, hanya memiliki 10 saraf cranial dan salah satu
diantaranya adalah yang menuju linea lateralis, artinya cabang saraf ini berasal dari
medulla oblongata. Umumnya saraf sensori ikan adalah di bagian dorsal dan saraf motorik
di ventral, keluar dari kolumna vertebralis (Sukiya, 2005).

h. Sistem

Sensori
Sistem sensori berupa

sel-sel

reseptor

perifer

dan

gabungan neuron di otak


yang

memberi
lingkungan

gambaran
secara

biologis. Barisan elemen reseptor berupa sel tunggal, misalnya taktil korpuskel, atau
kompleks retina mata. Karena hidup di perairan, perkembangan kemoreseptor pada ikan
sangat baik untuk mendeteksi rasa dan bau. Lokasi organ perasa pada ikan boleh jadi tidak
hanya terletak di kepala atau mulut, mungkin diperluas di beberapa bagian permukaan
tubuh termasuk juga di bagian sirip.
Hiu memiliki sistem bioelektrik digunakan untuk mendeteksi mangsa dan
mungkin menavigasi oleh medan magnet laut. Semua hiu memiliki kecil "diisi jelly kanal
terletak di atas moncong, disebut disembut ampullae of Lorenzini, yang mampu
mendeteksi dan proses arus listrik pada rentang pendek. Karena semua makhluk hidup
menghasilkan medan listrik lemah, hiu dapat mendeteksi bidang ini di kisaran 0-8 Hz
dengan perbedaan medan listrik dari sekecil 5/1000000000 dari volt per sentimeter.
diperkirakan bahwa hiu Hammerhead berevolusi kepala luas dalam rangka untuk

meningkatkan luas permukaan reseptor listrik atau mungkin jarak antara sensor bantu
dalam menentukan arah mangsa ( Chambell, 2003 ).

Gambar. Sistem Reseptor Listrik Ikan Hiu


Sebagian besar, organ olfaktori (pencium) pada ikan berupa sepasang lubang
bergaris dengan lipatan berupa epitel sensori. Hiu telah dipasangkan lubang hidung di bagian
bawah moncong mereka. Dengan mengalir air melalui lubang hidung ke kantung penciuman
mereka, hiu ini mampu mendeteksi berbagai bahan kimia di dalam air. Hiu dapat mencium
keberadaan molekul pada konsentrasi 1 bagian per 25 juta bagian air dan dapat mencium bau
darah pada jarak ratusan meter. lubang hidung tidak terhubung dengan sistem lain ( Chambell,

2003).

Gambar. Sistem Penciuman pada Ikan Hiu

Beberapa ikan mempunyai mata spesifik dari hasil adaptasi. Mata hiu sangat
mirip dengan mata manusia, dengan kornea, iris, pupil, lensa dan retina. Jarak pandang
hiu sedikit lebih baik (7x lebih baik) daripada penglihatan manusia yang memungkinkan

mereka untuk melihat sejauh 50-60 kaki di bawah air dalam kondisi baik ( Chambell,
2003).

Gambar. Sistem Penglihatan pada Ikan Hiu


Telinga pada ikan sangat berbeda dengan telinga pada mammalia. Telinga ikan,
tidak sebaik telinga kita dalam mengasosiasi suara. Ikan tidak mempunyai telinga luar,
tengah dan kohlea. Bagian dalam telinga ikan berupa utrikulus dorsal yang dihubungkan
dengan kanal semi-sirkuler, dan pelebaran di tengah yang disebut sacculus (pada amfibi,
reptil dan burung disebut lagena yaitu bangunan semacam kohlea untuk mendengar). Alat
pendengaran pada ikan juga berfungsi sebagai organ keseimbangan. Telinga hiu berada
pada internal. Dengan menghubungkan telinga bagian dalam, yang disebut labirin
membran, untuk air sekitarnya dengan sejumlah terowongan dan saluran, hiu memiliki
mekanisme yang sensitif untuk menafsirkan suara di bawah air. Suara perjalanan lebih jauh
dan lebih cepat bawah air, sehingga hiu mampu menafsirkan suara yang kilometer jauhnya
( Chambell, 2003 ).

Gambar. Sistem

Pendengaran pada
Ikan Hiu

i. Kelenjar Endrokrin
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar tanpa saluran, produknya langsung masuk
ke dalam sistem peredaran darah. Produk tersebut disebut sebagai hormon, yang
merupakan regulator kimia tubuh. Dimana fungsi utamanya adalah sebagai agen katalis
dengan cara merangsang kelenjar lain, mengatur pertumbuhan, mengontrol metabolisme
dan menjaga keseimbangan kimiawi pada tubuh, tanpa mengalami perubahan pada kelenjar
itu sendiri. Sebagian besar kelenjar yang ada pada mammalia, ditemukan pada ikan kecuali
pada kelenjar paratiroid. Pankreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin, pankreas
ditemukan pada ikan tulang rawan dan tulang keras serta mempunyai pulau Langerhan
yang berfungsi memproduksi insulin. Kelenjar adrenalin ikan berbeda dengan Superkelas
Pisces tinggi, karena pada kelenjar ini korteks dan medulla bersatu sedangkan pada
mammalia terpisah.
Superkelas Pisces pada jenis ikan mempunyai kelenjar tiroid dan pituitaria yang
berkembang dengan baik. Gonad ikan sama seperti yang ada pada hewan Superkelas Pisces
lainnya yaitu berfungsi seperti kelenjar endokrin dan berperan dalam membentuk ciri
seksual sekunder yang tampak pada musim kawin. Fungsi dan aktivitas pada gonad, tidak
diragukan lagi bahwa selalu di bawah kendali hormon.

Gambar. Sistem Endokrin pada Ikan Hiu


Klasifikasi
Klasifikasi Superkelas Pisces hanya meliputi dua kelas besar, yakni: Kelas
Chondrichthyes (ikan tulang rawan) dan Osteichthyes (ikan tulang keras). Klasifikasi tersebut
dapat tergambarkan dengan tabel berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Superkelas Pisces
Superkelas Pisces
Kelas Chondrichthyes
Ordo Cladoselachiformes
Ordo Xenacanthiformes
Ordo Selachiformes
Subordo Hezanchoidei
Subordo Heterodonotoidei
Subordo Selachoidei
Subordo Batoidei
Ordo Chondrenchelyiformes
Ordo Chimaeriformes

Secara umum, ciri kedua kelas, Chondrichthyes (ikan tulang rawan) dan Osteichthyes
(ikan tulang keras), sebagai berikut (Campbell III, 2003):
1. Chondrichthyes (ikan tulang rawan), bercirikan:
o Kerangka tubuh dan rahang bertulang rawan
o Respirasi melalui insang, pada kedalaman tertentu dibantu oleh sprinkel

o Pembuahan internal
o Dapat bertelur atau melahirkan anak
o Memiliki indra yang tajam
o Memiliki gurat sisi

Ordo Cladoselachiformes
Cladoselachiformes (ancestor ikan hiu laut) memiliki ciri-ciri yaitu
Sirip pektoral tidak mengarah kebawah seperti hiu modern, mulut terminal, sirip anal tidak ada,
ekor heterocercal.
Ordo Xenacanthiformes
Xenacanthiformes (ancestor ikan hiu air tawar) memiliki ciri-ciri yaitu sirip pektoral
bertipe archipterygeal dan ekor diphycercal.
Ordo Selachiformes
Selachiformes memiliki ciri-ciri yaitu sepasang sirip bukan tipe archipterygeal, mulut
ventral, bukan terminal, ekor heterocercal, hidup di laut, sedikit di estuarine dan air
tawar.

Anda mungkin juga menyukai