Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KEGIATAN

PAKET 7
KELOMPOK KERJA GURU MAPEL
PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN
(PJOK)
MATERI MODEL PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH:
Nama

: P A R D I, S.Pd,

NIP

: 19690618 200501 1 009

Sekolah

: SDN 1 WONOGIRI

PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI


DINAS PENDIDIKAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) DINAS PENDIDIKAN
KECAMATAN WONOGIRI
2016

KEGIATAN KELOMPOK GURU MAPEL


PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UPT DISDIK KECAMATAN WONOGIRI
MATERI MODEL PEMBELAJARAN

Dilaksanakan

1. Sabtu, 16 Januari 2016


2. Sabtu, 23 Januari 2016
3. Sabtu, 30 Januari 2016

Tempat

SD Negeri I Wonogiri
UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Wonogiri

Pola Kegiatan

Paket 7 dilaksanakan 3 kali pertemuan

Tujuan Kegiatan KKG :


1. Meningkatkan pengetahuan guru tentang model pembelajaran
2. Meningkatkan ketrampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran
3. Meningkatkan motivasi guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan
berbagai model pembelajaran.

BAB II
ISI KEGIATAN
A. TUJUAN KEGIATAN
1. Meningkatkan pengetahuan guru tentang model pembelajaran
2. Meningkatkan ketrampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran
3. Meningkatkan motivasi guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan
berbagai model pembelajaran.
B. MATERI
Materi yang disampaikan dalam KKG Mapel PJOK Paket 7 adalah tentang Model
Pembelajaran dengan durasi waktu tiga kali pertemuan. Alokasi waktu setiap pertemuan
adalah tiga jam pelajaran.
Model Pembelajaran adalah sebagai suatu desain yang menggambakan proses rincian
dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi
perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Model Pembelajaran dalam konteks
pendidikan jasmani lebih banyak berkembang berdasarkan orientasi dan model
kurikulumnya. Dalam hal ini, model pembelajaran lebih sering dilihat sebagai pilihan guru
untuk melihat manfaat dari pendidikan jasmani terhadap siswa, atau lebih sering disebut
sebagai orientasi. Beberapa model pembelajaran pendidikan jasmani antara lain sebagai
berikut :
1. Model Pendidikan Gerak (Movement Education). Pendidikan gerak atau movement
education, menekankan kurikulumnya pada penguasaan konsep gerak. Pelaksanaan
model pembelajaran ini meliputi konsep kesadaran tubuh (apa yang dilakukan tubuh),
konsep usaha (bagaimana tubuh bergerak), konsep ruang (di mana tubuh bergerak), dan
konsep keterhubungan (hubungan apa yang terjadi). Masing-masing konsep tersebut,
merupakan panduan untuk dimanfaatkan manakala anak harus bergerak, sehingga
gerakan anak bermakna dalam keseluruhan konsep tersebut.
2. Model Pendidikan Kebugaran (Fitness Education). Model ini memiliki pandangan
bahwa para siswa dapat membangun tubuh yang sehat dan memiliki gaya hidup aktif
dengan cara melakukan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-harinya. amun kenyataan
tersebut tidak mungkin dicapai tanpa adanya usaha karena sebagian besar anak dan
remaja tidak memiliki kebiasaan hidup aktif secara teratur dan aktivitas fisiknya
menurun secara drastis setelah dewasa. Untuk itu, program penjas di sekolah harus
membantu para siswa untuk tetap aktif sepanjang hidupnya. Kesempatan membantu para
siswa untuk tetap aktif sepanjang hidupnya menurut model ini masih tetap terbuka
sepanjang merujuk pada alasan individu melakukan aktivitas fisik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa beberapa alasan individu melakukan aktivitas fisik adalah (1)
aktivitas fisik meyenangkan, (2) dapat dilakukan rame-rame, (3) dapat meningkatkan
keterampilan, (4) dapat memelihara bentuk tubuh, dan (5) nampak lebih baik. Beberapa
alasan individu melakukan aktivitas fisik tersebut harus menjadi dasar dalam
menerapkan model kebugaran ini.

3. Model Pendidikan Olahraga (Sport Education). Model ini berorientasi pada nilai rujukan
Disciplinary Mastery (penguasaan materi), dan merujuk pada model kurikulum Sport
Socialization. Inspirasi yang melandasi munculnya model ini terkait dengan kenyataan
bahwa olahraga merupakan salah satu materi penjas yang banyak digunakan oleh para
guru penjas dan siswapun senang melakukannya, namun di sisi lain ia melihat bahwa
pembelajaran olahraga dalam konteks penjas sering tidak lengkap dan tidak sesuai
diberikan kepada siswa karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sering
terabaikan. Para guru lebih senang mengajarkan teknik-teknik olahraga yang sering
terpisah dari suasana permainan sebenarnya. Atau, jika pun melakukan permainan,
permainan tersebut lebih sering tidak sesuai dengan tingkat kemampuan anak sehingga
kehilangan nilai-nilai keolahragaannya. Akibatnya, pelajaran permainan itupun tidak
memberikan pengalaman yang lengkap pada anak dalam berolahraga. Dalam pandangan
Siedentop, pembelajaran demikian tidak sesuai dengan konsep praktek yang seirama
dengan perkembangan (developmentally appropriate practices/DAP). Bahkan dalam
kenyataannya, untuk sebagian besar siswa, cara seperti ini kurang menyenangkan dan
kurang melibatkan siswa secara aktif karena kemampuannya yang belum memadai.
Model sport education diharapkan mampu mengatasi berbagai kelemahan pembelajaran
yang selama ini sering dilakukan oleh para guru penjas.
4. Model Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang
berefektifitas yang mengintegrasikan ketrampilan sosial yang bermuatan akademik.
Slavin menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya
untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab
atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang diberikan pada mereka. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah
hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman
dari temannya serta pengembangan ketrampilan sosial.
5. Model Pendekatan Taktis. Pendekatan taktis mendorong siswa untuk memecahkan
masalah taktik dalam permainan. Masalah ini pada hakikatnya berkenaan dengan
peberapan keterampilan teknik dalam situasi permainan. Dengan demikian siswa makin
memahami kaitan antara teknik dan taktik. Keuntungan lainnya, pendekatan ini tepat
untuk mengajarkan keterampilan bermain sesuai dengan keinginan siswa. Tujuan utama
dari pendekatan taktis dalam pengajaran permainan adalah untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep bermain. Pendekatan taktik bermain membantu
memikirkan guru untuk menguji kembali pandangan filosofis mereka pada pendidikan
bermain. Model mengajar ini memungkinkan siswa untuk menyadari keterkaitan antara
bermain dan peningkatan penampilan bermain mereka. Pengajaran melalui pendekatan

taktis ini berusaha menghubungkan kemampuan taktis bermain dan keterampilan teknik
dasar dengan menekankan pemilihan waktu yang tepat untuk melatih teknik dasar dan
aflikasi dari pada teknik dasar tersebut ke dalam keterkaitannya dalam kemampuan taktis
bermain, sehingga mampu merangsang siswa untuk befikir dan menemukan sendiri
alasan-alasan yang melandasi gerak dan penampilannya (peformance). Selain itu sistem
pendekatan taktis ini dapat dipakai untuk menghindari dari ketidak tercapaiannya tujuan/
target kompetensi yang diajarkan karena minimnya pasilitas yang ada pada sekolah,
ataupun dikarenakan alokasi waktu yang sedikit yang diberikan untuk mata pelajaran
penjas ini. Dalam pelaksanaannya pendekatan taktis ini memanfaatkan bentuk-bentuk
permainan yang dimodifikasi, misalnya pada permainan bola voli, bentuk modifikasinya
seperti ukuran lapangan diperkecil, tinggi tiang net diperpendek, jumlah pemain bisa
dikurangi atau ditambah. Modifikasi ini disesuaikan dengan kemampuan ketrampilan
siswa dan sarana yang ada.
6. Model Inkuiry. Model pembelajaran inkuiri diciptakan oleh Suchman (1962) dengan
alasan ingin memberikan perhatian dalam membantu siswa menyelidiki secara
independen, namun dalam suatu cara yang teratur. Ia menginginkan agar siswa
menanyakan mengapa sesuatu peristiwa itu terjadi, memperoleh dan mengolah data
secara logis, dan agar siswa mengembangkan strategi intelektual mereka untuk
mendapatkan sesuatu yang baru. Inkuiri adalah suatu pencarian makna yang
mensyaratkan seseorang untuk melakukan sejumlah operasi intektual untuk menciptakan
pengalaman. Pada prinsipnya model inkuiri merupakan model yang menekankan
pembelajaran yang berpusat pada siswa di samping juga pada guru, dan yang terutama
dalam model inkuiri adalah siswa didorong untuk terlibat secara aktif dalam
menyelesaikan suatu topik permasalahan hingga sampai pada suatu kesimpulan. Latihan
inkuiri dapat diberikan pada setiap tingkatan umur (mulai dari Taman Kanak-kanak dan
seterusnya), namun tentunya dengan tingkat kesulitan masalah yang berbeda.
Pembelajaran dengan model inkuiri di rancang untuk mengajak siswa secara langsung ke
dalam proses ilmiah dengan waktu yang relatif singkat. Inkuiri tidak hanya
mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk
pengembangan emosional.
7. Direct Instruction/ Model Pengajaran Langsung. Dasar teori model ini mengambil
filosofi dasar dari aliran behavioralistik dimana stimulus dan respon memegang peranan
penting. Siswa diajarkan untuk melakukan kegiatan yang benar dengan kontrol yang
ketat. Model ini menuntut siswa melaksanakan apa yang direncanakan oleh guru dengan
konsekeuensi adanya reward. Guru adalah model yang baik dan harus sangat
menguasai materi yang diberikan kepada siswa. Adalah sebuah kesalahan ketika
menempatkan guru sebagai dewa yang tidak pernah salah. Cara ini akan sangat baik
ketika tingkat penguasaan guru terhadap materi, siswa, lingkungan, skenario sangatsangat excelence. Arti mengajar bagai guru dan belajar bagi siswa. a) Bagi guru: Guru
adalah sumber utama dari semua perencanaan yang ada, Guru menentukan isi, tempat,

aktivitas belajar dan peningkatan pembelajaran, Guru harus dapat mentransfer ilmu
dengan efektif dan efisien, Guru harus dapat memanfaatkan semua sumber yang ada
untuk terlaksananya proses belajar, Guru disamping merencanakan juga merupakan
pelaksana dari perencanaan yang diimplementasikan kepada siswa. b) Bagi siswa: Siswa
belajar dari hal yang mudah ke sukar, sederhana ke komplek, Siswa harus dengan jelas
mengerti tugas yang menjadi bahan ajar dan dipelajari termasuk kreteria keberhasilan,
Belajar merupakan konsekuensi yang akan ada reward, Siswa membutuhkan banyak
bantuan dalam mempelajari bahan yang dipelajari, Dalam belajar siswa berhak untuk
mendapatkan umpan balik agar terjadi proses belajar dengan benar.
C. TINDAK LANJUT
Peserta KKG Mapel PJOK setelah mengikuti kegiatan diharapkan guru akan
melaksanakan tindak lanjut kegiatan sebagai berikut:
1. Secara berkelompok membahas model pembelajaran pendidkan jasmani yang inovatif
dan kreatif.
2. Kolaborasi dengan teman dalam kelompok untuk menerapkan model pembelajaran
inovatif kreatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
3. Hasil dari kelompok digunakan sebagai pedoman dalam PBM bagi semua guru mata
pelajaran PJOK dilingkungan UPT DISDIK Kecamatan Wonogiri dengan revisi sesuai
dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing.
D. DAMPAK BAGI GURU
1. Guru memahami model pembelajaran pendidikan jasmani yang inovatif dan kreatif
2. Guru mampu mengaplikasikan model pembelajaran pendidikan jasmani yang inovatif
dan kreatif dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar.
3. Penggunaan model pembelajaran pendidikan jasmani yang inovatif dan kreatif membuat
guru lebih berinteraksi dengan siswa.
E. PENUTUP
Demikian laporan kegiatan ini dibuat dan dapat dipertimbangkan oleh tim penilai untuk
penilaian angka kredit.

MATRIKS RINGKASAN PELAKSANAAN KKG MAPEL PJOK


Nama

Tempat

Jumlah Jam

Kegiatan
KKG Gugus

Kegiatan
SD Negeri I

Kegiatan
Materi Model

Teratai Mapel

Wonogiri

Pembelajaran

PJOK

UPT Dinas

alokasi waktu 3

Pendidikan

pertemuan.

Kecamatan
Wonogiri

Nama-nama
Fasilitator
1. Sunarto,SPd
2. Martina Ika RS,
S.Pd, M. Or
3. Desi Natalia, S. Pd

Mata Kegiatan/
Kompetensi
1. Konsep Dasar
Model
Pembelajaran
2. Penyusunan

Nama Penyelenggara
Kegiatan
KKG Gugus Teratai
UPT Dinas Pendidikan
Kecamatan Wonogiri

Dampak
1. Guru memahami model
pembelajaran pendidikan jasmani
yang inovatif dan kreatif
2. Guru mampu mengaplikasikan

Model

model pembelajaran pendidikan

Pembelajaran

jasmani yang inovatif dan kreatif

inovatif dan

dalam proses Kegiatan Belajar

kreatif
3. Tugas Mandiri

Mengajar.
3. Penggunaan model pembelajaran
pendidikan jasmani yang inovatif
dan kreatif membuat guru lebih
berinteraksi dengan siswa.

Anda mungkin juga menyukai