Anda di halaman 1dari 40

PEDOMAN PENGORGANISASIAN

RUMAH SAKIT AR. BUNDA LUBUKLINGGAU


BAB I
PENDAHULUAN

1. Pengertian Pengorganisasian (Organizing)


Pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan
pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur
organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya.
Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.
Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan yang di pandang.
Seperti bentuk fisik yang tepat bagi suatu ruangan kerja administrasi, ruangan
laboratorium, serta penetapan tugas dan wewenang seseorang pendelegasian
wewenang dan seterusnya dalam rangka untuk mencapai tujuan.

2. Pengertian Struktur Organisasi


Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja)
dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja
danmenunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbedabeda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi
juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi Karyawanan, saluran perintah dan
penyampaian laporan.

Struktur Organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal


organisasi

diolah.

Struktur

organisasi

terdiri

atas

unsur

spesialisasi

kerja,standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan


keputusan dan ukuran satuan kerja.

3. Pengorganisasian sebagai Salah satu Fungsi Manajemen


Setelah kita telah mempelajari perencanaan sebagai salah satu fungsi
manajemen, tentunya kita harus mempelajari fungsi manajemen lainnya. Salah
satu fungsi manajemen adalah mengetahui pengorganisasian yang merupakan
salah satu fungsi manajemen yang penting karena dengan pengorganisasian
berarti akan memadukan seluruh sumber-sumber yang ada dalam organisasi,baik
yang berupa sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya ke arah
tercapainnya suatu tujuan.pentingnya pengorganisasian sebagai fungsi yang
dijalankan oleh setiap manajer atau orang-orang yang menjalankan manajemen
dalam setiap organisasi.
Fungsi manajemen lainnya yaitu pengorganisasian, yang sama pula
pentingnya dengan fungsi perencanaan karena dalam pengorganisasian seluruh
sumber (resources) baik berupa manusia maupun yang nonmanusia harus diatur
dan padukan sedemikian rupa untuk berjalannnya suatu organisasi dalam rangkai
pencapaian tujuannya.
Pemahaman tentang pengorganisasian sebagai salah satu fungsi
manajemen, akan memberikan kejelasan bahwa proses pengaturan di dalam

organisasi tidak akan selesai, tanpa diikuti oleh aktuasi yang berupa bimbingan
kepada manusia yang berada di dalam organisasi tersebut, agar secara terusmenerus dapat menjalankan kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
.
Sejarah Rumah Sakit AR Bunda
Rumah Sakit AR. Bunda Lubuklinggau merupakan cabang dari Rumah
Sakit AR. Bunda Prabumulih. Dimana Rumah Sakit AR. Bunda Prabumulih
dimulai dari sebuah Rumah Bersalin Anita dengan hanya 24 tempat tidur,
kemudian berkembang menjadi Rumah Sakit Anak dan Bersalin Bunda
Prabumulih pada tahun 1996 dengan 41 tempat tidur.
Berdasarkan surat keputusan kantor wilayah Propinsi Sumatera Selatan
No. YM.02.04.6.2.10467 berkembang menjadi Rumah Sakit Umum Swasta
dengan nama RS Bunda Lubuklinggau dibawah pengelolaan PT. AR. Muhamad
sehingga berubah menjadi Rumah Sakit AR Bunda dengan 86 tempat tidur pada
tahun 2005.
Pada akhir tahun 2006 Rumah Sakit AR Bunda memiliki kapasitas 92
tempat tidur dengan ruang lingkup pelayanan Spesialisasi anak, bedah, penyakit
dalam dan kebidanan.
Sehubungan dengan bertambah banyaknya pengguna Jasa layanann
Kesehatan ,Manajemen Rumah Sakit AR Bunda melakukan Ekspansi dengan
membuat bangunan baru yang lebih Representatif.
Rumah Sakit AR. Bunda Lubuklinggau diresmikan pada tanggal 19
September 2013, dengan bangunan Rumah Sakit berjumlah 9 lantai yang terdiri

dari 2 lantai basement dan 7 lantai diatasnya. Dan baru beroperasional hanya 4
lantai dengan kapasitas jumlah tempat tidur 100 buah.
Rumah Sakit AR. Bunda Lubuklinggau beroperasional berdasarkan Surat
Keputusan

Kepala

Dinas

Kesehatan

Kota

Lubuklinggau

Nomor

440/08/Kes/VIII/2013 tentang Izin Operasional Sementara Rumah Sakit AR.


Bunda Lubuklinggau dan sekarang telah memilki Izin Operasional Tetap
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau
Nomor : 287/KPTS/KES/2014.

BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH PELAYANAN, NILAI
DAN TUJUAN PELAYANAN
Visi, Misi dan Tujuan Rumah Sakit AR Bunda
Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau terus melakukan perubahan dan
perbaikan untuk mencapai VISI Rumah Sakit yaitu Tercapainya Rumah sakit
yang mandiri dengan pelayanan yang berkualitas, profesional, efektif dan efisien
Semua rumah sakit untuk dapat terus bertahan dalam menghadapi
pertumbuhan pasar yang semakin pesat harus memiliki langkah-langkah stratejik
yang harus disepakati oleh semua elemen dalam rumah sakit tersebut. Beberapa
rumah sakit sering melihat persfektif jangka pendek sehingga tidak fokus
terhadap perubahan-perubahan yang harus dilakukan rumah sakit tersebut untuk
jangka panjang.
Langkah-langkah stratejik yang telah ditetapkan harus merupakan
komitmen setiap karyawan yang ada di rumah sakit sehingga dapat dilaksanakan
secara baik dan berkembang secara signifikan. Tahapan dalam manajemen
strategis dalam menciptakan masa depan rumahsakit adalah melalui 4 (empat)
tahapan, yaitu : (1) Perencanaan jangka panjang, meliputi perumusan strategi,
perencanaan strategi, penyusunan program, agar seluruh personil rumahsakit
termotivasi

untuk

berpikir

strategik.

(2)

Perencanaan

jangka

pendek,

menjabarkan rencana jangka panjang ke dalam rencana jangka pendek ( Rencana


kerja anggaran perusahaan / RKAP). (3) Implementasi dan (4) Pemantauan /

monitoring, untuk me-review kemajuan yang dicapai dalam implementasi


anggaran dan program. Sistem manajemen stratejik dalam manajemen
kontemporer, selain mencakup pada perspektif keuangan, juga mencakup
perspektif pada pelanggan, proses bisnis/intern, serta pembelajaran dan
pertumbuhan, dan selalu bersifat koheren, terukur dan seimbang.
3.1 Visi
Visi Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau adalah Tercapainya Rumah
sakit yang mandiri dengan pelayanan yang berkualitas, profesional,
efektif dan efisien
3.2 Misi
1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya manusia (SDM) melalui
pembinaan, pelatihan dan pendidikan
2. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang
modern dan bermutu
3. Menjadikan pusat rujukan kesehatan bagi masyarakat Kota
Lubuklinggau dan sekitarnya
4. Meningkatkan kerjasama pelayanan kesehatan kepada semua pihak
3.3 Falsafah
Pelayanan kesehatan diselenggarakan dengan berlandaskan
pelayanan yang Berkualitas, Bermutu, Profesional dan dengan hati yang
tulus.

3.4 Nilai/ Value Pelayanan


- Empati dan berbuat baik terhadap sesama
- Pelayanan yang berkualitas dan bermutu
- Kepercayaan dan keterbukaan yang hangat
3.5 Tujuan Rumah Sakit AR Bunda
Tujuan Umum :
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di KotaLubuklinggau
b. Terwujudnya suatu rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan medis yang
sesuai dengan standar pelayanan dan permintaan masyarakat.
Tujuan Khusus :
a. Terwujudnya rumah sakit umum swasta di Kota Lubuklinggau
dengan fasilitas yang memadai dan mudah dijangkau serta memiliki
SDM yang professional sekaligus sejahtera.
b. Terwujudnya kemampuan dalam memberikan pelayanan medis
yang bermutu dengan biaya terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat dan dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan.
c. Terwujudnya rumah sakit yang mampu dalam memanfaatkan
peluang yang ada dan semakin tingginya permintaan pelayanan
medis dari masyarakat.

d. Terwujudnya rumah sakit yang mampu bersaing dalam era pasar


global.
e. Terciptanya suatu rumah sakit yang mampu proaktif dalam
meningkatkan derajat kesehatan

BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

Keterangan:
- Direktur PT AR Muhammad
Merupakan pemilik Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau.
- Direktur RS AR Bunda Lubuklinggau
Adalah pejabat eksekutif tertinggi di Rumah Sakit AR Bunuda
Lubuklinggau.
- Wakil Direktur
Adalah pejabat yang membantu Direktur dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sesuai bidang masing-masing, yaitu:
Wakil pelayanan dan penunjang medik:
Membantu direktur dalam bidang pelayanan medis dan keperawatan.
Wakil Direktur Umum dan Keuangan:

10

Membantu direktur dalam bidang umum dan keuangan


- Unit Kerja:
Adalah suatu wadah struktural yang terdiri dari tenaga medis dan memiliki
fungsi tertentu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rumah sakit baik
berfungsi pelayanan maupun pendukung operasional rumah sakit. Unit
kerja di Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau. seluruh unit kerja dibawah
tanggung jawab wakil direktur pelayan dan seluruh bagian unit bagian
dibawah tanggung jawab wakil direktur umum dan keuangan. Unit kerja
dapat bertanggung jawab atas satu atau lebih sub unit kerja.
Berikut adalah daftar unit kerja

Instalasi gawat darurat

Instalasi rawat inap

Instalasi rawat jalan

Istalasi farmasi

Instalasi laboratoriumInstalasi radiologi

Instalasi rekam medis

Instalasi gizi

- Unit Nonstruktural
1) Komite
Adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli dan profesi
dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada direktur dalam
rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit. Komite
yang ada di Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau adalah sebagai berikut :

Komite Medik

Satuan Pemeriksaan Intern ( SPI )

Komite Keperawatan

Komite PPI (Pencegahan Pengendalian Infeksi)

Komite Mutu

11

12

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA
5.1 Struktur Organisasi Unit Gawat Darurat ( UGD)
UNIT
GAWATDARURAT

KA.UNIT

PETUGAS
PELAKSANA

PETUGAS
PELAKSANA

PETUGAS
PELAKSANA

5.2 Struktur Organisasi Instalasi Rawat Inap


INSTALASI
RAWATINAP

KA.INSTALASI

PETUGAS
PELAKSANA

PETUGAS
PELAKSANA

13

PETUGAS
PELAKSANA

5.3 Struktur Organisasi Unit Rawat Jalan


UNIT
RAWATJALAN

KA.UNIT

PETUGAS
PELAKSANA

PETUGAS
PELAKSANA

PETUGAS
PELAKSANA

5.4 Struktur Organisasi Unit Laboratorium


UNIT
LABORATORIUM

KA.INSTALASI

PETUGAS
PELAKSANA

PETUGAS
PELAKSANA

14

PETUGAS
PELAKSANA

5.5 Struktur Organisasi Unit Radiologi


UNIT
RADIOLOGI

KA.UNIT

PETUGAS
PELAKSANA

PETUGAS
PELAKSANA

PETUGAS
PELAKSANA

5.6 Struktur Organisasi Unit Gizi


UNIT
GIZI

KA.UNIT

PETUGAS
PELAKSANA

PETUGAS
PELAKSANA

PETUGAS
PELAKSANA

5.7 Struktur Organisasi ICU


INSTALASI
ICU

KA.INSTALASI

PETUGAS
PELAKSANA

PETUGAS
PELAKSANA

15

PETUGAS
PELAKSANA

5.8 Struktur Organisasi Unit Farmasi


UNIT
FARMASI

KA.INSTALASI

PETUGAS
PELAKSANA

PETUGAS
PELAKSANA

PETUGAS
PELAKSANA

5.9 Struktur Organisasi Unit Rekam Medik


UNIT
REKAMMEDIK

KA.UNIT

PETUGAS
PELAKSANA

PETUGAS
PELAKSANA

16

PETUGAS
PELAKSANA

BAB VI
URAIAN TUGAS
(Terlampir)

17

BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

SPI

DIREKTUR

KASI
KEPERAWATAN

KETUAYAYASAN

KOMITE
KOMITE
KOMITE MUTU

MEDIK DIREKTUR
KEPERAWATAN
-Sub Komite PPI
-Sub Komite Mutu &

keselamatan pasien

WADIR

-Sub Komite K3 RS

KOMITEMEDIK,
WADIRUMU

KEU
PERAWATAN,

PPI,MUTU,

K3RS

INSTALASI/UNIT
BAGIAN
BAGIAN

Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi dan


kelompok tenaga fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan
organisasi di lingkungan Rumah Sakit AR. BundaLubuklinggau sesuai dengan
tugas masing-masing.
Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masingmasing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang
diperlukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan serta
petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

18

Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi


petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyiapkan
laporan berkala tepat waktunya.
Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari
bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan
laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan.
Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada atasan, tembusan
laporan wajib disampaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara
fungsional mempunyai hubungan kerja.
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan dibantu oleh satuan
organisasi dibawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan
masing-masing wajib mengadakan rapat berkala.

7.1. Koordinasi Antara Direktur dengan Wakil Direktur


1. Dalam menjalankan tugas-tugas Direktur sebagaimana dimaksud :
a) Direktur dapat bertindak atas nama Rumah Sakit
b) Para Wakil Direktur berhak, dan berwenang bertindak atas nama
Direktur, untuk masing-masing bidang yang menjadi tugas dan
wewenangnya.
2. Dalam keadaan Direktur berhalangan sementara dalam menjalankan tugas
dan

kewenangan

sebagaimana

dimaksud,

mendelegasikannya kepada Wakil Direktur.

19

Direktur

dapat

7.2

Koordinasi

Antara

Direktur

Dengan

Komite

Medik,

Komite

Keperawatan Dan Komite PPI


1. Komite medik berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau
2. Komite keperawatan dan Komite PPI berada dibawah Direktur dan
bertanggung jawab langsung Kepada Direktur.
3. Pelaksanaan tugas-tugas Komite Medik, Komite Keperawatan dan Komite
PPI dilaporkan secara tertulis kepada Direktur dalam bentuk rekomendasi.
7.3 Koordinasi antara Direktur dengan Satuan Pemeriksaan Internal (SPI)
1. Satuan pemeriksaan internal berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau.
2. Tugas pokok Satuan Pemeriksaan Internal adalah melaksanakan
pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan semua unsur di
Rumah Sakit agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan
yang berlaku.
3. Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Satuan
Pemeriksaan Internal berfungsi :
a. Melaksanakan pemeriksaan/audit keuangan dan operasional.
b. Merancang dan melaksanakan pemeriksaan pelaksanaa pengendalian
intern
c. Melakukan identifikasi resiko

20

d. Mencegah terjadinya penyimpangan


e. Memberikan konsultasi pengendalian intern
Tugas dan fungsi sebagaimana disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada
Direktur.
Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud adalah
berdasarkan penugasan Direktur.
7.4 Koordinasi Antara Direktur dengan Staf Medis
Direkutur

berhak

mengangkat

dan

memberhentikan

Anggota

Kelompok Staf Medis (KSM) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan peraturan kebijakan yang berlaku serta peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital By Laws) Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau.
Sebagai pengelola, direktur mempunyai tugas dan wewenang untuk
menetapkan strategi organisasi dan tata kerja lengkap dengan rincian
tugasnya, menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban Staf
Medis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam pengelolaan sebagaimana dimaksud direktur berkewajiban
menjamin Staf Medis dan Standar Prosedur Operasional.
Kewajiban Staf Medis untuk menjamin bahwa tugas dan kewajiban
dilaksanakan sesuai standar yang berlaku, maka Ketua Kelompok Staf Medis
bertanggung jawab pada Direktur melalui Wadir Pelayanan.

21

7.5 Koordinasi Antara Direktur dengan Para Medis


Paramedis Fungsional adalah paramedis perawatan dan non perawatan
yang bertugas pada instalasi dalam jabatan Fungsional. Dalam melaksanakan
tugasnya Paramedis Fungsional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Instansi. Penempatan Paramedis Perawatan dilaksanakan oleh Kepala
Seksi Perawatan. Penempatan Paramedis non perawatan dilaksanakan oleh
Direktur atas usul Kepala Seksi terkait.
7.6 Koordinasi Antara Direktur dengan Tenaga Non Medis
Tenaga Non Medis adalah tenaga yang bertugas di bidang pelayanan
khusus dan tidak berkaitan langsung dengan pelayanan terhadap pasien. Dalam
melaksanakan tugasnya Tenaga Non Medis yang bekerja di Instalasi
bertanggung jawab kepada Kepala Sub Bagian terkait. Penempatan Tenaga Non
Medis dilaksanakan oleh Direktur atas usulan Kepala Sub Bagian atau Seksi
terkait
7.7 Koordinasi antara Ka. Ruangan dengan Kepala Bidang
1. Ka. Ruangan mempunyai tugas melakukan monitoring, evaluasi dan
tindak lanjut pelayanan sesuai dengan pembagian koordinasi diluar
pembagian tugasnya jika berkaitan.
2. Kepala Bidang melaporkan kegiatan/ pelayanan unitnya kepada Direktur
melalui Wadir dan Penunjang Medik.

22

BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
8.1 Pendahuluan
Menurut Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit mempunyai misi memberikan
pelayanan kesehtan secara menyeluruh (promotif, kuratif, dan rehabilitatif)
yang bermutu dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan berbagai profesi yang harus
mengelola

sebuah

Rumah

Sakit,

mulai

dari

profesi

kedokteran,

keperawatan/kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan lain dan


tenaga non kesehatan yang efektif dan efisien sebagai sumber daya manusia.
Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset Rumah Sakit yang
menjadi perhatian utama. SDM Rumah Sakit menentukan salah satu penentu
kualitas produk Rumah Sakit baik dalam hal medis maupun non medis.
Kualitas dan kuantitas SDM Rumah Sakit mempunyai peran penting dalam
menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan yang ada di Rumah Sakit.
Untuk itu perlu adanya perencanaan perhitungan tenaga kerja yang ada
dalam unit-unit tertentu.

23

8.2 Tata Laksana


A. Prosedur

penghitungan

kebutuhan

SDM

kesehtan

dengan

menggunakan Metode WISN (Workload Indicator of Staffing Need /


Kebutuhan SDM kesehatan Berdasarkan Indikator Beban Kerja)
Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja
(WISN) adalah adalah indikator yang menunjukkan besarnya kebutuhan
tenaga pada sarana berdasarkan beban kerja, sehingga alokasi atau
relokasi tenaga akan lebih mudah dan rasional. Kelebihan metode ini
mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan,
komprehensif dan realistis. Adapun langkah perhitungan kebutuhan
SDM berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah, yaitu :
1. Menetapkan waktu kerja tersedia;
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM;
3. Menyusun standar beban kerja;
4. Menyusun standar kelonggaran;
5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja.
B. Langkah pertama Menetapkan Waktu Kerja Tersedia
Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya
waktu kerja tersedia masing-masing kategori SDM yang bekerja di
Rumah Sakit selama kurun waktu satu tahun.
Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia
adalah sebagai berikut :
1. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Undang-undang
No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pada umumnya dalam 1
minggu 6 hari kerja. Dalam 1 tahun ada 312 hari kerja (6 hari kerja x
52 minggu). (A)

24

2. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari
kerja setiap tahun (B).
3. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di RS untuk
mempertahankan
setiap

kategori

dan

meningkatkan

SDM

kompetensi/profesionalisme

memiliki

hak

untuk

mengikuti

pelatihan/kursus/lokakarya dalam 6 hari kerja. (C)


4. Hari libur nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri terkait
tentang hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2015 ditetapkan 15
hari kerja dan 4 hari kerja untuk cuti bersama. (D)
5. Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja
(selama kurun waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan
atau tanpa pemberitahuan/ijin sebanyak 6 hari kerja. (E)
6. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Undangundang No.13 Tahun 2003 umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah
7 jam untuk 6 hari kerja untuk pekerja Non Shift dan 8 jam untuk 5
hari kerja untuk pekerja shift. Berdasarkan data tersebut selanjutnya
dilakukan perhitungan untuk menetapkan waktu tersedia dengan
rumus sebagai berikut :
Waktu Kerja Tersedia = A - {(B+C+D+E)} x F
Keterangan :
A = Hari Kerja

D = Hari Libur Nasional

B = Cuti Tahunan

E = Ketidak hadiran Kerja

C = Pendidikan dan Pelatihan

F = Waktu Kerja

Adapun contoh perhitungan pola ketenagaan dan analisi beban


kerja Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau sebagai berikut :
1. Waktu kerja tersedia untuk kategori SDM :

25

a. Perawat

= 260 - {(12+6+15+6)}
= 221 hari kerja/tahun

b. Non Medis (non Shift )

= 312 - {(12+6+15+6)}
= 273 hari kerja/tahun

c. Dokter

= 312 - {(12+10+15+10)}
= 273 hari kerja/tahun

2. Hari kerja tersedia untuk kategori SDM


a. Perawat

= (221 hari kerja/tahun) x 8 jam


= 1.768 jam kerja/tahun

b. Non Medis (non shift)

= (273 hari kerja/tahun) x 7 jam


= 1.911 jam kerja/tahun

c. Dokter

= (273 hari kerja/tahun) x 8 jam


= 2.184 jam kerja/tahun

C. Langkah Kedua
a. Menetapkan Unit Kerja dan Kategori SDM
Untuk menetapkan unit kerja dan kategori sumber daya manusia
maka data dan informasi yang dibutuhkan adalah:

Bagan Struktur Organisani RS dan uraian tugas pokok dan fungsi


masning-masing unit kerja.

Keputusan Direktur Rumah Sakit tentang pembentukan Unit Kerja


struktural dan fungsional, misalnya : Komite Medik, Komite
Pengendalian Mutu RS, Bidang/Bagian Informasi.

26

Data pegawai berdasarkan pendidikan yang bekerja pada setiap


unit RS

PP 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional


prosedur (SOP) pada tiap unit kerja RS.

b. Analisa Organisasi
Fungsi utama rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang mengutamakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi
pelayanan kesehtan kuratif, rehabilitatif secara serasi dan terpadu dengan
pelayanan preventif dan promotif. Berdasarkan fungsi utama tersebut,
unit kerja RS dapat dikelompokkan sebgai berikut :
1. Unit kerja fungsional langsung, adalah unit kerja yang langsung
terkait denga penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan di
dalam dan di luar RS, misalnya : Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Laboratorium,
Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi/Apotik, dan lain-lain.
2. Unit kerja fungsional penunjang, adalah unit dan sub-unit kerja
yang tidak langsung berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan.
Setelah unit kerja dan sub-unit kerja di RS telah ditetapkan,
langkah selanjutnya adalah menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi

27

atau pendidikan untuk emnjamin mutu, efisien dan akuntabilitas


pelaksanaan kegiatan/pelayanan di tiap unit kerja RS.
Data kepegawaian, standar profesi, standar pelayanan, fakta dan
pengalaman yang dimiliki oleh penanggung jawab unit kerja sangat
membantu proses penetapan kategori SDM di tiap unit kerja di RS.

D. Langkah Ketiga
a. Menyusun Standar Beban Kerja
Standar beban kerja merupakan volume atau kuantitas beban
kerja selama satu tahun per kategori SDM. Standar Beban kerja
disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
(rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia atau yang dimiliki oleh
masing-masing kategori tenaga.
Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan beban
kerja masing-masing kategori SDM utamanya adalah sebagai berikut:
b. Beban Kerja masing-masing kategori SDM di tiap unit kerja RS
meliputi :
1. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing
kategori SDM
2. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap
kegiatan pokok.
3. Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori SDM.

28

E. Kegiatan Pokok
Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai
standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) untuk
menghasilkan pelayanan kesehatan/medik yang dilaksanakan oleh SDM
kesehatan dengan kompetensi tertentu.
Langkah selanjutnya untuk memudahkan dalam menetapkan
beban kerja masing-masing kategori SDM, perlu disusun kegiatan
pokok serta jenis kegiatan pelayanan yang berkaitan langsung/tidak
langsung dengan pelayanan kesehatan perorangan.
F. Rata-Rata Waktu
Rata-rata waktu adalah suatu waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu kegiatan pokok oleh masing-masing kategori SDM
pada tiap unit kerja. Kebutuhan waktu untuk menyelesaikan kegiatan
sangat bervariasi dan dipengaruhi: standar pelayanan, SOP, sarana
prasarana yang tersedia dan kompetensi SDM.
Rata-rata

waktu

ditetapkan

berdasarkan

pengamatan

dan

pengalaman selama bekerja dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh


data rata-rata waktu yang akurat serta dapat dijadikan acuan, sebaiknya
ditetapkan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap
kegiatan pokok oleh SDM yang

memiliki kompetensi, kegiatan

pelaksanaan, standar pelayanan, SOP dan memiliki etos kerja yang baik.

29

G. Standar Beban Kerja


Standar beban kerja adalah volume atau kuantitas beban kerja
selama satu tahun per kategori SDM yang disusun berdasarkan waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan (waktu rata-rata) dan waktu kerja
tersedia yang dimiliki oleh masing-masing kategori SDM
Adapun rumus perhitungan standar beban kerja adalah sebagai berikut :

H. Langkah Keempat
Penyusunan Standar Kelonggaran
Tujuan dari diperolehnya faktor kelonggaran tiap kategori
SDM meliputi

jenis

menyelesaikan suatu

kegiatan
kegiatan

dan

yang

kebutuhan
tidak

terkait

waktu
langsung

untuk
atau

dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok atau


pelayanan. Beberapa contoh dari faktor kelonggaran adalah sebagai
berikut :
a. Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu dan bulan.
b. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.
c. Rapat, penyusunan laporan kegiatan, dan lain sebagainya
Selama pengumpulan data kegiatan penyusunan standar beban
kerja, sebaiknya mulai dilakukan pencatatan tersendiri apabila ditemukan

30

kegiatan yang tidak dapat dikelompokkan atau sulit dihitung beban


kerjanya karena tidak/kurang berkaitan dengan pelayanan pada pasien
untuk selanjutnya digunakan sebagai sumber data penyusunan faktor
kelonggaran tiap kategori SDM.
Setelah faktor kelonggaran tiap kategori SDM diperoleh, langkah
selanjutnya adalah menyusun standar kelonggaran dengan melakukan
perhitungan berdasarkan rumus di bawah ini.

Adapun uraian perhitungan standar kelonggarannya sebagai


berikut :
Rata-rata
No

Faktor Kelonggaran

Standar
Jumlah

waktu
Istirahat

(salat

Kelonggaran

&
1

52 jam/tahun

0.03

104 jam/tahun

0.05

makan)
2

Mengikuti Rapat

Total Standar Kelonggaran

I. Langkah Kelima
a. Perhitungan Kebutuhan SDM per Unit

31

0.08

DM

Perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja tujuannya adalah


diperolehnya jumlah dan jenis kategori SDM per unit kerja sesuai
beban kerja selama 1 tahun.
Sumber data yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan
SDM per unit kerja meliputi :
1. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu :
-

Waktu kerja tersedia

2. Standar beban kerja


-

Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM

3. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu
tahun
Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data
kegiatan pelayanan yang telah dilaksanakan di tiap unit kerja RS selama
kurun waktu satu tahun.
Perhitungan kebutuhan SDM dapt diperoleh dengan menggunakan
rumus :

32

33

BAB IX
KEGIATAN DAN ORIENTASI
9.1 Pengertian
Orientasi adalah salah satu upaya untuk membantu para Karyawan
agar mengenali secara baik dan mampu beradaptasi dengan suatu situasi atau
dengan ligkungan/iklim bisnis atau organisasi. Pengembangan staf tentang
materi orientasi, termasuk kegiatan orientasi bagi karyawan baru, merupakan
salah satu upaya penting dalam meningkatkan pemahaman terhadap situasi/
menentukan sikap dan pandangan.
Orientasi harus mampu membantu para Karyawan baru untuk
memahami dan bersedia melaksanakan perilaku sosial yang mewarnai
kehidupan organisasi sehari-hari.
Orientasi juga harus mampu membantu para Karyawan baru untuk
mengetahui dan memahami berbagai aspek teknis Karyawanan/jabatannya,
agar mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara efektif, efisien dan
produktif.
9.2 Jadwal Kegiatan
No

JENIS
KEGIATAN

A
1
2

Pembukaan
Penerimaan
dan

WAKTU

TEMPAT NARASUMBER

P.JAWAB

Aula L.2

Wakil
Direktur

(JAM)
Hari ke-1

34

Pengarahan
tentang

RS
AR
Bunda
Lubuklinggau
( Visi, Misi
dan
tujuan
RS)
Pembukaan
Penjelasan
tentang

Aula L.2

4
5

Struktur RS
dan tupoksi
masingmasing
Instalasi/
Ruangan
Ishoma
Pengenalan
Tentang
aturan
orientasi dan
tugas selama
orientasi
Etika dan
Etos kerja

B
1.

Aula L.2

Pemateri
yang
ditunjuk

Aula L.2

SPI

Hari ke-2
Pemberian
materi
tentang :
1. Sasaran
Keselamatan
Pasien
2.
Pencegahan
dan
Pengendalian
Infeksi
3. Hak dan
Kewajiban
Pasien

Aula L.2

35

Pemateri
yang
ditunjuk

Pemateri
yang
ditunjuk

2.
3.

4.

C
1.

2.

Ishoma
Pemberian
materi dan
praktik
tentang :
1. BHD
2. Hand
Hygiene
3. APAR
4.
Manajemen
Nyeri
5. K3RS
6. Service

Excellent
Kepada
pegawai baru
dikenalkan
seluruh unit
kerja di
rumah Sakit
AR Bunda
Lubuklinggau
. Diajak
berkeliling
( Rounding
Hospital )
Hari ke-3
Melaksanaka
n post test
setelah
pegawai
melakukan
orientasi

kelapangan
Ishoma

Aula L.2

Aula L.2

Bagian
Kabid
SDM dan
diklat

Aula L.2

Panitia

36

Pemateri
yang
ditunjuk


3.

Menyerahkan
ke bagian
kepegawaian
untuk
ditempatkan
sesuai dengan
tempat yang
telah

ditentukan

Aula L.2

37

Bagian
Kabid SDM
dan Diklat

BAB X
PERTEMUAN / RAPAT
Rapat RS AR. Bunda Lubuklinggau terdiri dari :
10.1. Rapat Rutin Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau
(Terlampir)

10.2. Rapat Insidentil RS AR. Bunda Lubuklinggau.


Diselenggarakan sewaktu waktu bila ada masalah atau sesuatu
yang perlu dibahas segera.
10.3. Apel Pagi dan Briefing
Waktu

: Setiap hari Senin-Sabtu

Jam

: 07.00 wib s/d 08.00 wib

Tempat

: Aula L.2

Peserta

: Seluruh Karyawan yang dinas pada shift pagi di hari


tersebut

Materi

: Presentasi Ilmiah & Pelaporan Unit dan Bagian (di awal

bulan)
10.4. Rapat Koordinasi
Diselenggarakan di akhir bulan. Dilaksanakan di Aula Lantai 2
dihadiri seluruh kepala Unit/ Bagian dan Direktur.

38

BAB XI
PELAPORAN

11.1. PELAPORAN
Pelaporan dilaksanakan masing masing kepala unit dan bagian
tentang

tugas dan tanggung

jawab dengan memberikan

laporan

pertanggungjawaban kepada Direktur rumah sakit setiap rapat dan


pertemuan.

39

LAMPIRAN-LAMPIRAN

40

Anda mungkin juga menyukai