Oleh :
HASLIN
2011.03.028
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
DI RUANG TERATAI
RS. AMELIA
MENGETAHUI
MAHASISWA
( )
( )
( )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak Low Back Pain akibat
proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat, dan biasanya dikenal
sebagai loro boyok. Biasanya mereka mengobatinya dengan pijat urat dan obat-obatan gosok,
karena anggapan yang salah bahwa penyakit ini hanya
sakit otot biasa atau karena capek bekerja. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang
yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat aktivitas membungkuk(sholat,mencangkul).
Penderita mayoritas melakukan suatu aktivitas mengangkat beban yang berat dan sering
membungkuk.Aktivita ini banyak dilakukan oleh para pekerja bangunan, pembantu rumah
tangga, olahragawan angkat besi, kuli pelabuhan, dll.
1.8 Evaluasi
1. Apakah yang di maksud dengan hernia nukleus pulposus ?
2. Apakah penyebab dari hernia nukleus pulposus ?
3. Sebutkan tanda dan gejala hernia nukleus pulposus ?
4. Apa saja penatalaksanaan dari hernia nukleus pulposus ?
Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan
untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 %
penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita
butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau
pembedahan.
A. Pengertian
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan
diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul.
Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan
rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia nukleus pulposus adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraf spinal akibat dari
herniasi dan nucleus hingga annulus, salah satu bagian posterior atau lateral (Barbara C.Long,
1996).
Hernia nukleus pulposus adalah suatu nyeri yang disebabkan oleh p
roses patologik di kolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik). kelemahan
pada anulus bagian lateral pada diskus vertebra dan ligumen longitudinal posterior menjadi tipis,
yang menyebabkan penekanan pada syaraf spinal.
B. Penyebab
a. Hernia nukleus pulposus terjadi karena proses degeneratif diskus intervertebralis
b. keadaan akut, injuri pada ligamen, otot dan degenerasi
c. degenerasi pada tulang belakan normal pada proses ketuaan, akselerasi trauma, penggunaan yang
berlebihan
d. nyeri punggung akibat spasme otot sehubungan dengan stres
e. pengalaman masing masing orang tentang persepsi nyeri punggung berbeda
a. Obat
Untuk penderita dengan diskus hernia yang akut yang disebabkan oleh trauma (seperti
kecelakaan mobil atau tertimpa benda yang sangat berat) dan segera diikuti dengan nyeri hebat di
punggung dan kaki, obat pengurang rasa nyeri dan NSAIDS akan dianjurkan (MIS : fentanyl)
Jika terdapat kaku pada punggung, obat anti kejang, disebut juga pelemas otot, biasanya
diberikan. Kadang-kadang, steroid mungkin diberikan dalam bentuk pil atau langsung ke dalam
darah lewat intravena. Pada pasien dengan nyeri hebat berikan analgesik disertai zat
antispasmodik seperti diazepam. NSAID Nebumeton yang merupakan pro drugs dan efek
sampingnya relatif lebih sakit, terutama efek sampingnya relatif lebih sakit, terutama efek
samping terhadap saluran cerna, dengan dosis 1 gram / hari. Pemakaian jangka panjang biasanya
terbatas pada NSAIDS, tapi adakalanya narkotika juga digunakan (jika nyeri tidak teratasi oleh
NSAIDS). untuk orang yang tidak dapat melakukan terapi fisik karena rasa nyeri, injeksi steroid
di belakang pada daerah herniasi dapat sangat membantu mengatasi rasa sakit untuk beberapa
bulan. Dan di
sertai program terapi rutin. Muscle relexant diberikan parenteral dan hampir selalu secara iv.
D-tubokurarin klorida
Metokurin yodida
Galamin trietyodida
Suksinilkolin klorida
Dekametonium
b. Fisioterapi
Tirah baring (bed rest) 3 6 minggu dan maksud bila anulus fibrosis masih utuh (intact), sel bisa
kembali ke tempat semula.
Simptomatis dengan menggunakan analgetika, muscle relaxan trankuilizer.
Kompres panas pada daerah nyeri atau sakit untuk meringankan nyeri.
Bila setelah tirah baring masih nyeri, atau bila didapatkan kelainan neurologis, indikasi operasi.
Bila tidak ada kelainan neurologis, kerjakan fisioterapi, jangan mengangkat benda berat, tidur
dengan alas keras atau landasan papan.
Fleksi lumbal
Pemakaian korset lumbal untuk mencegah gerakan lumbal yang berlebihan.
Jika gejala sembuh, aktifitas perlahan-lahan bertambah setelah beberapa hari atau lebih dan
pasien diobati sebagai kasus ringan.
c. Operasi
Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif adanya gangguan
neurologis. Penderita yang telah didiagnosa HNP. Maka terapi konservatiplah yang harus
diselenggarakan. Bilamana kasus HNP masih baru namun nyerinya tidak tertahan atau defisit
motoriknya sudah jelas dan mengganggu, maka pertimbangan untuk operasi atau tidak sebaiknya
diserahkan kepada dokter ahli bedah saraf. Faktor sosio ekonomi yang ikut menentukan operasi
secepatnya atau tidak ialah profesi penderita. Seorang yang tidak dapat beristirahat cukup lama
karena persoalan gaji dan cuti sakit, lebih baik menjalani tindakan operatif secepat mungkin
daripada terapi konservatif ynag akan memerlukan cuti berkali-kali. Bilamana penderita HNP
dioperasi yang akan memerlukan harus dibuat penyelidikan mielografi. Berdasarkan mielogram
itu dokter ahli bedah saraf dapat memastikan adanya HNP serta lokasi dan ekstensinya.
Diskografi merupakan penyelidikan diskus yang lebih infasif yang dilakukan bilamana
mielografi tidak dapat meyakinkan adanya HNP, karena diskrografi adalah pemeriksaan diskus
dengan menggunakan kontras, untuk melihat seberapa besar diskus yang keluar dari kanalis
vertebralis.
Diskectorny dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan general
anesthesia. Hanya sekitar 2 3 hari tinggal di rumah sakit. Akan diajurkan untuk berjalan pada
hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko pengumpulan darah.
Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus yang
harus ditangani jika ada masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih ekstensif
mungkin diperlukan. Dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh
(recovery).
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan fragmen of
nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan ray dan chemonucleosis.
Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapain) ke dalam herniasi
diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu
alternatif disectomy pada kasus-kasus tertentu.
Kapan kita boleh melakukan latihan setelah cidera diskus? Biasanya penderita boleh
memulai latihan setelah 4 s/d 6 minggu setelah ia diperbolehkan bangun atau turun dari tempat
tidur.
d. Larangan
Peregangan yang mendadak pada punggung
Jangan sekali-kali mengangkat benda atau sesuatu dengan tubuh dalam keadaan fleksi atau
dalam keadaan membungkuk.
Hindari kerja dan aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi kambuhnya gejala setelah episode
awal.
d. Saran yang harus dikerjakan
Istirahat mutlak di tempat tidur, kasur harus yang padat. Diantara kasur dan tempat tidur harus
dipasang papan atau plywood agar kasur jangan melengkung. Sikap berbaring terlentang tidak
membantu lordosis lumbal yang lazim, maka bantal sebaiknya ditaruh di bawah pinggang. Orang
sakit diperbolehkan untuk tidur miring dengan kedua tungkai sedikit ditekuk pada sendi lutut.
Bilamana orang sakit dirawat di rumah sakit, maka sikap tubuh waktu istirahat lebih enak, oleh
karena lordosis lumbal tidak mengganggu tidur terlentang jika fleksi lumbal dapat diatur oleh
posisi tempat tidur rumah sakit.
Istirahat mutlak di tempat tidur berarti bahwa orang sakit tidak boleh bangun untuk mandi dan
makan. Namun untuk keperluan buang air kecil dan besar orang sakit diperbolehkan
meninggalkan tempat tidur. Oleh karena buang air besar dan kecil di pot sambil berbaring
terlentang justru membebani tulang belakang lumbal lebih berat lagi.
Analgetika yang non adiktif perlu diberikan untuk menghilangkan nyeri.
Selama nyeri belum hilang fisioterapi untuk mencegah atrofi otot dan dekalsifikasi sebaiknya
jangan dimulai setelah nyeri sudah hilang latihan gerakan samb
il berbaring terlentang atau miring harus diajurkan.
Traksi dapat dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang sesuai dapat dilakukan pelvic
traction, alat-alat untuk itu sudah automatik. Cara pelvic traction, sederhana kedua tungkai
bebas untuk bergerak dan karena itu tidak menjemukan penderita. Maka pelvic traction dapat
dilakukan dalam masa yang cukup lama bahkan terus-menerus. Latihan bisa dengan melakukan
flexion excersise dan abdominal excersise.
Masa istirahat mutlak dapat ditentukan sesuai dengan tercapainya perbaikan. Bila iskhilagia
sudah banyak hilang tanpa menggunakan analgetika, maka orang sakit diperbolehkan untuk
makan dan mandi seperti biasa. Korset pinggang atau griddle support sebaiknya dipakai untuk
masa peralihan ke mobilisasi penuh.
Penderita dapat ditolong dengan istirahat dan analegtika antirheumatika serta nasehat untuk
jangan sekali-kali mengangkat benda berat, terutama dalam sikap membungkuk. Anjuran untuk
segera kembali ke dokter bilamana terasa nyeri radikuler penting artinya. Dengan demikian ia
datang kembali dan sakit pinggang yang lebih jelas mengarah ke lesi diskogenik.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzane C.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8
Vol 3, Jakarta : EGC
Doengoes, ME.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC
Priguna Sidharta.1996. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat
Price, A Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC