Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara dengan jumlah
penduduk 251,160,124 jiwa. Ibu kota negara Indonesia adalah Jakarta. Indonesia
resmi merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dan menggunakan mata uang rupiah
dan berbahasa resmi bahasa Indonesia. Negara Indonesia merupakan negara
kepulauan, dengan jumlah 17.508 pulau yang terdiri atas 5 pulau utama yakni
Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Salah satu provinsi yang ada di Indonesia adalah Sulawesi Tenggara dengan
beribu kotakan Kendari. Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di jazirah tenggara
pulau Sulawesi secara geogravis terletak di antara 02 45 06 15 LS dan 120 45
124 30 BT. Sulawesi Tenggara memiliki banyak kabupaten salah satunya
Kabupaten Muna. Merupakan kabupaten yang resmi terbentuk pada tanggal 2
maret 1960, dan beribukota Raha. Masyarakat yang mendiami pulau Muna adalah
masyarakat suku muna.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman dan
tambahan penggetahuan kepada para pembaca tentang masyarakat suku Muna dari
sistem kepercayaan mereka.

1.3 Rumusan Masalah


1) Asal usul masyarak Suku Muna
2) Sistem kepercayaan Suku Muna
3) Bukti lisan, tulisan, dan artefak adanya kepercayaan di Muna

BAB II

1
PEMBAHASAN

A. masyarakat muna bertahan hidup pada zaman prasejarah


Cara Permulaan kehidupan masyarakat di daerah nuna di perkirakan pada
zaman neolitikum karena yang menjadi bukti-bukti temuan pada situs itu
masi mudah, baik dilihat dari segi bahan maupun motifnya. Sebagai mana ciri
khusus yang ada pada kehidupanmasyarakat prasejarah di muna pada saat itu
bahwa manusia pada zaman itu kebanyakan memiliki tempat tinggal pada
ketinggian dan gua-gua. Awalnya masyarakat muna pada saat itu untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, agar dapat bertahan hidup mereka melakukan
berburu bianatang. Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan sangat sederhana. Kehidupan mereka sanagat bergantung pada apa
yaang disediakan oleh alam.
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan manusia tinggal di alam
terbuka seperti hutan, digunung, dan di gua bahkan ada yang tinggal di
tengah-tengah lembah. . salah satu gua sebagai tempat tinggal mereka yaitu
gua Liang Kabori. Gua tersebut disinyalir sebagai situs kehidupan mausia
prasejarah di muna, dengan sember kehidupan berburu dan mengumpulkan
makanan
Disamping itu lingkungan alam kehidupan manusia pada masa berburu
dan mengumpulkan makanan masih belum stabil dan masih liar. Binatang
buas menjadi penghalang bagi manusia pada saat itu dalam melanjutkan
kehidupan mereka. Dengan keadaan alam yaang sangat berbahaya itu,
masyarakat muna dalam melakukan perjalanan cenderung melalui atau
menyusuri tepi-tipi sungai atau tepi hutan.
Kemampuan berpikir manusia untuk mempertahankan hidupnya mulai
berkembang. Hal ini mengakibakan munculnya kelompok-kelompok manusia
dalam jumlah yang lebih banayak serta mereka menetap pada suatu tempat.
Munculnya bentuk kehidupan semacam itu berawal dari upaya masyarakat
pada masa itu untuk menyediakan persediaan bahan maakanan yang cukup
dalam satu masa.
Manusia yang yang menghuni situs gua Liang Kabori kemudian
mengalami proses perubahan pola kehidupan dari berburu mengumpulkan

2
makan menjadi menjadi bercocock tanam. Pada kehidupan masyarakat dan
mengumpulkan makanan, manusia lebih senanag memilih gua-gua sebagai
tempat tinggal mereka. Hal ini seperti yang ada pada lukisan yang terdapat di
lima buah situs yang di temukan oleh La Hada yaitu;

1. Gua Sugi Patani


2. Gua Poninsa
3. Gua La Kalombo
4. Cerut Pinda
5. Cerut Lakuba

Bukti bahwa masyarakat muna pada masa prasejarah dalam


mempertahankan hidupnya dengan cara berburu dan barcocock tanam
tardapat lukisan-lukisan pada diding dinding gua yaitu;

1. Lukisan babi rusa


2. Lukisan orang menuggang kuda dan berpanah
3. Lukisan kelapa
4. Lukisan jagung
5. Lukisan umbi-umbian
Pada gua sugi patani terdapat satu lukisan yang menjadi simbol trdisi
masyarakat muna, yaitu lukisan seseorang yang sedang bermain layang-
layang. Oleh karena itu permaianan layang-layang merupakan warisan
manusia prasejarah. Sekilas tentang permaianan tersebut bahwa layangan
mereka terbuat dari daun ubi gandum (ubi hutan), sedangkan talinya terbuat
dari daun nenas hutan. Dari permaian layang-layang ini dapat disinyalir
bahwa manusia di muna yang hidup pada masa itu sudah menganal
kehidupan bercocok tanam, karena ubi gandum dapat menjadi salah satu
sumber makan pokok dan sudah tentu mereka mengembang biakan tanaman
tersebut.
Hal lain yang disikapi secara rasional bahwa masrakat muna pada masa
prasejarah khususnya penghuni liagkobori pernah memiliki corak kehidupan
mengembara dan mengumpulkan makan karena:
1. Gua gua sebagai situs sejarah di Liang Kabori ada 4 gua yang
ukuranya kurang lebih 200 meter bujur sangkar, sehingga sangat
memungkinkan sebagai tempat tinggal.

3
2. Sudah menjadi ciri khas manusia purbakala bahwa setiap yang tinggal
di dalaam gua maka pola kehidupannya mengembara
3. Sesuai pengamatan pada gambar-gamabar babi, orang berburu dengan
menunggang kuda, maka hal ini menunjukan atau ciri khas corak
kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan.
4. Lokasi situs Liang Kabori yang kondisi geografisnya tidak menujukan
tanda-tanda kehidupan karena disekitar gua tersebut tidak terdapat
tumbuh tumbuhan yang dapat di konsumsi. Sehingga sangat
memunkinkan kehidupan mereka sanagt bergantung pada hasil buruan
mereka.
B. pola kehidupan masyarakat muna pada zaman prasejarah. (Pola
kehidupan berkelompok)
Pada masa kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan, manusia bekerja
bersama-sama dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka
membentuk suatu kumpulan atau kelompok untuk memudahkan mereka dalam
mengumpulkan makanan. Dalam suatu kelompok biasanya beranggotakan 10-20
orang. Dengan kelompok yang masih sedikit itu, mereka dapat dapat dengan
mudah memenuhi sebagian besar kebutuhan hidup dari apa yang telah tersedia di
dalam hutan. Bahkan ketika persediaan yang ada dihutan habis, maka mereka
pindah secara barsama-sama untuk menemukan daerah yang menyediakan
kebutuhan-kebutuhan hidup mereka.
Semua gugusan gua pada situs Liang Kobori bentuknya beraneka ragam, ada
yang berukuran besar ada juga yang berukuran kecil. Berlokasi pada satu kawasan
dengan jarak antara satu dengan yang lainnya tidak berjauhan berkisar antara
200m-500m. Dari jarak tersebut disinyalir bahwa yang menjadi tempat tinggal
manusia pada masa itu hanya gua yang berukuran besar, sedangkan usng
berukuran kecil sebagai tempat berteduh dan tempat istrahat pada saat mereka
melakukan aktifits hidupnya misalnya pada saat mereka berburu. Luas gua yang
menjadi tempat tinggal mereka berkisar 50 hingga 300 meter bujur
sangkar.sehingga di perkirakan penghuninya antara 10-20 orang secara
berkelompok.
Dalam kehidupan berkelompok ada yang dianggap figur yang menjadi kepala
kelompok untuk mengatur tata kerja. Dalam mekanisme kehidupan kelompok

4
terdapat pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan serta anak-anak.
Pembagian kerja di lakukan sesuai dengan kemampuan fisik mereka, yaitu
perempuan mengerjakan hasil buruan, sedangkan anak laki-laki membantu orang
tua laki-laki.
Berdasarkan lukisan ayang ada pada dinding setiap gua dapat disinyalir
bahwa penghuni setiap gua adalah kelompok yang berlainan. Hal ini terlihat dari
motif dan langgeng lukisan pada dinding setiap gua berlainan.

C. Asal Usul Suku Muna

Suku Muna adalah suatu suku yang terdapat di pulau Muna dan pulau terkecil
di sekitarnya.Menurut La Kimi Batoa dalam bukunya sejarah Muna di katakan
bahwa penduduk asli pulau Muna adalah o tomuna dan Batuawu.
Tomuna memiliki ciri-ciri berkulit hitam, rambut ikal, tinggi badan antara 160-
165 cm. Ciri ini merupakan ciri umum suku molanesia. Sedangkan Batuowu
cirinya yaitu berkulit coklat, rambut ikal, dan tinggi 150-160 cm, ciri-ciri seperti
ini merupakan ciri yang dimiliki suku-suku polynesia, yang mendiami NTT dan
daerah Maluku.
Menurut para peneliti nenek moyang orang Muna telah menghuni pulau muna
sejak ribuan tahun yang lalu. Selain di pulau Buton dan pulau-pulau kecil lainnya.
Penyebaran ini terlihat dari hubungan bahasa dan ciri-ciri fisik yang terdapat di
pulau-pulau tersebut.
Orang Muna menjadi penghuni pertama pulau Muna dan pulau-pulau lainnya
sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dengan di temukannya relief purba di gua
Liangkabori dan gua Mentanduno. Menurut beberapa peneliti, relief tersebut telah
berusia 25.000 tahun. Relief di gua tersebut secara jelas menceritakan aktifitas
nenek moyang orang muna yang telah menggunakan alat-alat pertanian dalam
bercocok tanam dan mereka juga memiliki pengetahuan tentang astronomi, seperti
yang terlihat dari gambar matahari, bulan, dan bintang. Selain itu mereka juga
menggunakan rasi bintang sebagai petunjuk untuk melakukan aktivitas pertanian.
Misalnya, rasi bintang fele, apabila rasi bintang ini telah terlihat jelas maka

5
aktivitas membersihkan lahan segera di mulai sebab sebulan lagi hujan pertama
akan turun. Apabila hujan sudah turun maka pembuatan lahan di mulai.

D. Sistem Kepercayaan

Sebelum agama Islam di perkenalkan di bagian timur Sulawesi pada abad ke-
16 masyarakat muna telah menganut paham animisme dan dinamisme. Masyarak
pada saat itu beranggapan bahwa tiap-tiap benda atau makhluk mempunyai
makna. Mereka percaya bahwa tiap benda/makhluk mempunyai jiwa atau roh
seperti jiwa manusia yang secara tak langsung dapat dilihat dengan mata. Jika ada
orang meninggal maka tubuhnya yang hancur sedang jiwanya tetap hidup dan
seakan-akan tinggal di sekelilingnya. Jadi anggapan dunia di mana kita hidup
terdapat jiwa orang-orang yang sudah meninggal. Begitu pula makhluk lain yang
tidak nampak sering di ibaratkan dengan hantu, kuntilanak, dan sebagainya.
Mereka beranggapan orang-orang yang telah meninggal tidak lepas dari
masyarakat (orang-orang yang masih hidup) dan mereka itu tetap memperhatikan
orang-orang yang di tinggalkan. Atas kepercayaan ini, maka mereka selalu
mengadakan pemujaan terhadap arwah nenek moyang. Perwujudan tersebut
dilakukan melalui upacara-upacara ritual tradisional.

E. Bukti Lisan, Tulisan, dan Artefak Adanya Sistem Kepercayaan di


Muna
1. Sumber tulisan
Gambar yang tertera pada dinding gua Liangkabori yaitu lukisan matahari yang
membuktikan menyembah matahari dan lukisan lipan yang membuktikan
menyembah bianatang buas.
2. Sumber lisan
Dengan banyaknya pelaksanaan upacara sakral di muna seperto kasalasa,
peringka, katingka, dan kaago-ago yang setiap gerakannya memiliki makna
pemujaan terhadap roh-roh leluhur.
3. Sumber artefak
Di temukannya batu-batu nisan di di kuburan/makam masyarakat muna yang telah
meninggal. Di mana pada zaman dulu masyarakat muna memuja pada batun

6
nisan. Misalnya pada saat mereka sakit mereka akan mengambil tumpukan air
pada lubang nisan lalu di gosok pada bagian yang sakit.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penduduk asli pulau muna adalah suku muna (o tomuna dan batuawu) yang
memiliki ciri-ciri yang sama dengan suku polynesia, masyarakat muna telah
memiliki kepercayaan dinamisme dan animisme hal ini dapat di buktikan dengan
sumber lisan, tulisan, dan artefak.

3.2 Saran

7
Sebagai seorang masyarakat muna, sudah sepatutnya kita mengetahui sejarah
dan asal-usul orang muna, serta menghargai kepercayaan mereka terdahulu dan
mengambil makna positif dan kehidupan mereka terdahulu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Oba La,2005. Muna dalam lintasan sejarah,karya.sinyo m.p. Bandung


2. Mada Safiudin, 2011. Nilai-nilai kebudayaan dan sejarah kabupaten
muna. Raha
3. http://ulfiatreysherenamuzil.blogspot.co.id/2014/12/asal-usul-penduduk-
sulawesi-tenggara-.html?m=1

8
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, dan inayah-
nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga daoat memperlancar pembuatn makalah ini.untuk itu
kami menyampaikan banyak trima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

9
Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapaun yang


memmbacanya.sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
sarannya yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

10

Anda mungkin juga menyukai